Anda di halaman 1dari 33

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai
jembatan yang menghubungkan antara praktik yang dijalankan oleh petani dengan
pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang menjadi kebutuhan
para petani tersebut (Kartasapoetra, 1994). Untuk menjalankan sebuah program
pertanian maka diperlukan seseorang penyuluh untuk mengkomunikasikan
program dalam bentuk pesan tertentu dan perkembangan teknologi dibidang
pertanian kepada masyarakat tani. Komunikasi merupakan proses pengiriman
pesan atau informasi oleh komunikator atau penyuluh kepada komunikan atau
petani tetapi dalam proses pengiriman tersebut dibutuhkan suatu keterampilan
dalam memaknai pesan baik oleh komunikator ataupun komunikan sehingga
dapat membuat sukses pertukaran informasi (Rasyid, 2012).
Penyuluh mempunyai peran penting dalam pembangunan pertanian
karena keberhasilan pembangunan pertanian tidak lepas dari peran penyuluh
dalam melaksanakan tugasnya.Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik, penyuluh perlu memiliki kompetensi tertentu, baik dalam
aspek pengetahuan, sikap mental maupun keterampilannya. Pengembangan
kompetensi tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi dan tantangan penyuluhan
saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta adanya
arus globalisasi. Terlebih lagi, dengan adanya Undang- Undang Nomor 16 tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan
Kehutanan,yang diharapkan bisa memberikan arti yang strategis sebagai payung
hukum terkait dengan peningkatan kompetensi penyuluh (Huda, 2011).
Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang
dicanangkan oleh Presiden pada Bulan Juli 2005, yang kemudian diikuti oleh
Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) pada Desember 2005 oleh
Menteri Pertanian Republik Indonesia dan menjadi momentum awal untuk
memperbaiki dan meningkatkan peran sektor pertanian sebagai sektor terkemuka
(leading sector) pembangunan nasional. Salah satu tonggak penting dalam
2

melahirkan pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK)


dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian(RPP) ini adalah dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU RI)
No. 16 Tahun 2006. UU ini merupakan petunjuk masukan (entry point) dalam
pemberdayaan petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan
penyuluh pertanian (Huda, 2011).
Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) pada hakekatnya adalah upaya
mendudukan kembali peran dan fungsi penyuluh pertanian agar terwujud kesatuan
visi dan tujuan dalam mencapai sasaran pembangunan pertanian baik secara
jangka pendek maupun jangka panjang. Stabilitas ketahanan pangan menjadi
sangat begitu istimewa dalam sasaran keberhasilan pembangunan pertanian
nasional. Karena aspek ketahanan pangan memiliki dampak yang cukup besar
terhadap posisi kemandirian bangsa kedepan. Sehingga pemerintah secara serius
telah memprogramkan untuk meningkatkan produksi pertanian dengan
berorientasi swasembada pangan. Oleh karena itu fokus perhatian menjadisemakin
penting untuk memprioritaskan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian,
khususnya tanaman pangan secara berkelanjutan.
Amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Pasal 8 ayat (2) huruf d
dan Pasal 15, memberi makna bahwa Balai Penyuluhan di Tingkat Kecamatan
atau Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BPPPK) memiliki
peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian dalam arti
luas. Balai penyuluhan sebagai tempat satuan administrasi pangkal bagi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan ini berperan mengkoordinasikan,
mensinergikan dan menyelaraskan kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian,
perikanan dan kehutanan diwilayah kerja balai.
Pemerintah Indonesia sudah sejak lama berusaha meningkatkan taraf hidup
masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat
Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar
mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di Indonesia.
Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi,
3

bantuan modal langsung, kredit usahatani, dan lain sebagainya yang jumlahnya
sangat beragam. Namun hasilnya petani Indonesia masih berpendapatan rendah,
masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih selalu berfikir belum
mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Begitu pula dengan
program–program penyuluhan pertanian yang selama ini sudah berjalan, belum
mampu secara optimal membantu petani dalam meningkatkan taraf hidupnya,serta
belum mampu mendorong petani untuk menemukan pemecahan masalahnya
sendiri dalam melaksanakan usahataninya.
Adapun jumlah penyuluh pertanian yang ada di Kalimantan Tengah baik
penyuluh yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Penyuluh Tenaga Harian Lepas
(THL), Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (TBPP), dan jumlah lainnya dapat
dilihat pada Tabel 1.
4

Tabel. 1. Keragaan Ketenagaan Penyuluh Pertanian di Provinsi Kalimantan


Tengah Tahun 2016
Jumlah THL-
Jumlah PNS Jumlah Lainnya
TBPP
No Provinsi Total
Tugas
Aktif APBN APBD Swadaya Swasta
Belajar
BPTP
1 Prov. 3 0 0 0 0 0 3
Kalteng
BKPBP
2 Prov. 5 0 0 0 0 0 5
Kalteng
Kotawarin
3 87 0 3 0 9 0 99
gin Barat
Kotawarin
4 86 0 16 0 2 0 104
gin Timur

5 Kapuas 123 1 37 0 13 0 174

Barito
6 66 0 41 0 0 0 107
Selatan
Barito
7 39 0 33 0 10 2 84
Utara

8 Sukamara 14 0 5 0 0 0 19

9 Lamandau 26 0 7 0 0 0 33

10 Seruyan 11 0 9 57 4 0 81

11 Katingan 57 0 29 1 10 0 97

Pulang
12 65 0 28 27 21 0 141
Pisau
Gunung
13 25 0 27 0 0 0 52
Mas
Barito
14 63 0 40 0 2 0 105
Timur
Murung
15 1 0 18 0 0 0 19
Raya
Kota
16 Palangka 26 0 3 0 8 0 37
Raya

  Jumlah 697 1 296 85 79 2 1160

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalimantan Tengah/
BKPKP (2016).
5

