Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No.

1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 pISSN : 2356-3079


UP2M AKPER Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

GENGGAM BOLA UNTUK MENGATASI HAMBATAN MOBILITAS FISIK


PADA PASIEN STROKE NONHEMORAGIK

Nur Azizah1 Wahyuningsih2


1
Mahasiswa DIII Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang
2
Staff Pengajar Prodi DIII Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang
Email: zizah4416@gmail.com

ABSTRAK

Stroke non hemoragik (SNH) yaitu sumbatan oleh bekuan darah penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri
yang mengarah ke otak, atau embolus yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di
luar tengkorak) menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakranial arteri yang berada di dalam
tengkorak. Tujuan studi kasus yaitu menyusun resum asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi) dalam penerapan genggam bola untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik pada
pasien stroke non hemoragik. Jenis studi kasus ini adalah deskriptif, menggunakan metode pendekatan studi
kasus dengan instrumen skala nilai kekuatan otot, lembar observasi dan SOP genggam bola. Subyek dari studi
kasus ini adalah 2 orang pasien stroke non hemoragik dengan kriteria pasien mengalami hemiparesis sebagian.
Studi kasus dilakukan di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang di ruang Alamanda selama 6 hari dengan
diberikan pemanasan genggam bola dalam waktu 3-10 menit. Hasil studi kasus pada pasien I dan II mengalami
peningkatan skala kekuatan otot. Disimpulkan bahwa studi kasus dalam penerapan genggam bola dapat
mengatasi hambatan mobilitas fisik pada pasien SNH.

Kata kunci: Genggam Bola, Hambatan Mobilitas, SNH

ABSTRACT

Non-hemorrahagic Stroke is a blockage by a blood clot narrowing an artery or several arteries leading to the
brain, or an embolus releaased from the heart or an extracrabial arteries inside the skull. The Purpose of the
case study is to compile a nursing care regimen (assessment, diagnosis, palnning, implementation and
evaluation) in the application of handheld balls to overcome obstacles to physical mobility in non-hemorragic
stroke patients. This type of case study is descriptive, using a case study approach method with a muscle
strenght value scale instrument, observation sheet and handheld ball SOP. The subjects of this case stuy were 2
non- hemorrahagic stroke patients with the criteria of patients experiencing partial hemiparesis. Case studies
were carried out at DR. Adhyatma, MPH Semarang in Alamanda room for 6 days given handhled ball heating
in 3-10 minutes. The results of case syudies in pattients I and II experienced an increase in the scale of muscle
strength. It was concluded that case studies in the application of ball handhelds could overcome obstacles to
physical mobility in SNH Patients.

Keyword : Ball Handheld, Mobility Barriers, SNH

PENDAHULUAN saraf yang diakibatkan oleh penyakit


Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang pembuluh darah otak dan bukan yang lain.
disebabkan oleh aliran darah yang timbul Stroke Non Hemoragik (SNH) adalah
secara mendadak atau lebih cepat dalam tersumbatnya aliran darah diotak yang
beberapa detik maupun beberapa jam mengakibatkan pembuluh darah berhenti,
dengan gejala atau tanda-tanda sesuai sekitar 80% pasien mengalami stroke jenis
daerah yang terganggu menurut Irfan ini. Terjadinya stroke non hemoragik
(2010). Menurut World Health ditandai dengan penurunan tekanan darah
Organization (WHO) dalam Pudiastuti yang mendadak, takikardi, pucat dan
(2011) di jelaskan bahwa stroke pernapasan yang tidak teratur (Baticaca,
merupakan gejala defisit fungsi susunan 2012).

