NPM : 193515516068
Prodi : Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Drs. Adjat Daradjat, M.Si.
Aberar Guridno, S.TP., M.AP
Mata Kuliah : Reformasi Administrasi
Apresiasi 5
Definisi Birokrasi
Birokrasi merupakan struktur tatanan organisasi, bagan, pembagian kerja dan hierarki yang
terdapat pada sebuah lembaga yang penting untuk menjalankan tugastugas agar lebih teratur,
seperti contohnya pada pemerintahan, rumah sakit, sekolah, militer dll. Birokrasi ini
dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai
macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang. Dalam
pelaksanaanya, birokrasi memiliki prosedur atau aturan yang bersifat tetap, dan rantai
komando yang berupa hirarki kewenangannya mengalir dari “atas” ke “bawah”. Terminologi
birokrasi dalam literatur Ilmu Administrasi Negara atau Ilmu Politik adalah sebagai berikut:
Adanya dua mitos dalam sistem politik Barat tentang birokrasi. Yang Pertama menganggap
birokrasi sebagai sumber keburukan. Harold J. Laski dalam dalam Encyclopedia of the Social
Science menggambarkan birokrasi sebagai penyebar rutin dalam administrasi, mengorbankan
fleksibilitas demi peraturan yang kaku, mengulur- ulur proses pembuatan keputusan dan
menolak eksperimen. Mitos kedua menganggap birokrasi menjalankan peranan pahlawan.
Max Weber merupakan pendukung terkemuka pandangan ini. Ia menyatakan bahwa birokrasi
mampu mencapai tingkat efisiensi yang paling tinggi dan bentuk administrasi yang paling
rasional karena birokrasi merupakan pelaksana pengendalian melalui pengetahuan.
Dimensi Birokrasi
Birokrasi merupakan salah satu model atau tipe organisasi, yang digunakan oleh organisasi-
organisasi besar dengan tata kerja yang rumit. Organisasi yang dimaksudkan adalah
organisasi memiliki struktur dan aturan-aturan yang jelas dan formal. Seperti, organisasi
pemerintahan, perusahaan-perusahaan besar dll, yang menggunakan kapasitas organisasi
yang relatif besar, serta proses dan mekanisme kerja yang luas dan kompleks. Untuk itu
diperlukan penggunaan sumber daya manusia yang besar, teknologi yang kompleks, anggaran
yang besar, jejaring kerja yang luas, serta sasaran organisasi yang tersebar dan heterogen.
Dalam Karyanya Weber berjudul The Theory of Social and Economic Organization serta
Essay in Sociology menjadi kajian utama para ilmuan di berbagai negara, tetapi yang paling
utama dibahas adalah birokrasi, karena Waberlah orang pertama yang menyuguhkannya.
Bagi Weber, birokrasi adalah metode organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas. Birokrasi
sebagai suatu bentuk organisasi dengan ciri-ciri khusus, pada dasarnya menjadi pusat
perhatian dari berbagai disiplin ilmu social atas jasa dari Max Weber dalam karyanya “The
Theory of Economic an Social Organization”. Weber mengemukakan konsepnya tentang
“The Ideal Type of Bureaucracy“ dengan merumuskan ciri-ciri pokok dari organisasi yang
lebih sesuai dengan masyarakat modern, yaitu:
a. Struktur hirarkis dengan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi (a
hierarcical structure involving delegation of authority from the top to the bottom of an
organization).
b. Posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
tegas/jelas (a series of official position offices, each having prescribed duties and
responsibility).
c. Aturan, regulasi dan standar formal yang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku
para anggotanya (formal rules, regulations and standar governing operation of the
organization and behavior of its members).
d. Personil yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karir, dengan
promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan kinerja (technically qualified personel
employed an a career basis, with promotion based on qualification and performance).
Ciri-ciri organisasi yang rasional, pada hakekatnya merupakan dasar pembentukan organisasi
pemerintahan yang dikenal sebagai Birokrasi Pemerintah. Dalam perilaku organisasi sehari-
hari, tentu saja dapat dijumpai beberapa kritik dan kelemahan, namun dasar daris emua
organisasi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai organisasi
administrasi yang rasional.
Birokrasi secara ideal, telah menjadi sebuah relasi yang dikonstruksikan secara obyektif dan
netral dengan berorientasi pada pelayan masyarakat, politik dan menekankan bahwa setiap
birokrasi memiliki kepentingan sendiri, dan hubungan dengan strata sosial lainnya. Secara
teoritik hal ini yang dikonsepsikan sebagai otonomi relatif pada sistem birokrasi dan
artikulasi birokrat yang menandari adanya tingkatan individual dari birokrasi, meskipun hal
ini tak dapat dilepaskan dari kerangka berfikir intersubjektif. Secara etimologis, birokrasi dari
kata bureau dan kratia (Yunani), bureau artinya meja atau kantor dan kratia artinya
pemerintahan. Jadi birokrasi berarti pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dari meja ke
meja. Max Weber memandang Birokrasi sebagai:
a. Istilah kolektif bagi suatu badan yang terdiri atas pejabat-pejabat atau sekelompok orang,
dimana pekerjaannya jelas dan pasti serta pengaruhnya dapat dilihat pada semua macam
organisasi.
c. Birokrasi merupakan alat politik untuk mengatur dan mewujudkan agenda-agenda politik,
sifat kekuasaan aparat birokrasi sebenarnya bukan tanpa kendali tetapi tetap dibatasi oleh
perangkat kendali dari luar dan dari dalam.
