Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340696165

PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA: ANALISIS INDIKATOR


MAKROEKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Article  in  Jurnal Hexagro · February 2020


DOI: 10.36423/hexagro.v4i1.371

CITATIONS READS
0 896

2 authors, including:

Dudi Septiadi
University of Mataram
14 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dudi Septiadi on 23 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA: ANALISIS INDIKATOR


MAKROEKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Dudi Septiadi1*, Muhammad Nursan2


1,2ProgramStudi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No.62,
Gomong, Kec. Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 83115, Indonesia
Email korespondensi: dudi@unram.ac.id

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan ekonomi yang harus segera diatasi.


Kemiskinan memiliki dampak pada penurunan kualitas hidup, menghambat terciptanya
sumberdaya manusia unggul, menciptakan beban sosial ekonomi, meningkatkan
kriminalitas dan menurunkan ketertiban umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk; 1)
menganalisis konsep dan perkembangan kemiskinan Indonesia; dan 2) menganalisis
pengaruh indikator makroekonomi dan kebijakan pertanian terhadap pengentasan
kemiskinan Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Data yang digunakan merupakan data time series dari tahun 1988-
2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat kemiskinan terus
mengalami penurunan akan tetapi terus mengalami perlambatan. Kemiskinan juga diiringi
oleh fenomena ketimpangan pendapatan yang semakin melebar sehingga menyulitkan
penduduk yang sangat miskin untuk lepas dari kemiskinan. Indikator makroekonomi yang
terdiri dari variabel pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah untuk infrastruktur, inflasi
dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kemiskinan.
Faktor kebijakan pertanian yang terdiri dari variabel produksi beras memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel kemiskinan, sedangkan variabel total impor beras tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel kemiskinan.
Kata Kunci: Kebijakan Pertanian, Makroekonomi, Pengentasan Kemiskinan Indonesia

ABSTRACT

Poverty is the problem of economic development that must be to solved. Poverty has an
impact on reducing the quality of life, inhibiting the creation of superior human resources,
creating a social economic burden on society, increasing crime and reducing public order.
The purpose of this study is to; 1) analyze the concept and development of Indonesian
poverty; and 2) analyze the influence of macroeconomic indicators and agricultural policies
on Indonesia's poverty alleviation. The research analysis method used is multiple linear
regression analysis. The data used are time series data from 1988-2017. The results showed
that in general the level of poverty continued to decline but continued to slow down. Poverty
is also accompanied by the phenomenon of income inequality which is widening, making it
very difficult for the very poor population to escape poverty. Macroeconomic indicators
consisting of economic growth variables, government spending on infrastructure, inflation
and the rupiah exchange rate had a significant influence on the poverty variable. Agricultural
policy factors consisting of rice production variables have a significant influence on the
poverty variable, while the rice import variable does not significantly affect the poverty
variable.
Keywords: Agricultural Policies, Macroeconomic, Indoneisa’s Poverty Alleviation

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 1 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

PENDAHULUAN mencapai 24,20 persen. Pada tahun 2018


Kemiskinan merupakan masalah jumlah penduduk miskin sebesar 9,82
ekonomi paling mendesak untuk segera persen. (BPS, 2019). Artinya rata-rata
diatasi. Pemerintah menjadikan masalah penurunan jumlah penduduk miskin
kemiskinan sebagai masalah prioritas tiap tahun sebesar 0,71 persen. Namun
karena memiliki dampak negatif dibalik angka penurunan kemiskinan
dengan dimensi yang luas. Kemiskinan yang signifikan juga terdapat fenomena
memiliki dampak pada penurunan ketimpangan pendapatan dan
kualitas hidup, menghambat kerentanan yang tinggi. Menurut data
terciptanya sumberdaya manusia Bappenas (2019), ketimpangan
unggul, menciptakan beban sosial pendapatan di Indonesia masih
ekonomi masyarakat, meningkatkan termasuk kategori tinggi, hal ini
kriminalitas dan menurunkan dibuktikan dengan nilai indeks gini
ketertiban umum. Kemiskinan Indonesia tahun 2018 mencapai angka
didefinisikan sebagai ketidakmampuan 0,39. Angka tersebut masuk kategori
individu dalam memenuhi kebutuhan ketimpangan yang tinggi.
dasar. Kebutuhan dasar yang dimaksud Dari sisi kerentanan ekonomi,
adalah kebutuhan konsumsi untuk jenis Indonesia termasuk kategori negara
makanan dan non-makanan. dengan kerentanan yang cukup tinggi.
Pasca krisis keuangan Asia tahun Masih banyak penduduk Indonesia
1998, perekonomian Indonesia terus yang hidup sedikit diatas garis
mengalami pertumbuhan. Kondisi kemiskinan. Peristiwa yang berakibat
Ekonomi Indonesia tumbuh dengan goncangan ekonomi dapat
performa yang cukup baik. Kondisi menyebabkan lonjakan peningkatan
ekonomi yang terus stabil berdampak rumah tangga miskin baru. Ukuran
pada terjadinya lompatan kelas kemiskinan nasional yang ditetapkan
menengah baru dan jumlah penduduk Badan Pusat Statistik berdasarkan
miskin terus berkurang. pendekatan pengeluaran konsumsi
Pengentasan kemiskinan di untuk kebutuhan mendasar terlalu
Indonesia pasca krisis melewati periode rendah, sehingga jumlah penduduk
yang cukup mengesankan. Berdasarkan yang masuk kategori miskin relatif
data BPS menunjukkan pada tahun 1998 sedikit.
jumlah penduduk miskin Indonesia