35
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Stroke penyakit yang ditakuti karena dunia terus meningkat seiring dengan
stroke dapat menyerang siapapun, baik bertambahnya usia seseorang dan stroke
pria maupun wanita, tua atau muda dengan bisa menyerang siapa saja.
usia mulai dari 35 tahun sampai dengan 85 Mobilitas fisik merupakan kemampuan
tahun. Serangan stroke dapat terjadi salah individu untuk bergerak bebas secara
satunya jika pembuluh darah yang teratur yang bertujuan untuk memenuhi
membawa darah ke otak tersumbat atau kebutuhan aktifitas untuk mempertahankan
karena terjadinya gangguan sirkulasi kesehatan. Adapun faktor yang
pembuluh darah yang mentiadakan darah mempengaruhi mobilitas yaitu dimulai
keotak.Tanda-tanda pasien yang gaya hidup apabila gaya hidup kurang
mengalami stroke awalnya yaitu nyeri sehat semisal dari makanan, kurang
kepala, muntah-muntah, disatria atau berolah raga dan kurang gerak bebas bisa
berbicara pelo, kelumpuhan wajah atau berpengaruh dalam mobilitas seseorang,
anggota badan, untuk mencegah stroke usia dan status perkembangan apabila usia
bisa dilakukan dengan menerapkan hidup seseorang semakin bertambah dan status
sehat seperti mengkonsumsi makanan perkembangan seperti kekuatan otot
dengan gizi seimbang, rajin berolah raga menurun bisa mempengaruhi mobilitas
dan menghindari stress (Pudiastuti, 2011). berbeda dengan usia yang masih muda
Penyakit stroke bisa meninggal dunia yang mempunyai energi yang kuat dalam
berkisar antara 5 juta di dunia. Di Amerika bergerak (Hidayat & Uliyah, 2016).
Serikat penyakit stroke menjadi momok, Seseorang bisa mengalami hambatan
di setiap tahunya 700 ribu warga Amerika mobilitas fisik karena penyebab yang
mengalami stroke dan 160 ribu orang berbeda - beda seperti rusaknya gangguan
meninggal karena penyakit stroke, jumlah saraf yaitu stroke, penyebab gangguan
yang meninggal akibat stroke di Amerika muskuloskeletal yaitu dislokasi sendi dan
semakin sedikit bila di bandingkan 20-30 tulang, hal ini menjadikan mobilitas
tahun yang lalu menurut Indrawati (2016). terganggu dan untuk memenuhi kebutuhan
Dari data World Health Organization bisa dibantu dengan keluarganya maupun
(WHO) menunjukan angka Stroke Non orang lain (Hidayat & Uliyah, 2014).
Hemoragik (SNH) jumlah stroke di Menurut Muhith (2016) ADL (Activity
Indonesia berdasarkan sensus Daily Living) atau aktivitas kebutuhan
kependudukandan demografi Indonesia sehari-hari adalah kemampuan seseorang
(SKDI) tahun 2010 sebanyak 3,6 juta dalam mengetahui kemandirian dan
setiap tahun dengan pravelensi 8,3 per keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
1000 penduduk. Pravelensi stroke lebih sehari-hari seperti makan, berpakaian,
tinggi pada masyarakat dengan pendidikan berpindah, mandi dan kontinen bisa
rendah baik yang dinyatakan oleh tenaga dilakukan secara mandiri maupun
kesehatan (16,5%) dan masyarakat yang bergantung pada orang lain. Sedangkan
tidak bekerja berkisar (11,4%) maupun menurut Hidayat & Uliyah (2016) bahwa
menurut gejala (32,8%). Pravelensi stroke skala untuk mengetahui tingkat
di kota lebih tinggi dari pada di desa, kemampuan aktivitas seseorang sebagai
berdasarakan diagnosis tenaga kesehatan berikut tingkat (0) mampu merawat diri
(8,2%) maupun gejala (12,7%) menurut sendiri secara penuh, tingkat (1)
Rikesdas (2013). Pravelensi stroke di memerlukan penggunaan alat, tingkat (2)

