Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH FARMASI KLINIK

Medication Error

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Ade Silfiah 1711015520001


Alyssa Aprilla 1611015320004
Arif subekti 1611015210006
Ayu Desiana Ardianti 1611015120004
Farida 1611015220010
Khairunnisa Amalia 1611015320012
Khairun Ismail 1611015310011
M fajerin hidayat J1e114216
Putri Nilam Sari 1611015120012
Robby Yosua Tambunan 1611015310030
Silpa Islamiah 1611015120016
Syarifah Aulia Normalita 1611015120017
Yuliatin 1611015320037
Vita Fitriana Awaliyah 1611015320036

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
BAB I

A. Latar Belakang
Saat ini medication error menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
banyak menimbulkan berbagai dampak bagi pasien mulai dari resiko ringan bahkan
resiko yang paling parah yaitu menyebabkan suatu kematian. Dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian
di apotek menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan
pasien, yang diakibatkan pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan
yang sebetulnya dapat dicegah (Oktarlina & Wafiyatunisa, 2017).
Di Indonesia, angka kejadian medication error belum terdata secara akurat dan
sistematis, tetapi angka kejadian medication error sangat sering kita jumpai di
berbagai institusi pelayanan kesehatan di Indonesia. Angka kejadian akibat kesalahan
dalam permintaan obat resep juga bervariasi, yaitu antara 0,03-16,9%. Dalam salah
satu penelitian menyebutkan terdapat 11% medication error di rumah sakit berkaitan
dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat
yang keliru. Meskipun angka kejadian medication error relatif banyak namun jarang
yang berakhir hingga terjadi cedera yang fatal di pihak pasien (Oktarlina &
Wafiyatunisa, 2017).
Medication errors adalah suatu kegagalan dalam proses pengobatan yang
memiliki potensi membahayakan pada pasien dalam proses pengobatan ataupun
perawatannya. Kesalahan pengobatan ini dapat menyebabkan efek yang merugikan
serta berpotensi menimbulkan risiko fatal dari suatu penyakit. Medication error dapat
terjadi pada setiap tahap proses pengobatan yang kompleks sehingga tingkat
prevalensinya perlu diperkirakan pada setiap fase pengobatan: prescribing dan
dispensing sesuai dengan dampak klinisnya (Ulfah & Mita, 2015). Medication error
dapat diklasifikasikan menjadi dispensing errors, prescribing errors, dan
administration errors. Secara umum, faktor yang paling sering mempengaruhi
medication error adalah faktor individu, berupa persoalan pribadi, pengetahuan
tentang obat yang kurang memadai, dan kesalahan perhitungan dosis obat (Hartati et
al., 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh (Wafiyatunnisa, 2017) di RSD Mayjend HM
Ryacudu Kotabumi provinsi Lampung menunjukkan angka kejadian medication
error pada fase prescribing sebesar 63,6%. Tiga bagian kesalahan yang sering terjadi
yaitu pada bagian inscription sebesar 58,5%, bagian prescription sebesar 63,6%, dan
bagian pro sebesar 81,9%.7 Data ini menunjukkan bahwa fase prescribing berpotensi
besar menimbulkan kejadian medication error.
Prescribing error disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat dicegah dengan
penerapan peresepan yang rasional yaitu tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat
dosis, tepat waktu pemberian, tepat rute dan cara pemberiannya. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh format penulisan resep yang benar, sehingga tidak terdapat
transcribing error (kesalahan dalam pembacaan) oleh apoteker yang akan
menyebabkan kesalahan dalam pemberian obat (Sari & Oktarlina, 2017).
Salah satu cara atau strategi untuk mengurangi kesalahan dalam peresepan obat
adalah mengetahui titik permasalahan yang menyebabkan kejadian medication
errors. Penulis resep dan proses lainnya adalah kunci utama yang berhubungan kuat
dengan kejadian medication errors. Untuk itu perlu diketahui apa saja hal yang
menyebabkan individu penulis salah dalam kesalahan pengobatan serta meresepkan
obat (Sari & Oktarlina, 2017).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari medication error dan bagaimamana bentuk dari medication
error?
2. Apa saja penyebab terjadinya medication error?
3. Apa saja contoh medication error yang terdapat pada tahapan Prescribing,
Transcribing, Dispensing, dan Administering?
4. Ada berapa macam kategori medication error?
5. Bagaimana cara mencegah terjadinya medication error ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan bentuk medication error.
2. Mengetahui penyabab terjadinya medication error.
3. Mengetahui medication error yang terdapat pada tahapan Prescribing,
Transcribing, Dispensing, dan Administering.
4. Mengetahui kategori medication error.
5. Mengetahui cara mencegah terjadinya medication error.
BAB II