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 2 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

Penduduk rentan miskin adalah jatuh miskin. Kelompok yang berada di


penduduk yang hidup di bawah 1,5 bagian paling bawah garis kemiskinan
garis kemiskinan. Garis kemiskinan serta kelompok yang hidup sedikit
pada September 2018 tercatat sebesar diatas garis kemisknan dan rentan jatuh
Rp 410.670 per kapita per bulan, dengan miskin merupakan kelompok prioritas
demikian penduduk rentan miskin untuk diperhatikan dan dicari solusi
adalah penduduk dengan pendapatan untuk dibantu agar lepas dari ancaman
di bawah Rp 616.005 per kapita per kemiskinan (Septiadi, Harianto, &
bulan. Berdasarkan data yang dirilis Suharno, 2016).
Bappenas (2019) menyatakan bahwa Sementara itu menurut Ajakaiye
jumlah penduduk yang masuk kategori & Adeyeye (2002) dalam hasil penelitian
hampir/rentan miskin jumlahnya yang dilakukan di negara-negara
mencapai 20,19 persen atau sebanyak berkembang menyatakan bahwa secara
53,3 juta jiwa. Artinya secara komposisi makro penyebab kemiskinan adalah (1)
jumlah penduduk miskin dan Kinerja pertumbuhan ekonomi yang
penduduk rentan miskin secara rendah, (2) Kegagalan kebijakan dan
akumulatif jumlahnya sekitar 30 persen goncangan makroekonomi, (3) Pasar
penduduk atau sebanyak 80 juta jiwa. tenaga kerja yang kurang bergairah, (4)
Jumlah ini menunjukkan nominal yang Migrasi, (5) Pengembangan sumberdaya
cukup mengkhawatirkan, mengingat manusia. Temuan empiris ini menjadi
hampir sepertiga jumlah penduduk dasar bagi penelitian ini untuk
Indonesia masuk kategori miskin dan mengantisipasi goncangan yang
rentan miskin. berdampak pada kemiskinan dari sisi
Pasca reformasi terdapat variabel-variabel ekonomi makro yang
penduduk yang mampu keluar dari memiliki pengaruh signifikan dalam
kemiskinan, akan tetapi mereka menurunkan atau menambah jumlah
merupakan penduduk yang hidup penduduk miskin. Peta persebaran
sedikit diatas garis kemiskinan. Jika penduduk miskin dominan terjadi di
terjadi goncangan ekonomi seperti pedesaan dengan mata pencaharian
kenaikan harga (harga makanan utama sebagai petani. begitu juga
maupun non-makanan) sebagai dengan peta persebaran penduduk
representasi kebutuhan dasar, maka rentan miskin. Sebanyak 54,1 persen
mereka akan sangat rentan kembali penduduk rentan miskin tinggal di

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 3 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

