ATRI WAHYUNI
14420202189
1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
2
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya
yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu
menjadi perineum
c. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia
mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.
d. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu
labia minora di sebelah anterior, sebagai salah satu zona erotik yang
utama pada wanita.
e. Vestibulum
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .
f. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di
sebelah posterioranus
2. Genetalia interna
a. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina
memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Fungsi vagina :
1) Lintasan bagi spermatozoa
2) Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan
3) Saluran keluar darah haid
b. Uterus
3
1) Fundus uteri
2) Korpus uteri
C. Etiologi
4
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
d. Bayi Kembar
5
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang
akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila
tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
7
Pathway
8
E. Tanda dan gejala
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah (Oktarina, R.,
Misnaniarti, M., Sutrisnawati, D., & Nyoman, N. (2018).
F. Pemeriksaan diagnostic
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit (Sihombing, N. M., Saptarini, I., & Putri, D. S. K.
2017).
G. Komplikasi
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
9
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E. 2019).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E.
2019)..
10
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan umum
a. Riwayat kesehatan keluarga
b. Riwayat kesehatan klien
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Bagaimana frekuensi miksinya
b. Adakah kelamaan waktu miksi
c. Bagaiman keadaan urinnya
d. Adakah hambatan seksual
e. Bagaimana riwayat menstruasi
f. Bagaiman riwayat kehamilan
4. Data fisik
Inspeksi : seluruh tubuh dan daerah genetalia
Palpasi : Pada daerah abdomen
Auskultasi : Untuk mendeteksi tingkat kesadaran, BB, TB.
5. Data psikologis
a. Keluhan dan reaksi pasien
b. Tingkat adaptasi pasien
c. Persepsi pasien terhadap keadaanya
6. Data sosial, budaya dan spiritual
a. Hubungan dengan orang lain
b. Kepercayaan yang dianut
c. Keaktifan dalam kegiatan pengkajian keperawatan
11
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Nyeri b/d agen cedera fisik (luka post op)
b. Resiko infeksi b/d luka post op
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi b/d kurangnya sumber informasi
12
4. Intervensi
Intervensi keperawatan (PPNI 2018) sebagai berikut:
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama Intervensi utama
berhubungan keperawatan selama 4x 24 1. Manajemen nyeri 1. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dengan agen jam diharapkan nyeri 2. Perawatan kenyamanan dirasakan
cedera fisik pasien dapat 3. Terapi relaksasi 2. Dengan perawatan kenyamanan dapat
berkurang,dengan kriteria Intervensi Pendukung mengurangi rasa nyeri
hasil : 1. Pemantauan nyeri 3. Terapi relaksasi dapat memberikan rasa
1. Skala nyeri berkurang 2. Edukasi aktivitas dan istirahat nyaman dan rileks pada pasien
2. Klien tidak mengeluh 3. Latihan pernapasan Intervensi pendukung
nyeri 4. Pemberian analgesik 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami
3. Klien tidak meingis 2.Pemeberian edukasi aktivitas dan istirahat
dapat membantu pasien untuk meringankan
gejala nyeri
3.Latihan pernapasan dapat mengurangi rasa
nyeri yang dialami
4.Pemberian analgesik dapat mengurangi rasa
1
nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan Menejemen resiko infeksi Observasi
tindakan keperawatan observasi
1. Mengetahui tanda dan gejala infeksi
selama 2x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
diharapkan dapat Terapeutik
1. Mengurangi risiko kontaminasi
Mengidentifikasi dan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
mikroorganisme
menurunkan resiko dengan pasien
2. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme
terserang organisme Edukasi
Edukasi
patogenik tingkat infeksi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. memberikan informasi kepada pasien terkait
menurun dengan kriteria 2. Ajarkan etika batuk
tanda dan gejala infeksi
hasil: Kolaborasi
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme saat
1. Kemerahan menurun Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.
batuk
2. Nyeri menurun
Kolaborasi
3. Kadar sel darah putih
membaik Untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Bengkak menurun
13
2
dengan topik tertentu 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga menerima informasi yang akan
membaik dengan kriteria menerima informasi diberikan
hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat Terapeutik
1. Kemampuan meningkatkan dan menurunkan motivasi 1. Untuk media pendidikan kesehatan
menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat 2. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan tentang Terapeutik jadwal yang disepakati
suatu topik meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan 3. Memberi kesempatan pada pasien
2. Persepsi yang keliru kesehatan menanyakan hal yang tidak dimengerti
terhadap masalah 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai Edukasi
menurun kesepakatan 1. Agar pasien mengetahui penyebab kesehatan
3. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Mengajarkan perilaku hidu bersih dan sehat
masalah yang dihadapi Edukasi
menurun 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
14
3
DAFTAR PUSTAKA
Oktarina, R., Misnaniarti, M., Sutrisnawati, D., & Nyoman, N. (2018). Etika
Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea Tanpa Indikasi
Medis. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas
Hasanuddin, 14(1), 9-16.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E. (2019). Kontribusi Jumlah Kehamilan
(Gravida) Terhadap Komplikasi Selama Kehamilan dan
Persalinan. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 2(1), 9-16.
Cunningham, G.R. 2016. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry
Hartono dan Joko
Suyono. Jakarta: EGC.