Anda di halaman 1dari 38

BAB 

 I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun,
namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya (Arya,
2008). Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada
lansia (Kuntjoro, 2002).
Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan
sosial. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi (Akhmadi, 2009).Menurut Laksamana
(1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai
perubahan `senesens` dan perubahan 'senilitas'. Perubahan `senesens' adalah
perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubahan
'senilitas' adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai
dengan makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu,
perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik,
kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi. Oleh karena itu lansia
adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia
sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik,
psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu
aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia yang
membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah asuhan keperawatan lansia yang mengalami gangguan
psikososial?
           
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mempelajari tentang asuhan keperawatan lansia
yang mengalami gangguan psikososial.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 1


2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Konsep Teori Lansia
b. Mengetahui tentang Teori Psikososial Lansia
c. Mengetahui tentang Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Psikososial Lansia
d. Mengetahui tentang Perubahan Psikososial pada Lansia
e. Mengetahui tentang Macam-macam Masalah Keperawatan
Psikososial
f. Mengetahui tentang  Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Kecemasan atau ansietas.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 2


BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
         
2.1 KONSEP TEORI LANSIA
1. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-
kanak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini
berbeda baik secara biologis maupun secara psikologis. Memasuki masa
tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun secara psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut putih,
penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat.

2.2 TEORI PSIKOSOSIAL LANSIA


1. Definisi
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya
integritas diri yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara
keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikut (anak
dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa
lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006).
Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan
psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian
keintiman, generatif dan integritas yang utuh.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 3


2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
PSIKOSOSIAL LANSIA
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
psikososial lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain:
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi
fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus
ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

b. Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual


Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti:
1) Gangguan jantung
2) Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3) Vaginitis
4) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangatkurang
6) Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan
steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
1) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia.
2) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh        tradisi  dan budaya .
3) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
4) Pasangan hidup telah meninggal
5) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 4


c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya
tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini
ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika
pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

d. Perubahan Yang Berkaitan Dengan Pekerjaan


Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati
hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 5


Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban
mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental
individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada
menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki
jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun
(pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif
lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu
kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu
untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan
tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi
masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki
kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah
pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang
sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara
berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis
dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung
terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa
disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif
lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga
lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak
berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

e. Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 6


Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran)
masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara
(care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka
yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang,
atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai
tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai
long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat.
Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup
dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik
dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

2.4 PERUBAHAN PSIKOSOSIAL YANG TERJADI PADA LANSIA


Ada beberapa macam perubahan psikososial yang terjadi pada lansia
menurut Anonim (2006) antara lain :
1) Perubahan fungsi sosial
Perubahan yang dialami oleh lansia yang berhubungan dengan aktivitas-
aktivitas sosial pada tahap sebelumnya baik itu dengan lingkungan
keluarga atau masyarakat luas.
2) Perubahan peran sesuai dengan tugas perkembangan
Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Apabila pada tahap perkembangan sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina
hubungan yang serasi dengan orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut
ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
perkembangan sebelumnya.
3) Perubahan tingkat depresi
Tingkat depresi adalah kemampuan lansia dalam menjalani hidup dengan
tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu
tercinta dengan penuh kasih sayang. 
4) Perubahan stabilitas emosi
Kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau
konflik akibat perubahan – perubahan fisik, maupun sosial – psikologis
yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 7


sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa
menimbulkan masalah baru.

2.5 Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :


a. Berduka
b. Keputusasaan
c. Ansietas
d. Ketidakberdayaan
e. Risiko penyimpangan perilaku sehat
f. Gangguan citra tubuh
g. Koping tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif
i. Sindroma post trauma
j. Penampilan peran tidak efektif
k. HDR situasional

2.6 SALAH SATU MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA


LANSIA
A. Definisi Ansietas atau Kecemasan
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan
kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan
terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat
menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda.
Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas
atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 8


ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat
untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat
menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan
rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau
menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir
bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas
menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.