wilayah perdesaan dan 45,9 persen Dewbre (2010); Christiaensen, Demery,


tinggal di wilayah perkotaan (Bappenas, & Kuhl, (2010); dan Hanjra, Ferede, &
2019). Berdasarkan tamuan tersebut, Gutta (2009) hasil penelitiannya
perlu juga dianalisis respon kemiskinan menunjukkan bahwa pertumbuhan
dari sisi kebijakan pertanian, karena produktivitas di sektor pertanian dapat
struktur ekonomi pedesaan proporsinya membantu mengurangi kemiskinan.
didominasi oleh sektor pertanian. Artinya berbagai kebijakan pertanian
Pengentasan kemiskinan dan yang berorientasi pada peningkatan
ketimpangan yang mayoritas terjadi di produksi pertanian akan mampu
pedesaan dan bekerja di sektor mengurangi kemiskinan. Berdasarkan
pertanian bisa diatasi dengan cara penjelasan tersebut maka tujuan dalam
meningkatkan pertumbuhan pro poor, penelitian ini adalah untuk; 1)
yaitu pertumbuhan ekonomi yang menganalisis konsep dan
memihak kepada penduduk miskin perkembangan kemiskinan Indonesia;
(Ravallion & Datt, 2002). dan 2) menganalisis pengaruh indikator
Kebijakan pertanian menjadi makroekonomi dan kebijakan pertanian
penting untuk diteliti lebih lanjut, terhadap pengentasan kemiskinan
mengingat beberapa negara sedang Indonesia.
berkembang banyak menjadikan
kebijakan pertanian sebagai salah satu METODE PENELITIAN
solusi dalam mengentaskan kemiskinan Metode yang digunakan pada
di negaranya. Berdasarkan penelitian penelitian adalah metode penelitian
(Irz, Lin, Thirtle, & Wiggins (2001) di deskriptif kuantitatif. Data penelitian
pedesaan Ethiopia, pertanian adalah menggunakan data sekunder dengan
sumber mata pencaharian dan sumber jenis data runtut waktu (time series) dari
pendapatan utama penduduk. Ini periode tahun 1988 – 2017.
menandakan bahwa pertumbuhan Data dikumpulkan dari berbagai
produktivitas pertanian secara langsung kementerian dan lembaga negara
memengaruhi kesejahteraan sebagian seperti Kementerian Pertanian,
besar penduduk. Beberapa hasil Kementerian Keuangan, Bank Indonesia
penelitian lain yang menunjang dan Badan Pusat Statistik. Data yang
diantaranya adalah penelitian yang dikumpulkan diantaranya adalah data
dilakukan oleh Cervantes-Godoy & kemiskinan, pertumbuhan ekonomi,

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 4 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

belanja pemerintah untuk infrastruktur, 𝛽0 = Konstanta


inflasi, nilai tukar, produksi beras dan 𝛽1 … . 𝛽6 = Koefisien regresi
jumlah impor beras di Indonesia. Data εt = galat
yang dikumpulkan selanjutnya Tanda dan besaran parameter dugaan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah : 𝛽 3, 𝛽 4, 𝛽 6, > 0
penelitian menggunakan analisis regresi dan 𝛽 1, 𝛽 2𝛽 5< 0.
linier berganda. Alat analisis yang Konsep Elastisitas
digunakan pada penelitian ini adalah E- Konsep elastisitas merupakan
Views-9. Model penelitan dalam analisis yang digunakan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut; mendapatkan ukuran kuantitatif respon
𝑃𝑂𝑉𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐺𝑊𝑇𝑡 + 𝛽2 𝐺𝐼𝑁𝑡 + suatu fungsi dari faktor-faktor yang
𝛽3 𝐼𝑁𝐹𝑡 + 𝛽4 𝐸𝑅𝑡 + 𝛽5 𝑃𝐵𝐼𝑡 + 𝛽6 𝑇𝐼𝐵𝑡 + mempengaruhinya, sehingga bisa
𝜀𝑡 ………………………………………..(1) ditentukan seberapa peka variabel
Keterangan: terikat akibat perubahan dari setiap
POVYt = jumlah penduduk miskin di variabel bebas yang mempengaruhinya.
Indonesia pada periode t 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝛿𝑌𝑡 / 𝛿𝑋𝑡 ∗ 𝑋𝑡 /𝑌𝑡 .......(2)
(Jiwa)
GWTt = Pertumbuhan Ekonomi HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia pada periode Konsep dan perkembangan
t(Persen) kemiskinan Indonesia
GINt = Pengeluaran pemerintah 1) Konsep kemiskinan Indonesia
untuk pembangunan Pengukuran kemiskinan
infrastrktur pada periode t dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(Rp) (BPS) dengan cara menetapkan nilai
INFt = Inflasi Indonesia pada standar kebutuhan minimum, baik
periode t (Persen) untuk kebutuhan makanan maupun
ERt = Nilai tukarmata uang bukan makanan yang harus dipenuhi
Indonesia pada periode t individu untuk hidup secara layak.
(Rp/$) Nilai minimum tersebut seperti garis
PBIt = Produksi Beras Indonesia pembatas yang digunakan untuk
pada periode t (Kg) membedakan penduduk miskin dan
TIBt = total impor beras Indonesia penduduk tidak miskin. Garis pembatas
pada periode t (Kg) tersebut merupakan garis kemiskinan

