Anda di halaman 1dari 13

Ilmu Ushuluddin, Januari 2009, hlm. 125-137 Vol.8, No.

1
ISSN 1412-5188

PERAN STRATEGIS FILSAFAT ISLAM DALAM


PENGEMBANGAN KAJIAN PSIKOLOGI ISLAM

M. Zainal Abidin

Dosen Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari


Banjarmasin

Abstract: This article tries to explore the strategic role of Islamic


philosophy in developing psychological studies. There are two ways to
develop psychological studies. First, studies based on Islamic tradition,
and second studies based on modern psychology. The former is usually
called “Islamic psychology” which is based on traditional Islamic
knowledge like Islamic philosophy and Sufism, while the latter is called
“psychology of Islam” which is based on certain elements of modern
psychology considered in line with Islamic values. In fact, both kinds of
psychological studies are important if we want to put Islam and
psychology together.
Kata kunci: Turats, Modernitas, Psikologi Islam, Psikologi Islami

PENDAHULUAN mewujudkan ilmu pengetahuan


yang integralistik ini menjadi
Salah satu persoalan yang wacana yang menarik untuk
mengemuka dalam diskursus
pemikiran keilmuan muslim
kontemporer adalah bagaimana berpandangan bahwa kemunduran Islam
yang terjadi secara beruntun sejak
membangun ilmu pengetahuan beberapa abad belakangan ini,
yang integralistik di tengah disebabkan oleh kerancuan ilmu
kemunduran umat Islam di (corruption of knowledge) dan lemahnya
bidang ilmu pengetahuan dan penguasaan umat terhadap ilmu
dominasi keilmuan moderen pengetahuan. Karena faktor-faktor inilah
jelas Al Attas, yang menjadikan umat
Barat yang sekularistik.1 Upaya Islam menghadapi berbagai masalah di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan
1Kemunduran ilmu budaya. Lihat Wan Mohd Nor Wan
pengetahuan sendiri sering diparaelkan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan
dengan inferioritas umat Islam di bidang Islam Syed M. Naquib Al Attas, (Bandung:
ilmu pengetahuan. Al Attas misalnya Mizan, 2003), hal. 22.
126 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

didiskusikan paling tidak karena Kedua, ilmu pengetahuan


dua alasan. Pertama, berbeda moderen Barat yang dominan saat
dengan realitas faktual adanya ini, karena bersifat sekularistik
dikotomi ilmu yang terjadi di dan mengabaikan pada yang
dunia muslim,2 secara normatif sakral (Tuhan/Wahyu), diyakini
Islam menghendaki keilmuan turut memiliki kontribusi dalam
yang integralistik. Islam tidak melahirkan berbagai persoalan
hanya berbicara mengenai kemanusiaan dan lingkungan,
persoalan menyangkut hubungan sehingga diperlukan model
seorang hamba (‘abd) dengan keilmuan yang memiliki
Tuhan semata (hablum minallâh), pandangan yang berbeda, yang
tetapi juga banyak berbicara lebih utuh dan komprehensif
tentang problema kemanusiaan dalam memandang realitas.
dan realitas kealaman secara Dalam konteks ini, ilmu
umum. Pandangan dikotomik pengetahuan yang integralistik
terhadap ilmu pengetahuan, yang dari Islam berpeluang untuk
memisahkan antara wahyu dengan tampil menjadi pilihan dalam
akal atau antara pengetahuan mengatasi berbagai persoalan
agama dan pengetahuan umum, kemanusiaan kontemporer. 4
sejatinya tidak memiliki akar
dalam ajaran Islam (Alqur‟an).3 keilmuan yang integralistik, tidak ada
dikotomi antara agama dan ilmu
2Di Indonesia sendiri dikotomi (filsafat), keduanya berasal dari sumber
ini menurut Mastuhu telah membentuk yang sama dan karenanya tidak ada yang
dua sistem pendidikan. Sistem perlu dipertentangkan karenany. Lihat
"pendidikan agama" dan "pendidikan misalnya Ibnu Rusyd, Falsafah Ibnu Rusyd:
umum." Untuk yang pertama disebut Fasl al-maqal wa al-Kasyfu, (Kairo:
pendidikan tradisional dan yang kedua Maktabah al-Mahmudah al-Tijariah,
pendidikan moderen. Selain itu, ada lagi 1968); Lihat juga ulasan dalam M.M.
fakultas agama dan fakultas umum; Syarif (ed), A History of Muslim Philosophy,
sekolah agama dan sekolah umum. (Wisbaden: Otto Harrassowitz, 1963)
Bahkan jelas Mastuhu, dikotomi itu dan Sayyed Hossein Nasr and Oliver
menghasilkan kesan bahwa "pendidikan Leaman, History of Islamic Philosophy, Part
agama" berjalan tanpa dukungan iptek, I, (London and New York: Routledge,
dan sebaliknya, "pendidikan umum" 1996).
hadir tanpa sentuhan agama. Lihat 4Pandangan yang cukup kritis

