Anda di halaman 1dari 11

Irfan Budi

PENDUGAAN Pramono MENGGUNAKAN


INFILTRASI dan/ and Rahardyan Nugroho
DATA NERACA Adi
AIR
DI SUB DAS WATUJALI, GOMBONG
(Infiltration Estimation using water balance data
at Watujali sub Watershed, Gombong)

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Jl. A. Yani Pabelan PO. BOX. 295 Kartasura – Solo. Telp : (0271) 716709, Fax : (0271) 716959
Email : ibpramono@yahoo.com ; dd11lb@yahoo.com

ABSTRAK

Tingkat infiltrasi dalam suatu DAS sangat penting untuk mengetahui tata air dalam suatu
DAS. Ada banyak metode untuk mengestimasi tingkat infiltrasi dalam suatu DAS.
Diantaranya adalah dengan pengukuran langsung, perhitungan dengan unit hidrograf, dan
perhitungan dengan neraca air.Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi tingkat
infiltrasi di Sub DAS yang tertutup hutan pinus. Metode yang digunakan berdasarkan
hubungan antara neraca air dan regresi antara hujan dan aliran bulanan. Hasilnya
menunjukkan bahwa tingkat infiltrasi dari hutan pinus di Sub DAS Watujali berkisar antara
125mm/ tahun sampai dengan 1.193 mm/tahun. Tingkat infiltrasi sangat tergantung pada
curah hujan sebagai input. Pada tahun 2010 dengan curah hujan 5.826 mm, tingkat infiltrasi
mencapai 1.193 mm/tahun. Pendugaan infiltrasi dengan menggunakan data neraca air
mudah diterapkan karena hanya menggunakan data aliran, hujan, dan evapotranspirasi.

Kata Kunci :infiltrasi, neraca air, regresi hujan dan aliran, hutan pinus

ABSTRACT
Infiltration rate in a watershed is very important for water management. There are many
methods for estimating the rate of infiltration in a watershed. Among of them are direct
measurements, and the calculation of the water balance. The purpose of this study was to
estimate the infiltration in the sub watershed which covered by pine forest. The relationship
between water balance and regression of monthly rainfall and discharge. The results show
that the infiltration rate of pine forest in Watujali sub watershed ranges from 125 mm / year
up to 1193 mm / year. The infiltration rate is highly depend on rainfall as input. In the year
2010 with 5826 mm rainfal, the infiltration rate reaches 1193 mm / year. Estimation of
infiltration by using water balance data is easy to implement because it only uses the data
flow, rainfall and evapotranspiration
Keywoeds : infiltration, water balance, regression of rainfall and discharge, pine forest

