Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESARE ( SC )

ATRI WAHYUNI
14420202189

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat


sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu
histerektomia untuk janin dari dalam Rahim Wiknjosastro (2011). Sectio
caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan
uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari kulit sampai fasia
(Wiknjosastro, 2011).

Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk


mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan
dinding rahim (Angraini, 2018). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak
lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2018). SC adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus.Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo 2015).

B. Anatomi dan fisiologi


Pada kasus section caesarea ada beberaa hal yang harus diperhatikan
diantarannya adalah anatomi dan fisiolofinya yang mana pada anatomi fisiologi
ini terdiri dari dua hal yaitu genitalia eksterna dan ginetalia interna (Lubis, D.
S. 2018).
1. Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus atau
penutup vulva terdiri dari :
a. Mons pubis
Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis
b. Labia mayora

2
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya
yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu
menjadi perineum
c. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia
mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.
d. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu
labia minora di sebelah anterior, sebagai salah satu zona erotik yang
utama pada wanita.
e. Vestibulum
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .
f. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di
sebelah posterioranus
2. Genetalia interna
a. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina
memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Fungsi vagina :
1) Lintasan bagi spermatozoa
2) Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan
3) Saluran keluar darah haid
b. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam.Terdiri dari


fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.Korpus uteri merupakan
bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.Uterus
terdiri dari :

3
1) Fundus uteri
2) Korpus uteri

Fungsi uterus adalah :

1) Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi


untuk menanamkan diri.
2) Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum
dipertahankan oleh kehamilan, makaestrogen akan terus di produksi
sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan
haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk
kehamilan.
3) Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai
matur.
4) Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
5) Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui
kontraksi otot-otot.
c. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus
dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.
d. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin.Ada 2 buah ovarim yang masing-


masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di
belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi
ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.

C. Etiologi

Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur


uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor section caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:

4
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar


panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang


langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda


persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini


karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.

5
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan letak janin


1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah.Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau
letak belakang kepala.
2. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2002).
D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,

6
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang
akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila
tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

7
Pathway

8
E. Tanda dan gejala
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah (Oktarina, R.,
Misnaniarti, M., Sutrisnawati, D., & Nyoman, N. (2018).
F. Pemeriksaan diagnostic
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit (Sihombing, N. M., Saptarini, I., & Putri, D. S. K.
2017).
G. Komplikasi
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

9
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E. 2019).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E.
2019)..

10
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan umum
a. Riwayat kesehatan keluarga
b. Riwayat kesehatan klien
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Bagaimana frekuensi miksinya
b. Adakah kelamaan waktu miksi
c. Bagaiman keadaan urinnya
d. Adakah hambatan seksual
e. Bagaimana riwayat menstruasi
f. Bagaiman riwayat kehamilan
4. Data fisik
Inspeksi : seluruh tubuh dan daerah genetalia
Palpasi : Pada daerah abdomen
Auskultasi : Untuk mendeteksi tingkat kesadaran, BB, TB.
5. Data psikologis
a. Keluhan dan reaksi pasien
b. Tingkat adaptasi pasien
c. Persepsi pasien terhadap keadaanya
6. Data sosial, budaya dan spiritual
a. Hubungan dengan orang lain
b. Kepercayaan yang dianut
c. Keaktifan dalam kegiatan pengkajian keperawatan

11
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Nyeri b/d agen cedera fisik (luka post op)
b. Resiko infeksi b/d luka post op
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi b/d kurangnya sumber informasi

12
4. Intervensi
Intervensi keperawatan (PPNI 2018) sebagai berikut:
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama Intervensi utama
berhubungan keperawatan selama 4x 24 1. Manajemen nyeri 1. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dengan agen jam diharapkan nyeri 2. Perawatan kenyamanan dirasakan
cedera fisik pasien dapat 3. Terapi relaksasi 2. Dengan perawatan kenyamanan dapat
berkurang,dengan kriteria Intervensi Pendukung mengurangi rasa nyeri
hasil : 1. Pemantauan nyeri 3. Terapi relaksasi dapat memberikan rasa
1. Skala nyeri berkurang 2. Edukasi aktivitas dan istirahat nyaman dan rileks pada pasien
2. Klien tidak mengeluh 3. Latihan pernapasan Intervensi pendukung
nyeri 4. Pemberian analgesik 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami
3. Klien tidak meingis 2.Pemeberian edukasi aktivitas dan istirahat
dapat membantu pasien untuk meringankan
gejala nyeri
3.Latihan pernapasan dapat mengurangi rasa
nyeri yang dialami
4.Pemberian analgesik dapat mengurangi rasa

1
nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan Menejemen resiko infeksi Observasi
tindakan keperawatan observasi
1. Mengetahui tanda dan gejala infeksi
selama 2x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
diharapkan dapat Terapeutik
1. Mengurangi risiko kontaminasi
Mengidentifikasi dan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
mikroorganisme
menurunkan resiko dengan pasien
2. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme
terserang organisme Edukasi
Edukasi
patogenik tingkat infeksi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. memberikan informasi kepada pasien terkait
menurun dengan kriteria 2. Ajarkan etika batuk
tanda dan gejala infeksi
hasil: Kolaborasi
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme saat
1. Kemerahan menurun Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.
batuk
2. Nyeri menurun
Kolaborasi
3. Kadar sel darah putih
membaik Untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Bengkak menurun

Defisit Kecukupan informasi Edukasi Kesehatan Observasi


pengetahuan kognitif yang berkaitan Observasi 1. untuk mengetahuai kesiapan pasien dan

13
2
dengan topik tertentu 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga menerima informasi yang akan
membaik dengan kriteria menerima informasi diberikan
hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat Terapeutik
1. Kemampuan meningkatkan dan menurunkan motivasi 1. Untuk media pendidikan kesehatan
menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat 2. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan tentang Terapeutik jadwal yang disepakati
suatu topik meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan 3. Memberi kesempatan pada pasien
2. Persepsi yang keliru kesehatan menanyakan hal yang tidak dimengerti
terhadap masalah 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai Edukasi
menurun kesepakatan 1. Agar pasien mengetahui penyebab kesehatan
3. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Mengajarkan perilaku hidu bersih dan sehat
masalah yang dihadapi Edukasi
menurun 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

14

3
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, D. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Riwayat Persalinan


Sectio Caesarea (SC) Di Rsia Norfa Husada Bangkinang Tahun
2018. Jurnal Doppler, 2(2).

Oktarina, R., Misnaniarti, M., Sutrisnawati, D., & Nyoman, N. (2018). Etika
Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea Tanpa Indikasi
Medis. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas
Hasanuddin, 14(1), 9-16.

Bobak, L.J. 2015.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).


Jakarta: EGC.

Sihombing, N. M., Saptarini, I., & Putri, D. S. K. (2017). Determinan persalinan


sectio caesarea di Indonesia (analisis lanjut data Riskesdas
2013). Indonesian Journal of Reproductive Health, 8(1), 63-73.

Carpenito, 2017.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 21. Alih Bahasa :


Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta : EGC

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E. (2019). Kontribusi Jumlah Kehamilan
(Gravida) Terhadap Komplikasi Selama Kehamilan dan
Persalinan. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 2(1), 9-16.

Cunningham, G.R. 2016. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry
Hartono dan Joko
Suyono. Jakarta: EGC.

Hutahaean, S. 2019. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.


Jakarta: Trans
Info Media.

Anda mungkin juga menyukai