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 5 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

(poverty line) atau batas kemiskinan kebutuhan dasar, ada 3 indikator


(poverty treshold). kemiskinana yang digunakan, yaitu: -
Garis kemiskinan sesungguhnya Head Count Index (HCI- P0) yaitu
merupakan sejumlah pengeluaran persentase penduduk miskin yang
untuk konsumsi yang diperlukan setiap berada di bawah garis kemiskinan (GK)
individu untuk dapat membayar - Indeks Kedalaman Kemiskinan
kebutuhan makan setara dengan 2.100 (Poverty Gap Index – P1) yang
kilo kalori per orang per hari dan merupakan ukuran rata-rata
kebutuhan bukan makanan yang terdiri kesenjangan pengeluaran masing-
dari perumahan, pakaian, kesehatan, masing penduduk miskin terhadap
pendidikan, transportasi, dan aneka garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
barang dan jasa lainnya. Penduduk indeks semakin jauh rata-rata
dengan pengeluaran konsumsi lebih pengeluaran penduduk dari garis
rendah dari garis kemiskinan disebut kemiskinan - Indeks Keparahan
sebagai penduduk yang hidup dibawah Kemiskinan (Poverty Severity Index – P2)
garis kemiskinan atau penduduk yang memberikan gambaran mengenai
miskin. Garis kemiskinan terdiri dari penyebaran pengeluaran diantara
dua komponen yaitu Garis Kemiskinan penduduk miskin. Semakin tinggi nilai
Makanan (GKM) dan Garis kemiskinan indeks, semakin tinggi ketimpangan
Non-Makanan. pengeluaran diantara penduduk miskin.
Pendekatan pengeluaran untuk
kebutuhan minimum sebagai pengukur Perkembangan Kemiskinan Indonesia
tingkat kemiskinan mempunyai Berdasarkan data, jumlah
kelemahan, yakni konsep kemiskinan persentase penduduk miskin tertinggi
dipandang sebagai ketidakmampuan terjadi pada tahun 1998, bertepatan
memenuhi kebutuhan dasar dan diukur dengan krisis ekonomi Asia (lampiran
hanya dari sisi pengeluaran perkapita. 2). Tingginya kemiskinan dipicu oleh
Jika kemiskinan diukur dari tingkat kenaikan nilai tukar rupiah terhadap
pendapatan penduduk, maka jumlah dollar Amerika. Perusahaan yang
penduduk miskin di Indonesia akan memiliki utang dalam mata uang dolar
jauh lebih banyak dibandingkan dengan harus menghadapi fakta yang
pengukuran kemiskinan berdasarkan menyakitkan. Perusahaan bertanggung
pengeluaran. Berdasarkan pendekatan jawab untuk mengeluarkan biaya yang

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 6 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

lebih tinggi untuk membayar utang melalui kompensasi pengurangan


tersebut. Akibatnya banyak perusahaan subsidi BBM.
mulai dari skala kecil hingga Pasca tahun 2006 tingkat
perusahaan besar mulai bangkrut. kemiskinan mengalami trend yang terus
Sehingga efek dominonya adalah menurun. Pencapaian ini cukup
munculnya gelombang besar mengesankan, akan tetapi nilai
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunannya mengalami perlambatan.
meningkatnya inflasi. Impikasi dari Jika data kemiskinan dikomparasikan
massifnya PHK dan tingginya harga- dengan data indeks gini, meski
harga barang adalah jumlah penduduk kemiskinan mengalami trend yang
di bawah garis kemiskinan semakin menurun, akan tetapi tingkat
meningkat. ketimpangan distribusi pendapatan
Pasca krisis 1998 perekonomian justru mengalami peningkatan.
mulai membaik, tercatat hingga tahun Pada tahun 1998 tingkat
2004 tingkat kemiskinan turun ketimpangan pendapatan digambarkan
mencapai angka 16,7 persen. Baru dengan indeks gini, dimana nilainya
memasuki tahun 2006 tingkat sebesar 0,32 dan mengalami
kemiskinan kembali naik menjadi 17,8 peningkatan pada tahun 2018 nilai
persen. Kenaikan tingkat kemiskina ini indeks gini Indonesia sebesar 0,39
dipicu kenaikan harga beras dan bahan (lampiran 2). Angka tersebut masih
bakar minyak. Sebab pengaruh produk masuk dalam kategori ketimpangan
makanan rata-rata 30 persen di yang tinggi. Jika nilai ketimpangan
masyarakat pedesaaan dan perkotaan. pendapatan antara tingkat hidup orang
Goncangan ekonomi yang diawali kaya dan miskin semakin lebar, maka
kenaikan harga beras dan harga bahan akan semakin besar pula jumlah
bakar minyak ternyata berdampak penduduk yang selalu miskin, dapat
kepada jatunya keluarga hampir miskin dilihat dari hubungan antara populasi
(near poor) menjadi keluarga miskin dan terhadap distribusi pendapatan.
keluarga miskin menjadi jatuh semakin Pengaruh Indikator Makroekonomi
dan Kebijakan Pertanian terhadap
miskin. Kenaikan angka kemiskinan
Kemiskinan Indonesia
juga dipengaruhi oleh kegagalan
1. Uji Pengaruh Secara Simultan
program jaringan pengaman sosial
1) Uji F-Statistik