1
I. PENDAHULUAN masing metode pengukuran infiltrasi
mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Setiap DAS mempunyai ciri-ciri dan Pengukuran secara langsung dapat
watak tersendiri yang menggambarkan menggambarkan tingkat infiltrasi di suatu
karakteristiknya. Informasi mengenai ciri, titik namun tidak dapat menggambarkan
watak atau karakteristik suatu DAS tingkat infiltrasi seluruh DAS. Metode
diperlukan untuk memprediksi potensi penaksiran infiltrasi dengan analisis unit
maupun kerentanan DAS tersebut. Dalam hidrograf dapat menggambarkan tingkat
perencanaan pengelolaan DAS salah satu infiltrasi dalam suatu DAS namun hanya
hal penting yang perlu diketahui terlebih dalam satu kejadian hujan, sehingga perlu
dahulu adalah kondisi hidrologi setempat. dicari metode penaksiran infiltrasi untuk
Salah satu data hidrologi yang diperlukan satu DAS namun dalam satuan waktu
utamanya untuk perencanaan pengelolaan bulanan.
DAS antara lain adalah data infiltrasi. Dalam penelitian ini dicobakan metode
Tingkat infiltrasi akan menentukan berapa penaksiran infiltrasi dengan pendekatan
air yang akan menjadi aliran permukaan neraca air dan hubungan antara hujan dan
dan berapa air yang akan masuk ke dalam debit bulanan. Model ini pertama kali
tanah yang nantinya menjadi aliran bawah diterapkan di Portugal oleh Alencoao &
tanah (sub surface flow dan base flow). Pacheco tahun 2006. Neraca air
Selain itu, tingkat infiltrasi juga berperan merupakan hasil perhitungan antara
dalam menentukan respon hidrologi masukan air dan keluaran air di suatu
seperti banjir dan kekeringan. Makin tinggi daerah dalam suatu periode tertentu. Ada
tingkat infiltrasi makin kecil banjir yang beberapa metode untuk menghitung
terjadi. neraca air ini. Salah satu metode yang
Besarnya infiltrasi tergantung pada jenis sederhana adalah metode Thornthwaite &
tanah dan jenis tanaman di atasnya. Jenis Matther (1957). Komponen-komponen
tanaman hutan mempunyai tingkat dalam neraca air antara lain curah hujan,
infiltrasi yang lebih tinggi dari pada jenis debit aliran sungai, evapotranspirasi,
tanaman pertanian. Infiltrasi di bawah simpanan air dan periode waktu. Metode
hutan pinus sangat bervariasi mulai dari ini hanya menggunakan suhu udara untuk
18,8 cm/jam sampai dengan 90 cm/jam. menghitung evapotranspirasi.
Laju infiltrasi di bawah Pinus merkusii di Sebagian besar DAS di Indonesia
Wonogiri adalah 66 cm/jam (Ningtyas, mempunyai data debit dan curah hujan.
2014). Budianto et.al., 2010 menyebutkan Data suhu udara juga tersedia dari stasiun
bahwa infiltrasi di bawah Pinus merkusii di klimatologi yang dikelola oleh Badan
Malang adalah sebesar 24,96 cm/jam. Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Sedangkan laju infiltrasi di bawah Pinus (BMKG) sehingga untuk memperkirakan
roxburghii di Himalaya adalah 51,2 cm/jam besarnya infiltrasi dapat dilakukan tanpa
(Nazir & Sharma, 2015). Infiltrasi di bawah membutuhkan data yang komplek. Tujuan
Pinus canariensus di Spanyol adealah 18,8 dari penelitian ini adalah memprediksi
cm/jam (Neris et.al., 2012). Tingkat tingkat infiltrasi di Sub DAS Watujali yang
infiltrasi di bawah pinus yang paling tinggi tertutup hutan pinus dengan metode
ada di China yaitu sebesar 90 cm/jam neraca air dan hubungan antara hujan dan
dengan jenis Pinus tabulaeformis (Chen debit bulanan.
et.al., 2014).
Tingkat infiltrasi dapat diukur dan
diprediksi dengan berbagai cara. Masing-
II.BAHAN DAN METODE aliran bulanan. Konsep neraca air pada
dasarnya menunjukkan keseimbang-an
A. Waktu dan Lokasi antara jumlah air yang masuk ke sistem,
Penelitian dilaksanakan pada tahun yang tersedia di sistem, dan yang keluar
2013 di Sub DAS Watujali yang terletak di dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara
Desa Somagede, Kecamatan Sempor, umum persamaan neraca air dirumuskan
Kabupaten Kebumen. Data pengamatan dengan (Sri Harto, 2000) :
yang digunakan adalah data hujan, data
aliran sungai dan data temperatur bulanan I = O ± ΔS
mulai tahun 2007 sampai dengan tahun dimana :
2011. I = masukan (inflow)
Berdasarkan peta penutupan lahan, O = keluaran (outflow)
Sub DAS Watujali didominasi oleh hutan ΔS = perubahan nilai
pinus dengan tahun tanam 1977 (44,18 ha) cadangan/simpanan air (∆
dan tahun 1979 (55,86 ha). Peta Storage)
penutupan lahan Sub DAS Watujali
disajikan pada Gambar 1. Masukan (inflow) adalah semua air
yang masuk ke dalam sistem, sedangkan
keluaran (outflow) adalah semua air yang
keluar dari sistem. Perubahan tampungan
adalah perbedaan antara jumlah semua
kandungan air (dalam berbagai sub sistem)
dalam satu unit waktu yang ditinjau, yaitu
antara waktu terjadinya masukan dan
waktu terjadinya keluaran. Persamaan ini
tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar
Gambar (Figure) 1. Peta Umur Tanaman yang lainnya (siklus hidrologi) karena pada
Pinus Sub DAS Watujali (Map of Pine Age hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem
on Watujali Sub Watershed) yang ada, adalah keluaran dari sub sistem
yang lain dalam siklus tersebut (Sri Harto,
2000).
B.Bahan dan Alat Secara kuantitatif, neraca air
Bahan dan peralatan yang digunakan menggambarkan prinsip bahwa selama
dalam penelitian ini yaitu : peralatan untuk periode waktu tertentu masukan air total
monitoring hujan dan iklim, peralatan sama dengan keluaran air total ditambah
untuk monitoring tata air Stasiun dengan perubahan air cadangan (change in
Pengamat Arus Sungai (SPAS), peta-peta storage). Nilai perubahan air cadangan ini
dasar (topografi, tanah, peta geologi, dapat bertanda positif atau negatif
penggunaan lahan) serta perangkat lunak (Soewarno, 2000).
pengolah data microsoft Excel. Neraca air merupakan hubungan
antara masukan air total dan keluaran air
C.Metode Penelitian total yang terjadi pada suatu DAS. Dalam
neraca air tersebut didalamnya terkandung
Metode yang digunakan untuk komponen-komponen seperti debit aliran
mengestimasi infiltrasi di Sub DAS Watujali
sungai, curah hujan, evapotranspirasi,
adalah mengkombinasi antara neraca air perkolasi, kelembaban tanah, dan periode
dan regresi hubungan antara hujan dan
waktu. Secara teoritis neraca air lahan

3
dapat dirumuskan dengan (Baumgartner &
Reichel, 1975 : 15) :