B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidak seimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 9


oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 10


2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:


a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 11


b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan
kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
D. Tanda Dan Gejala Kecemasan
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi
Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 12


c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang,
Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir, prihatin
E. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 13


2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 14


2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. M” DENGAN
GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Identitas Klien                                                                  

Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Jawa
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan terakhir
terkena stroke 1 bulan yang lalu klien tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan
mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas atas ke
ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian   :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak control ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M
yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan           :  Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan,
Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 15


C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital   
TD : 200 / 100 mmHg     N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
2. Ukur                         
TB : 153 cm    BB : 46 kg     (*) turun    ( ) naik
3. Keluhan  Fisik        ( ) ya         (*) tidak 
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 16


F. Psikososial
1. Genogram

Keterangan : 

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 17


bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan
suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak
bisa memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti  dalam kehidupannya yaitu suami dan
anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada
suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang
dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini,
dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya.  Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 18


3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 19


11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang 
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

H. Pola Makan dan Eliminasi


1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 20


5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK
6. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

F. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.

G. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
H. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke.
Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M ,
karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan .

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 21


I. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

 Klien mengatakan merasa cemas


dengan kondisinya saat ini
Kecemasan
(penyakitnya).
 Klien mengatakan tubuhnya bagian
kiri mati rasa.
 Keluarga mengatakan sebelumnya
klien sudah 4 kali menjalani terapi,
tapi tidak ada perubahan yang
signifikan. Dan sekarang kondisi klien
seperti ini.

DO :

 Klien dan keluarga tampak cemas


 Klien tampak gelisah
 Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :

 Klien mengatakan terkadang khawatir


dengan kondisinya, takut ada
Ketakutan
komplikasi lain

DO :

 Wajah klien tampak ketakutan


 Bertanya-tanya kepada perawat

3. DS :

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 22


 Keluarga mengatakan bingung
melihat kondisi Ny. M seperti ini,
Kurang Pengetahuan
tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak kontrol ke-
pelayanan kesehatan karena kondisi
Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti
dulu.
 Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat
warung dan berjemur saat pagi hari
di teras rumah

DO :

 Klien dan keluarga bertanya-tanya


kepada perawat

J. Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Kurang pengetahuan
N. Pohon Masalah

Ketakutan

Kecemasan

Kurang Pengetahuan

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 23


O. Tindakan Keperawatan

No Tanggal Waktu Intervensi Implementasi (DAR) Evaluasi (SOAP) Paraf


1. Jumat 10.00 DS : S:
25 Mei 2018 WIB  Bina hubungan saling  Klien mengatakan merasa  keluarga dan klien
percaya cemas dengan kondisinya mengatakan
 Bantu klien saat ini (penyakitnya). sedikit tenang
mengidentifikasi dan  Klien mengatakan tubuhnya sudah dijelaskan
menguraikan bagian kiri mati rasa. dan diajarkan cara
perasaannya  Keluarga mengatakan mengatasi
 Bantu klien memahami sebelumnya klien sudah 4 penyakit yang
perspektif pasien kali menjalani terapi, tapi dirasakan klien
terhadap situasi stress tidak ada perubahan yang (mati rasa).
dan kondisi yang signifikan. Dan sekarang  klien mengatakan
dialaminya sekarang kondisi klien seperti ini. akan
tidak akan sembuh mempraktekkan
dalam waktu singkat. cara yang sudah

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 24


DO : diajarkan perawat.
 Dengarkan dengan  Klien dan keluarga tampak
O:
penuh perhatian cemas
 klien dan
 Ajarkan teknik  Klien tampak gelisah
keluarga masih
relaksasi nafas dalam  Klien dan keluarga
tampak sedikit
untuk kontrol bertanya-tanya tentang
cemas
mengurangi kecemasan kondisi klien saat ini.
yang dirasakan A: A:

 membina hubungan saling Masalah teratasi

percaya sebagian

 membantu klien P:

mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan

menguraikan perasaannya
 membantu klien memahami
perspektif pasien terhadap
situasi stress yang
dialaminya.

 mendengarkan dengan

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 25


penuh perhatian
 mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk kontrol
rasa percaya diri dan
mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.

R:
 klien tampak sudah percaya
dan mau cerita tentang
kecemasan yang dirasakan
klien
 klien mau mengungkapkan
perasaannya
 klien mau mempraktekkan
Tarik nafas dalam untuk
mengurangi kecemasan
yang dirasakan