 Ketenagaan penyuluh di Kalimantan Tengah terdiri dari penyuluh pertanian


(PNS,CPNS dan THL-TBPP), pada posisi tahun 2016 jumlah penyuluh di
Kalimantan Tengah sebanyak 1.160 Orang Berdasarkan statusnya terdiri dari
Penyuluh PNS 697 Orang, penyuluh THL-TBPP 296 Orang, Honor Dearah
(Honda) 85 Orang, Swadaya 79 Orang, Swasta 2 Orang bertugas di 14
Kabupaten/Kota se Kalimantan Tengah. Berdasarkan kebijakan pemerintah 1
desa 1 orang penyuluh maka jumlah penyuluh dimaksud belum mencukupi.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :
1. Mengetahui metode dan teknik penyuluh pertanian.
2. Mengetahui penilaian kinerja penyuluh pertanian.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini, yaitu:
1. Kalangan akademis, sebagai bahan dan informaasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya mengenai hal-hal maupun masalah terkait.
2. Sebagai proses belajar bagi peneliti sehingga dapat menambah wawasan
serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada jenjang
Strata 1 (S1) Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya.
6

II. PEMBAHASAN

2.1. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian


2.1.1. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk
orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar, selanjutnya
dalam draf Revitalisasi Penyuluhan disebutkan bahwa penyuluhan pertanian
adalah kegiatan pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya sebagai
wujud jaminan pemerintah atas hak petani untuk mendapatkan pendidikan
(Indaraningsih, 2010).
Untuk menjalankan sebuah program pertanian maka diperlukan
seseorang penyuluh untuk mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan
tertentu dan perkembangan teknologi di bidang pertanian kepada masyarakat tani.
Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan atau informasi oleh komunikator
atau penyuluh kepada komunikan atau petani tetapi dalam proses pengiriman
tersebut dibutuhkan suatu keterampilan dalam memaknai pesan baik oleh
komunikator ataupun komunikan sehingga dapat membuat sukses pertukaran
informasi (Indaraningsih, 2010).
Menurut Suhardiyono (1992), penyuluhan merupakan pendidikan non
formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan
dan keterampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya
berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli
penyuluhanmenyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran
informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani dipedesaan dan
kehidupan pertaniannya. Melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan
dilapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis
kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka (Revikasari, 2010).
7

Undang- Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan


Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), bahwa pengertian penyuluhan
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi-informasi
pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Semua faktor yang menyebabkan terjadinya atau berlangsungnya
kegiatan penyuluhan pertanian. Unsur-unsur penyuluhan terdiri dari: sumber
penyuluh(who), sasaran penyuluhan (to whom), metode penyuluhan (channel),
materi penyuluhan (what) dan tujuan penyuluhan (effect) (Revikasari, 2010).
a. Penyuluh Pertanian
Menurut Kartasapoetra (1994), penyuluh pertanian adalah orang yang
mengemban tugas memberikan dorongan kepada petani agar mau mengubah
cara befikir, cara kerja dan cara hidup yang lebih sesuai dengan
perkembangan jaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju.
Dengan demikian seorang penyuluh pertanian dalam melaksanakan
tugasnya mempunyai tiga peranan:
a). Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru
dalam budidaya tanaman agar petani lebih terarah dalam usahataninya,
meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam
usahataninya.
b). Berperan sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi
petani agar mau merubah cara berfikir, cara kerjanya agar timbul
keterbukaan dan mau menerima cara-cara bertani baru yang lebih berdaya
guna dan berhasil, sehingga tingkat hidupnya lebih sejahtera.
c). Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan
petunjuk-petunjuk dan membantu para petani baik dalam bentuk peragaan
atau contoh-contoh kerja dalam usahatani memecahkan segala masalah yang
dihadapi (Revikasari,2010).
8

Menurut Puspadi (2010), untuk mentransfer teknologi yang berada di


stasiun-stasiun penelitian kepada para petani diperlukan seorang petugas yang
namanya penyuluh pertanian. Dengan demikian, tugas utama penyuluh pertanian
saat itu adalah mentransfer teknologi melalui berbagai kegiatan seperti
mengunjungi petani, latihan dan demonstrasi. Bahasa populernya tugas penyuluh
pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar mau
menerapkan teknologi yang direkomendasikan oleh pemerintah.
Menurut Suhardiyono (1992), seorang penyuluh membantu para petani
didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna
meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki
peran antara lain sebagai pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih
teknisi, dan jembatan petani dengan lembaga penelitian dibidang pertanian
sebagai berikut:
a). Penyuluh sebagai pembimbing petani, seorang penyuluh adalah
pembimbing dan guru bagi petani dalam pendidikan non formal, penyuluh
memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi hambatan dalam
pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun keluarganya.
Seorang penyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati
terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan
petani baik secara teori maupun praktik. Penyuluh harus mampu
memberikan praktek demontrasi tentang suatu cara atau metode budidaya
suatu tanaman, membantu petani menempatkan atau menggunakan sarana
produksi pertanian dan peralatan yang sesuai. Penyuluh harus mampu
memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber dana kredit yang
dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tani mereka dan mengikuti
perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal dari
instansi-instansi terkait.
b). Penyuluh sebagai organisator dan dinamisator, dalam penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak mungkin mampu untuk
melakukan kunjungan ke masing-masing petani sehingga petani harus
diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan
9

mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki


peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam pembentukan
dan pengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai dinamisator dan
organisator petani.
c). Penyuluh sebagai teknisi, seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta
petani memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang
bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan teknis yang
baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang
diminta petani.
d). Penyuluh sebagai Fasilitator atau jembatan penghubung antara lembaga
penelitian dengan petani. penyuluh bertugas menyampaikan hasil temuan
lembaga penelitian kepada petani. Sebaliknya, petani berkewajiban
melaporkan pelaksanaan penerapan hasil temuan lembaga penelitian yang
dianjurkan tersebut sebagai penghubung, selanjutnya penyuluh
menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani
kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.
Lebih lanjut menurut Revikasari (2010), penyuluh dibagi menjadi tiga
kategori yaitu:
a). Penyuluh pegawai negeri yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh
oleh jabatan yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian
untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
b). Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha atau
lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
c). Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
b. Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan pertanian adalah cara yang digunakan untuk penyuluh
pertanian dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada petani. Metode
penyuluhan dapat digolongkan sebagai berikut:
10

