Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BIOGAS
“PEMBUATAN PUPUK PADAT”

DISUSUN OLEH
YEPTA OCTARIA 1514022
ENGGAR SARASWATI HIDAJAT 1514049
DIMAS AGUNG SAPUTRA 1514019
YOKI WAHYU SURYO P. 1514044

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga laporan
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungannya.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan untuk ke depannya dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang ingin
mendalami praktikum seperti yang kami lakukan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Mei 2018

Penyusun
BAB I
PEMBUATAN PUPUK PADAT

1.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui dan memahami proses pembuatan pupuk padat.
- Mengetahui kualitas yang dimiliki pupuk padat
- Mengetahui rasio pengombinasian bahan agar mengasilkan pupuk terbaik
- Mengetahui pengaruh pemberian pupuk terhadap tanaman.
1.2. Tinjauan Pustaka
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).
Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan
pembahasan. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pupuk Berdasarkan Sumber Bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik
atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan (2) pupuk kimia atau pupuk
buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme
atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses
pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni"
daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik
sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat
memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
2. Pupuk Berdasarkan Kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk
paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang
disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk
pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat
lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
3. Pupuk Berdasarkan Bentuk Fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal.
Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya
diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke
tubuh tanaman (Wikipedia, 2018).
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi
tanah. Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan antara pukan padat dan cair.
a. Pupuk kandang padat
Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum
dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan
dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah.

Gambar 1.1. Pupuk Kandang Padat


Penanganan pukan padat akan sangat berbeda dengan pukan cair. Penanganan pukan
padat oleh petani umumnya adalah sebagai berikut: kotoran ternak besar dikumpulkan 1-3
hari sekali pada saat pembersihan kandang dan dikumpulkan dengan cara ditumpuk di suatu
tempat tertentu. Petani yang telah maju ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan
tujuan untuk mengurangi bau dan mempercepat pematangan, tetapi banyak pula yang hanya
sekedar ditumpuk dan dibiarkan sampai pada waktunya digunakan ke lahan.
b. Pupuk kandang cair
Pupuk kandang (pukan) cair merupakan pukan berbentuk cair berasal dari kotoran
hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang
dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu.
Gambar 1.2. Pupuk Kandang Cair
Umumnya urine hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah
urine sapi, kerbau, kuda, babi, dan kambing. Cara penggunaan pukan cair dengan disiramkan
ke tanah bagian perakaran tanaman dengan takaran satu bagian pukan cair dicampur dengan
satu atau dua bagian air.
Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah
dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan jauh lebih
rendah daripada pupuk kimia sehingga takaran penggunaannya juga akan lebih tinggi.
Namun demikian, hara dalam kotoran hewan ini ketersediaannya (release) lambat
sehingga tidak mudah hilang. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat
dekomposisi/mineralisasi dari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pupuk
kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk
senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit
terdekomposisi. Selain mengandung hara bermanfaat, pupuk kandang juga mengandung
bakteri saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat
membahayakan hewan atau manusia. Contohnya: kotoran ayam mengandung Salmonella sp.
Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan pupuk kandang harus hati-hati (Hartatik,
2006).

Tabel 1. Kandungan Unsur Hara pada Pupuk Kandang yang Berasal dari Beberapa
Ternak

Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk
organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang
sangat dibutuhkan tanaman, seperti terlihat pada Tabel 1. Di samping menghasilkan unsur
hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn,
Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai
pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman (Rahayu, 2009).
Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang terjadi dan berproses di dalam tubuh tumbuhan itu
sendiri. Tumbuhan menghasilkan beberapa jenis hormon yang diproduksi di dalam tubuh,
tetapi hormon tadi masih tetap mendapat pengaruh dari kondisi eksternal tumbuhan itu
sendiri. Terdapat berbagai jenis hormon, yaitu :
a) Hormon Auksin 
Tempatnya ada di titik tumbuhnya batang dan selubung daun pertama tanaman yang
berjenis monokotil yang sering disebut koleoptil, ujung akar, serta jaringan yang masih
bersifat meristematis. 
Fungsi Hormon Auksin :
- Pembentangan sel,
- Pembelahan sel,
- Merangsang pembentukan buah dan bunga. 
b) Hormon Giberelin
Dapat ditemukan di bagian batang dan bunga.
Fungsi hormon giberelin :
- Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya
- Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi
- Memacu aktivitas kambium
- Menghasilkan buah yang tidak berbiji
- Membantu perkecambahan biji
c) Hormon Gas Etilen
Di dalam tumbuhan juga mempunyai gas etilen yang berfungsi untuk :
- Mempercepat pemasakan buah
- Mempertebal pertumbuhan batang
- Pengguguran bunga
d) Hormon Sitokinin
Hormon sitokinin terdapat pada sistem perakaran tumbuhan.
Fungsi hormon ini yaitu,
- Merangsang pertumbuhan akar sehingga lebih cepat memanjang
- Mempercepat pelebaran daun
- Perangsang pertumbuhan tanaman ke arah samping dan pucuk tanaman
- Merangsang aktivitas pembelahan sel
- Membantu perkecambahan biji
2. Faktor Eksternal  
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan. Faktor ini lebih
besar peranannya karena faktor eksternal atau lingkungan adalah penentu berjalannya dan
seimbangnya faktor internal atau hormon tumbuhan. Faktor-faktor ini yaitu :
a) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting bagi tumbuhan karena
membantu proses fotosintesis, translokasi, respirasi, dan transpirasi tumbuhan yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Tumbuhan biasanya memerlukan
suhu sekitar 10°–38°C untuk dapat melangsungkan pertumbuhannya.
b) Cahaya
Fotosintesis adalah proses yang penting di dalam tumbuhan karena dengan fotosintesis
tumbuhan akan mendapatkan makanannya. Di dalam fotosintesis, cahaya adalah
penentu sukses atau tidaknya sebuah proses fotosintesis, jadi bisa dikatakan cahaya
adalah faktor yang tidak boleh disepelekan. Apabila tidak ada cahaya pastinya
fotosintesis akan terhambat dan menyebabkan tumbuhan kekurangan makanan.
c) Kelembapan
Tanah yang lembap sangat cocok untuk proses pertumbuhan, ter-utama saat tumbuhan
masih dalam tahap perkecambahan biji. Hal ini dikarenakan tanah yang lembap
menyediakan air yang cukup untuk dapat mengaktifkan enzim yang ada didalam biji
yang kemudian dapat melarutkan makanan didalam jaringan tumbuhan.
d) Air dan Mineral
Semua tumbuhan pasti membutuhkan yang namanya air dan mineral, karena bahan
itulah yang menjadi bahan utama terjadinya fotosintesis. Bahkan saat tumbuhan masih
dalam tahapan biji, pasti akan butuh air untuk mengaktifkan enzim-enzim di dalam biji
tersebut.
e) Oksigen
Setiap makhluk hidup khususnya tumbuhan pasti memerlukan yang namanya oksigen
karena untuk proses respirasi aerob didalam tubuh. Melalui respirasi aerob ini,
tumbuhan akan dapat memperoleh energi untuk melangsungkan pertumbuhan-nya.
Oleh karena itu, biji-biji tumbuhan tidak akan pernah berkecambah tanpa adanya
oksigen (Bukusemu, 2018).
1.3. Sampel Percobaan
Sampel Kotoran Sapi (g) Serbuk Gergaji (g) Abu Sekam (g)
Tanah 0 0 0
KT 6 0 0
KT + SG 3 3 0
KT + AS 3 0 3
1.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan :
- Timbangan
- Plastik
- Nampan
- Wadah penampung kotoran sapi
B. Bahan yang digunakan :
- Air
- Kotoran sapi
- Abu sekam
- Serbuk gergaji
- Biji Kacang Ijo
- Tanah
1.5. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan Pupuk Padat
- Menimbang kotoran sapi sebanyak 250 g kemudian menambahkan air sebanyak
125 g sambil diaduk hingga merata
- Diamkan dalam suatu wadar tertutup selama ± 1 minggu
- Setelah didiamkan kotoran disaring dan padatan yang masih basah di ratakan di
atas nampan dan dijemur hingga kering
- Setelah kering kotoran sapi dihaluskan sehingga menyerupai serbuk
B. Pengujian kualitas pupuk
- Menyiapkan 4 buah plastik yang telah diberi lubang di beberapa titik.
- Masing-masing sampel yang telah di tentukan dimasukan ke dalam plastik
dengan rasio 1:2 dam variabel kotoran sapi (KT):KT, Serbuk gergaji (SG):KT,
Abu sekam (AS):KT, dan Tanah saja
- Menanam benih kacang ijo yang telah dipilah dan di rendam air sebelumnya.
- Menyirami benih dengan air secukupnya dan melakukan pengamatan pada
pertumbuhan benih.
1.6. Data Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pupuk Padat Kotoran Sapi
Berat Kotoran Sapi
Kotoran Sapi Air Waktu Pengeringan
Kering
250 g 125 g 1 minggu