Mastuhu, Memberdayakan Sistem terhadap ilmu pengetahuan moderen


Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Barat ini dan akibat-akibat yang
hal. 3. ditimbulkannya. Lihat misalnya, Sayyid
3Para Filosof Muslim klasik Hossein Nasr, Knowledge and the Sacred,
seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, (New York: Crossroad, 1989); C.A.
Ibnu Rusyd dan lain-lainnya sangat Qadir, Philosophy and Science in the Islamic
konsern dalam menampilkan pandangan World, (London: Routledge, 1988). Syed
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 127

Di kalangan intelektual kebangkitan kembali dunia Islam


muslim kontemporer sendiri, (islamic resurgence), yakni bagaimana
diskusi dan perdebatan dalam bersikap terhadap tradisi (turâts)
upaya memajukan kembali dan modernitas (hadâtsah).5 Dan
superioritas dunia muslim dalam salah satu dari produk modernitas
bidang ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan
sangatlah marak. Ia merupakan moderen, yang berkembang
bagian dari arus besar pemikiran dengan sangat pesat di dunia
muslim setelah kekalahan bangsa Barat.
Arab oleh Israel pada tahun 1967, Dalam perkembangannya,
yang kemudian melahirkan kritik gagasan desekularisasi ilmu oleh
internal dan berikutnya menjadi intelektual muslim kontemporer
titik tolak untuk menyambut tersebut mulai mewujud dalam
bentuknya yang lebih riil berupa
M. Naquib Al Attas, Islam and Secularism,
lahirnya disiplin ilmu pengetahuan
(Kuala Lumpur: ABIM, 1977). Nasr yang „islami‟. Di antara disiplin
menyatakan bahwa sains moderen telah keilmuan yang tampaknya berhasil
melakukan penindasan epistemologi dikembangkan dengan baik adalah
dengan cara tidak mengakui cara-cara disiplin ilmu ekonomi Islam dan
pandang lain terhadap alam, termasuk
yang ada dalam agama. Kepercayaan
psikologi Islam.6 Kedua disiplin
akan realitas di luar realitas empirik
hanya dianggap sebagai mitos atau 5Ada beberapa idiomatik atau

takhayul belaka. Sementara itu C.A. istilah yang biasa dipergunakan para
Qadir menganggap bahwa pengabaian pemikir Arab kontemporer, yaitu: al-
ilmu pengetahuan Barat terhadap yang turâts wa al-hadâtsah (Mohammed „Abid
sakral inilah yang telah mengakibatkan al- Jâbirî); al-turâts wa al-tajdîd (Hassan
pengasingan dan pemisahan dalam Hanafi); al-ashlah wa al-hadâtsah (A.H.
kehidupan manusia. Manusia moderen Jidah); al-turâts wa al- mu’âshirah (A.D.
menderita pengasingan (alienasi) dan Umari); dan dalam bentuk yang tidak
anomie. Adapun Al Attas menyatakan konsisten dipergunakan juga al-qadîm wa
bahwa konsep ilmu Barat lebih banyak al- jadîd (Hassan Hanafi). Seluruh istilah
menimbulkan masalah dan kekeliruan yang disebut ini memiliki arti arti tradisi
daripada melahirkan keharmonisan, dan modernitas dengan seluas-luas
kebaikan dan keadilan. Peradaban Barat makna. Lihat A. Luthfi Assyaukanie,
moderen telah membuat ilmu menjadi “Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab
problematis. Selain telah salah Kontemporer,” dalam jurnal Paramadina,
memahami makna ilmu, peradaban Barat Vo. I, No. 1, Juli-Desember 1998, hal.
juga telah menghilangkan maksud dan 60-62.
tujuan ilmu. Sekalipun, peradaban Barat 6Ada beberapa istilah yang

moderen menghasilkan ilmu yang dipergunakan selain psikologi Islam


bermanfaat, namun peradaban tersebut untuk bidang kajian kejiwaan dalam
juga telah menyebabkan kerusakan Islam, yakni psikologi islami, psikologi
dalam kehidupan manusia. ilahiyah, psikologi al Qur'an, psikologi
128 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

ilmu ini bahkan telah melembaga (turats) dan modernitas (hadatsah).