a). Berdasarkan teknik komunikasi


 Metode langsung (direct communication/ face to face communication)
dalam hal ini penyuluh langsung bertatap muka dengan sasaran: tatap
muka langsung, diskusi, ceramah dan lain-lain.
 Metode tidak langsung (indirect communication) dalam hal ini
penyuluh tidak langsung bertatap muka dengan sasaran, tetapi dalam
menyampaikan pesan melalui perantara (media): publikasi cetak, tv,
radio dan lain-lain.
b). Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai :
 Metode perorangan (individual) dalam hal ini penyuluh berhubungan
langsung maupun secara tidak langsung dengan sasaran: kunjungan,
telepon dan lain-lain.
 Metode kelompok: kursus, demonstrasi dan lain-lain.
 Metode massal dalam hal ini penyuluh menyampaikan langsung
maupun tidak langsung pada sasaran dengan jumlah banyak dan
secara sekaligus: ceramah umum, radio dan lain-lain.
c). Berdasarkan indera penerima yang digunakan sasaran
 Melalui indera penglihatan: film, slide dan lain-lain
 Melalui indera pendengaran: radio, telepon dan lain-lain
 Melalui kombinasi pengunaan indera, dalam hal ini pesan diterima
oleh sasaran bisa melalui pendengaran dan penglihatan secara
sekaligus: demonstrasi hasil dan peragaaan dengan penjelasan.
d). Macam-macam metode penyuluhan pertanian:
 Kunjungan ke rumah
 Ceramah
 Demonstrasi
 Karyawisata
 Kursus
 Pameran
 Siaran pedesaan
11

 Pertemuan diskusi
c. Materi Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan, pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya
(Mardikanto, 1993). Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 menyebutkan
bahwa materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan
oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai
bentuk yang meliputi: informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen,
ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan pertanian pada umumnya berasal dari sumber yang
memerlukan proses adaptasi terlebih dahulu sesuai dengan lokasi atau
wilayah kerja penyuluhan yang bersangkutan (Ibrahim dkk, 2003).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa materi penyuluhan hendaknya disesuaikan
dengan yang dibutuhkan petani, sehingga petani mau menerima,
mempelajari dan menerapkan materi penyuluhan, khususnya dalam
pengelolaan usahataninya.
Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan (felt
need) terutama menyangkut:
a). Kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan.
b). Masalah yang sedang dan akan dihadapi.
c). Perubahan-perubahan yang diperlukan/diinginkan.

d. Tujuan Penyuluhan Pertanian


Dalam penyuluhan pertanian ada dua tujuan yang akan dicapai yaitu
tujuan jangka pendek dan jangka panjang:
a). Tujuan jangka pendek yaitu adalah hanya menumbuhkan perubahan-
perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan
pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan petani.
b).Tujuan jangka panjang yaitu mengubah pola pikir, meningkatkan taraf
hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani.
12

2.1.2. Aspek Serta Prinsip Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian


a. Aspek-Aspek
Dalam menggunakan atau mendayagunakan metode dan teknik
penyuluhan pertanian agar lebih efektif maka perlu dipahami beberapa aspek
sebagai berikut:
a). Sintaksis (syntax)
Maksud dari sintaksis adalah urutan kegiatan yang harus ditempuh dalam
suatu rangkaian metode dan teknik penyuluhan. Sintaksis
menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan oleh penyuluh dalam
menerapkan atau mendayagunakan suatu metode dan teknik tertentu.
Aspek ini pula yang membedakan metode dan teknik satu dengan yang
lain. Sebagai contoh, didalam mendayagunakan metode dan teknik
“ceramah”, seorang penyuluh akan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
 Mempersiapkan materi secara utuh.
 Menciptakan iklim atau suasana pembelajaran.
 Menyajikan materi yang telah disiapkan.
 Melakukan asosiasi dan perbandingan.
 Menarik kesimpulan.
 Memberikan tugas aplikasi atau melakukan evaluasi.
b). Sambutan atau reaksi penyuluh
Aspek ini sebenarnya telah tersirat dalam setiap metode dan teknik
penyuluhan. Maksud dari reaksi atau sambutan adalah
carapenyuluh/instruktur memberikan respons terhadap aktivitas sasaran,
sepertipertanyaan-pertanyaan yang diajukan sasaran, kegiatan serta hasil
kerjasasaran. Pada metode dan teknik Ceramah kebanyakan yang aktif
adalah komunikatornya atau penyuluhnya.Sedangkan pada Sekolah
Lapangan sasaran dikondisikan untuk menjadi lebih aktif.
c). Hubungan penyuluh-sasaran
Bentuk hubungan antara penyuluh-sasaran menggambarkan sistem
sosialyang berkembang di dalam kelas atau kelompok yang berkaitan
13

