Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS MASALAH

1. Diagnosa Masalah
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2,
pertama kali didentifikasi di kota Wuhan provinsi Hubei Cina pada Desember 2019.
COVID-19 sebelumnya dikenal sebagai Novel 2019 atau Novel Coronavirus (2019 –
nCoV) penyakit pernafasan sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
nama resmi sebagai COVID-19 pada bulan Februari 2020. COVID-19 telah menyebar ke
berbagi negara di dunia termasuk Indonesia.
Angka kejadian COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah sampai tahun
2021. Provinsi Jawa Barat menempati posisi kedua dengan kasus terkonfirmasi terbanyak
setelah DKI Jakarta. Salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yakni Kota Cimahi memiliki
sebaran kasus terkonfirmasi sebanyak 3.806. Kelurahan Cipageran menempati urutan
kedua dengan jumlah kasus positif aktif sebanyak 31 kasus.

A. Diagnosis Sosial
Berdasarkan data PDRB Kelurahan di Kota Cimahi tahun 2002, 2009 dan 2012
(BPS Kota Cimahi: 2002; 2009; dan 2012) teridentifikasi bahwa subsektor Pertanian
yang berkembang cukup pesat di Kota Cimahi adalah sub-sektor Peternakan dan Produk
turunannya dengan lokasi di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara. Lebih
lanjut jika diperdalam dengan menggunakan Data Sensus Ekonomi tahun 2006 dan
Sensus Pertanian tahun 2013 (BPS Kota Cimahi: 2010 dan 2013) dan laporan Bidang
Pertanian Diskopindagtan tahun 2013 (Diskop Cimahi: 2013) maka diketahui, lebih detail
lokasi dan jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan data di Kota
Cimahi terdapat kurang lebih 800 (delapan ratus) ekor sapi perah dan sapi potong.
Memperhatikan pertumbuhan populasi dan nilai tambah (added value) maka ternak yang
sangat potensial dikembangkan adalah Sapi Perah dengan lokasi konsentrasi (36%) budi
daya sapi perah terletak di 3 (tiga) Rukun Warga (RW) yaitu RW 12, 19 dan 21 dengan
kapasitas produksi susu segar diperkirakan sekitar 1.500 liter per hari.
Berdasarkan data di atas dan penelusuran melalui wawancara kepada salah satu
kader di wilayah RW 13 Kelurahan Cipageran, tidak ditemukan masalah sosial yang
berkaitan dengan kejadian pandemi COVID-19 di Kelurahan Cipageran RW 13.

B. Diagnosis epidemiologi
1. Masih bertambah angka kejadian kasus Covid-19

C. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan


1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
di masa pandemi Covid-19.
2. Masyarakat sudah mengetahui aturan mengenai protokol kesehatan hanya saja belum
seluruhnya menerapkan

D. Diagnosis pendidikan dan organisasi


1. Tingkat pendidikan yang rendah sehingga mempengaruhi pengetahuan mengenai
Covid-19.
2. Pengetahuan mengenai vaksin masih kurang sehingga tidak mau menerima vaksin

E. Diagnosis administrasi dan kebijakan


Sejumlah pemerintah daerah mengambil kebijakan dengan merealokasi anggaran.
Salah satunya tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2020 tentang
Perubahan Postur Rincian dan APBN Tahun 2020. Adapun pada tingkat kementerian,
Kementerian Kesehatan mengalami peningkatan anggaran dari Rp 57 triliun menjadi 76
triliun. Di tingkat provinsi juga terjadi peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) 2020 untuk penanganan COVID-19, termasuk Jawa Barat. Pemerintah
Provinsi Jawa Barat menyiapkan anggaran Rp 5 triliun untuk penanganan wabah. Bahkan
sebagian anggaran perjalanan dinas dan bantuan dana desa dipangkas dan dialihkan untuk
penanggulangan dampak sosial ekonomi akibat wabah. Hal tersebut menggambarkan
betapa pemerintah peduli dengan penganganan COVID-19. Anggaran yang ada
mencakup seluruh bidang pelayanan kesehatan dalam bidang promotif, preventif, dan
rehabilitatif. Adapun dalam bidang promotif dalam rangka memutus mata tantai
penyebaran dan mengakhiri pandemi COVID-19.
Tabel Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USGF (Urgent, Seriousness, Growth, and Feasible)