dalam kajian-kajian yang serius Psikologi Islam sendiri dalam
pada jenjang lembaga pendidikan wacana publik internasional,
formal mulai srata satu sampai mulai bergaung sejak tahun 1978.
strata tiga. Pada tahun itu, di Universitas
Secara spesifik tulisan ini Riyadh, Arab Saudi berlangsung
bermaksud mengkaji psikologi simposium internasional tentang
Islam dengan perspektif dialog psikologi dan Islam (International
antara tradisi dan modernitas. symposium on Psychologi and Islam).
Penggunaan khazanah filsafat Setahun sesudahnya, 1979, di
Islam sebagai basis Inggris terbit sebuah buku kecil
pengembangan kajian psikologi di yang sangat monumental di dunia
dunia Islam merupakan bagian muslim, yaitu the Dilemma of
dari arus penguatan kajian yang Muslim Psychologist yang ditulis
berpijak dari tradisi yang ternyata Malik B. Badri.7
cenderung terpinggirkan dalam Dalam konteks keilmuan,
khazanah kajian psikologi. Secara turats diasosiasikan pada khazanah
lebih sistematis pembahasan akan keilmuan yang sangat kaya dan
dimulai dari uraian mengenai dua melimpah sebagai peninggalan
model pendekatan dalam (warisan) para intelektual muslim
psikologi Islam, baru selanjutnya masa lampau, yang sebagian
dikupas peran strategis filsafat besarnya masih tersembunyi
Islam dalam pengembangan dalam rak-rak perpustakan-
kajian psikologi. perpustakaan dunia, dan baru
PEMBAHASAN belakangan mulai dikaji secara
lebih intensif. Sedangkan
1. Dua Model Pendekatan dalam modernitas dalam hal ini
Kajian Psikologi Islam dikaitkan dengan pencapaian-
Sebagaimana diuraikan pencapaian keilmuan oleh
sebelumnya, dinamika keilmuan peradaban Barat, yang saat ini
di dunia muslim kontemporer, begitu mendominasi wacana
termasuk dalam hal ini disiplin keilmuan dunia.
psikologi tidak bisa dilepaskan Terkait dengan disiplin
dari pergulatan antara warisan ilmu psikologi Islam, khususnya
yang berkembang di Indonesia,
qur'ani, psikologi motivatif, psikologi
profetik, nafsiologi dan psikologi sufi. 7Informasi tentang simposium

Lihat Fuad Nashori, Agenda Psikologi dan tulisan Malik B, Badri ini bisa dilihat
Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, pada Fuad Nashori, Agenda Psikologi.....
2002), hal. 1 hal. 23
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 129

dialektika warisan dan modernitas Psikologi Islami


telah melahirkan dua model tampaknya merupakan bagian dari
pendekatan dalam pengkajiannya. gerakan Islamisasi ilmu
Pertama, pendekatan yang pengetahuan yang berhasil dengan
berorientasi kepada kajian turats, bagus di samping disiplin
yakni tradisi keilmuan dalam ekonomi Islam. Gagasan utama
Islam yang membahas tentang gerakan ini, yaitu menyelaraskan
persoalan kejiwaan, untuk keilmuan Barat yang dipandang
pengembangan keilmuan sekuler dengan ajaran Islam.
psikologi Islam, yang lazim Gagasan ini dari segi alur
dikenal dengan istilah psikologi berangkat dari luar (Barat) ke
Islam. Istilah psikologi Islam dalam (Islam).
digunakan dengan alasan karena Berbeda dengan psikologi
mengambil sumber langsung dari islami, semangat yang mendasari
khasanah klasik Islam untuk psikologi Islam adalah orientasi
kemudian dikontekstualisasikan dari dalam (Islam) ke luar
dengan pandangan psikologi (dunia). Psikologi dengan
modern. semangat yang mengkaji warisan
Kedua, pendekatan yang ini termasuk marginal dan kurang
berorientasi pada modernitas mendapat perhatian yang bagus
(hadâtsah), yakni kajian terhadap dalam kajian psikologi
tradisi psikologi Barat modern, kontemporer di dunia Islam.
yang disesuaikan dengan nilai Muhammad Utsman Najati
ajaran Islam. Pendekatan yang menyatakan bahwa para psikolog
kedua ini dinamakan dengan
psikologi Islami. Penggiat atas paradigma yang dikembangkan di
pandangan yang kedua ini Barat. Pertama, menafikan dimensi
umumnya dilakukan oleh alumnus Tuhan dalam kajian psikologi; kedua,
psikologi umum (Barat), yang epistemologi yang digunakan terfokus
pada empiris positivistik dan
tidak puas dengan bahasan empirisisme humanistik; ketiga, tidak
psikologi yang dianggap terlalu mengungkap ruh sebagai struktur utama
sekularistik dan menafikan kepribadian manusia; keempat, berpusat
kondisi kejiwaan hakiki manusia. pada anthropo-sentris. Tawaran dari
Karena itu, mereka melirik nilai- kelompok ini, yaitu solusi atas psikologi
Barat dengan mengajukan, pertama
nilai Islam untuk mengatasi theisme atau desekularisasi; kedua,
kekurangan psikologi modern.8 anthroporeligius; ketiga, dimensi ruh
sebagai struktur psikis (kepribadian)
utama manusia. Lihat Baharuddin,
8Pada sekitar 1975-an muncul Aktualisasi Psikologi Islami, (Yogyakarta:
kesadaran di kalangan psikolog muslim Pustaka Pelajar, 2005), hal. 36
130 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