denganpenggunaan suatu metode dan teknik tertentu.Sebagai contoh


pada metodedan teknik Ceramah maka hubungan yang lebih kuat adalah
guru-murid,sedangkan pada Sekolah Lapangan hubungan yang
berkembang adalahkemitraan.Dalam hal ini penyuluh lebih bertindak
sebagai fasilitator dansumber informasi bagi sasaran.Pada metode dan
teknik Demonstrasipenyuluh bertindak sebagai demonstrator dan
pemberi ilustrasi.
d). Sistem penunjang
Sistem penunjang adalah semua sarana dan prasarana yang
diperlukandalam melaksanakan suatu metode dan teknik penyuluhan
pertanian,misalnya fasilitas teknis atau sumber-sumber teknis, biaya serta
kemampuanpenyuluh itu sendiri.Suatu metode dan teknik penyuluhan
pertanian yangefektif menuntut sistem penunjang yang serasi dan jumlah
yang memadai.
b. Prinsip-Prinsip
Di samping pemahaman dan perhatian kepada aspek-aspek di atas
seorang penyuluh sebelum menerapkan metode dan teknik penyuluhan
pertanian juga harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut:
a). Pengembangan untuk berpikir kreatif
Prinsip ini dimaksud memberikan pertimbangan bahwa
melaluipenyuluhan harus mampu dihasilkan petani-petani yang mandiri,
mampuberupaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta
mampumengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap
potensi danpeluang yang diketahuinya guna memperbaiki mutu
hidupnya.
b). Tempat yang baik adalah di lokasi kegiatan sasaran
Prinsip ini memberikan keuntungan bagi penyuluh maupun bagi
sasaran.Penyuluh dapat memahami keadaan sasaran termasuk masalah-
masalah yangdihadapi petani dan potensi-potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki mutu hidup petani.
c). Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya
14

Sebagai makhluk sosial, petani akan berusaha menyesuaikan diri


denganperilaku orang di sekitarnya. Keputusan-keputusan yang diambil
petanidilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
d). Ciptakan keakraban dengan sasaran
Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran ini sangat
pentingkarena dengan keakraban akan tercipta suatu keterbukaan
mengemukakanmasalah dan menyampaikan pendapat.
e). Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
Prinsip ini menuntut bahwa metode dan teknik yang diterapkan
harusmampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan
pikiran)dengan rela dan kesadaran melakukan perubahan-perubahan
demi perbaikanmutu hidupnya sendiri dan keluarganya.

2.2. Indikator Penilaian Kinerja Penyuluh Pertanian


Penyuluh adalah salah satu unsur penting yang diakui perannya dalam
memajukan pertanian di Indonesia. Penyuluh yang siap dan memiliki kemampuan
dengan sendirinya berpengaruh pada kinerjanya. Kinerja adalah prestasi yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi.
Kinerja Penyuluh Pertanian dapat diukur berdasarkan indikator–indikator
keberhasilan yaitu tersusunnya data peta wilayah, tersusunnya programa penyuluh
pertanian, tersusunnya rencana kerja tahunan, terdesiminasinya informasi
teknologi pertanian kepada pelaku utama, tumbuh–kembangnya kelembagaan
petani, meningkatnya kapasitas pelaku utama, meningkatnya akses pelaku utama
terhadap informasi pasar dan teknologi, sarana–prasarana dan pembiayaan,
meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama dan meningkatnya
pendapatan pelaku utama (Permentan, 2013).

2.2.1. Tersusunya Data Peta Wilayah


Indikator keberhasilan ini diukur dari unsur-unsur yang terdapat didalam
peta wilayah. Tersusunnya data peta wilayah diukur dengan 3 unsur penilaian
yaitu; 1). Menginventarisasi data monografi wilayah, dimana data didalamnya
terkait tentang penduduk, tanah, dan iklim atau curah hujan. 2). Menginventarisasi
15

data potensi agrosistem, dimana data didalamnya berisi tentang jenis usahatani,
jumlah luas tanaman, jumlah kepala keluarga tani, rata-rata luas per orang,
produksi tingkat kecamatan, dan produktivitas (Ha/Ton). 3). Menginventarisasi
data produksi usahatani, Dimana datanya berisi tentang data produksi pertanian,
peternakan, kebun rakyat, dan hortikultura. Dari setiap unsur penilaian diberikan
skor yang sesuai dengan kelengkapan data. Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor
tersebut diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.2. Tersusunnya Programa Penyuluh Pertanian


Tersusunnya programa penyuluhan pertanian merupakan keberhasilan
penyuluh pertanian dalan menyusun programa penyuluh pertanian, dengan 3
tahapan; 1) Penyusunan programa penyuluhan pertanian dimulai dari keadaan
usahatani, masalah, pemecahan masalah, sasaran, dan kegiatan penyuluhan. 2).
Identifikasi pemecahan masalah yang dihadapi pelaku utama baik secara teknis,
sosial, dan ekonomi. 3). Upaya pemecahan masalah yang dihadapi pelaku utama
baik secara teknis, sosial, dan ekonomi. Dari setiap unsur penilaian diberikan skor
yang sesuai dengan kelengkapan data. Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut
diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.3. Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan (RKT)


Tersusunnya rencana kerja tahunan merupakan ukuran keberhasilan
penyuluh dalam menyusun rencana kerja. Indikator ini diukur dari frekuensi
pembaharuan rencana kerja tahunan, acuan yang digunakan dalam penyusunan
rencana kerja tahunan, tahapan penyusunan serta persentase terlaksananya
kegiatan penyuluhan yang tercantum dalam rencana kerja tahunan. Penilaian
indikator ini berisikan data tentang tujuan, masalah dan sasaran. Dari setiap unsur
penilaian diberikan skor yang sesuai dengan kelengkapan data. Kisaran skor 1-4,
selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup
dan kurang.
16

2.2.4. Terdesiminasinya Informasi Teknologi Pertanian Kepada


Pelaku Utama
Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian merupakan ukuran
keberhasilan penyuluh dalam mengumpulkan dan menyebarkan informasi
teknologi pertanian. Indikator ini diukur berdasarkan keaktifan penyuluh dalam
menyebarluaskan informasi atau materi tentang pasar, permodalan, teknologi, dan
sumberdaya lainnya. Dari setiap unsur penilaian diberikan skor yang sesuai
dengan kelengkapan data. Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut
diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.5. Tumbuh Kembangnya Kelembagaan Petani


