Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

HUKUM ACARA MAHKAMA KONSTITUSI


DEKRIT PRESIDEN GUS DUR

NAMA : LUSKLARITA Y WATO


NIM : 20180221014052
KELAS : L EKSTENSI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Senin 23 Juli 2001 pukul 01.30 WIB untuk kedua kalinya Presiden
RI mengeluarkan dekret (setelah Bung Karno pada 5 Juli 1959)
Gus Dur mengeluarkan dekret yang pada akhirnya justru
membuat dirinya terguling dari kursi Presiden ke-4 RI. Ada tiga
poin besar dalam dekret yang dikeluarkan Gus Dur.
 Pertama, membekukan DPR-MPR.
 Kedua, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan
mengambil tindakan serta menyusun badan untuk
penyelenggaraan pemilihan umum dalam waktu setahun.
 Dan ketiga, menyelamatkan gerakan reformasi total dari
hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan cara
membekukan Partai Golongan Karya (Golkar) sambil
menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Untuk itu, kami memerintahkan seluruh jajaran TNI dan Polri
untuk mengamankan langkah penyelamatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menyerukan seluruh rakyat Indonesia
tetap tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti
biasa," kata Juru Bicara Kepresidenan Yahya C Staquf yang
malam itu disuruh membaca isi dekrit.
Pemberlakuan dekret langsung ditanggapi keras lawan-lawan
politik Gus Dur. Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat
sebagai Wakil Presiden juga tidak sependapat dengan langkah
yang diambil cucu pendiri ormas Islam terbesar, Nahdlatul Ulama
(NU) itu.
Pimpinan parlemen langsung melakukan perlawanan dengan
menggelar konferensi pers. Amien Rais yang saat itu menjabat
sebagai Ketua MPR mengajak seluruh masyarakat memboikot isi
dekret. Sementara sidang istimewa MPR yang semula akan
digelar pada 1 Agustus 2001 dipercepat menjadi hari itu juga atau
Senin siang.
Sidang istimewa digelar untuk memakzulkan Gus Dur dari kursi
presiden, meski tidak diikuti Fraksi PKB dan PDKB. Sidang
istimewa juga dilakukan untuk mengangkat Megawati sebagai
Presiden ke-5 RI sekaligus memilih Hamzah Haz yang kala itu
menjabat Ketum PPP sebagai Wakil Presiden melalui voting.
Pemakzulan Gus Dur sebenarnya telah lama disuarakan tokoh
politik yang berseberangan dengan kiai NU itu. Desakan itu
diserukan seiring dengan embusan isu kasus dana Yayasan
Dana Bina Sejahtera Karyawan Badan Urusan Logistik (Yanatera
Bulog) dan Bantuan Sultan Brunei. Namun tudingan itu tak
pernah terbukti.
Selain itu, lawan politik Gus Dur juga menggunakan alasan
penggantian Kapolri dari Jenderal Bimantoro kepada Jenderal
Chairudin Ismail secara sepihak untuk mempercepat pelaksanaan
sidang istimewa MPR. Sebab, keputusan Gus Dur dinilai
pelanggaran berat karena tidak melibatkan DPR/MPR dalam
pengangkatan Kapolri.

Anda mungkin juga menyukai