36
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

memerlukan bantuan, pengawasan orang Latihan ini untuk menstimulasi motorik


lain, tingkat (3) memerlukan bantuan, pada tangan dengan cara menggegam bola.
pengawasan orang lain dan peralatan, Menurut levine (2008) bahwa Gerakan
tingkat (4) sangat tergantung dan tidak mengepalkan tangan rapat-rapat akan
dapat melakukan atau berpartisipasi dalam meningkatkan otot menjadi bangkit
perawatan. Beberapa peneliti sudah kembali kendali otak terhadap otot-otot
melakukan penelitian tentang kekuatan tersebut. Latihan menggenggam bola
otot pasien saat diberikan penerapan dengan tekstur yang lentur dan halus
genggam bola pada pasien stroke non merangsang serat-serat otot untuk
hemoragik. berkontraksi walaupun hanya sedikit
Berdasarkan hasil penelitian yang kontraksi setiap harinya (Irdawati, 2008).
dilakukan menurut Chaidir & Zuardi
(2012) dijelaskan bahwa nilai kekuatan METODE
otot pada kelompok kontrol sebelum dan Studi kasus dilakukan dengan cara
sesudah latihan nilainya 0,50 pada meneliti suatu permasalahan melalui suatu
kelompok perlakuan perubahan nilai rata- kasus dengan menggunakan bentuk
rata kekuatan otot sebelum dan sesudah rancangan one group pretest posttest.
dilakukan nilainya 0,87 dengan penerapan Studi kasus ini menggunakan pendekatan
genggam bola selama 3 menit dalam 6 asuhan keperawatan pasien dengan stroke
hari. Menurut Astriani, dkk (2016) non hemoragik dalam mengatasi hambatan
menyatakan bahwa rata- rata nilai mobilitas fisik dengan penerapan genggam
kekuatan sebelum diberikan genggam bola bola.
nilainya 8,46. Dan nilai kekuatan otot
setelah diberikan genggam bola selama 5- HASIL DAN PEMBAHASAN
10 menit nilainya 11,23. Hal ini Pengkajian pada pasien 1 dilakukan pada
menunjukan adanya perbedaan yang tanggal 27 November 2018 jam 09.15
bermakna antara kekuatan otot genggam WIB diruang Alamanda RSUD Dr.
sebelum dan setelah diberikan latihan Adhyatma, MPH Semarang didapatkan
ROM dengan bola karet selama 10 menit. data dengan tehnik wawancara dan
Dari kedua jurnal tersebut dapat di observasi langsung dengan pasien,
simpulkan bahwa ada pengaruh kekuatan didapatkan data identitas umum Tn.T
otot yang lemah menjadi meningkat adalah seorang bapak berumur 55 tahun,
selama diberikan penerapan genggam bola jenis kelamin laki-laki, beragama islam,
selama 3 – 10 menit. Untuk mengatasi suku bangsa jawa, pendidikan SD,
hambatan mobilitas fisik bisa dilakukan pekerjaan petani, status perkawinan
dengan cara penerapan genggam bola pada menikah. Pada tanggal 26-11-2018 dibawa
pasien stroke. ke IGD RSUD Dr. Adhyatma, MPH
Terapi non farmakologi untuk mengatasi Semarang. Keluhan utama pada Tn.T
hambatan mobilitas fisik pada stroke non mengatakan lemah bagian tangan dan kaki
hemoragik salah satunya adalah penerapan kiri pasien. Riwayat penyakit keluarga
genggam bola karena dengan penerapan pasien adalah pasien tidak mempunyai
ini menambah kekuatan tangan sehingga penyakit keturunan seperti Hipertensi,
bisa diukur. Penerapan genggam bola pada Diabetes Mellitus dan penyakit menular
stroke adalah pengukuran semi objektif. seperti HIV/AIDS dan TBC.