Tumbuh kembangnya kelembagaan petani dinilai dari 3 unsur, yaitu; 1).
Data kelompok tani dan gabungan kelompok tani, perkembangan jumlah
kelembagaan, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani serta kemitraan yang
menunjang kemandirian petani baik dalam hal pemenuhan kebutuhan sarana
produksi maupun permodalan. 2). Data kelembagaan ekonomi pedesaan yang
berisi tentang data BUD/KUD, koperasi pertanian, kion pertanian, lembaga
swadaya desa, dan lumbung pangan. 3). Membimbing penyusanan RDK dan
RDKK. Dari setiap unsur penilaian diberikan skor yang sesuai dengan
kelengkapan data. Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan
dalam tingkat sangat baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.6. Meningkatnya Kapasitas Pelaku Utama


Meningkatnya kapasitas pelaku utama dapat dinilai dengan 2 unsur yaitu;
1). Mengembangnya kemadirian pelaku utama dan keluarganya dalam
mengusahakan sarana produksi, teknologi, permodlan dan informasi. 2). Usaha
pelaku utama yang berkembang menjadi koperasi dan lembaga formal. Dari setiap
unsur penilaian diberikan skor yang sesuai dengan kelengkapan data. Kisaran skor
1-4, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik,
cukup dan kurang.
17

2.2.7. Meningkatnya Akses Pelaku Utama Terhadap Informasi Pasar dan


Teknologi
Upaya membantu petani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan
dengan pengusaha, dinilai dari bentuk pola kemitraan usaha yang terbentuk antara
pelaku usaha dengan petani binaan, peningkatan produktifitas usaha tani petani di
daerah binaan serta peran penyuluh dalam memberikan informasi pasar dan
teknologi kepada petani. Dari setiap unsur penilaian diberikan skor yang sesuai
dengan kelengkapan data. Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut
diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.8. Sarana dan Prasarana dan Pembiayaan


Terwujudnya akses sarana dan prasarana serta pembiayaan petani ke
lembaga dinilai dari 3 unsur, yaitu; 1). Pelaku utama yang sudah mengakses
lembaga keuangan. 2). Pelaku utama yang sudah mengakses saprotan dan
informasi. 3). Pelaku utama yang sudah mengakses teknologi dan pemasaran. Dari
setiap unsur penilaian diberikan skor yang sesuai dengan kelengkapan data.
Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan dalam tingkat sangat
baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.9. Meningkatnya Produktifitas dan Skala Usaha Pelaku Utama


Meningkatnya produktifitas dan skala usaha pelaku utama dapat dinilai
dengan 3 unsur, yaitu; 1). Meningkatnya produktifitas dan skala usaha pertanian
dan hortikultura. 2). Meningkatnya produktifitas dan skala usaha ternak dan
perikanan. 3). Meningkatnya produktifitas dan skala usaha perkebunan rakyat.
Dari setiap unsur penilaian diberikan skor yang sesuai dengan kelengkapan data.
Kisaran skor 1-4, selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan dalam tingkat sangat
baik, baik, cukup dan kurang.

2.2.10. Meningkatnya Pendapatan Pelaku Utama


Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing
wilayah kerja dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan, dan setiap
18

pertanyaan diberi kisaran skor 1-4. Dimana selanjutnya skor tersebut


diklasifikasikan dalam tingkat sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
19

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu


Penulisan ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan sebagai bahan dasar perbandingan dan kajian. Dari penelitan
terdahulu, penulis tidak menemukan judul yang sama dengan penulisan penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi. Adapun hasil-
hasil perbandingan tidak terlepas dari topik penulisan yaitu mengenai Teknik dan
Indikator Perhitungan Kinerja Penyuluh Pertanian di Indonesia.
Tabel 3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
N
Peneliti Judul Tujuan Metode Kesimpulan
o

1 Marliati, dkk (2008) Faktor-Faktor Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah 1. Petani berada pada usia
Penentu ini yaitu untuk penelitian penjelasan produktif dan
Peningkatan menganalisis (explanatory pengalaman
Kinerja Penyuluh faktor-faktor research), yaitu beragribisnis cukup
Pertanian penentu manakah menjelaskan lama, namun belum
Dalam yang efektif hubungan kausalitas ditunjang oleh
Memberdayakan berpengaruh antara peubah-peubah pendidikan formal dan
Petani terhadap tingkat melalui pengujian non formal yang tinggi
(Kasus Di kinerja penyuluh hipotesis. serta belum didukung
Kabupaten Kampar pertanian. Pengambilan sampel oleh luas penguasaan
Provinsi Riau). petani (responden lahan pertanian yang
penelitian) dilakukan memadai.
dengan metode 2. Tingkat kinerja
pengambilan sampel penyuluh pertanian
gugus bertahap dalam memberdayakan
(multistage cluster petani relatif belum baik
sampling). (kategori cukup), hal ini
Data yang digunakan disebabkan oleh faktor-
dalam penelitian, faktor yang berpengaruh
meliputi data primer nyata terhadap kinerja
dan data sekunder. penyuluh pertanian
yaitu: karakteristik
sistem sosial (nilai-nilai
sosial budaya; fasilitasi
20

agribisnis oleh lembaga


pemerintah dan akses
petani terhadap
kelembagaan agribisnis)
dan kompetensi
penyuluh (kompetensi
komunikasi; kompetensi
penyuluh
membelajarkan petani
dan kompetensi
penyuluh berinteraksi
sosial), termasuk
kategori “cukup” dan
kompetensi wirausaha
penyuluh tidak
berpengaruh nyata
terhadap kinerja
penyuluh dalam
memberdayakan petani.