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 7 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

Uji F-Statistik merupakan uji variabel lain diluar model. Hasil


yang digunakan untuk melihat ada atau penelitian ini melengkapi penelitian
tidaknya pengaruh yang nyata (Muslim 2010 dalam Yanti, 2011: 56)
(signifikan) dari variabel indipenden yang menyimpulkan bahwa sebesar 75,7
secara simultan (serempak) terhadap persen variasi dari tingkat kemiskinan
variabel kemiskinan. Berdasarkan di Indonesia dapat dijelaskanoleh
lampiran 1 dapat dilihat bahwa nilai F- variabel pertumbuhan ekonomi yang
Statistic sebesar 40,01833 lebih besar terlihat dari besaran nilaiPDB, tingkat
dari F-tabel dan nilai Prob(F) 0,0000 pengangguran, inflasi, pengeluaran
lebih kecil dari nilai α 5 persen. Hasil ini pemerintah dan jumlah penduduk.
menunjukkan bahwa secara
keseluruhan variabel independent yang 2. Uji Pengaruh Secara Parsial
terdiri dari variabel pertumbuhan 1) Faktor Indikator Makroekonomi
ekonomi (X1), belanja pemerintah untuk Faktor indikator makroekonomi
infrastruktur (X2), inflasi (X3), nilai tukar yang dibangun dalam model penelitian
(X4), produksi beras Indonesia (X5) dan meliputi variabel pertumbuhan
jumlah impor beras Indonesia (X6) ekonomi (X1), pengeluaran pemerintah
berpengaruh signifikan terhadap untuk infrastruktur (X2), inflasi (X3) dan
variabel kemiskinan Indonesia. nilai tukar (X4). Penjelasan pengaruh
2) Uji Koefisien Determinasi faktor indikator makroekonomi
Uji koefisien determinasi (R- terhadap kemiskinan dapat dijelaskan
Squared) diukur dari besarnya nilai dari setiap variabel pada indikator
koefisien determinasi (R2), yang makro sebagai berikut;
bertujuan untuk mengetahui seberapa a. Berdasarkan Lampiran 1 dapat
jauh keragaman kemiskinan dapat diketahui bahwa variabel
diterangkan oleh variabel penjelas yang pertumbuhan ekonomi memiliki
dibangun dalam model. Berdasarkan pengaruh yang signifikan terhadap
Lampiran 1, nilai koefisien determinasi jumlah penduduk miskin dengan
(R-Squared) sebesar 0,912584. Artinya tanda negatif. Hasil pengujian secara
kemampuan model penelitian dalam parsial menunjukkan nilai t-
menjelaskan variasi jumlah penduduk hitungnya sebesar -5,365928 lebih
miskin sebesar 91.25 persen, sisanya besar dari t-tabel (2,069). Hasil ini
sebanyak 8.75 persen dijelaskan oleh sesuai dengan hipotesis yang