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Kacang Ijo


Sampel Tinggi tanaman (cm)
Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12
Tanah 4 17 18 18,2
KT 2,5 16,5 20 20,5
KT + SG 3,8 16 20,5 21,4
KT + AS 3,5 15,9 18 20
1.7. Gambar Pengamatan
1.8. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan teori, pemberian pupuk kompos dapat memberikan sumbangsih
pemenuhan akan unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman itu sendiri. Poerwowidodo
(1992) menjelaskan bahwa tanaman yang tidak mendapat unsur N akan tumbuh kerdil serta
daun yang terbentuk lebih kecil, tipis dan jumlahnya sedikit, namun jika yang mendapatkan
unsur N tumbuh lebih tinggi dan daun yang terbentuk lebih banyak dan lebar (Susanti, 2015).
Setelah dilakukan pengujian secara statistic ternyata campuran kotoran dan serbuk
gergaji berpengaruh nyata terhadap kandungan N kompos yang dihasilkan dengan
perbandingan yang cukup (Djaja, 2006). Dalam jurnal tersebut dengan rasio 2:1 mendapat
peringkat 2 untuk kandungan tinggi nitrogen dibandingkan dengan rasio 1:1 yaitu hasil
terbaik dari penelitian tersebut.
Perlakuan tanpa arang sekam justru menghasilkan tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan arang sekam. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa tanah tanpa arang sekam mempunyai tingkat porositas yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah yang ditambahkan arang sekam sehingga pori pori tanah lebih
rapat yang menyebabkan air tidak mudah untuk menguap dan tersimpan lebih lama di dalam
tanah. Air yang tersimpan lebih lama didalam tanah akan membantu mengimbangi tanaman
untuk melakukan transpirasi terutama pada musim kemarau.
Hermansyah dan Inoriah (2009) menyatakan ketersediaan air dan unsur hara dalam
jumlah yang cukup akan menyebabkan lancarnya aktifitas metabolisme tanaman sehingga
proses pembelahan sel, perpanjangan sel dan juga pembentukan jaringan meningkat yang
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman. Sehingga
penambahan abu sekam sedikit kurang maksimal dibandingkan dengan penambahan serbuk
gergaji.
Kurang gambar, blakangan aja
1.9. Kesimpulan
Setelah pengujian secara fisik dengan penerapan langsung terhadap pertumbuhan biji
kacang hijau berdasarkan pengamatan pertumbuhan 3 hari sekali, penggunaan penambahan
media tanam tanah dengan campuran kotoran sapi dan serbuk gergaji menunjukan
pertumbuhan tinggi paling baik sebesar 21,4cm. 20,5cm untuk penambahan media tanam
kotoran sapi saja, 20cm untuk campuran kotoran sapi dan abu sekam sedangkan 18,2cm
untuk tanah saja dengan perbandingan rasio 2:1. Dan berdasarkan teori untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik menggunakan rasio perbandingan 1:1 untuk campuran KT dan SG
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk (01 Juni 2018)


https://www.bukusemu.my.id/2018/01/faktor-pengaruh-berkembangnya-tumbuhan.html (03
Juni 2018)
A. Nasrulloh., Dkk. 2016. Pengaruh Penambahan Arang Sekam Dan Jumlah Cabang
Produksi Terhadap Pertumbuhan Tanaman, Hasil Dan Kualitas Buah Tomat Kultivar
Doufu Hasil Sambung Batang Pada Inceptisol Jatinangor. Jurnal Kultivasi. Vol. 15 (1).
Department of Crop Science, Padjadjaran University
Djaja, Wilyan., dkk., 2006. Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah Dan Serbuk Gergaji
Kayu Albizia Terhadap Kandungan Nitrogen, Fosfor, Dan Kalium Serta Nilai C:N
Ratio Kompos (Effect Of Dairy Cattle Manure And Albizia Saw Dust Blending On
Compost’s Nitrogen, Phosphorous, And Potassium Content And C:N Ratio Value.
Jurnal Ilmu Ternak. VOL. 6 NO.2, 87 – 90. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Hartatik, W., Setyorini, D., dkk. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Rahayu, S., Purwaningsih, D., dan Pujianto. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Sebagai
Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosio Kulturalnya . FISE
Universitas Negeri Yogyakarta.
Susanti, Diana S., 2015. Pemberian Berbagai Jenis Kompos Pada Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Di Kabupaten Enrekang. Agricola
Vol.5 (1). Jurusan Agroteknologi. FAPERTA UNMUS

Anda mungkin juga menyukai