2 Mujiburrahmad, dkk Kinerja Tujuan utama dari Metode yang 1. Tingkat kinerja
(2014) Penyuluh Pertanian penelitian ini digunakan dalam penyuluh pertanian di
di Kabupaten Pidie adalah: (1) pengumpulan data Kabupaten Pidie secara
Provinsi Aceh Mengindentifikasi adalah sensus dan keseluruhan hasil
dalam tingkat kinerja menggunakan kinerjanya berada dalam
Melaksanakan penyuluh pertanian paradigma kuantitatif. kategori rendah. Hal ini
Tugas dan di Kabupaten Pidie Jenis data yang disebabkan oleh
Fungsinya dalam dikumpulkan terdiri rendahnya beberapa
melaksanakan atas data primer dan aspek kinerja yaitu:
tugas-tugasnya; dan data sekunder. evaluasi dan juga
(2) Menganalisis pelaporan,
faktor–faktor yang pengembangan
berhubungan penyuluhan lapang
dengan kinerja pertanian,
penyuluh pertanian. pengembangan profesi
dan penunjang tugas
21

penyuluh pertanian.
2. Faktor karakteristik
internal penyuluh
pertanian yang
berhubungan nyata
dengan kinerja
penyuluh adalah: masa
kerja, dan jumlah
kelompok binaan,
sedangkan yang tidak
berhubungan nyata
adalah: umur, tingkat
pendidikan formal,
motivasi kerja dan
pemanfaatan media.
Faktor eksternal
karakteristik petani
yang berhubungan nyata
dengan kinerja
penyuluh adalah:
dukungan administrasi
dan kondisi lingkungan
kerja, sedangkan yang
tidak berhubungan
nyata adalah:
ketersedian prasarana
dan sarana,
keterjangkuan daerah
tempat bekerja dan
tingkat partisipasi aktif
petani. Faktor
kompetensi tugas
penyuluh yang
berhubungan nyata
dengan kinerja
penyuluh pertanian
adalah: penerapan
22

prinsip belajar orang


dewasa, kemampuan
berkomunikasi dan
kemampuan
bekerjasama, sedangkan
pengelolaan program
penyuluhan dan
pengelolaan kegiatan
penyuluhan tidak
berhubungan nyata.
3 Awal Maulid Sari, Kinerja Tujuan dalam Penelitian ini 1. Kinerja penyuluh
(2013) Penyuluh Pertanian penelitian ini ada 3, dirancang berbentuk pertanian dalam
Dalam yaitu 1). Untuk survai dengan pengembangan usaha
Pengembangan mengetahui kinerja penjelasan peternakan sapi bali di
Usaha penyuluh pertanian (explanatory Kabupaten Muna
Peternakan dalam research). termasuk dalam kategori
Sapi Bali Di pengembangan Penentuan responden baik.
Kabupaten Muna usaha peternakan dalam penelitian ini 2. Keberhasilan
Provinsi Sulawesi sapi bali di dilakukan secara peternak dalam usaha
Tenggara Kabupaten Muna. classified random peternakan sapi bali di
2). Untuk sampling dari semua Kabupaten Muna
mengetahui peternak di daerah termasuk dalam kategori
keberhasilan penelitian yang kurang berhasil.
peternak dalam banyak memiliki 3. Kinerja penyuluh
mengembangkan populasi sapi bali di pertanian berhubungan
usaha peternakan Kabupaten Muna. tidak nyata dengan
sapi bali di Data yang keberhasilan peternak
Kabupaten Muna. dikumpulkan dalam dalam usaha peternakan
3). Untuk penelitian ini terdiri sapi bali di Kabupaten
menganalisis atas data primer dan Muna.
hubungan antara data sekunder. 4. Pengetahuan,
kinerja penyuluh keterampilan, motivasi,
pertanian dengan sikap, dan jarak tempat
keberhasilan tinggal penyuluh pertanian
peternak dalam berhubungan positif nyata
mengembangkan dengan kinerja penyuluh
usaha peternakan pertanian dalam
23

sapi bali di pengembangan usaha


Kabupaten Muna. peternakan sapi bali,
sedangkan fasilitas
penyuluh pertanian
berhubungan tidak nyata
dengan kinerja penyuluh
dalam pengembangan
usaha peternakan sapi bali
di Kabupaten Muna.

Penelitian yang dilakukan Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo


Tjitropranoto, dan Asep Saefuddin membahas tentang faktor-faktor penentu
peningkatan kinerja penyuluh Pertanian dalam memberdayakan petani. Kinerja
penyuluh pertanian petani adalah perilaku aktual yang diperagakan penyuluh
sebagai kewajibannya mengemban tugas-tugas pemberdayaan yang diamanahkan
kepadanya. Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan bahwa baik tidaknya kinerja
seorang penyuluh dapat dilihat dari keberhasilan petaninya. Dan pada penelitian
ini kinerja penyuluh pertanian masih relatif belum baik (kategori cukup).
Sedangkan pada penulisan yang dilakukan penulis, penulis ingin menunjukkan
bahwa keberhasilan seorang penyuluh pertanian apabila semua indikator penilaian
dapat tercapai semua, yaitu tersusunnya data peta wilayah, tersusunnya programa
penyuluh pertanian, tersusunnya rencana kerja tahunan, terdesiminasinya
informasi teknologi pertanian kepada pelaku utama, tumbuh–kembangnya
kelembagaan petani, meningkatnya kapasitas pelaku utama, meningkatnya akses
pelaku utama terhadap informasi pasar dan teknologi, sarana–prasarana dan
pembiayaan, meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama dan
meningkatnya pendapatan pelaku utama.
Penelitian yang dilakukan Mujiburrahmad, Pudji Muljono, dan Dwi
Sadono pada Tahun 2014 membahas mengenai kinerja penyuluh pertanian di
Kabupaten Pidie Provinsi Aceh dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan menggunakan metode penelitian sensus dan paradigma
24

kuantitatif. Secara keseluruhan kinerja penyuluh pertanian pada penelitian ini


berada dalam kategori rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak
dilakukan oleh penyuluh pertanian dan berhubungan dengan kinerjanya. Pada
penelitian ini, peneliti menunjukkan bahwa baik tidaknya kinerja penyuluh
pertanian tergantung bagaimana penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Dimana tugas dan fungsi tersebut tertuang didalam penulisan
karya tulis ilmiah penulis.
Penelitian Awal Maulida Sari yang telah dilakukan pada Tahun 2013,
yaitu membahas mengenai kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan
usaha peternakan Sapi Bali di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada
penelitian ini, kinerja penyuluh pertanian termasuk dalam kategori baik, yaitu
karena penyuluh pertanian di daerah ini memiliki sifat ketekunan yang tinggi.
Meskipun begitu, pada penelitian ini peneliti menunjukkan bahwa peternak Sapi
Bali masih kurang berhasil dikarenakan sebagian besar peternak hanya melakukan
kegiatan berternak sebagai usaha sampingan. Dan pada penelitian ini juga.
peneliti menunjukkan bahwa baiknya kinerja seorang penyuluh pertanian belum
tentu berpengaruh pada keberhasilan petani yang disebabkan oleh beberapa
indikator dari petani itu sendiri.
25