cenderung abai terhadap umum. Dan keberhasilan upaya


kontribusi Islam dalam bidang ini mau tidak mau di antaranya
psikologi, bahkan termasuk para melalui pintu filsafat Islam, yang
penggiat psikolog yang beragama notebene sudah menyediakan
Islam. Sejarah psikologi juga lahan yang subur dalam upaya
cenderung tidak memberikan melahirkan disiplin ilmu psikologi
perhatian yang selayaknya pada yang khas Islam. Filsafat Islam
pencapaian intelektual muslim karenanya memiliki nilai yang
dalam bidang ini. Umumnya, jelas sangat strategis untuk mencapai
Najati, kajian psikologi bermula hal tersebut.
dari para pemikir Yunani,
khususnya Plato dan Aristoteles. 2. Peran Strategis Filsafat Islam
Selanjutnya, pembahasan dalam Kajian Psikologi
diteruskan pada pemikiran Filsafat Islam
kejiwaan para pemikir Eropa abad sebagaimana dipahami oleh para
pertengahan dan masa renaisans filosof muslim klasik, dimaknai
Eropa modern.9 Perhatian dan sebagai pengetahuan tentang
penghargaan yang bagus malah hakekat segala sesuatu. Hakekat
diberikan oleh para pengkaji segala sesuatu di sini termasuk
filsafat Islam, yang banyak tentunya juga jiwa. Senada dengan
memberikan informasi berharga hal ini, psikologi juga pada
akan kedalaman kajian psikologi awalnya dimaknai sebagai kajian
oleh para intelektual muslim masa tentang jiwa.11 Psikolog di sini
lampau, khususnya oleh para
filosof muslim.10 11Ada banyak pengertian
Kiranya ada nilai lebih psikologi yang mengemuka sejak
tersendiri dengan mengkaji pertengahan abad ke-19 yang disebut
psikologi dengan model psikologi sebagai abad kelahiran psikologi
Islam yang mengangkat kembali kontemporer di dunia Barat. Masing-
khazanah keilmuan klasik, karena masing pengertian memiliki keunikan,
sesuai dengan kecenderungan, asumsi
orientasinya yang dari dalam ke dan aliran yang dianut oleh
luar, maka diharapkan akan penciptanya. Namun, apabila
memberikan kontribusi berharga disederhanakan ada tiga pemahaman
bagi kajian psikologi secara terhadap psikologi yang mengemuka.
Pertama, psikologi yang dimaknai
sebagai kajian tentang jiwa (an nafs).
9Muhammad Ustman Najati, Kajian yang dilakukan oleh para filosof
Jiwa dalam Pandangan Filosof Muslim, sangat terkait dengan makna ini. Kedua,
Penerjemah Gazi Saloom, (Bandung: Psikologi adalah ilmu pengetahuan
Pustaka Hidayah, 2002), hal. 15 tentang kehidupan mental, seperti
10Ibid pikiran, perhatian, persepsi, intelegensi,
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 131

