Anda di halaman 1dari 2

Selenggarakan FGD Kerjasama MPR RI dengan Ilmu Hukum UIN Bandung

Badan Pengkajian MPR RI bekerjasama dengan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum
UIN SGD Bandung menghelat Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Memperkuat
Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR dalam Sistem Hukum Indonesia” yang
bertempat di Hotel Sensa, Bandung pada, Rabu (28/11/2018).
Acara tersebut dihadiri oleh Drs. Ahmad Zacky Siradj dan Drs. Agun Gunandjar Sudarsa
sebagai perwakilan MPR RI, dan Dr. Ah. Fathonih, M.Ag. sebagai perwakilan UIN Bandung,
serta diikuti oleh para pakar hukum tata negara; Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, S.H., M.H.
(Guru Besar Fakultas Hukum Unpar), Dr. Dewi Sulastri, S.H., M.H. (Dosen HTN UIN
Bandung), Dr. Utang Rosidin, S.H., M.H. (Dosen HTN UIN Bandung), Dr. Rusli K Iskandar,
S.H., M.H. (Dosen HTN Unisba), dan Nia Kania Winayanti, S.H., M.Hum. (Dosen HTN Unpas).
Wujud Ketetapan MPRS dan MPR tidak lagi ideal sebagaimana keberadaan sebelum
amandemen UUD NRI Tahun 1945. Bahkan MPR tidak lagi memiliki kewenangan untuk
membuat ketetapan yang bersifat mengatur (regelling). “Padahal banyak norma yang
termaktub dalam ketetapan MPR penting diterapkan, sehingga perlu diperkuat status
hukum ketetapan MPR,” ucap Drs. Agun Gunandjar Sudarsa dalam sambutannya.
Kedudukan TAP MPR tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan kewenanganMPR
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Amandemen UUD NRI Tahun 1945
pascareformasi membawa konsekuensi terhadap kedudukan serta kewenangan yang
melekat kepada MPR. Salah satu perubahan penting dalam UUD NRI Tahun 1945 yang
mempengaruhi kedudukan dan kewenangan MPR adalah perubahan pada bagian bentuk
dan kedaulatan Negara khususnya pada Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945. Sebelum
amandemen disebutkan bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Sedangkan setelah amandemen
dirubah menjadi, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”.
Sebelum amandemen UUD NRI Tahun 1945, kewenangan MPR sangat luas. Karena Pasal 1
ayat (2) sebagai dasar rujukannya. Namun setelah amandemen, kewenangannya pun mulai
diamputasi. Dr. Dewi Sulastri, S.H., M.H. mengatakan, “Sebelum amandemen (UUD), sangat
luas sekali kewenangan MPR, bahkan Presiden dipilih oleh MPR. Setelah amandemen, MPR
bukan lagi sebagai lembaga tertinggi. Menjadi sederajat dengan lembaga tinggi lainnya.
Sehingga berimplikasi terhadap produk hukum yang dibuat oleh MPR.”
Menimpali kewenangan MPR, Dr. Utang Rosidin, S.H., M.H. pun memaparkan buah
pikirannya. Dikatakan bahwa “Meskipun MPR kedudukannya sederajat dengan lembaga
tinggi lainnya, tapi MPR dapat mengubah peraturan tertinggi dalam tata urutan perudang-
undangan nasional, UUD NRI Tahun 1945. Sehingga merujuk pada sistem hukum
Indonesia, yakni legal substance, structure, dan cultur. Harus ada pembenahan pasal dalam
UUD NRI Tahun 1945, kemudian ditinjak lanjuti pembenahan tersebut oleh yang
berwenang.”
Karena itu, untuk memperkuat kembali status ketetapan MPR diharuskan mengubah UUD
NRI Tahun 1945. “Untuk memperkuat MPR dan ketetapannya, kuncinya adalah ubah UUD
itu sendiri. Ibarat udah diikat mati, untuk mengubahnya hanya dengan memotong, yaitu
ubah UUD. Karena harus ada norma hukum penguatan MPR dalam UUD.” Jelas Dr. Rusli K
Iskandar, S.H., M.H.
Pembenahan tersebut, salahsatunya dari aspek kewenangan dan keanggotaan MPR. Prof.
Dr. Asep Warlan Yusuf, S.H., M.H. mengatakan, “MPR harus diberikan kewenangan
mengeluarkan ketetapan yang bersifat beschikking (penetapan) dan regelling (mengatur).
Di samping itu, tidak ideal jika MPR hanya diisi oleh DPR sebagai utusan rakyat dan DPD
utusan daerah. Harusnya ditambah utusan golongan, yakni dari tokoh-tokoh nasional yang
memiliki reputasi dan prestasi tinggi,” tutupnya.
Perihal kerjasama ini, Dr. Ah. Fathonih, M.Ag. berterimakasih atas kepercayaan terhadap
UIN Bandung. “Bahkan UIN Bandung siap berkontribusi untuk MPR RI,” tuturnya mewakili
Rekor UIN Bandung, Prof. Dr. Mahmud, M.Si yang berhalangan hadir.
(Khairul Umam)

Anda mungkin juga menyukai