P=E+D+R +U

Dalam kurun waktu yang lama dapat


diasumsikan tampungan dan penggunaan
konsumtif adalah tetap dan fluktuasinya
tidak signifikan. Persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi:
Gambar (Figure) 2. Neraca Air (Water
Balance) (Alencoaco & Pacheco, 2006)
P=E+D
dimana : Dimana :
P = curah hujan (Precipitation)
P = curah hujan (Precipitation) I = infiltrasi (Infiltration)
(mm/tahun) Ep = evaporasi (Evaporation)
E = Evaporasi (Evaporation) Qs = aliran permukaan (Surface
(mm/tahun) Runoff)
D = Debit (Discharge) (m3/detik) Qg = aliran bawah tanah
R = Tampungan (Volume) (m3) (baseflow)
U = Kebutuhan untuk konsumsi air Qr = aliran sungai (runoff)
(Water Consumption) (m3/detik). Er = evaporasi pada sungai
(Stream Evaporation)
Sumber air pada suatu DAS (catchment ETm = evapotransirasi
area) adalah curah hujan, yang sebagian (Evapotranspiration)
hilang langsung sebagai evaporasi (Ep) atau ∆s = simpanan air permukaan
limpasan permukaan (overland flow) (Qs), (Surface Storage)
sebelum masuk ke simpanan bawah tanah ∆g = simpanan air bawah tanah
sebagai infiltrasi (I). Sebagian air yg (Groundwater Storage)
mengalami infiltrasi kembali ke udara
sebagai evapotranspirasi (ETm), sementara D. Pengumpulan dan Analisa Data
bagian lainnya keluar sebagai aliran dasar
(baseflow) (Qg). Aliran sungai yang juga
1. Perhitungan Curah Hujan
dikenal sebagai runoff (Qr) merupakan
Data hujan harian diperoleh dari
jumlah dari air permukaan dan bawah
masing-masing stasiun penakar curah
tanah yang mengalami evaporasi langsung
hujan dan diakumulasi menjadi data curah
(Er) dan dikurangi dengan perubahan yang
hujan rerata, kemudian dianalisa dengan
terjadi pada simpanan air permukaan (∆s)
menggunakan metode Polygon-Thiessen
(Alencoaco & Pacheco, 2006).
untuk mendapatkan curah hujan rata-rata
wilayah. Metode ini dapat digunakan pada
daerah yang mempunyai distribusi penakar
hujan yang tidak seragam dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaruh
dari masing-masing penakar. Curah hujan
rata-rata wilayah dapat dihitung dengan Thornthwaite - Mather bisa menggunakan
metode Poligon Thiessen sebagai berikut : rumus empiris. Rumus ini berlaku untuk
n
suhu udara rata-rata bulanan (t di bawah
ΣP i . Ai
26,5°C), yaitu :
i= 1
P= n

ΣA i ETP = 1,6 (10 t/I)a


i =1

dimana : dimana :
P = Curah hujan wilayah (Rainfall ETP = evaporasi potensial bulan (Monthly
Areas) Potential Evaporation) (cm/bulan)
Pi = Curah hujan di stasiun penakar t = suhu rata-rata bulanan (°C)
i (Precipitation on i Rainfall (Monthly Average Temperature)
Station) I = akumulasi indeks panas dalam
A = Luas areal polygon di titik i (The setahun (Accumulated Heat Index in a
Area Polygon at Point i) Year), diperoleh dengan rumus :
12
t 1,514
i = 1, 2, 3, …, n
(Suripin, 2004)
I =∑ ()
i=1 5
a = 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2 +
2. Perhitungan 0,01792 I + 0,49239
Debit Sungai
Data dasar yang digunakan untuk Sedangkan untuk data suhu t ≥ 26,5°C,
perhitungan debit pada penelitian ini gunakan rumus :
adalah volume air per satuan waktu pada
aliran sungai. Untuk memudahkan analisis, ETP(t ≥ 26,5°C) = - 0,0433 t2 + 3,2244
maka analisa data debit (Q) tersebut dapat t – 41.545
ditransformasikan ke dalam bentuk
persamaan : Nilai yang didapatkan dari per-hitungan di
atas harus dikoreksi dengan nilai tertentu.
m3 Nilai faktor koreksi tersebut diperoleh
Debit (
) berdasarkan Tabel 7 dari Thornthwaite
mm s x 1000 m/m
Q
s ( )
=
Luas(m 2) Mather (Thornthwaite Mather, 1957).
Dasar penentuan faktor koreksi tersebut
mm jam adalah letak lintang lokasi penelitian,
Q ( mm )=Q x 24 x dalam hal ini letak lintang lokasi penelitian
s hari
menit adalah 7° LS. Sehingga nilai
60 x
jam evapotranspirasi yang terkoreksi adalah :
s
60 x 1 hari
menit ETp (terkoreksi) = ETp x F
dimana :
3. Perhitungan F = faktor koreksi terhadap panjang
Evapotranspirasi Potensial dengan hari dari letak lintang (Latitude
Thornthwaite - Mather Correction Factor)
Pendugaan ETP dilakukan dengan
menggunakan metode Thornthwaite - 4. Analisis
Mather. Metode ini hanya menggunakan Infiltrasi dengan Neraca Air
masukan data temperatur rata-rata saja. a. Koefisien a dan b
Untuk menghitung besarnya Data curah hujan dan debit setiap
evapotranspir-asi dengan metode bulan diplotkan pada grafik polynomial.