37
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Data subjektif: Tn.T mengatakan lemah Data subjektif : Ny.W mengatakan tangan
bagian tangan dan kaki kiri, saat kiri lemah sulit digerakan, aktivitas
melakukan aktivitas dibantu sebagian dan dilakukan secara mandiri yaitu makan dan
perlu bantuan orang lain, tangan dan kaki minum sedangkan aktivitas lain dibantu
kiri lemah tidak bisa digerakan saat sebagian ataupun perlu bantuan orang lain,
menggengam, menekuk siku atau jari-jari tangan kiri lemah saat menggenggam,
dan mengangkat tangan dan kaki, kesulitan menekuk siku maupun jari-jari. Data
membolak balikan posisi tubuh, objektif : pasien terlihat lemah berbaring
mengalami keterbatasan saat lari atau naik ditempat tidur, terlihat aktivitas dilakukan
turun tangga karena lemah. Data objektif: secara mandiri, dibantu sebagian ataupun
Pasien terlihat lemah berbaring ditempat perlu bantuan orang lain, terlihat
tidur, aktivitas dibantu sebagian ataupun mengalami penurunan motorik halus
perlu bantuan orang lain, mengalami seperti menggenggam bola dengan nilai
penurunan melakukan motorik halus kekuatan otot sebelum sakit yaitu 5 dan
seperti menggenggam bola dengan nilai selama sakit menjadi 2, terlihat mengalami
kekuatan otot sebelum sakit yaitu 5 dan keterbatasan sendi seperti menekuk siku
selama sakit menjadi 1, terlihat mengalami ataupun jari-jari dan mengalami gangguan
keterbatasan sendi saat menekuk siku saraf XI Accecorius
maupun jari-jari, mengalami kesulitan Dalam intervensi studi kasus ini saya
membolak-balikan posisi tubuh dan menekankan terapi latihan fisik: penerapan
mengalami gangguan saraf XI Accecorius. genggam bola dengan cara atur posisi,
Pengkajian pada pasien II dilakukan pada memberikan gerakan pemanasan genggam
tanggal 30 November 2018 jam 07. 45 bola seperti (Menggerakan siku mendekati
WIB diruang alamanda di RSUD Dr. lengan atas atau Fleksi, meluruskan
Adhyatma, MPH Semarang didapatkan kembali lengan atas atau Ekstensi, jari-jari
data dengan tehnik wawancara pasien dan tangan: Menggenggam atau Fleksi,
observasi langsung dengan pasien, membuka genggaman atau Ekstensi,
didapatkan data identitas umum nama meregangkan jari-jari tangan atau abduksi,
Ny.W adalah seorang istri berumur 56 merapatkan kembali atau Adduksi,
tahun, jenis kelamin perempuan, beragama mendekatkan ibu jari ketelapak tangan
islam, suku bangsa jawa, pendidikan SD, atau oposisi, Letakkan bola karet diatas
pekerjaan ibu rumah tangga, status telapak tangan, intruksikan menggenggam
perkawinan menikah. Pada tanggal 29-11- kuat atau mencengkram bola karet selama
2018 dibawa ke IGD. Keluhan utama pada 5 detik kemudian kendurkan genggaman,
Ny.W mengatakan tangan kiri lemah, sulit lakukan pengulangan selama durasi waktu
digerakkan. Riwayat penyakit keluarga 3-10 menit, intruksikan untuk melepaskan
pasien adalah pasien mempunyai penyakit genggaman bola karet pada tangan,
keturunan yaitu Stroke Non Hemoragik rapikan pasien ke posisi semula dan
dari saudara perempuan dan saat ini beritahukan bahwa tindakan telah selesai.
saudara perempuan pasien sudah Implementasi yang dilakukan sesuai
meninggal, tetapi tidak ada penyakit dengan intervensi yang ditetapkan. Pada
keturunan seperti Hipertensi, Diabetes pasien I selama 6 hari, yang pertama
Mellitus, dan penyakit menular seperti tanggal 27 November 2018 jam 09.10
HIV/AIDS dan TBC. mengkaji kekuatan otot, data subjektif :