2. Sabtu 09.00 DS : S:

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 26


26 Mei 2018 WIB  Jelaskan pada klien  Klien mengatakan terkadang  Klien dan
tentang penyakitnya dan khawatir dengan kondisinya, keluarga
komplikasi yang bisa takut ada komplikasi lain mengatakan
terjadi. sudah ada
DO :
 Anjurkan klien dan gambaran
 Wajah klien tampak
keluarga untuk check tentang penyakit
ketakutan
up/kontrol kondisi klien yang dialami
 Bertanya-tanya kepada
ke pelayanan kesehatan klien serta
perawat
untuk mengatasi kondisi komplikasi yang
klien dan mencegah A: bias terjadi.
terjadinya komplikasi  jelaskan pada klien tentang
lain . penyakitnya dan komplikasi O:
yang bisa terjadi.  Klien dan
 Anjurkan klien dan keluarga keluarga tampak
untuk check up/kontrol mengerti dengan
kondisi klien ke pelayanan penjelasan
kesehatan untuk mengatasi perawat.
kondisi klien dan mencegah
terjadinya komplikasi lain .

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 27


R: A:
 klien dan keluarga sudah Masalah teratasi
mengerti apa yang di jelaskan
perawat P:
 klien dan keluarga mau Evaluasi intervensi
mendengarkan apa yang yang sudah dilakukan.
disampaikan perawat

3. Sabtu 12.00 DS : S:
26 Mei 2018 WIB  Jelaskan pada klien  Keluarga mengatakan  Klien dan
tentang penyakitnya bingung melihat kondisi keluarga
dan komplikasi yang Ny. M seperti ini, tidak mengatakan
bisa terjadi. tahu cara perawatannya sudah ada
 Ajarkan klien dan sudah lama tidak gambaran
menggerakkan bagian kontrol ke-pelayanan tentang penyakit
tubuh yang mati rasa kesehatan karena kondisi yang dialami
(ROM) untuk Ny. M yang tidak bisa klien serta
membantu berjalan seperti dulu. komplikasi yang
memperlancar  Klien mengatakan sudah bias terjadi.
peredaran darah agar lama tidak kontrol O:

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 28


tidak terjadi atrofi otot kondisinya ke pelayanan  Klien dan
 Anjurkan klien dan kesehatan, hanya keluarga
keluarga untuk check meminum obat warung mengerti dengan
up/kontrol kondisi dan berjemur saat pagi penjelasan
klien ke pelayanan hari di teras rumah perawat.
kesehatan untuk
DO :
mengatasi kondisi A:
 Klien dan keluarga
klien dan mencegah Masalah teratasi
bertanya-tanya kepada
terjadinya komplikasi
perawat
lain .
A: P:
 Men jelaskan pada klien Evaluasi intervensi
tentang penyakitnya dan yang sudah dilakukan
komplikasi yang bisa
terjadi.
 mengajarkan klien
menggerakkan bagian
tubuh yang mati rasa
(ROM) untuk membantu

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 29


memperlancar peredaran
darah agar tidak terjadi
atrofi otot
 menganjurkan klien dan
keluarga untuk check
up/kontrol kondisi klien
ke pelayanan kesehatan
untuk mengatasi kondisi
klien dan mencegah
terjadinya komplikasi lain

R:
 klien dan keluarga sudah
mengerti apa yang di
jelaskan perawat
 klien dan keluarga mau
mendengarkan apa yang
disampaikan perawat
 klien mempraktekkan

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 30


gerakan (ROM) yang
diajarkan perawat.

No Tanggal Waktu Intervensi Implementasi (DAR) Evaluasi (SOAP) Paraf


1. Senin 08.00 DS : S:
28 Mei 2018 WIB  Bantu klien  Klien mengatakan tidak ada  keluarga dan
mengidentifikasi dan keluhan yang dirasakan . klien

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 31


menguraikan  Klien mengatakan mengatakan
perasaannya mempraktekkan cara-cara merasa terbantu
 Bantu klien memahami yang telah diajarkan dengan
perspektif pasien perawat. datangnya
terhadap situasi stress perawat kerumah
DO :
dan kondisi yang
 Klien dan keluarga tidak O:
dialaminya sekarang
cemas lagi dengan kondisi  klien dan
tidak akan sembuh
klien keluarga
dalam waktu singkat.
 Klien mempraktekkan cara tampak lebih
 Dengarkan dengan
yang diajarkan perawat tenang
penuh perhatian
A:
 Evaluasi teknik A:
 membantu klien
relaksasi nafas dalam Masalah teratasi
mengidentifikasi
untuk kontrol P:
menguraikan perasaannya
mengurangi kecemasan Evaluasi Intervensi
 membantu klien memahami
yang dirasakan yang sudah
perspektif pasien terhadap
dilakukan
situasi stress yang
dialaminya.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 32


 mendengarkan dengan
penuh perhatian
 mengevaluasi teknik
relaksasi nafas dalam untuk
kontrol rasa percaya diri dan
mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.