berperan untuk merumuskan Mengkaji psikologi Islam


hakekat jiwa yang proses dalam perspektif turats Islam,
penggaliannya didasarkan atas menuntut para pengkajinya untuk
pendekatan spekulatif. Psikologi melihat kembali lembaran-
dalam pengertian ini memiliki lembaran kajian psikologi Islam
kelebihan tersendiri, karena dapat tatkala ia masih bersama
mencerminkan hakekat psikologi “induk”nya, yakni filsafat Islam.
yang sesungguhnya, sebab ia Kiranya ada beberapa peran
dapat mengungkap hakekat jiwa strategis filsafat Islam dalam
yang menjadi objek utama kajian pengembangan kajian psikologi
psikologi. Maka, itu sejarah awal Islam yang dapat dikemukakan,
psikologi tidak dapat dipisahkan yakni sebagai berikut:
dari filsafat, termasuk juga di sini Pertama, menjaga
filsafat Islam.12 kesinambungan kajian psikologi
dalam Islam. Sebagaimana telah
kemauan, dan ingatan. Definisi ini dijelaskan bahwa melalui disiplin
dipelopori oleh Wilhelm Wundt. filsafat Islam kita dapat
Ketiga, Psikologi adalah ilmu mengetahui dan memahami
pengetahuan tentang perilaku pencapaian yang luar biasa oleh
organisme, seperti perilaku kucing
terhadap tikus, perilaku manusia
generasi muslim masa lampau
terhadap sesamanya, dan sebagainya. dalam bidang ini. Filsafat Islam
Definisi yang terakhir ini dipelopori karenanya menjadi pintu masuk
oleh John Watson. bagi yang mereka hendak
12Sebelum psikologi berdiri memahami wacana dan
utuh sebagai ilmu pengetahuan pada
tahun 1879, psikologi dipelajari dalam
perdebatan tentang kejiwaan
cabang filsafat dan ilmu faal. Filsafat dalam Islam dan memanfaatkan
sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan kekayaan khazanah kajian tersebut
sejak 500 atau 600 tahun sebelum dalam upaya pengembangan
masehi, yaitu melalui filsuf-filsuf Yunani psikologi Islam dewasa ini.
Konu seperto Socrates (469-399 SM),
Plato (427-347 SM), dan Aristoteles
Beberapa pencapaian dan
(384-322 SM). Sedangkan para ahli ilmu temuan yang dilakukan para
faal, terutama para dokter mulai tertarik filosof muslim telah menemukan
pada masalah-masalah kejiwaan ini padanannya pada pemikiran
bersamaan dengan perkembangan ilmu psikologi modern. Di antaranya
pengetahuan yang pesat di eropa,
berpendapat bahwa jiwa erat sekali
seperti diungkapkan Muhammad
hubungannya dengan susunan syaraf dan
refleks-refleks. Di antara tokoh-
tokohnya Sir Charles Bell (1774-1842) Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
dan Francis Magensie. Lihat Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media,
Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul 2004), hal. 4
132 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Utsman Najati, bahwa dengan kebiasaan yang buruk dan dalam


ketajaman pikiran dan ketelitian menyembuhkan keresahan.14
pengamatannya, Ibnu Sina dapat Demikian pula ilmuwan
mencapai pengetahuan tentang muslim terdahulu lainnya semisal
hukum proses conditioning yang al-Kindi, Abu Bakar ar-Razi, Ibnu
baru belakangan dipopulerkan Miskawaih, Ibnu Hazm, al-
kembali oleh Ivan Pavlov, Ghazali, Fakhruddin ar-Razi, dan
seorang psikolog berkebangsaan lainnya telah mengungguli para
Persia. Ibnu Sina juga telah psikolog modern dari kalangan
memberikan interpretasi ilmiah pengikut aliran kognitif tentang
tentang lupa dengan sangat konsentrasi terhadap
cerdas, yakni dengan penyembuhan jiwa dengan cara
mengembalikannya pada berbagai mengubah pikiran dan keyakinan
intervensi berbagai informasi, individu yang negatif atau yang
yang kiranya belum pernah salah. Alasannya, pikiran dan
dicapai para psikolog modern, keyakinan individu merupakan
kecuali pada perempat pertama faktor yang mempengaruhi
abad ke-20. Selain itu, metode perilaku. Karena itu, ilmuwan
penyembuhan orang yang sakit muslim itu pada faktanya
kasmaran oleh Ibnu Sina merupakan perintis terapi kognitif
dianggap sebagai dasar bagi modern.15
penemuan alat modern yang Kedua, dengan
dikenal dengan sebutan alat menggunakan turats filsafat Islam
respon kulit galvanisasi atau sebagai pintu masuk, akan
sering disebut sebagai alat dimungkinkan munculnya disiplin
pendeteksi kebohongan (lie psikologi yang benar-benar utuh
13
detector). dan memiliki identitas yang jelas.
Selain Ibnu Sina, gagasan Hal ini karena ia tidak lagi semata-
al-Kindi tentang prinsip bertahap mata sekadar islamisasi psikologi
dalam mempelajari kebiasaan Barat, tetapi berpijak dari warisan
yang sulit juga dipandang telah khazanah keilmuan ilmuwan
mendahului para psikolog muslim sendiri, oleh karena itu
modern tentang prinsip belajar. bukan tidak mustahil akan benar-
Prinsip ini telah digunakan oleh benar lahir mazhab psikologi yang
psikiater behavioristik modern khas, yang pada gilirannya dapat
dalam penyembuhan diri dari memberikan kontribusi pada
berbagai persoalan kemanusiaan
13Lihat Muhammad Utsman 14Ibid, hal. 35
Najati, Jiwa dalam Pandangan….hal, 17 15Ibid , hal. 17
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 133