5
Untuk perhitungan ini digunakan grafik stasiun klimatologi Silengkong.
pangkat dua. Kemudian nilai-nilai yang Berdasarkan hasil pengamatan di stasiun
menyebabkan kesalahan harus dihilangkan. klimatologi Silengkong tahun 2007 – 2011,
Setelah itu data curah hujan dan debit yang di Sub DAS Watujali curah hujannya
lainnya diplotkan regresi linearnya. berkisar antara 2.782 - 5.826 mm/ tahun.
Koefisien a dan b didapatkan dari regresi Data hujan selama 5 tahun di sub DAS
linear grafik Qr vs P, di mana a merupakan Watujali disajikan pada Tabel 1.
intercept sumbu y dan b adalah Tabel (Table) 1. Curah Hujan Bulanan
koresponden kemiringan. Pada grafik, nilai Tahun 2007 – 2011 sub DAS Watujali
Qr sebagai sumbu y (sumbu vertikal) dan (Monthly Rainfall at Watujali Sub
nilai P sebagai sumbu x (sumbu horizontal) Watershed on 2007 – 2011)
Bulan/Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Median
(Alencoao & Pacheco, 2006). Januari 229 277 551 541 423 404.20 385.00
b. Bulan basah (P > ETP) Februari 508 199 403 712 527 469.80 455.50
Maret 403 413 234 684 525 451.80 459.00
Q s =b x ( P− ETP ) April 407 168 461 350 565 390.20 366.50
Mei 328 56 246 456 271 271.40 256.00
Q g=a+ ( bxETP ) Juni 91 7 102 306 13 103.80 156.50

∆ s=Q s+ Q g−Q r Juli


Agustus
9
2
0
3
37
2
374
74
18
0
87.60
16.20
187.00
37.00
I =P−ETP −Qs September 5 51 56 606 11 145.80 305.50
Oktober 304 398 287 719 190 379.60 454.50
c. Bulan kering (P < ETP) November 404 975 328 447 954 621.60 651.50
Desember 798 235 372 557 697 531.80 516.50
Diasumsikan bahwa : Jumlah 3488 2782 3079 5826 4194 3,873.80 4,230.50
Qs= 0 Sumber : Stasiun klimatologi Silengkong
I =0 dan Stasiun klimatologi Sempor
Maka : Source : Silengkong and Sempor
Q g≈ a Climatological Station
∆ s=a−Qr
Dari tabel 1 tersebut di atas terlihat bahwa
dimana : jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada
a, b = kemiringan dan intercept dari tahun 2010 (5.826 mm) dan terendah
regresi Q vs P (Gradient and terjadi pada tahun 2008 (2.782 mm).
Intercept of Q vs P) Sedangkan rata-rata jumlah hujan
Q s = aliran permukaan (Runoff) tahunannya adalah sebesar 3.873,8 mm.
Q g = aliran bawah tanah (Sub
Surface Runoff) B. Debit Aliran
∆ s = perubahan pada simpanan Perhitungan debit aliran dilakukan
permukaan (∆Surface dengan menggunakan data dari stasiun
Storage) pengamat arus sungai Watujali. Data debit
P = curah hujan (Precipitation) aliran selama tahun 2007 – 2011 disajikan
ETP = evapotranspirasi potensial pada Tabel 2 berikut ini.
(Potential Evapotranspiration) Tabel (Table) 2. Debit Bulanan Tahun 2007
I = infiltrasi (Infiltration) – 2011 sub DAS Watujali (Monthly
Q r = aliran sungai (Streamflow) Discharge at Watujali Sub Watershed on
2007 – 2011)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Curah Hujan


Perhitungan curah hujan dilakukan
berdasarkan data curah hujan tahunan dari
2007 2008 2009 2010 2011
Bulan/Tahun
m3/dtk mm m3/dtk mm m3/dtk mm m3/dtk mm m3/dtk mber : Stasiun klimatologi Silengkong dan
mm
Januari 2.62 219.61 3.31 277.40 3.76 315.32 4.13 346.10 3.67 308.02
Februari 6.15 516.14 3.73 312.47 4.10 344.01 5.17 433.43 3.64 Stasiun
305.08 klimatologi Sempor
Maret 5.91 495.42 3.62 303.91 1.75 146.63 5.66 474.78 5.51 462.11
April 8.59 720.56 1.49 124.90 4.13 346.35 3.50 293.51 6.60 Source
553.80 : Silengkong and Sempor
Mei 5.38 451.63 0.35 29.36 2.32 194.86 3.76 315.49 2.00 167.35
Juni 1.38 115.68 0.09 7.89 1.14 95.63 3.36 281.51 0.32 Climatological
27.01 Station
Juli 0.28 23.82 0.07 5.79 0.17 13.84 2.88 241.17 0.21 17.36
Agustus 0.09 7.47 0.05 3.77 0.04 3.19 0.91 76.17 0.04 3.19
September 0.07 5.79 0.28 23.82 0.10 8.14 4.19 351.64 0.03 2.52
Oktober 5.96 500.11 1.45 121.30 1.01 84.89 5.59 468.66 0.24 20.13
November 3.46 289.82 10.08 845.55 1.63 136.90 4.73 396.94 5.31 Berdasarkan tabel 3 tersebut di atas
445.59
Desember 10.38 870.79 3.04 254.59 2.53 212.39 4.96 415.81 5.20 436.53
Jumlah 50.27 4,216.82 27.55 2,310.74 22.68 1,902.14 48.82 4,095.19 32.77 terlihat bahwa rata-rata temperatur
2,748.69