R:
 klien mau mengungkapkan
perasaannya
 klien mau mempraktekkan
Tarik nafas dalam untuk
mengurangi kecemasan
yang dirasakan

2. Senin 10.00 DS : S:
28 Mei 2018 WIB  Anjurkan klien dan  Klien dan keluarga  Klien dan
keluarga untuk check mengatakan sudah tidak keluarga

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 33


up/kontrol kondisi klien khawatir dan takut lagi akan mengatakan
ke pelayanan kesehatan komplikasi yg bisa terjadi . akan
untuk mengatasi kondisi melakukan
DO :
klien dan mencegah kontrol ke
 Klien mendengarkan
terjadinya komplikasi pelayanan
penjelasan perawat.
lain . kesehatan

A: O:
 menganjurkan klien dan  Klien dan
keluarga untuk check keluarga
up/kontrol kondisi klien ke tampak
pelayanan kesehatan untuk mengerti
mengatasi kondisi klien dan dengan
mencegah terjadinya penjelasan
komplikasi lain . perawat.

R:
A:
 klien dan keluarga sudah
Masalah teratasi
mengerti apa yang di
P:

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 34


jelaskan perawat Evaluasi intervensi
 klien dan keluarga mau yang sudah
mendengarkan apa yang dilakukan.
disampaikan perawat

3. Senin 14.00 DS : S:
28 Mei 2018 WIB  Jelaskan pada klien  Keluarga dan klien  Klien dan
tentang penyakitnya mengatakan mengerti keluarga
dan komplikasi yang dengan kondisi yang mengatakan
bisa terjadi. dialami klien mengerti
 Evaluasi cara klien dengan kondisi
DO :
menggerakkan bagian klien serta
 Klien mendengarkan
tubuh yang mati rasa komplikasi
penjelasan perawat.
(ROM) untuk yang bias
membantu terjadi.
memperlancar
peredaran darah agar A: O:
tidak terjadi atrofi otot  Men jelaskan pada klien  Klien
 Anjurkan klien dan tentang penyakitnya dan mempraktekka
keluarga untuk check n cara yang

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 35


up/kontrol kondisi komplikasi yang bisa terjadi. diajarkan
klien ke pelayanan  Mengevaluasi cara klien  Klien dan
kesehatan untuk menggerakkan bagian tubuh keluarga
mengatasi kondisi yang mati rasa (ROM) untuk mengerti
klien dan mencegah membantu memperlancar dengan
terjadinya komplikasi peredaran darah agar tidak penjelasan
lain . terjadi atrofi otot perawat.
 Menganjurkan klien dan
keluarga untuk check
up/kontrol kondisi klien ke A:
pelayanan kesehatan untuk Masalah teratasi
mengatasi kondisi klien dan
mencegah terjadinya
komplikasi lain P:
Evaluasi intervensi
yang sudah
R:
dilakukan
 klien dan keluarga sudah
mengerti apa yang di

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 36


jelaskan perawat
 klien dan keluarga mau
mendengarkan apa yang
disampaikan perawat
 klien mempraktekkan
gerakan (ROM) yang
diajarkan perawat.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 37


BAB  III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa pelayanan geriatrik di Indonesia sudah saatnya diupayakan di
seluruh jenjang pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk itu pengetahuan
mengenai geriatric harus sudah merupakan pengetahuan yang harus diajarkan
pada semua tenaga kesehatan. Dalam hal ini pengetahuan mengenai
psikogeriatri atau kesehatan jiwa pada usia lanjut merupakan salah satu di
antara berbagai pengetahuan yang perlu diketahui. Tata cara pemeriksaan
dasar psikogeriatri oleh karena itu sering disertakan dalam pemeriksaan/
assesmen geriatric, antara lain mengenai pemeriksaan gangguan mental.
Kognitif, ansietas dan beberapa pemeriksaan lain.

3.2 Saran
  Melalui makalah ini kami mengharapkan mahasiswa dapat mengetahui
mengenai askep lansia masalah  psikososial, mulai dari konsep psikososial,
masalah psikososial pada lansia serta asuhan keperawatan terkait dengan
masalah psikososial tersebut.

ASKEP LANSIA GANGGUAN PSIKOSOSIAL | 38

Anda mungkin juga menyukai