A. Defenisi
Medication Error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah. Secara umum Medication error
didefinisikan sebagai peresepan, pemberian dan administrasi obat yang salah, yang
menyebabkan konsekuensi tertentu. Medication error dapat terjadi disetiap tahapan
pengobatan. Menurut National Patient Safety Agency (2004), medication error pada
tahap administration error adalah jenis kesalahan yang paling sering terjadi dan
menimbulkan dampak yang paling parah dibandingkan jenis kesalahan lainnya
Medication error dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan yang
potensial memicu resiko fatal dari penyakit (Rumambi et al, 2015).
Medication error dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan tahap pengobatan, yaitu:
prescribing error (resep tidak terbaca, data pasien tdak lengkap, nama obat yang
tidak jelas), dispensing error (bentuk sediaan yang tidak tepat, obat kadaluarsa,
instruksi obat yang tidak tepat), dan administration error (kesalahan waktu
pemberian obat, dosis tidak tepat, teknik atau rute pemberian obat yang salah.
Medication administration error dapat menjadi salah satu penyebab Adverse Drug
Events (ADE) atau efek samping yang tidak diinginkan dalam pengobatan
(Budihardjo, 2017).
B. Bentuk-bentuk Medication error
Bentuk-bentuk medication error adalah Prescribing, Transcribing, Dispensing,
Administration (Simamora et al.,2011). Prescribing Error kesalahan dalam
administrasi disebabkan ketidak jelasan tulisan, ketidak lengkapan resep, keaslian
resep, dan ketidak jelasan instruksi. Transcibing Error kesalahn terkait copy error,
dibaca keliru, dan ada intruksi yang terlewatkan. Dispensing kesalahan yang terjadi
yaitu pada kontra indikasi, extra dose, dan kegagalan mencek intruksi. Kesalahan
yang terjadi pada administrasi yaitu administrasi error, kontra indikasi dan obat
tertinggal.
C. Penyebab
Medication error terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal yakni pemberian
obat yang salah dikarenakan bentuk obat yang mirip (LASA), dosis yang tidak
rasional, kesalahan rute pemakaian, adanya kegagalan komunikasi salah interpretasi
antara prescriber dengan dispenser dalam mengartikan resep, proses pemberian
label/etiket terhadap identitas obat dan pasien yang tidak sesuai dengan obatnya
dikarenakan perbedaan karakter masing-masing individu, beban kerja, dan
ketidakpahaman standar prosedur penyerahan obat (Nilasari et al., 2017).
D. Tahapan Medication error
Pada medication error untuk fase prescribing potensi kesalahan yaitu :
a. tulisan resep yang tidak dapat terbaca 0,3%
b. nama obat yang disingkat 12%
c. tidak ada dosis pemberian 39%
d. tidak ada jumlah pemberian 18%
e. tidak menuliskan satuan dosis 59%
f. tidak ada aturan pakai 34%, tidak ada rute pemberian 49%
g. tidak ada bentuk sediaan 84%
h. tidak ada tanggal permintaan resep 16%
i. tidak lengkapnya identitas pasien ( tidak ada nomor rekam medik yang tertulis
62%, tinggi badan 88%, jenis kelamin pasien 76%, usia 87%, dan berat badan
88%).
Faktor yang menyebabkan terjadinya prescribing error adalah faktor lingkungan
kerja yaitu gangguan dan interupsi keluarga pasien; faktor pasien yaitu pasien yang
tidak kooperatif; faktor petugas kesehatan yaitu pengetahuan, tulisan dokter yang
buruk, dan beban kerja yang berlebihan. Faktor lainnya yaitu beban kerja yaitu rasio
antara beban kerja dan SDM tidak seimbang, gangguan bekerja yaitu terganggu
dengan dering telepon, kondisi lingkungan yaitu pencahayaan yang kurang
mendukung saat bekerja, dan komunikasi yaitu permintaan obat secara lisan. Hal ini
seharusnya bisa dihindari atau diatasi.
Kasus dispensing error yang terjadi pada layanan farmasi adalah salah obat, salah
kekuatan obat, dan salah kuantitas. Hal ini selaras dengan beberapa penelitian lain
antara lain Aldhwaihi et al (2016), dan James et al (2007). Salah obat adalah jenis
error paling umum dari dispensing error pada pelayanan farmasi, sementara error lain
adalah kekeliruan kekuatan obat (wrong medicine), dosis (wrong drug strength), dan
jumlah obat (wrong quantity) selaras dengan temuan penelitian tersebut . Ada juga
rumah sakit dengan kejadian kekeliruan dosis angkanya jauh lebih banyak dari pada
kekeliruan obat salah satunya adalah hasil penelitian Al-Khani S et al (2014).
Penyebab tersebut bisa karena staf tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan
yang benar tentang berbagai ukuran dan ketrampilan kemampuan mengkonversi ke
unit pengukuran lain. Hal ini sangat penting untuk mencegah kekeliruan dosis.
Penelitian yang dilakukan oleh Yosefin dkk (2016), bahwa faktor penyebab ME
fase dispensing meliputi beban kerja yaitu rasio antara beban kerja dan SDM tidak
seimbang, edukasi yaitu penyiapan obat yang tidak sesuai permintaan resep,
komunikasi yaitu kurangnya komunikasi mengenai stok perbekalan farmasi, kondisi
lingkungan yaitu tidak adanya ruangan penyiapan obat dan gangguan bekerja yaitu
terganggu dengan dering telepon. 11 Hal ini selaras dengan hasil penelitian
Aldhwaihi et al (2016) yang menyimpulkan bahwa factor-faktor yang berkaitan
dengan dispensing errors adalah beban pekerjaan tinggi, jumlah staf yang kurang,
obat LASA, kemasan yang mirip, sistem penyimpanan obat LASA dan gangguan
lingkungan antara lain distraksi, interupsi (Khairurrijal & Putriana, 2017).
Tahap transcribing (pembacaan resep untuk proses dispensing) kesalahan yang
berpotensi menimbulkan medication error yang sangat berbahaya terjadi karena tidak
ada dosis pemberian 89%, tidak ada rute pemberian 21%, dan tidak ada bentuk sediaan
sebanyak 14% (Sabila et al., 2018). Transcribing error dimana error yang terjadi adalah
kegagalan komunikasi antara prescriber dan dispenser sehingga terjadi salah menulis
(pembuatan copy resep) dan salah membaca resep, umumnya obat dengan kategori LASA
(Look Alike Sound Alike). Kesalahan yang terjadi pada tahap transcribing adalah ketika
tulisan dokter tidak terbaca, staf farmasi tidak melakukan konfirmasi ulang terhadap tulisan
tersebut hal ini tidak dilakukan karena staf sudah yakin dan mempunyai asumsi terhadap
tulisan tersebut (Nilasari et al., 2017).
Kesalahan dalam proses transcribing bisa berkurang dengan diterapkannya
peresepan elektronik. Data umum pasien tidak perlu ditulis ulang karena sudah
terintegrasi dengan sistem informasi rumah sakit. Tenaga farmasi cukup melakukan
validasi terhadap resep yang masuk, tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk
membaca tulisan dokter dalam resep yang sering tidak jelas atau konfirmasi kepada
dokter kalau menjumpai kesulitan (Sujatno et al., 2016).
Kesalahan administrasi pengobatan (MAE) didefinisikan sebagai perbedaan
antara apa yang diterima oleh pasien atau yang seharusnya diterima pasien dengan
apa yang di maksudkan oleh penulis resep (Zed et al., 2008). MAE adalah salah satu
area resiko praktik keperawatan dan terjadi ketika ada perbedaan antara obat yang
diterima oleh pasien dan terapiobat yang ditunjukan oleh penulis resep (Williams,
2007).
Dari beberapa jurnal, jenis administration erorr yang terjadi pada saat pelayanan
farmasi adalah kesalahan waktu pemberian obat, kesalahan teknik pemberian obat,
dan obat tertukar pada pasien yang namanya sama (right drug for wrong patient).
Salah satu contoh administration erorr, misalnya obat diberikan informasi diminum
sesudah makan yang seharusnya sebelum makan atau yang seharusnya siang atau
malam diberikan pagi hari. Contoh lain dokter menuliskan R/ Flunarizin 5 mg signa
1×1 malam, Instalasi Farmasi memberikan Sinral 5mg, tetapi perawat tidak
mengetahui bahwa obat tersebut komposisinya sama dengan Flunarizin, mungkin
juga karena kurang teliti, sampai terjadi pasien tidak diberikan obat karena di CPO
ditulis Flunarizine 5 mg, signa 1×1 (Sarmalina et al., 2011).
Faktor penyebab ME fase administration meliputi beban kerja yaitu rasio antara
beban kerja dan SDM tidak seimbang, gangguan bekerja yaitu terganggu dengan
dering telepon, edukasi yaitu tidak tepat waktu pemberian obat, kondisi lingkungan
yaitu jarak unit farmasi tidak memudahkan tenaga kesehatan dalam pemberian obat
dan komunikasi yaitu kurangnya komunikasi tenaga kesehatan dan pasien dalam
penggunaan obat (Yosefin et al., 2016).
E. Kategori Medication error
Berdasarkan dampak klinisnya bagi pasien, medication error dapat
dikelompokkan menjadi sebilan kategori. Secara garis besar, dampal klinis
medication error dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu tidak terjadi kesalahan
(kategori A), terjadi kesalahan tetapi tidak berbahaya (kategori B, C, D), terjadi
kesalahan dan berbahaya (kategori E, F, G dan H), terjadi kesalahan dan meninggal
(kategori I).
Tabel 1. Kategori Dampak Medication Error