manusia modern, khususnya yang fungsi syaraf dan sistem kelenjer


terkait pada masalah kejiawaan. manusia. Psikoanalisa dan
Pandangan Islam tentang behaviorisme pada pada aspek
manusia yang dianggap lebih jismiah dan aspek nafsiah
komprehensif, kiranya dapat terutama pada dimensi al nafsu.
menjadi modal dasar ke arah ini. Keduanya memusatkan perhatian
Baharuddin dalam kajian pada pengalaman, yang pertama
disertasinya mengenai elemen pada masa lalu sedangkan yang
psikologi dalam Alqur'an kedua pada masa kini dan di sini.
menyimpulkan bahwa ada tiga Psikologi humanistik berada pada
aspek utama manusia menurut aspek nafsiah terutama dimensi an
Islam, yakni aspek jismiah, aspek nafsu, al aql, dan al qalb. Psikologi
nafsiah, dan aspek ruhaniah. Aspek ini memusatkan perhatian pada
jismiah meliputi keseluruhan kualitas kemanusiaan berupa
organ fisik-biologis, sistem sel, pikiran, perasaan, dan kemauan.
kelenjer, dan sistem syaraf. Aspek Psikologi transpersonal
nafsiah mencakup keseluruhan sebenarnya berada pada aspek
kualitas insaniah yang khas milik ruhaniah tetapi belum
manusia, yaitu pikiran, perasaan, mengakomodasi dimensi al ruh
dan kemauan yang berasal dari dan al fitrah. Psikologi ini
dimensi al aql, al qalb, dan an nafsu. memusatkan pada kemampuan
Aspek ruhaniah adalah batin manusia yang terdalam yang
keseluruhan potensi luhur psikis bersifat melampaui diri pribadi
manusia yang memancar dari dua manusia biasa.17
dimensi, yaitu al ruh dan al fitrah. Pandangan Islam tentang
Aspek yang terakhir ini potensi manusia yang
merupakan khas psikologi komprehensif tersebut mendapat
Islami.16 perhatian yang khusus dalam
Dikaitkan dengan fokus kajian filsafat Islam. Persoalan
kajian psikologi secara umum, kejiwaan dalam kajian Filsafat
maka diketahui bahwa Psikologi Islam dibahas secara mendalam
fisiologi (psikologi faal) berada oleh para filosof muslim mulai
pada aspek jismiah. Psikologi ini aspek hulu hingga hilir, yakni
mempelajari aspek fisik diri mulai dari argumentasi atau bukti
manusia terutama pada fungsi- akan hakekat dan keberadan jiwa
yang tentunya sangat teoritis-
16Baharuddin, Paradigma filosofis, potensi-potensi jiwa
Psikologi Islami: Studi Tentang Elemen
Psikologi dari Al Qur'an, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hal. xii-xiii 17Ibid
134 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