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diperoleh beberapa kesimpulan,
antara lain sebagai berikut:
1. Metode penyuluhan pertanian adalah cara yang digunakan untuk penyuluh
pertanian dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada petani. Ada 4
(empat) golongan metode yang digunakan penyuluh pertanian, yaitu
berdasarkan teknik komunikasi, berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai,
berdasarkan indera penerima yang digunakan sasaran, macam-macam
metode penyuluhan pertanian.
2. Kinerja penyuluh pertanian adalah suatu prestasi yang dicapai oleh
penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sesuai
dengan standar kriteria yang ditetapkan. Kinerja penyuluh pertanian
dikatakan benar-benar berhasil apabila semua indikator penilaian kinerja
dapat tercapai semua dan petani juga berhasil.
Cara menghitungnya adalah point penilaian (skor x jumlah pernyataan),
apabila hasil jawaban dari 21 pernyataan semuanya sesuai dengan
penilaian masing-masing skor maka akan didapatkan standar nilai prestasi
kerja penyuluh pertanian.
26

DAFTAR PUSTAKA

Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalimantan


Tengah, 2016. Data Real Kelembagaan Penyuluhan. Palangka Raya.
Huda, Nurul. 2011. Pengembangan Kompetensi Personal Penyuluh Pertanian
Dalam Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ).
Universitas Terbuka.
Indraningsih, Kurnia Suci. 2010. Kinerja Penyuluh Dari Perspektif Petani dan
Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh
Pertanian. IPB. Bogor.
Peraturan Menteri Pertanian. 2013. Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh
Pertanian. Jakarta.
Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah.
Universitas Riau. Pekan Baru.
Revikasari, Aginia. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan
Gabungan Kelompok Tani di Desa Tempuran Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi. Fakultas Pertanian Sebelas Maret. Surakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta.
Wahjuti, Umi. 2014. Konsep Dasar serta Landasan Filosofis dan Psikologis
Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Puspadi, Ketut. 2010. Model Perilaku Kerja Penyuluh Pertanian. Departemen
Pertanian.
Suhardiyono. 1992, Penyuluhan:Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian, Erlangga.
Jakarta.
Ibrahim, Jabal Tarik, dkk. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.
Banyumedia Publishing. Malang.
Sari, Awal Maulid. 2013. Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Bali di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi
Tenggara. Universitas Udayana. Denpasar.
27

Mujiburrahmad, dkk. 2014. Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Pidie


Provinsi Aceh Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsinya. Jurnal
Penyuluhan. Vol. 10 No. 2. Hal. 146-149. IPB. Bogor.
Marliati, dkk. 2008. Faktor-Faktor Penentu Peningkatan Kinerja Penyuluh
Pertanian Dalam Memberdayakan Petani (Kasus Di Kabupaten
Kampar Provinsi Riau). Jurnal Penyuluhan. Vol. 4 No. 2. Hal. 95-96.
IPB. Bogor.
28

LAMPIRAN
29

Lampiran 1

No Unsur yang dinilai Keterangan Skor

I Tersusunnya Data Peta Wilayah


Menginventarisasi Data Monografi Berisi Data: 1.Penduduk 2. Tanah
1 Wilayah 3. Iklim/Curah Hujan

a) Sangat baik Berisi 3 data 4

b) Baik Berisi 2 data 3

Cukup Berisi 1 data 2


Kurang Tidak ada data 1
2 Menginventarisasi Data Potensi Berisi Data:1. Jenis Usahatani (Pada Lahan)
Agrosistem 2.Jumlah Luas Tanaman(Ha)
3. Jumlah Kk
Tani
4.Rata-RataLuasPerOrang(Ha/Org)
5. Produksi Tingkat Kecamatan (Ton)
6. Produktivitas (Ha/Ton)
a. Sangat baik Berisi 5–6 data 4
b. Baik Berisi 3–4 data 3
c. Cukup Berisi 1–2 data 2
d. Kurang Tidak ada 1
3 Menginventarisasi Data Produksi Berisi Data Produksi : 1. Pertanian
Usahatani 2. Peternakan 3. Kebun Rakyat
4. Hortikultura
a. Sangat baik Berisi 4 data 4
b.Baik Berisi 2–3 data 3
c. Cukup Berisi 1 data 2
d. Kurang Tidak ada data 1
II Tersusunnya Programa Penyuluh Pertanian
4 Tersusunnya Programa Penyuluh Berisi Data : 1. Keadaan Usahatani
Pertanian 2. Masalah 3.Pemecahan Masalah 4.Sasaran
5. Kegiatan Penyuluhan
a. Sangat baik Berisi 4–5 data 4
30