Kategori Keterangan
Kategori A Kondisi lingkungan atau kejadian yang berkapasitas
menyebabkan kesalahan
Kategori B Terjadi suatu kesalahan, tetapi tidak mencapai pasien
Kategori C Terjadi suatu kesalahan yang mencapai pasien, tetapi
tidak menyebabkan bahaya pada pasien
Kategori D Terjadi kesalahan yang mencapai pasien dan
membutuhkan pengawasan untuk mengonfirmasi
apakah kesalahan tersebut berakibat tidak berbahaya
pada pasien dan apakah memerlukan intervensi untuk
menghilangkan bahaya
Kategori E Terjadi kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya sementara pada pasien dan
membutuhkan intervensi
Kategori F Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya pada pasien dan
menyebabkan pasien dirawat inap atau
memperpanjang rawat inap
Kategori G Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya permanen pada pasien

F. Cara mencegah Medication error


1. Penerapan peresepan yang rasional yaitu tepat indikasi, tepat pemilihan obat,
tepat dosis, tepat waktu pemberian, tepat rute dan cara pemberiannya.
2. Menggunakan metode Medication Appropriateness Index (MAI) merupakan
alat penilaian yang sudah divalidasi untuk menilai kesesuaian pengobatan.
3. pengobatan yang komprehensif terhadap pasien oleh petugas kesehatan seperti
dokter dan petugas farmasi terutama apoteker supaya tidak terjadi kesalahan
dalam pembacaan resep.
(Sari & Oktarlina, 2017).
4. dapat dilakukan dengan mendidik tenaga kesehatan tentang faktor risiko
kesalahan pengobatan dan dampaknya pada hasil terapeutik, mempersiapkan
sistem pengobatan terstruktur untuk pengaturan pasien rawat jalan, mendidik
apoteker untuk meningkatkan perannya dalam pengaturan komunitas
(Perwitasari at al., 2010).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat
dicegah. Farmasis memiliki tanggung jawab besar dalam mencegah terjadinya
medication error khususnya dalam hal transcription, prescribing, dispensing, dan
administrasi. Tidak hanya farmasis, pencegahan medication error seharusnya menjadi
tanggung jawab bersama baik dokter, perawat maupun petugas kesehatan lainnya.
Kebijakan dan prosedur pengelolaan, pengendalian, pelayanan yang memadai serta
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM menjadi aspek penting dalam mencegah
terjadinya medication error.