Masalah Kesehatan U S G F Jumlah


Pengetahuan masyarakat masih rendah mengenai Covid 5 4 3 5 17
Pengetahuan mengenai vaksin masih kurang sehingga tidak mau 4 3 2 3 12
menerima vaksin
Masih bertambah angka kejadian kasus Covid-19 5 5 3 3 16
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas 4 3 4 2 13
kesehatan

Masyarakat sudah mengetahui aturan mengenai protokol kesehatan 4 3 4 2 13


hanya saja belum seluruhnya menerapkan
Plan of Action
No. Masalah Tujuan Sasaran Isi Intervensi Kesehatan Metode Media Rencana Jadwal
Evaluasi Pelaksa
naan

1. Masalah Tujuan umum: Sasaran Primer: 1. Pencegahan covid-19 Penyuluhan Media cetak Evaluasi sumatif 5 Maret
Pengetahuan secara umum menggunakan (Poster pada dengan metode 2021
masyarakat Meningkatkan Masyarakat di 2. Pengetahuan media kalender) tanya jawab
masih rendah pengetahuan wilayah RW 13 mengenai gizi kepada sasaran
mengenai Covid masyarakat Kelurahan seimbang untuk
mengenai covid Cipageran, meningkatkan daya
Cimahi Utara tahan tubuh
Tujuan khusus: 3. pengetahuan
mengenai pencegahan
a. Memberikan penularan covid pada
pengetahuan Sasaran kelompok rentan
mengenai Sekunder: 4. Memberikan
pencegahan pengetahuan
covid Keluarga mengenai cara
b. Memberikan masyarakat di penanganan covid
pengetahuan pada pasien terpapar
wilayah RW 13
mengenai gizi covid-19
seimbang Cipageran
5. Memberikan
untuk pengetahuan
Sasaran Tersier:
meningkatkan mengenai vaksin
daya tahan Kader dan Tokoh
tubuh
Masyarakat di
c. Memberikan
pengetahuan wilayah RW 13
mengenai Cipageran
pencegahan
penularan
covid pada
kelompok
rentan
d. Memberikan
pengetahuan
mengenai cara
penanganan
covid pada
pasien terpapar
covid-19
e. Memberikan
pengetahuan
mengenai
vaksin
Jurnal Pendukung

1. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP COVID-19: A LITERATURE REVIEW


Berdasarkan beberapa artikel Penelitian yang telah diterbitkan di atas menggambarkan bahwa pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap pencegahan Covid-19 masih rendah. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahma
(2020) tentang Oncologists and COVID-19 in Indonesia: What can we learn and must do, memaparkan bahwa masih banyak
masyarakat yang memiliki pemahaman keliru tentang Covid 19.

Pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan Covid-19 masih rendah. Selain itu tingkat kepatuhan masyarakat
untuk melakukan social distance juga masih terlihat rendah, karena masih terlihat warga beraktivitas keluar rumah untuk tujuan
rekreasi, duduk bergerombol, berkumpul tanpa menggunakan masker ataupun menjaga jarak, sehingga kemungkinan penyebaran
masih menjadi tugas besar.Tindakan promotif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat sangat diperlukan agar bisa
meningkatkan pengetahuan mereka tentang isolasi mandiri yang sesuai standar operasional prosedur.

2. DETERMINAN KEPATUHAN MASYARAKAT KOTA DEPOK TERHADAP KEBIJAKAN PEMBATASAN SOSIAL


BERSKALA BESAR DALAM PENCEGAHAN COVID-19
Berdasarkan sembilan faktor yang ada, hanya empat faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan
masyarakat terhadap kebijakan PSBB di Kota Depok. Faktor yang berhubungan yaitu faktor jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pengetahuan serta sikap. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
kebijakan PSBB di Kota Depok yaitu menjadikan perempuan sebagai motor penggerak kepatuhan Kebijakan PSBB,
membentuk relawan Covid-19 dari masyarakat yang berpendidikan tinggi serta memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai Covid-19 dan Kebijakan PSBB dengan bahasa yang sederhana dan lugas. Sebaiknya juga
dilakukan penelitian sejenis dengan metode kualitatif untuk menganalisis secara mendalam mengenai aspek
kepatuhan kebijakan PSBB berdasarkan jenis kelamin

Anda mungkin juga menyukai