yang dapat dikembangkan hatta ia tidak ragu bahwa ia ada. Indera


metode-metode praktis yang maupun fisiknya tidak berperan
dapat digunakan dalam terapi apa-apa dalam menetapkan
langsung persoalan-persoalan keberadaannya, tetapi ia dituntun
yang menyangkut kejiwaan. oleh aspek lain yang non fisik,
Pandangan teoritis yang yakni jiwa.18
mendahului aspek praktis akan Adapun ilustrasi tentang
memungkinkan kesimpulan yang metode-metode yang
lebih utuh dan mendasar dalam dipergunakan oleh para filosof
mengambil alternatif-alternatif muslim sebagai terapi praktis
pemecahan. dalam berbagai persoalan di
Sebagai ilustrasi tentang bidang kejiwaan kiranya juga
bagaimana pemikiran teoritis merupakan kekayaan yang sangat
mengenai keberadaan jiwa yang melimpah untuk dikaji ulang.
dikemukakan oleh ilmuwan Sebagai contoh, misalnya metode
muslim diungkapkan dengan Al Kindi tentang terapi
cukup menarik oleh Ibrahim membebaskan diri dari kesedihan.
Madkour. Menurutnya, tidak ada Menurut Al Kindi, cara untuk
karya Arab yang berpengaruh membebaskan diri dari kesedihan
hebat dalam pemikiran latin yakni dengan memikirkan
sehebat Kitab An Nafs nya Ibnu kesedihan dan membaginya
Sina. Buku ini pasca menjadi dua macam. Pertama,
penerjemahannya ke bahasa Latin kesedihan yang terjadi karena
telah menyulut sejumlah masalah perbuatan yang kita lakukan; dan
di sekitar wujud, hakekat dan kedua, kesedihan yang terjadi
keabadian jiwa. Ibnu Sina, jelas karena perbuatan orang lain.
Madkour, telah memberikan Kesedihan yang terjadi akibat
kontribusi besar yang sangat perbuatan kita sendiri, kita dapat
orisinil mengenai di antara bukti menyembuhkannya dengan
adanya jiwa, yakni uraiannya menjauhkan perbuatan tersebut.
tentang orang terbang di angkasa. Sedangkan kesedihan yang terjadi
Intinya, jika kita membayangkan akibat perbuatan orang lain, maka
seseorang yang sehat jasmani dan kita tidak boleh bersedih sebelum
intelek kemudian wajahnya perbuatan itu terjadi. Jika
ditutup hingga tidak melihat apa- perbuatan itu terjadi dan
apa dan dibiarkan terbang di
angkasa, di mana ia tidak 18Ibrahim Madkour, Aliran dan
merasakan gesekan apa-apa, maka Teori Filsafat Islam, Penerjemah Yudian
dalam kondisi yang demikian ini Wahyudi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
hal. 284-285
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 135

membuat kita bersedih, maka ini, yakni menjadikan psikologi


kewajiban kita adalah berusaha Islam sebagai mazhab kelima
untuk mempersingkat tempo sesudah mazhab psikoanalisa,
kesedihan.19 behaviorisme, psikologi
Ketiga, dengan melibatkan humanistik, dan transpersonal.20
filsafat Islam dalam kajian Keempat, dengan
psikologi, akan dimungkinkan melibatkan filsafat Islam dalam
akselerasi dalam pengembangan kajiannya, corak psikologi Islam
psikologi Islam, hal ini karena juga dimungkinkan akan memiliki
sebagaimana disebutkan citra rasa rasional yang kental.
sebelumnya telah banyak Psikologi modern dalam
pencapaian yang diperoleh para perkembangannya memang
filosof muslim masa lampau, yang sangat bernuasan empirik, karena
kiranya tetap relevan sampai saat itu psikologi Islam yang dapat
ini. mengawinkan aspek empiris dari
Berbagai temuan-temuan psikologi modern dengan aspek
para ilmuwan muslim terdahulu di rasionalitas dalam kajian filsafat
bidang psikologi, kiranya dapat Islam, kiranya akan membuat
meningkatkan harga diri para psikologi Islam menjadi disiplin
penggiat psikologi Islam sehingga yang memandang jiwa secara
tidak perlu merasa minder atau lebih komprehensif.
inferior berhadapan dengan Selain itu, kupasan aspek
pencapaian psikologi modern. psikologi dalam filsafat Islam juga
Bahkan, mereka dapat pada gilirannya akan menjadikan
mendialogkan temuan tersebut kajian filsafat tidak lagi dipandang
dengan perkembangan psikologi sebagai sesuatu yang “tidak jelas”,
dewasa ini. Dengan demikian melangit, namun benar-benar
psikologi Islam sebagai sebuah akan dirasakan manfaatnya
disiplin ilmu tidak berangkat dari langsung dalam upaya mengatasi
titik nol, tetapi dapat melakukan berbagai penyakit aneh manusia
akselerasi dalam kajiannya,
sehingga pada gilirannya dapat
mecapai apa yang dicita-citakan 20Tentang visi untuk
oleh para penggiat disiplin ilmu menjadikan psikologi Islam (i) sebagai
mazhab kelima telah ditegaskan oleh
para penggiatnya seperti Fuad Nashori,
19Sebagaimana dikutip Hanna Djumhana Bastaman serta Tim
Muhammad Utsman Najati dari karya Al Perumus Dialog Nasional Psikologi
Kindi, Al Hilah fi Daf‟I al Ahzan. Lihat Islami di fakultas Psikologi Universitas
Muhammad Ustman Najati, Jiwa dalam Darul Ulum Jombang. Lihat kembali
Pandangan…., hal. 36 Fuad Nashori, Agenda Psikologi, hal. 23
136 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