Sumber : Hasil perhitungan tahunan tertinggi di stasiun klimatologi


Source : The calculation result Silengkong terjadi pada tahun 2008 yaitu
Berdasarkan tabel 2 di atas terlihat bahwa sebesar 28,9 °C dan terendah terjadi pada
debit aliran tertinggi di sub DAS Watujali tahun 2007 yaitu sebesar 26,07 °C.
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Selanjutnya berdasarkan tabel 3
50,27 m3/dtk dan terkecil terjadi pada tersebut di atas, dilakukan perhitungan
tahun 2009 yaitu sebesar 22,676 m3/dtk. nilai I (akumulasi indeks panas tahunan)
Selaras dengan besarnya debit aliran maka dan nilai a. Hasil perhitungan nilai I dan a
hasil air tertinggi sub DAS Watujali juga disajikan pada Tabel 4 berikut ini
pada tahun 2007 yaitu sebesar 4.216,82 Tabel (Table) 4. Perhitungan Nilai I, a, dan
mm dan yang terendah terjadi pada tahun Evapotranspirasi Potensial Bulanan (mm)
2009 yaitu sebesar 1.902,14 mm. Berdasarkan Nilai Temperatur Bulanan sub
DAS Watujali Tahun 2007–2011 (The
C. Evapotranspirasi Potensial Calculation of I, a, and Monthly Potential
dengan Thornthwaite - Mather Evapotranspiration Value (mm) By
Perhitungan evapotranspirasi potensial Monthly Temperature Value at Watujali
dilakukan dengan menggunakan metode Sub Watershed on 2007 – 2011)
Bulan/Tahun 2007 i ETP 2008 i ETP 2009 i ETP 2010 i ETP 2011 i ETP
dari Thornthwaite - Mather (1957). Januari 27.30 13.07 4.70 26.60 12.56 4.50 27.44 13.17 4.60 27.80 13.43 4.80 27.38 13.12 4.60
Februari 26.50 12.49 4.50 26.90 12.78 4.60 27.20 12.99 4.70 28.32 13.81 5.00 27.36 13.11 4.60
Perhitungan dilakukan dengan Maret 26.50 12.49 4.50 26.50 12.49 4.50 28.15 13.69 6.00 28.57 14.00 5.10 26.75 12.67 4.60
April 26.60 12.56 4.50 26.01 12.14 4.20 27.64 13.31 4.80 28.17 13.70 5.00 27.27 13.04 4.70
menggunakan data temperatur bulanan Mei 26.60 12.56 4.50 34.49 18.61 6.10 27.86 13.47 4.80 28.44 13.90 5.00 27.61 13.29 4.80
Juni 26.00 12.13 4.20 33.06 17.46 5.60 28.23 13.74 6.00 28.37 13.85 5.00 28.44 13.90 5.00
selama tahun 2007 – 2011 yang diperoleh Juli
Agustus
25.70 11.92
23.80 10.61
4.10 30.52 15.47
3.10 28.51 13.95
5.50 28.28 13.78
5.10 28.02 13.59
6.00 27.39 13.13
4.80 27.59 13.28
4.80 28.13 13.67
4.80 28.25 13.76
6.00
5.00
dari stasiun klimatologi Silengkong. Data September
Oktober
25.40 11.71
26.10 12.21
3.90 29.00 14.32
4.20 29.71 14.85
5.20 28.01 13.58
5.30 27.82 13.44
4.80 27.30 13.07
4.80 26.94 12.81
4.70 27.99 13.57
4.60 28.37 13.85
4.90
5.00