Birokrasi juga dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang
dilakukan banyak orang, birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk mencapai
tugastugas administrasi besar dengan cara mengkoordinasi secara sistematis atau teratur
pekerjaan dari banyak orang. Birokrasi sebagai suatu sistem kerja dimaksudkan sebagai
sistem kerja yang berdasarkan atas tata hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan secara
langsung mengenai persoalan yang formil menurut prosedur yang berlaku dan tidak adanya
rasa sentimen tanpa emosi atau pilih kasih, tanpa pamrih dan prasangka.
Tata hubungan diantara jabatan-jabatan, antar aparatur, antar unit, antar instansi serta
kementerian pemerintahan. Dalam tata hubungan ini, penyampaian gagasan, rencana,
perintah, nilai-nilai, perasaan dan tujuan dapat diterima dengan baik oleh pihak lain sebagai
penerima, dengan cara penyampaian yang harus mudah dan tepat serta sesuai peraturan yang
berlaku. Birokrat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus dilandasi kesadaran
hukum yang tinggi. Dalam melaksanakan birokrasi negara, setiap pejabat dalam
melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan dua asas, yaitu:
a. Asas Legalitas Asas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan pemerintahan dan
jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat. Asas ini berarti tidak ada satu pun
perbuatan atau keputusan dari pejabat atau para birokrat yang bersangkutan, boleh
dilakukan tanpa dasar suatu ketentuan undang-undang, untuk itu para pejabat atau
para birokrat harus memperhatikan delapan unsur legalitas, yaitu peraturan tertulis,
penyebaran atau penggunaan peraturan, tidak berlaku surut, peraturan bisa dimengerti,
tidak bertentangan satu sama lain, tidak menuntut diluar kemampuan orang, tidak
sering berubah-ubah dan sesuai antara peraturan dan pelaksanaannya. Penerapan asas
legalitas akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan kesamaan perlakuan.
b. Asas Freies Ermessen atau Diskresi Artinya pejabat atau para birokrat tidak boleh
menolak mengambil keputusan dengan alasan tidak ada peraturan, oleh karena itu
diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pendapatnya sendiri
asalkan tidak melanggar asas legalitas (Lemhanas, 2010). Pemberian kewenangan
kepada administrasi negara untuk bertindak atas inisiatif sendiri itu lazim dikenal
dengan istilah Freies Ermessen atau Discretionary power, yaitu suatu istilah yang
didalamnya mengandung kewajiban dan kekuasaan yang luas. Pemberian freies
ermessen kepada pemerintah atau administrasi negara mempunyai konsekuensi
tertentu dalam bidang legislasi. Dengan bersandar pada freies ermessen, administrasi
negara memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan berbagai tindakan hukum
dalam rangka melayani kepentingan masyarakat atau mewujudkan kesejahteraan
umum, dan untuk melakukan Tindakan itu diperlukan instrumen hukum. Artinya,
bersamaan dengan pemberian kewenangan yang luas untuk bertindak diberikan pula
kewenangan untuk membuat instrumen hukumnya. Freies ermessen ini muncul
sebagai alternatif untuk mengisi kekurangan dan kelemahan didalam penerapan asas
legalitas (wetmatigheid van bestuur). Bagi negara yang bersifat welfare state, asas
legalitas saja tidak cukup untuk dapat berperan secara maksimal dalam melayani
kepentingan masyarakat, yang berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi. Isi freies ermessen sebagai kebijakan meliputi 4 (empat) hal yaitu :
a. Apakah wewenang administrasi tertentu akan dipakai atau tidak.
b. Kapan wewenang administrasi akan dipakai.
c. Bagaimana wewenang administrasi akan dipakai.
d. Apa kriteria yang dipakai dalam penggunaan wewenang administrasi dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan tindakan pemerintah pada asas legalitas dan diskresi atau ermessen
sesungguhnya adalah mendasarkan tindakan pada wewenang. Tindakan pemerintahan yang
didasarkan pada asas legalitas mengandung arti mendasarkan tindakan itu pada kewenangan
terikat, sedangkan tindakan yang didasarkan pada diskresi berarti mendasarkan tindakan
pemerintahan itu pada kewenangan tidak terikat. Berlakunya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik) sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak
penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat, aparatur penyelenggara merasa
memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan
masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur negara tersebut merupakan hak
dari masyarakat.
Hak, Kewajiban, Tanggung Jawab Dan Peranan Birokrat Sebagai Aparatur Pemerintahan.
A. Kewajiban Birokrat sebagai Aparatur Pemerintahan Dalam setiap hal yang dikerjakan
oleh aparatur administrasi negara, dapat dilihat apa yang menjadi hak, kewajiban,
tanggung jawab serta peranan aparatur administrasi negara. Adapun hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang aparatur administrasi negara
(birokrat) adalah :