b. Baik Berisi 3–4 data 3


c. Cukup Berisi 1–2 data 2
d. Kurang Tidak ada data 1
5 Identifikasi Pemecahan Masalah Yang Berisi Data:1.Teknis 2. Sosial 3. Ekonomi
dihadapi Pelaku Utama
a. Sangat baik Tidak ada masalah 4
b. Baik Berisi 1masalah 3
c. Cukup Berisi 2 masalah 2
d. Kurang Berisi 3 masalah 1
6 Upaya Pemecahan Masalah Yang Berisi Data: 1.Teknis 2. Sosial 3. Ekonomi
dihadapi Pelaku Utama
a. Sangat baik Tidak ada masalah 4
b. Baik Berisi 1 masalah 3
c. Cukup Berisi 2 masalah 2
d. Kurang Berisi 3 masalah 1
III Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan (RKT)
7 Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan Berisi Data : 1. Tujuan 2. Masalah 3. Sasaran
(RKT)
a. Sangat baik Berisi 4 data 4
b. Baik Berisi 2–3 data 3
c. Cukup Berisi 1 data 2
d. Kurang Tidak ada data 1
IV Terdesiminasinya Informasi Teknologi Pertanian Kepada Pelaku Utama
8 Menyebarluaskan Informasi/ Materi Menyebarluaskan Informas/MateriTentang
Sesuai Kebutuhan Pelaku Utama :1.Pasar 2.Permodalan 3.Teknologi
4. Sumberdaya lainnya
a. Sangat baik Berisi4 data 4
b. Baik Berisi2–3data 3
c. Cukup Berisi1 data 2
d. Kurang Tidakadadata 1
V Tumbuh-Kembangnya Kelembagaan Petani

9 Data Kelompok Tani dan Gapoktan Berisi Data : 1. Jumlah Kelmbagaan


2. Nama Kelompok Tani dan Kedudukan
3. Nama Gapoktan dan Kedudukan
a. Sangat baik Berisi 3 data 4
b. Baik Berisi 2 data 3
c. Cukup Berisi 1 data 2
d. Kurang Tidak ada data 1
31

10 Data Kelembagaan Ekonomi Pedesaan Berisi data: 1. BUD/KUD 2.koperasi


pertanian 3.Bank unit desa(BPR,BRI) 4.kios
saprotan 5.Lembaga swadaya desa
6.lumbung pangan/kapasitas (kw)
a. Sangat baik Berisi 5–6 data 4
b. Baik Berisi 3–4 data 3
c. Cukup Berisi 1–2 data 2
d. Kurang Tidak ada data 1
11 Membimbing Penyusunan RDK dan Membimbing kelompok tani dalam
RDKK penyusunan RDK dan RDKK
a. Sangat baik >75% anggota kelompok tani dibimbing 4
b. Baik 50-75% anggota kelompok tani dibimbing 3
c. Cukup <50% anggota kelompok tani dibimbing 2
d. Kurang Tidak ada anggota yang dibimbing 1
VI Meningkatnya Kapasitas Pelaku Utama
12 Mengembangkan Kemandirian Pelaku Mengembangkan kemandirian pelaku utama
Utama dan Keluarganya dalam mengusahakan: 1.sarana produksi
2.teknologi 3.permodalan 4.informasi
a. Sangat baik Memotivasi 4 unsur 4
b. Baik Memotivasi 2–3 unsur 3
c. Cukup Memotivasi1 unsur 2
d. Kurang Tidak ada memotivasi 1
13 Usaha Pelaku Utama yang Berkembang Usaha pelaku utama yang berkembang
Menjadi Koperasi dan Lembaga Formal menjadi koperasi dan lembaga
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang berkembang 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang berkembang 3
c. Cukup >50% pelaku yang berkembang 2
d. Kurang Tidak ada yang berkembang 1
VII Meningkatnya Akses Pelaku Utama Terhadap Informasi Pasar danTeknologi
14 Jumlah Kelompok Tani yang Sudah Kelompok tani yang sudah menjalin
Menjalin Kemitraan dengan Pengusaha kemitraan dengan pengusaha
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang berkembang 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang berkembang 3
c. Cukup >50% pelaku yang berkembang 2
d. Kurang Tidak ada yang berkembang 1
VIII Sarana–Prasarana dan Pembiayaan
15 Pelaku Utama yang Sudah Mengakses Pelaku utama yang sudah mengakses
Lembaga Keuangan lembaga keuangan
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah mengakses 4
b. Baik 50-75%pelaku utama yang sudah mengakses 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah mengakses 2
d. Kurang Tidak ada yang mengakses 1
32

16 Pelaku Utama yang Sudah Mengakses Pelaku utama yang sudah mengakses
Saprotan dan Informasi saprotan dan informasi
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah mengakses 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang sudah mengakses 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah mengakses 2
d. Kurang Tidakada yang mengakses 1
17 Pelaku Utama yang sudah Mengakses Pelaku utama yang sudah mengakses
Teknologi dan Pemasaran pemasaran
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah mengakses 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang sudah mengakses 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah mengakses 2
d. Kurang Tidak ada yang mengakses 1
IX Meningkatnya Produktivitas dan Skala Usaha Pelaku Utama
18 Meningkatnya Produktivitas dan Skala Meningkatnya produktivitas dan skala usaha
UsahaPertanian danHortikultura komoditas unggulan
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah meningkat 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang sudah meningkat 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah meningkat 2
d. Kurang Tidak ada yang meningkat 1
19 Meningkatnya Produktivitas dan Skala Meningkatnya produktivitas dan skala usaha
UsahaTernak dan Perikanan komoditas unggulan
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah meningkat 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang sudah meningkat 3
c. Cukup <50% pelaku utama yangs udah meningkat 2
d. Kurang Tidak ada yang meningkat 1
20 Meningkatnya Produktivitas dan Skala Meningkatnya produktivitas dan skala usaha
Usaha Perkebunan Rakyat komoditas unggulan
a. Sanga tbaik >75% pelaku utama yangs udah meningkat 4
b. Baik 50-75%p elaku utama yang sudah meningkat 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah meningkat 2
d. Kurang Tidak ada yang meningkat 1
X Meningkatnya Pendapatan Pelaku Utama
21 Meningkatnya Pendapatan dan Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan
Kesejahteraan Petani petani
a. Sangat baik >75% pelaku utama yang sudah meningkat 4
b. Baik 50-75% pelaku utama yang sudah meningkat 3
c. Cukup <50% pelaku utama yang sudah meningkat 2
d. Kurang Tidak ada yang meningkat 1
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian, 2013
33

Anda mungkin juga menyukai