temperatur bulanan stasiun klimatologi November


Desember
26.00 12.13
26.30 12.35
4.20 28.07 13.63
4.30 27.40 13.14
6.00 27.73 13.38
4.60 28.35 13.83
4.80 26.12 12.22
5.00 26.60 12.56
4.20 27.26 13.04
4.60 27.27 13.04
4.70
4.70
Rata-rata 26.07 28.90 27.89 27.63 27.67
Silengkong tahun 2007 – 2011 disajikan I 146.24 171.39 161.98 159.74 160.06
a 3.58 4.70 4.24 4.14 4.15
pada Tabel 3 berikut ini.
Sumber : Thornthwaite & Mather (1957)
Tabel (Table) 3. Temperatur Bulanan Tahun
dan Hasil perhitungan
2007 – 2011 sub DAS Watujali
(Source : Thornthwaite and Mather (1957)
(MonthlyTemperature at Watujali
and Calculation result)
Subwatershed on 2007- 2011)
Bulan/Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Setelah nilai I (akumulasi indeks panas
Januari 27.30 26.60 27.44 27.80 27.38 tahunan) dan nilai a diperoleh, selanjutnya
Februari 26.50 26.90 27.20 28.32 27.36
Maret 26.50 26.50 28.15 28.57 26.75 digunakan untuk perhitungan nilai
April 26.60 26.01 27.64 28.17 27.27
Mei 26.60 34.49 27.86 28.44 27.61
evapotranspirasi potensial. Perhitungan
Juni 26.00 33.06 28.23 28.37 28.44 nilai evapotranspirasi potensial dilakukan
Juli 25.70 30.52 28.28 27.39 28.13
Agustus 23.80 28.51 28.02 27.59 28.25
dengan menggunakan tabel 4 dan 5 dari
September 25.40 29.00 28.01 27.30 27.99 Thornthwaite & Mather (1957) dalam
Oktober 26.10 29.71 27.82 26.94 28.37
November 26.00 28.07 27.73 26.12 27.26 bukunya Instructions and Tables for
Desember 26.30 27.40 28.35 26.60 27.27
Computing Potential Evapotranspiration
Rata-rata 26.07 28.90 27.89 27.63 27.67 Su
and The Water Balance. Hasil perhitungan