38
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

pasien mengatakan lemah anggota gerak bersedia di injeksi. Pada jam 08.15 WIB
kiri yaitu tangan dan kaki kiri, aktivitas mengubah posisi minimal 2 jam, data
dibantu sebagian atau perlu bantuan orang subjektif : pasien mengatakan bisa
lain, tangan kiri lemah tidak bisa digerakan membolak balikan posisi dengan sendiri
saat menggenggam maupun mengangkat tetapi untuk aktivitas kekamar mandi perlu
tangan dan kaki kiri, sulit untuk mengubah bantuan orang lain dan berpindah. Pada
posisi, keterbatasan dalam lari atau naik jam 09.15 WIB menerapi latihan fisik
turun tangga dan mengalami keterbatasan penerapan genggam bola, data subjektif:
gerak sendi seperti menekuk siku atau jari- pasien mengatakan nyaman dan rileks saat
jari. Data objektif : pasien terlihat lemah, diberikan genggam bola merasa otot
sulit membolak-balikan posisi, aktivitas kencang ada tenaga atau ada energinya.
terlihat dibantu sebagian atau perlu Data objektif : pasien terlihat nyaman dan
bantuan orang lain, rileks, belum mampu menggerakan tangan
Pada jam 09.15 WIB menerapi latihan kiri secara fleksi dan ekstensi. Jari-jari
fisik penerapan genggam bola terlebih dapat menggerakan secara fleksi dan
dahulu memberi pemanasan seperti ekstensi mampu merenggangkan, tetapi
menggerakan siku mendekati lengan atas belum mampu merapatkan dan
(Fleksi), meluruskan kembali lengan atas menggenggam bola dengan sempurna,
(Ekstensi), jari-jari tangan: menggemgam dengan nilai kekuatan otot sebelum : 2
(Fleksi), membuka genggaman (Ekstensi), menjadi 3 (ada pergerakan hanya dapat
meregangkan jari-jari tangan (abduksi), melawan gravitasi). Pada jam 13.45 WIB
merapatkan kembali (Adduksi), mengakaji nilai skala kekuatan otot, data
mendekatkan ibu jari ketelapak tangan subjektif : pasien mengatakan sekarang
(oposisi) kemudian pasien diminta untuk sudah bisa menggerakan tangan kiri
menggenggam. Latihan ini dilakukan sedikit-sedikit untuk menggenggam
1xsehari dengan waktu 3-10 menit, data walaupun belum bisa menggenggam
subjektif : pasien mengatakan bersedia sempurna dan selalu dilatih genggam bola
dilakukan penerapan genggam bola, saat agar tidak lumpuh. Data objektif : pasien
diberikan pemanasan genggam bola tangan tampak nyaman dan rileks, tampak nilai
dan kaki masih merasa lemah. Data kekutan otot ekstremitas kanan tangan 5,
objektif : pasien terlihat masih lemah dan kaki : 5) ekstremitas kiri (tangan : 3, kaki :
belum bisa menggerakan jari-jari seperti 2).
fleksi, ekstensi, merenggangkan, Implementasi yang dilakukan pada pasien
merapatkan jari-jari dan menggenggam II selama 6 hari, yang pertama tanggal 30
bola, terlihat lemah, nilai kekuatan otot November 2018 jam 07.45 WIB mengkaji
sebelum dilakukan 1 dan sesudah genggam kekuatan otot pasien, data subjektif :
bola nilai 1, tidak ada perubahan saat Pasien mengatakan lemah pada anggota
menggenggam. Keterangan 1 : ada tangan kiri dan aktivitas dibantu sebagian
pergerakan yang tampak atau hanya atau perlu bantuan orang lain. Data
terdapat sedikit kontraksi. objektif : Pasien tampak lemah, tampak
Pada tanggal 2 Desember 2018 berbaring ditempat tidur dan aktivitas
mengkalaborasi dalam pemberian obat, tampak dibantu sebagian atau perlu
data subjektif : pasien mengatakan bantuan orang lain nilai kekuatan otot
bersedia di injeksi. Data objektif : pasien ekstremitas atas tangan kanan 5, tangan

39
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

kiri 2 dan ekstremitas kaki kanan 5, kaki menggenggam sebelumnya masih buruk
kiri 4. dan selama dilatih menjadi ringan maupun
sedang.
Genggam bola sendiri ada tonjolan-
tonjolan kecil pada bola karet yang dapat
menstimulasi titik tertentu pada tangan
sehingga dapat berangsur ke otak. Studi
kasus ini sesuai dengan teori Linberg,
Tabel 1. Evaluasi Akhir Perubahan Nilai 2004 dalam Chaidir & Zuardi, 2012
Kekuatan Otot Penerapan Genggam Bola dijelaskan pada genggam bola yang
di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang menggunakan bola karet dengan tonjolan-
Selama 6 Hari. tonjolan kecil pada permukaan dapat
menstimulasi titik akupresur pada tangan
Hari
Variabel Peningkatan % yang akan memberikan stimulus ke syaraf
I VI
Tn.T 1 3 2 50% sensorik pada permukaan tangan kemudian
Ny.W 2 4 2 50% diteruskan ke otak. Sedangkan menurut
Irdawati (2008) menjelaskan bahwa latihan
Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa menggenggam bola dengan tekstur yang
pada pasien I dan II perubahan nilai lentur dan halus merangsang serat-serat
kekuatan otot sama dihari ketiga dan hari otot untuk berkontraksi walaupun hanya
ke enam. Dimana pada pasien I dengan sedikit kontraksi setiap harinya
kekuatan otot terakhir 3 dan pasien II Ditemukan hasil dari implementasi
dengan kekutan otot terakhir 4 mempunyai genggam bola dijelaskan bahwa tindakan
jumlah yang sama yaitu masing-masing yang dilakukan sebelum menggenggam
sebanyak 2 (50%). bola yaitu dengan menekuk, meluruskan
Penerapan genggam bola ini dapat siku, menggenggam, membuka
meningkatkan kekuatan otot untuk genggaman, merenggangkan, merapatkan
mengatasi hambatan mobilitas fisik baik kembali jari-jari dan mendekatkan ibu jari
pada pasien I dan II karena dengan ke telapak tangan hal ini karena untuk
genggaman yang sebelumnya diberi modal membangkitkan otot pada tangan
pemanasan dengan diberikan genggam dan jari-jari agar bisa melakukan aktivitas
bola secara perlahan- lahan. Adapun nilai kembali, sedangkan untuk waktu yang
kekuatan otot pasien I sebelum 1 dan diberikan hanya 3-10 menit mampu
selama 6 hari menjadi 3 sedangkan pada meningkatkan kekuatan otot dalam
pasien II dengan nilai kekuatan otot mengatasi hambatan mobilitas fisik, hal ini
sebelum 2 dan selama 6 hari menjadi 4. juga didukung oleh penelitian Astriani,
Hal ini ada peningkatan yang sama yaitu 2016 menyatakan dilakukan latihan ROM
masing-masing 2 (50%). Untuk dengan bola karet pada pasien SNH yang
peningkatan nilai kekuatan otot tidak mengalami kekuatan otot selama 5-10
langsung signifikan meningkat tiap hari menit dapat menunjukan adanya
karena perlu latihan bertahap dan peningkatan nilai keuatan otot genggam,
seiringnya berjalanya waktu kekuatan otot yang terjadi secara tidak signifikan namun
sendiri dapat meningkat dalam mengatasi secara perlahan..
hambatan mobilitas yang dimana dalam

40
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Penelitian ini sejalan dengan Chaidir & diakses tanggal 22 September


