Anda di halaman 1dari 3

Nama: Lennart Ezra

NPM: 1806219236

Program: Reguler

Nature of Jurisprudence

Penggunaan kata Jurisprudence dalam hal ini dianggap sebagai sebuah Teori Ilmu Hukum.
Secara etimologis, jurisprudence lahir dari2 kata bahasa latin, yaitu Iuris dan Prudens. Iuris
bermula dari kata Ius yang memiliki arti adil. Berawal dari terminologi quot homines, tot
sententiae yang pada intinya beranggapan bahwa terdapat banyak opini di mana terdapat
banyak orang sehingga dapat diambil intisari bahwa tidak terdapat definisi secara jelas
tentang Jurisprudence. Pengkategorian Jurisprudence ke dalam bidang filsafat hukum adalah
bentuk dari polarisasi antara Filsafat Hukum dengan Ilmu Hukum oleh sebab masing-masing
memiliki perbedaan cara pikir. Filsafat Hukum bersifat lebih abstrak, namun seiring
perkembangan dalam masyarakat, muncul Ilmu Hukum sebagai bentuk yang lebih konkrit
dan lebih spesifik untuk diterapkan dalam masyarakat. Karena adanya perbedaan cara pikir
tersebutlah Jurisprudence dikategorikan sebagai Teori Ilmu Hukum. Penerapan
Jurisprudence sebagai Teori Ilmu Hukum telah mengalami perkembangan yang begitu pesat
di dunia, dari zaman Disiplin Ilmu Hukum itu sendiri dirumuskan menjadi suatu yang dikenal
sebagai Ilmu Hukum. Hingga sekarang, Disiplin Ilmu Hukum masih tetap digunakan oleh
setiap orang untuk mencari suatu keadilan serta menata kehidupan masyarakat. Namun,
apakah para orang yang menggunakan hukum dan/atau bekerja dalam bidang hukum
sesungguhnya telah memahami dan meresapi Disiplin Ilmu Hukum itu sendiri secara
filosofis? Penggunaan hukum pada saat ini belumlah begitu memperhatikan sisi filosofis dari
Disiplin Ilmu Hukum itu sendiri. Sederhananya yang dapat diilustrasikan, masih banyak
advokat-advokat yang belum meresapi filosofi dari Disiplin Ilmu Hukum sehingga
menimbulkan keraguan terhadap teori-teori dalam Disiplin Ilmu Hukum itu sendiri. Adapun
hal ini disebabkan penanaman Disiplin Ilmu Hukum secara akademis belum memiliki sistem
yang tertata pada zaman itu. Profesor Kahn-Freund mengemukakan bahwa pembelajaran
Disiplin Ilmu Hukum harus dilakukan secara sistematis agar ilmu yang dipelajari tetap
tertanam dalam pikiran orang yang mempelajarinya, khususnya filsafat hukum. Wesley
Newcomb Hohfeld berpendapat bahwa Disiplin Ilmu Hukum patutnya mempelajari beberapa
perspektif dari Disiplin Ilmu Hukum atau Jurisprudence, antara lain:

- Historical Jurisprudence
- Comparative Jurisprudence
- Formal Jurisprudence
- Critical Jurisprudence
- Legislative Jurisprudence
- Dynamic Jurisprudence

Lalu, bagaimana dengan perubahan hukum yang terjadi? Apakah memiliki pengaruh yang
signifikan dengan Disiplin Ilmu Hukum itu sendiri? Berdasarkan pendapat para ahli hukum,
Disiplin Ilmu Hukum pada hakikatnya memiliki fleksibilitas dengan berbagai dimensi tempat
dan waktu. Dengan demikian, Disiplin Ilmu Hukum tetap relevan dipergunakan hingga
sekarang, namun memang pada akhirnya akan menuntun pada Ilmu Hukum melalui
penafsiran-penafsiran yang beragam.

Menurut pandangan Saya, penggunaan Disiplin Ilmu Hukum mengalami perkembangan yang
sangat pesat, ditambah dengan kehadiran teknologi pada era modern sekarang, Saya meyakini
bahwa akan muncul paradigma-paradigma baru dalam menerapkan Disiplin Ilmu Hukum
guna menyesuaikan dengan waktu yang terus bergerak maju. Saya juga meyakini bahwa
Disiplin Ilmu Hukum yang nantinya akan diterapkan dengan paradigma baru tidak akan jauh
berbeda dengan Disiplin Ilmu Hukum yang telah kita pelajari sebagai mahasiswa Fakultas
Hukum.
Bacaan Tambahan

Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manullang. Pengantar ke Filsafat Hukum. Ed.1.


Cet.5. Jakarta: Prenadamedia Group, 2007.

Isaacs, Nathan. The Schools of Jurisprudence. Their Places in History and Their Present
Alignment. Harvard Law Review Jan. 1918. Vol. 31. No. 3 (1918). Hlm. 373-411.

Anda mungkin juga menyukai