7
nilai evapotranspirasi potensial juga Adapun nilai a dan b dapat dilihat pada
disajikan pada Tabel 4 di atas. Tabel 6 berikut ini :
Langkah selanjutnya setelah diperoleh Tabel (Table) 6. Nilai koefisien a, b dan R2
nilai ETP, maka nilai ETP tersebut harus (The Value of a, b, and R2)
dikoreksi dengan faktor koreksi. Menurut Bulan a b R2
Januari 156.5500 0.3571 0.9014
Thornthwaite & Mather (1957), besaran Februari 258.1200 0.2401 0.9771
faktor koreksi ditentukan berdasarkan Maret -12.7840 0.7751 0.9032
April -60.0430 1.0095 0.9402
letak lintang dari lokasi kajian. Besaran Mei -5.4894 0.7085 0.9740
faktor koreksi menurut Thorthwaite & Juni 13.4440 0.8873 0.9854
Juli 5.4506 0.6272 0.9907
Mather (1957) dan hasil perhitungan nilai Agustus 2.6770 0.9926 0.9967
evapotranspirasi potensial terkoreksi September -7.7785 0.5909 0.9954
Oktober -169.1300 0.8604 0.9688
disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 November -128.7400 1.0140 0.9641
nampak bahwa nilai evapotranspirasi Desember -126.1200 1.1509 0.8672
potensial tertinggi di sub DAS Watujali Sumber : Hasil perhitungan
terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Source : The Calculation result
1.873,21 mm/tahun sedangkan nilai
evapotranspirasi potensial terendah terjadi Berdasarkan Tabel 6 tersebut di atas
pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.553,22 nampak bahwa nilai R2 yang diperoleh dari
mm/tahun. bulan Januari sampai dengan Desember
Tabel (Table) 5. Perhitungan Nilai adalah berkisar antara 0,87 sampai dengan
Evapotranspirasi Bulanan Terkoreksi (mm) 0,99. Secara umum nilai R2 yang diperoleh
(The Calculation of Monthly adalah 0,9 dan hanya pada bulan
Evapotranspiration Value Corrected (mm)) Desember saja yang nilai R2 nya sebesar
2007 2008 2009 2010 2011
Bulan/Tahun
ETP F Etp (Terkoreksi) ETP F Etp (Terkoreksi) ETP F Etp (Terkoreksi) ETP F Etp (Terkoreksi) ETP 0,87 sehingga secara umum terjadi korelasi
F Etp (Terkoreksi)
Januari 4.70 32.10 150.87 4.50 32.10 144.45 4.60 32.10 147.66 4.80 32.10 154.08 4.60 32.10 147.66
Februari 4.50 28.60 128.70 4.60 28.60 131.56 4.70 28.60 134.42 5.00 28.60 143.00 4.60 28.60 yang 131.56 nyata antara curah hujan dan debit
Maret 4.50 31.20 140.40 4.50 31.20 140.40 6.00 31.20 187.20 5.10 31.20 159.12 4.60 31.20 143.52
April 4.50 30.00 135.00 4.20 30.00 126.00 4.80 30.00 144.00 5.00 30.00 150.00 4.70 30.00 aliran 141.00 di sub DAS Watujali. Jika dicermati
Mei
Juni
4.50
4.20
30.60
29.40
137.70
123.48
6.10
5.60
30.60
29.40
186.66 4.80
164.64 6.00
30.60
29.40
146.88
176.40
5.00
5.00
30.60
29.40
153.00
147.00
4.80
5.00
30.60
29.40
146.88
lebih
147.00 jauh nilai R2 tertinggi terjadi pada
Juli
Agustus
4.10
3.10
30.30
30.60
124.23
94.86
5.50
5.10
30.30
30.60
166.65 6.00
156.06 4.80
30.30
30.60
181.80
146.88
4.80
4.80
30.30
30.60
145.44
146.88
6.00
5.00
30.30
30.60
bulan
181.80
153.00
Agustus yaitu sebesar 0,9967
September
Oktober
3.90
4.20
30.00
31.50
117.00
132.30
5.20
5.30
30.00
31.50
156.00 4.80
166.95 4.80
30.00
31.50
144.00
151.20
4.70
4.60
30.00
31.50
141.00
144.90
4.90
5.00
30.00
31.50
sedangkan
147.00
157.50
nilai R2 terkecil terjadi pada
November
Desember
4.20
4.30
30.80
32.40
129.36
139.32
6.00
4.60
30.80
32.40
184.80 4.80
149.04 5.00
30.80
32.40
147.84
162.00
4.20
4.60
30.80
32.40
129.36
149.04
4.70
4.70
30.80
32.40
bulan
144.76
152.28
Desember yaitu sebesar 0,87.
Jumlah 1,553.22 1,873.21 1,870.28 1,762.82 1,793.96
Selanjutnya berdasarkan nilai a,b, dan
Sumber : Hasil perhitungan 2
R seperti tersebut pada Tabel 6, dilakukan
Source : The Calculation result perhitungan besarnya infiltrasi di bawah
hutan pinus di sub DAS Watujali bulan
D. Infiltrasi dengan Neraca Air Januari sampai dengan Desember. Hasil
Grafik hubungan antara curah hujan perhitungan infiltrasi bulanan sub DAS
bulanan dan debit aliran bulanan dengan Watujali disajikan pada lampiran,
regresi linear sub DAS Watujali bulan sedangkan rekapitulasi hasil perhitungan
Januari sampai dengan Desember tahun infiltrasi di sub DAS Watujali tahun 2007 –
2007 sampai dengan Tahun 2011 disajikan 2011 disajikan pada Tabel 12.
pada lampiran..
Dari beberapa gambar seperti pada Tabel (Table) 12. Rekapitulasi Hasil
lampiran selanjutnya dapat ditentukan Perhitungan Infiltrasi sub DAS Watujali
besarnya koefisien a yang dalam hal ini Tahun 2007 – 2011. (The
nilai a merupakan perpotongan dengan Recapitulation of Infiltration Calculation
sumbu y dan nilai konstanta b yang Result on Watujali Sub Watershed Year
merupakan koresponden kemiringan.
2007 – 2011) Selanjutnya berdasarkan prinsip
Tahun Infiltrasi (mm) imbangan air, jika masukan hujan
2007 367.48 dibandingkan dengan hasil penjumlahan
2008 124.55 antara limpasan permukaan (Qs), nilai
2009 386.19 evapotranspirasi (ETP), dan nilai infiltrasi
2010 1192.56 maka hasilnya seperti disajikan pada Tabel
2011 457.16 14.
Sumber : Hasil perhitungan
Source : The Calculation result Tabel (Table) 14. Perbandingan Nilai Curah
Hujan dan Hasil Penjumlahan Nilai Qs, ETP,
Berdasarkan Tabel 12 di atas nampak dan I pada sub DAS Watujali (The
bahwa infiltrasi terbesar terjadi pada tahun Comparison Value Between Precipitatioan
2010 yaitu sebesar 1.192,56 mm/ tahun and Total Value of Qs, ETP, and I on
sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun Watujali sub Watersheds)
2008 yaitu sebesar 124,55 mm/tahun. Tahun P (mm) Qs + ETP + I
Selanjutnya hasil perhitungan infiltrasi 2007 3,488.00 3,808.09
tersebut dihubungkan dengan masukan 2008 2,782.00 3,259.35
2009 3,079.00 3,223.88
hujan, hasil air, limpasan permukaan dan
2010 5,826.00 5,826.00
juga nilai evapotranspirasinya. Hasil 2011 4,194.00 4,055.00
rekapitulasi perbandingannya disajikan Sumber : Hasil perhitungan
pada Tabel 13 berikut ini. Source : The Calculation result
Tabel (Table) 13. Hubungan Nilai CH, Debit Pada Tabel 14 di atas merupakan
Aliran, Limpasan Permukaan, ETP dan gambaran prinsip imbangan air yang terjadi
Infiltrasi (The Relationship Value Between pada sub DAS Watujali tahun 2007 – 2011,
Precipitation, Discharge, dalam hal ini curah hujan adalah
Surface Runoff and The Calculation of merupakan masukan (input) dan hasil
Infiltration) penjumlahan limpasan permukaan,
Tahun P (mm) Qr (mm) Qs (mm) ETP (mm) I (mm)
2007 3,488.00 4,216.82 1,887.39 1,553.22 evapotranspirasi
367.48 potensial dan infiltrasi
2008 2,782.00 2,310.74 1,261.59 1,873.21 124.55
merupakan luaran (output). Hasil
2009 3,079.00 1,902.14 967.41 1,870.28 386.19
2010 5,826.00 4,095.19 2,870.62 1,762.82 perbandingan menunjukkan bahwa pada
1,192.56
2011 4,194.00 2,748.69 1,803.88 1,793.96 457.16
tahun 2007 – 2009 besarnya masukan
Sumber : Hasil perhitungan berupa curah hujan tahunan di sub DAS
Source : The Calculation result Watujali lebih kecil dari pada besarnya
Pada Tabel 13 di atas nampak bahwa luaran yang berupa total penjumlahan nilai
besarnya infiltrasi berbanding lurus dengan limpasan permukaan, nilai evapotranspirasi
besarnya curah hujan, hasil air dan potensial dan nilai infiltrasinya. Hal ini
limpasan permukaan yang terjadi, semakin menunjukkan bahwa pada kisaran tahun
besar nilai infiltrasi maka semakin besar 2007 – 2009 terjadi ketidakseimbangan
pula nilai masukan hujan, hasil air, dan antara masukan dan luaran di sub DAS
limpasan permukaan Sedangkan jika Watujali. Namun demikian hal tersebut
dibubungkan antara hasil perhi-tungan belum dapat dikatakan terjadi defisit air di
infiltrasi dengan nilai eva-potranspirasi sub DAS Watujali karena hal ini tergantung
potensialnya ternyata menunjukkan pada kondisi lengas tanah maupun
kecenderungan bahwa semakin besar nilai simpanan air tanahnya.
infiltrasinya maka semakin kecil nilai Selanjutnya jika dicermati pada tahun
evapotranspirasi potensialnya. 2010 dan 2011, besarnya masukan berupa