modern, yang membutuhkan


penanganan yang menyeluruh
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Penggunaan filsafat Islam
sebagai satu upaya untuk al-Attas, Syed M. Naquib, Islam
pengembangan psikologi Islam and Secularism, (Kuala
kiranya dapat menjadi satu pilihan Lumpur: ABIM, 1977).
dalam membangun kajian Assyaukanie, A. Luthfi,
psikologi di dunia lebih “Tipologi dan Wacana
komprehensif. Penggunaan turats Pemikiran Arab
Islam ini tentu juga harus tetap Kontemporer,” dalam
mengambil manfaat dari temuan- jurnal Paramadina, Vo. I,
temuan yang sudah sangat No. 1, Juli-Desember
melimpah dalam kajian psikologi 1998.
modern. Dialog yang intens Baharuddin, Aktualisasi
antara turats Islam dengan kajian Psikologi Islami,
psikologi modern akan sangat (Yogyakarta: Pustaka
membantu pada penemuan jati Pelajar, 2005).
diri psikologi Islam. Baharuddin, Paradigma Psikologi
Sebagai sebuah jurusan Islami: Studi Tentang
baru, kiranya kajian psikologi Elemen Psikologi dari Al
Islam di Fakultas Ushuluddin Qur'an, (Yogyakarta:
harus mengambil fokus garapan. Pustaka Pelajar, 2004).
Apabila eksponen psikologi Daud, Wan Mohd Nor Wan,
Islami di Indonesia yang berasal Filsafat dan Praktik
dari tradisi psikologi umum telah Pendidikan Islam Syed M.
cukup mengambil peran dalam Naquib Al Attas,
upaya islamisasi psikologi Barat (Bandung: Mizan, 2003).
(luar ke dalam), maka harus ada Madkour, Ibrahim, Aliran dan
kelompok ang yang juga intens Teori Filsafat Islam,
mengkaji turats Islam untuk Penerjemah Yudian
kemudian kalau perlu diekspor ke Wahyudi, (Jakarta: Bumi
Barat (dalam ke luar), sehingga Aksara, 1995).
pada gilirannya keberadaan Islam Mastuhu, Memberdayakan Sistem
akan benar-benar di rasakan Pendidikan Islam, (Jakarta:
manfaatnya, yakni Islam menjadi Logos, 1999).
rahmatan lil’âlamin. Wallahu ‘alam bi Najati, Muhammad Ustman,
al shawab. Jiwa dalam Pandangan
M. ZAINAL ABIDIN Peran Strategi 137

Filosof Muslim,
Penerjemah Gazi
Saloom, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2002).
Nashori, Fuad, Agenda
Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002).
Nasr, Sayyed Hossein and
Oliver Leaman, History of
Islamic Philosophy, Part I,
(London and New York:
Routledge, 1996).
Nasr, Sayyid Hossein, Knowledge
and the Sacred, (New
York: Crossroad, 1989).
Qadir, C.A., Philosophy and
Science in the Islamic World,
(London: Routledge,
1988).
Rusyd, Ibnu, Falsafah Ibnu Rusyd:
Fasl al-maqal wa al-Kasyfu,
(Kairo: Maktabah al-
Mahmudah al-Tijariah,
1968).
Saleh, Abdurrahman, dan
Muhbib Abdul Wahab,
Psikologi Suatu Pengantar
Dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Prenada Media,
2004).
Syarif, M.M. (ed), A History of
Muslim Philosophy,
(Wisbaden: Otto
Harrassowitz, 1963).

Anda mungkin juga menyukai