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 8 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

disusun dalam penelitian. kenaikan pengeluaran pemerintah


Berdasarkan analisis elastisitas, untuk infrastruktur sebesar 10
variabel pertumbuhan ekonomi persen, maka penurunan jumlah
memiliki nilai elastisitas sebesar -0,27 penduduk miskin sebanyak 0,9
(E<1), sehingga pertumbuhan persen.
ekonomi bersifat inelastis. Artinya Hasil penelitian ini sejalan dengan
jika terjadi kenaikan pertumbuhan beberapa penelitian yang memiliki
ekonomi sebesar 10 persen, maka pandangan yang sama, antara lain
penurunan jumlah penduduk miskin menyebutkan bahwa pengeluaran
sebanyak 2,7 persen. Hasil penelitian pemerintah khususnya untuk
ini juga didukung oleh Olowa (2012) pembangunan infrastruktur sangat
pada penelitian yang dilakukan di penting dalam mendorong aktivitas
Negeria, hasil penelitiannya ekonomi (Perkins, et al 2005;
menunjukkan bahwa pertumbuhan Seetanah, et al 2009). Hasil penelitian
ekonomi yang tidak memadai adalah lain seperti yang dikemukakan oleh
penyebab utama kemiskinan di Dercon dan Krishnan (1998)
Nigeria. menyebutkan bahwa faktor-faktor
b. variabel pengeluaran pemerintah yang memiki dampak pada
untuk infrastruktur memiliki perubahan tingkat kemiskinan
pengaruh yang signifikan terhadap adalah rumah tangga yang memiliki
jumlah penduduk miskin dengan modal manusia dan fisik yang lebih
tanda negatif. Berdasarkan uji parsial besar, serta fasilitas umum berupa
menunjukkan nilai t-hitungnya akses jalan yang lebih baik memiliki
sebesar -2,154850 lebih besar dari t- tingkat kemiskinan yang lebih
tabel (2,069). Hasil ini sesuai dengan rendah. Menurut Malmberg et. al
hipotesis yang disusun dalam (1997), infrastruktur jalan memiliki
penelitian. Berdasarkan analisis efek positif pada pertumbuhan
elastisitas, variabel pengeluaran ekonomi baik di sektor pertanian
pemerintah untuk infrastruktur maupun bukan pertanian dan
memiliki nilai elastisitas sebesar -0,09 menciptakan kesempatan ekonomi
(E<1), sehingga pengeluaran bagi penduduk desa secara
pemerintah untuk infrastruktur keseluruhan. Penelitian Khandker
bersifat inelastis. Artinya jika terjadi (1989) menemukan bahwa investasi

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 9 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

pemerintah pada infrastruktur jalan jumlah penduduk miskin dengan


memiliki efek positif bagi tanda positif. Berdasarkan hasil uji
peningkatan taraf hidup penduduk parsial menunjukkan bahwa nilai t-
miskin, diantaranya adalah hitungnya sebesar 6,756002 lebih
memudahkan distribusi atas hasil besar dari t-tabel (2,069). Hasil ini
panen, mobilitas pekerja bukan sesuai dengan hipotesis yang
pertanian di desa lebih tinggi, dan disusun dalam penelitian.
berdampak positif pada upah petani. Berdasarkan analisis elastisitas,
c. variabel inflasi memiliki pengaruh variabel nilai tukar memiliki nilai
yang signifikan terhadap jumlah elastisitas sebesar 0,35 (E<1),
penduduk miskin dengan tanda sehingga nilai tukar bersifat inelastis.
negatif. Dibuktikan dengan berdasar Artinya jika terjadi depresiasi nilai
pada hasil uji parsial nilai t- tukar terhadap dollar sebesar 10
hitungnya sebesar -4,182469 lebih persen, maka akan berdampak pada
besar dari t-tabel (2,069). Hasil ini kenaikan jumlah penduduk miskin
sesuai dengan hipotesis yang sebanyak 3,5 persen. Secara teoritis,
disusun dalam penelitian. melemahnya nilai tukar akan diikuti
Berdasarkan analisis elastisitas, dengan dampak turunannya ke
variabel inflasi memiliki nilai berbagai variabel makro. Dampak
elastisitas sebesar -0,10 (E<1), langsung dari melemahnya nilai
sehingga inflasi bersifat inelastis. tukar rupiah terhadap dollar US
Artinya jika terjadi kenaikan inflasi adalah membengkaknya nilai utang
sebesar 10 persen, maka penurunan baik pokok maupun bunganya.
jumlah penduduk miskin sebanyak 1 Tekanan kewajiban untuk membayar
persen. Hasil dalam penelitian ini utang berdampak pada postur APBN
didukung dengan penelitian yang yang juga tertekan, sehingga alokasi
dilakukan Yudha (2013) bahwa anggaran untuk program-program
variabel inflasi memiliki pengaruh pengentasan kemiskinan menjadi
signifikan dengan nilai koefisien terhambat. Melemahnya nilai tukar
positif sebesar 0,0643 terhadap juga seringkali diatasi dengan respon
kemiskinan di Indonesia. Bank Sentral dengan melakukan
d. variabel nilai tukar memiliki kebijakan stabilisasi kurs dengan
pengaruh yang signifikan terhadap cara meningkatkan suku bunga,