Zuardi (2012) bahwa latihan ROM pada 2018, jam 16:15 WIB
ekstremitas atas oleh bagian rehabilitasi
Baticaca, B. F. (2012). Asuhan
medik RSSn Bukittinggi ditambah dengan
keperawatan pada Klien dengan
bola karet oleh peneliti selama 6 hari Gangguan Sistem Persarafan.
terbukti dapat meningkatkan kemampuan Jakarta: Salemba Medika
motorik pada ekstremitas atas. Setelah 6
hari melakukan latihan dengan bola karet Chaidir, R & Zuardi, I. M. (2012)
dan terjadi peningkatan nilai kekuatan otot. Pengaruh Latihan Range Of
KESIMPULAN Motion pada Ekstremitas Atas
dengan Bola Karet Terhadap
Berdasarkan hasil studi kasus dari kedua
Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
pasien bahwa setiap individu mempunyai Hemoragik di Ruang Rawat
mobilitas yang berbeda-beda. Dari hasil Stroke RSSN Bukittinggi. Afiyah.
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor Vol. No. 1. Bulan Januari. Tahun
yang memengaruhi mobilitas adalah 2014, diakses tanggal 22
tingkat energi, pekerjaan dan keadaan September 2018, jam 14:33 WIB
nutrisi. Untuk penatalaksaan stroke non
Hidayat & Uliyah. (2014). Pengantar
hemoragik studi kasus ini memberikan
Kebutuhan Dasar Manusia. Ed.2.
penerapan genggam bola untuk mengatasi Jakarta: Salemba Medika
hambatan mobilitas. Setiap pasien
diberikan penerapan genggam bola dengan Indrawati, L. & dkk. (2016). Stroke Cegah
waktu yang berbeda tetapi dalam dan Obati Sendiri. Jakarta:
peningkatan kekuatan otot mempunyai Penebar Swadaya Group
waktu yang sama untuk mengatasi
Irdawati. (2008). Perbedaan Pengaruh
hambatan mobilitas fisik pada Tn.T Latihan Gerak Terhadap
membutuhkan waktu 6 hari dari nilai skala Kekuatan Otot pada Pasien Stroke
kekuatan otot hambatan mobilitas 1 Non Hemoragik Hemiparase
menjadi 3 dan pada Ny.W membutuhkan Kanan Dibandingkan dengan
waktu 6 hari dengan nilai skala kekuatan Hemiparase Kiri. Httpjurnal. pdii.
otot hambatan mobilitas fisik 2 menjadi 4. lipi. go. idadminjurnal14.
hemiparase. Pdf, diakses tanggal
Penerapan genggam bola dapat
1 Oktober 2018, jam 17:59 WIB
mengidentifikasi adanya peningkatan
kekuatan otot untuk mengatasi hambatan Irfan, Muhammad. (2010). Fisioterapi
mobilitas fisik dengan nilai skala kekuatan Bagi Insan Stroke. Yogyakarta:
otot pada Tn.T yaitu 1 menjadi 3 dan pada Graha Ilmu
Ny.W dari 2 menjadi 4.
Muhith, Abdul. (2016). Pendidikan
Keperawatan Gerontik.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: ANDI
Astriani, N. M. & Ariana, P. A. (2016).
Pengaruh ROM Exercise Bola Pudiastuti, D. W. (2011). Penyakit Pemicu
Karet Terhadap Kekuatan Otot Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Genggam Pasien Stroke Non
Hemoragik. S1 STIKes Buleleng.
Jurnal Keperawatan Buleleng,

41
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 35 – 42 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Pedoman Kekuatan Otot Pasien Stroke di


Pewawancara Petugas Pengumpul RSSN Bukittinggi. Jurnal
Data. Jakarta: Badan Litbangkes kesehatan STIkes Prima
Nusantara Bukittinggi. Vol 5. No.
Sulistiawan, A. & Husna, E. (2014). 1 Januari 2014, diakses tanggal 16
Pengaruh Terapi Aktif Oktober 2018, jam 11:44 WIB
Menggenggam Bola Terhadap

42

Anda mungkin juga menyukai