9
curah hujan tahunan di sub DAS Watujali Baumgartner, A & Reichel, E. 1975. The
lebih besar dari pada besarnya luaran yang World Water Balance, New York.
berupa total penjumlahan nilai limpasan Elseiver.
permukaan, nilai evapotranspirasi
potensial dan nilai infiltrasinya. Hal ini Budianto, P.T.H., Wirosoedarmo, R.,
menunjukkan bahwa pada tahun tersebut Suharto, E. 2014. Perbedaan Laju
terjadi surplus masukan hujan. Surplus Infiltrasi pada Lahan Hutan Tanaman
masukan hujan akan berpengaruh pada Industri Pinus, Jati, dan Mahoni. J.
limpasan permukaan dan infiltrasinya, Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
namun demikian terdapat faktor lain yang Vol. 1 No. 2. Hlm : 15-24.
mempengaruhinya yaitu kondisi
penutupan lahan dan juga sifat fisik Chen, I., Yuan, Z., Shao, H., Way, D., Mu, X.,
tanahnya. Dengan demikian surplus 2014. Effect of Thinning Intensities on
masukan hujan tidak secara langsung Soil Infiltration & Water Storage
berdampak pada limpasan permukaan Capacity in a CChinese Pine-Oak Mix
maupun infiltrasinya. Forest. The Scientific World Journal.
Doi : 10.1155/2014/268157.
IV. KESIMPULAN
Nazir, T. & Sharma, C.M. 2015. Rate of
1. Tingkat Infiltration Under Different Forest
infiltrasi di sub DAS Watujali periode Cover of Gashwal Himalaya. The Indian
tahun 2007 – 2011 berkisar antara 125 Forester Vol. 141 No.9.
mm/ tahun sampai dengan 1.193
mm/tahun atau rata-rata sebesar 414 Neris, J., Jimenez, C., Fuertes, J., Morillas,
mm/tahun. G., Tejedor, M. 2012. Vegetation and
2. Tingkat Landuse Effects on Soil Properties and
infiltrasi sangat tergantung pada curah Water Infiltration of Andisol in
hujan sebagai masukan (input). Tenerife (Canary Island, Spain). Catena
Semakin tinggi curah hujan akan Vol. 98 Hlm. 55-62.
meningkatkan volume infiltrasi tanah.
3. Tingkat Ningtyas, L.S.V. 2014. Infiltrasi Pada
infiltrasi dalam suatu DAS dapat Kawasan Hutan Pinus Campuran
diprediksi dengan hubungan antara Berumur 15 Tahun di DTA Gajah
hujan dan debit serta besarnya Mungkur. Skripsi. Fakultas Kehutanan
evapotranspirasi. UGM.

Soewarno, 2000. Hidrometri. Citra Aditya


DAFTAR PUSTAKA Bakti. Bandung

Alencoaco, A.M.P dan Pacheco, F.A.I. Sri Harto Br., 2000. Hidrologi: Teori,
2006. Infiltration in the Corgo River Masalah, dan Penyelesaian. Nafiri
basin (northern Portugal): coupling Offset. Yogyakarta
water balances with rainfall-runoff
regression on a monthly basis. J. Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang
Hydrological Scince 51 (6): 989 – 1005. Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta
Thornwhaite, C. W. & J. R. Mather. 1957.
Instruction and Tables for Computing
Evapotranspiration and Water
Balance. Publication in Climatology.
Drexel Institute of Technology,
Laboratory of Climatology.

11

Anda mungkin juga menyukai