B. Saran
Disarankan agar skrining resep (melalui 3 macam, skriining administratif,
skrining farmasetik, skrining klinik) dan ditelaah secara teliti agar mengurangi
terjadinya medication error.

DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, V. S. 2017. Faktor Perawat Terhadap Kejadian Medication
Administration Error di Instalasi Rawat Inap. Jurnal Administrasi Kesehatan. 5
: 52 – 61.

Cahyono, S. B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik


Kedokteran. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hartati., N. H. Lolo., A. Fudholi & Satibi. 2014. Analisis Kejadian Medication Error
pada Pasien ICU. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 4:125-132.

Khairurrijal, M. A. W & Putriana, A. A. 2017. Review : Medication Erorr Pada


Tahap Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administration. Majalah
farmasetika. 2: 8-13.

Nilasari, P., D. Hasan & W. Uun. 2017. Faktor-Faktor yang Berkaitan/ Berhubungan
dengan Medication Error dan Pengaruhnya Terhadap Patient Safety yang Rawat
Inap Di Rs. Pondok Indah – Jakarta Tahun 2012 – 2015. Social Clinical
Pharmacy Indonesia Journal. 2: 1-6.

Oktarlina, R. Z & Z. Wafiyatunnisa. 2017. Kejadian Medication Error pada Fase


Prescribing di Poliklinik Pasien Rawat Jalan RSD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi. JK Unila. 1: 540-545.

Perwitasari, A. D., J. Abror & I. Wahyuningsih. 2010. Medication Errors In


Outpatients Of A Goverment Hospital In Yogyakarta Indonesia.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 1: 8-
10.

Rumambi, T., D. B. Putra & Darmastuti. 2015. Aplikasi Desktop Sistem Pakar
Reaksi Jaringan Terhadap Kelainan dan Trauma Muskuloskeletal
Menggunakan Strawberry Prolog (Light Edition). Prosiding Seminar Ilmiah
Nasional Teknologi Komputer. 1 : 210 – 215.

Sabila, F. C., R. Z. Oktarlina & N. Utami. 2018. Peresepan Elektronik (E-Prescribing) Dalam
Menurunkan Kesalahan Penulisan Resep. Majority. 7: 271-274.

Sari, D. D & Oktarlina. R. Z. 2017. Peresepan Obat Rasional dalam Mencegah


Kejadian Medication Error. Medula. 7: 100-105.

Sarmalina S, Paryanti, Sonlimar M. 2011. Pengaruh Partisipasi Tenaga Teknis


Kefarmasian dalam Menurunkan Angka Kejadian Medication Error di Bangsal
Penyakit Dalam RS RK Charitas Palembang. Majalah Kesehatan
PharmaMedika. 3(1):211-216.
Simamora, S., Paryanti & S. Mangunsong. 2011. Peran Tenaga Tehnis Kefarmasian
dalam Menurunkan Angka Kejadian Medication Error. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan. 14: 207-212.

Ulfah, S. S & S. R. Mita. 2015. Review Artikel: Medication Errors pada Tahap
Prescribing, Transcribing, Dispensing dan Administering. Farmaka. 15: 233-
240.

Williams, D. 2007. Medication errors. Journal of Royal College of Physicians


Edinburgh. 37:343–346.

Yosefin Ch. D, Heedy Tjitrosantoso, Widdhi Bodhi. 2016. Faktor Penyebab


Medication Error pada Pelayanan Kefarmasian Rawat Inap Bangsal Anak
RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Pharmacon. 5 (3):66-74 ISSN 2302 –
2493.

Zed, PJ et al. 2008. Incidence, Severity and Preventability of Medication-related


Visits to the Emergency Department: a Prospective Study. Can Med
Association J. 178(12):1563–1569

Anda mungkin juga menyukai