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 10 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

akibat peningkatan suku bunga bisa ditingkatkan, maka akan


justru berdampak pada berdampak pada peningkatan nilai
pertumbuhan sektor riil menjadi tukar petani dan peningkatan daya
melambat. beli petani. Peningkatan NTP dan
2) Faktor Kebijakan Pertanian daya beli akan berimplikasi pada
Variabel dalam model penelitian tingkat kesejahteraan petani
yang menggambarkan kebijakan menjadi relatif lebih baik.
pertanian adalah kebijakan produksi b. Variabel jumlah impor beras tidak
beras dan kebijakan impor. berpengaruh signifikan terhadap
a. Berdasarkan Lampiran 1 dapat kemiskinan Indonesia dengan tanda
diketahui bahwa variabel produksi negatif. Nilai t-hitung dari jumlah
beras memiliki pengaruh yang impor beras sebesar -0,064436 lebih
signifikan terhadap jumlah kecil dari t-tabel (2,069). Temuan ini
penduduk miskin dengan tanda menjelaskan bahwa impor tidak
negatif. Dibuktikan dengan nilai t- memiliki pengaruh terhadap
hitungnya sebesar -1,858806 lebih kemiskinan Indonesia. hanya saja
besar dari t-tabel (2,069). Variabel tujuan dari kebijakan impor beras
kemiskinan tidak responsif yang dilakukan pemerintah adalah
terhadap perubahan produksi beras, untuk meningkatkan penawaran
karena nilai elastisitas produksi beras domestik dalam memenuhi
beras sebesar -0,57 (E<1). Jika terjadi permintaan beras untuk konsumsi.
kenaikan produksi beras sebesar 10 Seringkali permintaan pada periode
persen, maka akan menurunkan tertentu lebih tinggi dibandingkan
jumlah penduduk miskin sebanyak dengan stok beras yang tersedia.
5,7 persen. Temuan ini menjelaskan Hal ini mengakibatkan harga beras
bahwa masih perlu dilakukan untuk cenderung tinggi. Sehingga
menggalakkan peningkatan kebijakan impor yang wajar, juga
produksi beras, karena banyak bertujuan untuk menjaga harga
tenaga kerja yang bekerja di sektor beras domestik agar tetap stabil. Jika
pertanian. Sektor pertanian diasumsikan dalam suatu periode
terkonsentrasi di pedesaan dengan permintaan beras bersifat tetap,
jumlah penduduk miskin yang maka peningkatan penawaran beras
cukup tinggi. Jika produksi beras akibat penambahan jumlah beras

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 11 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

dari impor tersebut menyebabkan penduduk yang selalu miskin.


jumlah keseimbangan meningkat, Penduduk atau petani dini miskin
dampaknya adalah keseimbangan semakin sulit untuk lepas dari jerat
harga kembali turun. Kebijakan kemiskinan.
pemerintah baik dari pendekatan 2. Seluruh indikator makroekonomi
indikator makroekonomi maupun memiliki pengaruh yang signifikan
pendekatan kebijakan pertanian terhadap jumlah kemiskinan
mampu mengurangi frekuensi dan diantaranya yaitu variabel
keparahan guncangan. Kebijakan pertumbuhan ekonomi (X1), belanja
tersebut mampu memitigiasi pemerintah untuk infrastruktur (X2),
terjadinya guncangan ekonomi dan inflasi (X3) dan nilai tukar (X4).
memastikan semua rumah tangga 3. Faktor kebijakan pertanian yang
mempunyai akses yang sama pada memiliki pengaruh signifikan
perlindungan ekonomi dalam terhadap jumlah penduduk miskin
mengantisipasi datangnya adalah variabel produksi beras
guncangan ekonomi, sehingga Indonesia (X5). Sedangkan variabel
penduduk yang rentan miskin tidak total impor beras (X6) tidak memiliki
mudah untuk jatuh miskin. pengaruh yang signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin.
KESIMPULAN
1. Tingkat kemiskinan Indonesia DAFTAR PUSTAKA
mengalami trend yang terus Badan Pusat Statistik. (2019). Data Tabel
menurun, akan tetapi nilai Dinamis. Jakarta: BPS
penurunannya mengalami Badan Perencanaan Pembangunan
perlambatan. Kemiskinan Nasional. (2019). Laporan Akhir
mengalami trend yang menurun, Tahun. Jakarta: Bappenas.
akan tetapi tingkat ketimpangan Cervantes-Godoy, D., Dewbre, J. (2010).
distribusi pendapatan Indonesia Economic importance of
justru mengalami peningkatan dan agriculture for poverty reduction.
masuk kategori ketimpangan yang OECD Food, Agriculture and
parah. Jika ketimpangan terus Fisheries Working Papers No. 23,
terjadi secara ekstrim, maka akan OECD Publishing.
semakin besar pula jumlah

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 12 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

Christiaensen, L., Demery, L., & Kuhl, J. Farmers and Wales. Journal of
(2010). The (evolving) role of Psychosomatic Research, 43(1), 107-
agriculture in poverty reduction: 111
An empirical perspective. Olowa, O.W. (2012). Concept,
UNUWIDER Working Paper No. Measurement and Causes of
2010/36, World Institute for Poverty: Nigeria in Perspective.
Development Economics Research American Journal of Economics.
(WIDER). 2(1): 25-36.
Dercon, S., & Krishnan, P. (1998). Perkins, P., Fedderke, J., & Luiz, J.
Changes in Poverty in Rural (2005). An Analysis of Economic
Ethiopia 1989– 1995: Measurement, Infrastructure Investment in South
Robustness tests and Africa. South African Journal of
Decomposition. CSAE Working Economics, Vol. 73:2.
Paper Series WPS 98.7. Centre for Ravallion, M., & Datt, G. (2002). Why
the Study of African Economies, has economic growth been more
Oxford. propoor in some states of India
Hanjra, M. A., Ferede, T., & Gutta, D. G. than others? Journal of
(2009). Reducing poverty in Sub- Development Economics, 68(2),
Saharan Africa through 381–400.
investments in water and other Seetanah, B., Ramessur, S., & Rojid, S.
priorities. Agricultural Water (2009). Does Infrastructure
Management, 96(7), 1062–1070 Alleviates Poverty in Developing
Irz, X., Lin, L., Thirtle, C., & Wiggins, S. Countries? International Journal of
(2001). Agricultural productivity Applied Econometrics and
growth and poverty alleviation. Quantitative Studies, V6-2
Development Policy Review, 19(4), Septiadi, D., Harianto, H., & Suharno, S.
449–466 (2016). Dampak Kebijakan Harga
Khandker, S. (1989). Improving rural Beras dan Luas Areal Irigasi
wages in India. Policy, Planning, Terhadap Pengentasan Kemiskinan
and Research Working Paper 276. di Indonesia. Jurnal Agribisnis
Washington, D.C.: World Bank Indonesia, 4 (2), 91.
Malmberg, A., Hawton, K., & Simkin, S. https://doi.org/10.29244/jai.2016.4
(1997). A study of Suicide in .2.91-106

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 13 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan


Jurnal Hexagro Vol. 4 No.1, Februari 2020: 1-14 P- ISSN: 2549-2691
E-ISSN : 2686-3316

Yanti, Nurfitri. (2009). Pengaruh Yudha, ORP. (2013). Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi Upah
Dan Tingkat Kesempatan Kerja Minimum Tingkat Pengangguran
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Terbuka, dan Inflasi Terhadap
Indonesia Tahun 1999 - 2009. Kemiskinan di Indonesia Tahun
Yogyakarta: UPN Yogyakarta. 2009-2011. Semarang: UNNES
Lampiran 1. Hasil Pendugaan Parameter Estimasi Variabel Kemiskinan
Variable Coefficient t-stat Prob. Elast.
C 54049708 7,226745 0,0000
GWT (X1) -1743119 -5,365928 0,0000 -0,27
GIN (X2) -0,035655 -2,154850 0,0419 -0,09
INF (X3) -344781.3 -4,182469 0,0004 -0,10
ER (X4) 1486,660 6,756002 0,0000 0,35
PBI (X5) -0,000515 -1,858806 0,0759 -0,57
TIB (X6) -2,70E-05 -0,064436 0,9492 -0,0009
F-statistic 40,01833 Prob(F) 0,0000 R-squar 0,912584
Sumber: Output Eviews (diolah)

Lampiran 2. Persentase penduduk miskin dan indeks gini Indonesia tahun 1998-2018

50
41 39 39
40 36
32 33 32 41
30 32 35 33
Persen

24.20
20 17.8 15.4
19.1 18.2 11.66 11.47
16.7
10 13.13 9.82
0 Tahun
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
Kemiskinan Indeks Gini

Sumber: BPS (diolah)

Pengentasan Kemiskinan Indonesia … 14 Dudi Septiadi, Muhammad Nursan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai