Anda di halaman 1dari 116

dh ETIK RUMAH SAKIT

aa NN NA LNNAN AN LRANMAANNATNNNNANAANNNNPAMMNTNRNNNNNANN AMALIA MENAATI

FUNGSI RUMAH SAKIT

Membicarakan mengenai fungsi Rumah Sakit, terlebih dahulu


perlu dimengerti apakah yang dimaksud dengan Rumah Sakit itu?
Dasar hukum bagi Rumah Sakit ini pertama-tama kita temukan
dalam pasal 49 UU 1992/23 tentang Kesehatan yang mengatur
tentang sumber daya kesehatan, salah satu di antaranya adalah
sarana kesehatan (pasal 49. b). Selanjutnya pasal 56 ayat (1)
menyatakan bahwa salah satu sarana kesehatan menurut pasal 49. b.
tersebut adalah Rumah Sakit (RS). Yang dapat terdiri atas RS Umum
dan RS Khusus. Berdasarkan Kep.Men.Kes.R.I No. 983/Kepmenkes/
SK1992, RS merupakan sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Sedangkan menurut
kepustakaan yang dimaksudkan dengan RS atau HOSPITAL is an
institution for the treatment and care for sick, wounded, infirm, or
aged person, generally incorporated and then of the class of
corporations called “FLEEMOSYNARY” or “CHARITABLE”, also
the buildings used for such purpose (Black Law Dictionary, 1979).
-Dari segi kepemilikannya dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kategori, yaitu (l) berdasarkan pemiliknya (“by ownership”),
(2) berdasarkan lamanya tinggal (“by length of stay”), dan
(3) berdasarkan tipe pelayanannya (“by type of service provided”).
Rumah sakit sesuai dengan acuan, adalah suatu lembaga/
institusi/organ yang sebagai unsur Sistem Kesehatan Nasional
menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.
(penjelasan pasal 56 ayat (1) UU 1992/23). Untuk itu setiap orang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan
yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit

35

Dipindai dengan CamScanner


sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pa dala, 1
dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. UM ang Unday,
No. 23 Tahun 1992 menyatakan Ba digunakan maka
“sarana kesehatan” yaitu tempa " Uk.
menyelenggarakan upaya kesehatan TN han Ka 1
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Pas | Ant 223)
Rumah sakit merupakan salah satu unsur - Psi U Sistem
pelayanan kesehatan sehingga memerlukan Na ama Yan
terkoordinasi dan integrasi dari tenaga kesehatan Yang 2
berdasarkan akhlak (Mores) dan kesopanan (Ethos) yang tinggi. Olep
karena itu, perilaku dokter dan tenaga kesehatan inn £ Perlu teta |
dijaga dalam mempertahankan etik pada umumnya, bai 1 1 rumah
sakit, maupun etik profesi pada khususnya. Dalam - a Itu perly
dijaga agar para tenaga kesehatan di rumah sakit mendapat,
perlindungan hukum dalam menghadapi tuntutan penderita atau
keluarganya bahkan masyarakat yang kadang-kadang bersifa
kurang wajar dan melampaui batas kemampuan pelayanan kesehatan :
itu sendiri. |

Rumah Sakit dalam melaksanakan fungsinya untuk:


(1) menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi |
pencegahan dan peningkatan kesehatan, (2) tempat pendidikan dan
latihan tenaga medis dan paramedis, (3) tempat penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, juga harus
mendapat perlindungan hukum sebagai korporasi. Dewasa ini, dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di rumah sakit.
tidak lagi berfungsi secara perorangan, akan tetapi lebih banyak
merupakan bagian dari suatu antarunsur-unsur sistem sosial. '
Jaringan antarunsur sistem sosial ini bukan saja melibatkan para
dokter dan perawat, melainkan juga para ahli hukum, ahli farmasi,
ahli farmakologi, ahli gizi, ahli teknik, dan tenaga kesehatan lainnya
yang secara profesional melaksanakan kegiatan di rumah sakit, akan

melibatkan penderita dan bahkan masyarakat itu sendiri. 1


Pengelolaan rumah sakit tidak lagi berdasarkan norma etis dan

moral semata, tetapi juga harus berdasarkan suatu peraturan yang '
lebih pasti dan mempunyai kekuatan mengikat. 3

36 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu untuk setiap rumah sakit
di Indonesia memiliki suatu Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI) guna dijadikan landasan moral, sebagai pegangan dan
pedoman dalam mengamalkan fungsi rumah sakit dalam memberikan
pelayanan yang baik, bermutu, dan profesional kepada masyarakat.

Pertama dalam Rapat Kerja PERSI dalam bulan Desember 1986


Kode Etik Rumah Sakit Indonesia yang pada waktu itu disebut
dengan singkatan “ERSI” untuk pertama kalinya tersusun, dan
langsung diberlakukan dengan KEPMENKES RI No. 924/MENKES/
SK/XI1/1986 tanggal 18 Desember 1986. Kemudian dalam kongres
ke-VI PERSI tahun 1993 di Jakarta telah diterima dan disahkan ERSI
versi baru yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaannya. Setelah
dikaji dengan seksama oleh Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit
Indonesia (MAKERSI) akhirnya dalam Rapat Kerja PERSI di Jakarta
15-17 Maret 1999 disepakati dengan singkatan KODERSI berikut
petunjuk pelaksanaannya. Dalam Kongres VIII PERSI di Jakarta
tanggal 5-7 Nopember 2000 disahkan untuk berlakunya di Rumah
Sakit di Indonesia.

Ketentuan pasal 10 KODERSI mengatur mengenai badan-badan


etik rumah sakit Indonesia untuk tingkat pusat dan cabang
dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(MAKERSI) dan untuk tingkat rumah sakit dinamakan Komite Etik
Rumah Sakit (KERSI). MAKERSI pusat dan MAKERSI cabang
adalah merupakan perangkat organisasi PERSI. Sedang KERSI di
rumah sakit sepenuhnya merupakan perangkat organisasi rumah
sakit, bukan dibentuk oleh PERSI melainkan dibentuk oleh pemilik
atau pimpinan rumah sakit dan sepenuhnya bertanggung jawab
kepada pihak yang mengangkatnya, hanya secara fungsional
pembinaan dilakukan oleh MAKERSI cabang. KERSI merupakan
pemeran utama dan ujung tombak dalam penerapan KODERSI di
rumah sakit, yang mempunyai peran dan tanggung jawab
sebagaimana diatur dalam pasal 11 KODERSI, yaitu:

1. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga lewat


manajemen rumah sakit. KERSI berkewajiban memberikan
tuntunan agar aktivitas dan proses manajemen rumah sakit selalu
dalam batas-batas rambu moral, sehingga dapat menampilkan

ETIK RUMAH SAKIT 37

Dipindai dengan CamScanner


rumah sakit sebagai suatu lembaga “sosio ekonomi” Yang !

berkepribadian baik dan mapan. | :

Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit Secagp

komprehensif dan berkelanjutan, 3 e

3. Memberi saran, nasihat, dan pertimbangan kepada pimpinan dan


pemilik rumah sakit agar setiap langkah kebijakan
keputusannya tidak menyimpang dari nilai-nilai KODERSI, :

4. Dalam hal yang menyangkut atau melibatkan tenaga profesi di

rumah sakit, KERSI wajib mengadakan koordi nasi dan kerja samp

yang baik dengan kelompok profesi di rumah sakit, tanpa


mengurangi kemandirian dari profesi tersebut.

Hubungan dengan MAKERSI cabang, merupakan hubungan

fungsional:

a. KERSI dapat meminta saran, pendapat atau nasihat dari '


MAKERSI cabang dalam hal menghadapi keraguan atau
kesulitan

b. KERSI wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Cabang


mengenai pelaksanaan KODERSI di rumah sakit. 8

Dengan demikian KODERSI memuat rangkuman nilai-nilai dan


norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman bagi semua |
pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan perumahsakitan di Indonesia, yaitu: (1) kewajiban umum
rumah sarit (2) kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat

(3) kewajiban rumah sakit terhadap pasien (4) kewajiban rumah sakit

terhadap pimpinan, staf, dan karyawan (5) hubungan rumah sakit '

dengan lembaga terkait (6) lain-lain.

ng

dan

Ce

KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT

1. Rumah sakit harus menaati KODERSI.

2. Rumah sakit mengawasi dan bertanggung jawab terhadap semua


kejadian di Rumah Sakit.

8. Rumah sakit mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu


dan tidak mendahulukan urusan biaya.

4. Rumah sakit memelihara semua catatan/arsip baik medis maupun


nonmedis secara baik, dalam arti melindungi kerahasiaan catatan 1
dan rekaman medis.

Rumah sakit mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.

38 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Kewajiban Rumah Sakit terhadap Masyarakat

1. Rumah sakit harus jujur dan terbuka,


kritik masyarakat dan berusaha &
keluar rumah sakit,

peka terhadap saran dan


gar pelayanannya menjangkau

9. Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan pelayanan pada


harapan dan kebutuhan masyarakat setempat.

Kewajiban Rumah Sakit terhadap Pasien

1. Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.


Hak-hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental
yang dimiliki pasien sebagai seorang makhluk Tuhan, terutama
dua hak dasar pasien, yaitu:
Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan

keperawatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi


kedokteran dan standar profesi keperawatan.

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

Dari kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak pasien lainnya
seperti hak untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan/
penyakitnya, hak untuk memilih rumah sakit, hak untuk memilih
dokter, hak untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion),
hak atas “privacy” dan atas kerahasiaan pribadinya, hak untuk
menyetujui atau menolak tindakan ataupun pengobatan yang
akan dilakukan oleh dokter, dan lain-lain, kecuali yang dianggap
bertentangan dengan undang-undang, berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, seperti tindakan “eutanasia”,
aborsi tanpa indikasi medis dan lain sebagainya tidak dapat
— dibenarkan.

2. Rumah sakit harus memberikan penjelasan mengenai apa yang


diderita pasien, dan tindakan apa saja yang hendak dilakukan.

38. Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed


consent) sebelum melakukan tindakan medis tertentu.

Dalam perkembangannya RS wajib melaksanakan Keputusan


Menteri Kesehatan RI No. 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang
pedoman peraturan internal Rumah Sakit (Hospital by laws) yang
berlaku sejak tanggal 21 Juni 2002. Ini berarti RS selain harus

ETIK RUMAH SAKIT 39

Dipindai dengan CamScanner


3
“3
Ca

mematuhi peraturan hukum umum yang diterbitkan oleh lembap, 1


smi Negara (legeslatif dan eksekutif) masih harus Memap
KODERSI sebagai peraturan organisasi RS di Indonesia.

ah Sakit terhadap Pimpinan Staf, dan

14

Kewajiban Rum

Karyawan Tg Ta
1. Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, 4

karyawannya senantiasa mematuhi etik profesi masing masi |


Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial ya,
kondusif bagi pendidikan dan pelatihan kepribadian karyawan. |
2, Rumah sakit mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, P :
tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan |
Rumah sakit menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik |
antara seluruh tenaga di rumah sakit dapat terpelihara,
Rumah sakit memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah |
sakit untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan '

serta keterampilannya. 1
Rumah sakit mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan '

dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku.

Hubungan Rumah Sakit dengan Lembaga Terkait


1, Rumah sakit memelihara hubungan yang baik dengan pemilik |
berdasarkan nilai-nilai dan etik yang berlaku di masyarakat '
Indonesia. Dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-hari, rumah |
sakit harus berhubungan dengan khalayak (publik) internal pada
satu pihak dan khalayak eksternal pada lain pihak. Adalah
kewajiban pimpinan rumah sakit menjaga keselarasan hubungan |
dengan khalayak-khalayak ini berdasarkan nilai-nilai dari etik
yang berlaku di masyarakat. Pada hakikatnya pemilik rumah sakit |
di sini adalah pemilik yuridis sesuai ketentuan yang diatur dalam
UU No. 16 Tahun 2001 tentang yayasan, rumah sakit dan harus 1
berbentuk badan hukum. Guna memelihara hubungan baik yang
dilandasi profesionalisme antarpemilik rumah sakit sebagai badan
hukum dengan rumah sakit sebagai “unit sosial ekonomi” perlu
dibentuk satu badan independen ialah Dewan Penyantun atau /
. Dewan Pembina, yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat “

40 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


yang memiliki berbagai latar belakang profesi, dan yang bertugas
menyusun berbagai kebijaksanaan dalam hal pengelolaan rumah
sakit tersebut, sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan dan Kep.Men.Kes,

2. Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antarrumah


sakit dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
Memelihara hubungan baik antarrumah sakit, harus senantiasa
diupayakan antara lain dengan mencegah adanya persaingan yang
tidak sehat, mengadakan kerja sama dan koordinasi yang saling
menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama,
peralatan dan fasilitas, maupun sumber daya manusia, pendidikan

dan latihan staf dan karyawan, dan lain-lain.

3. Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan

tenaga kesehatan dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan


dan teknologi kedokteran dan kesehatan.

Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain


merupakan sarana pelayanan kesehatan, juga berfungsi dan
digunakan sebagai sarana atau lahan pendidikan tenaga-tenaga
kesehatan dan sebagai tempat penelitian bidang kesehatan.
Pendidikan dan latihan tenaga-tenaga kesehatan harus diartikan
sebagai upaya kelanjutan dan kesinambungan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, dan penelitian bidang kesehatan harus diartikan
sebagai upaya untuk memperbaiki dan peningkatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Adanya kegiatan pendidikan, latihan
dan penelitian di rumah sakit tidak boleh berakibat menurunnya
mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan pihak penderita.

Lain-lain

Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus


bersifat informatif, edukatif, preskriptif, dan preparative, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan
berdasarkan KODERSI, khususnya pasal 23.

Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran“ (marketing)


nampaknya lebih berkonotasi negatif daripada positif, karena
membangkitkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan
penjualan (sales), padahal hakikat pemasaran adalah komunikasi.

ETIK RUMAH SAKIT 41

Dipindai dengan CamScanner


Dengan demikian promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapa
dilakukan dan lebih merupakan penyuluhan yang bersifat informatig
edukatif, preskriptif, dan preparatif bagi khalayak ramai Umumnya |
dan pasien khususnya, 1
1. Informatif | -
Memberikan pengetahuan mengenai hal ikhwal yang ada
relevansinya dengan berbagai pelayanan dan program rumah sakit 1
yang efektif bagi pasien/konsumen. 1
Edukatif

Memperluas cakrawala khalayak r


dan program Rumah Sakit, penyelengg
kesehatan kesehatan di Rumah Sakit
(penjelasan pasal 25).
Pemberian petunjuk kepad
khususnya tentang peran pe
proses diagnosis dan terapi.
Preparatif

Membantu pasien/keluar

tg

amai tentang berbagai fungsi 1


araan kegiatan, upaya '
yang bersangkutan |

ta

a khalayak ramai umumnya dan pasien 4


ncari pelayanan kesehatan dalam

aim

ga pasien dalam proses pengambilan

keputusan.

PEDOMAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, DOKTER, DAN


RUMAH SAKIT
(Surat Edaran Dirjen yanmed No. YM. 02.04.3.5.2504 tahun 1997)
. Hak
Kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk
berbuat sesuatu.

Kewajiban
sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh

seseorang atau suatu badan hukum.

3. Pasien
penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.

w
42 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Dokter

Tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan di rumah


sakit, mencakup dokter dan dokter gigi,
Rumah sakit

Sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan


tenaga kesehatan dan penelitian.

Hak dan Kewajiban Rumah Sakit


Hak rumah sakit

1.

6.

Rumah sakit berhak membuat peraturan-peraturan yang berlaku


di rumah sakitnya sesuai dengan kondisi/keadaan yang ada di
rumah sakit tersebut (Kep.Men.Kes RI No. 772/MENKES/SK/VI/
2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital
by laws).

Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus menaati


segala peraturan rumah sakit

Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus menaati


segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.

Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di


rumah sakit melalui panitia kredensial.

Rumah sakit berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan


wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain).
Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum.

Kewajiban rumah sakit

1. Rumah sakit wajib mematuhi peraturan perundang-undangan

baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun lembaga


legislatif

. Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa

membedakan suku, ras, agama, seks, dan status sosial pasien.

, Rumah sakit wajib merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak

membedakan kelas perawatan (duty of care).

. Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan dengan tidak

membedakan kelas perawatan (guality of care).

ETIK RUMAH SAKIT 43

Dipindai dengan CamScanner


10.

lt

12.

13.

14.

Rumah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan dj un

gawat darurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahuhy,


Rumah sakit wajib menyediakan sarana (fasilitas) dan Peralatar

(utilitas) umum yang dibutuhkan.

Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan medis


(medical eguipment) sesuai dengan standar yang berlaku.
Rumah sakit wajih menjaga agar semua sarana dan peralatan
senantiasa dalam keadaan siap pakai (ready for use).

Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain


apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan, dan tenaga
yang diperlukan.

Rumah sakit wajib mengusahakan adanya sistem, saran, dan


prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana,
Rumah sakit wajib melindungi dokter dan memberikan bantuan
administrasi dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas
dokter tersebut mendapat perlakuan tidak wajar atau tuntutan
hukum dari pasien atau keluarganya.

Rumah sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan para


dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut.

Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap baik


untuk pelayanan medis, penunjang medis, nonmedis.

Khusus untuk rumah sakit pendidikan, RS wajib memberikan


informasi bahwa pasien termasuk dalam proses/pelaksanaan
pendidikan dokter/dokter spesialis.

Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit

Hak pnsien

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia

sebagai person.

In

2.
3.

14

Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan


peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur


Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu
sesuai dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan

tanpa diskriminasi.

| ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


A

10.

11.

12.
13.

14.

15.

Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan

standar profesi keperawatan.

Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai

dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku

di rumah sakit.

Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas

menentukan pendapat klinis dan pendapat etiknya tanpa campur

tangan dari pihak luar.

Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang

terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap

penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.

Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang

diderita termasuk data-data medisnya.

Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:

— penyakit yang diderita

— tindakan medis apa yang hendak dilakuk»::

— kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan


tindakan untuk mengatasinya

— alternatif terapi lainnya

— prognosisnya

— perkiraan biaya pengobatan

Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang

akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang

dideritanya.
Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan

terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan

atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang

jelas tentang penyakitnya

Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis,

Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan

yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit.

Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan

rumah sakit terhadap dirinya.

ETIK RUMAH SAKIT 45

Dipindai dengan CamScanner


16.

Kewajiban pasien

1,

vw

MN

imbingan moril
Pasien berhak menerima atau menolak bimbing Maupun

spiritual.

Pasien dan keluarganya berkewajiban U


peraturan dan tatatertib rumah sakit.
Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala 1
perawat dalam pengobatannya. |
Pasien berkewajiban memberikan informasi Haa
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang
merawat. v
Pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi
semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter.

Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal


yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

dengan jujur dar

Hak dan Kewajiban Dokter di Rumah Sakit


Hak dokter

1.

46

Dokter berhak mendapat perlindungan hukum dalam


melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

Dokter berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta


berdasarkan hak otonomi (seorang dokter, walaupun ia berstatus
hukum sebagai karyawan rumah sakit, namun pemilik atau
direksi rumah sakit tidak dapat memerintah untuk melakukan
sesuatu tindakan yang menyimpang dari standar profesi atau
keyakinannya).

Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, dan kode
etik profesi.

Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien


apabila misalnya hubungan dengan pasien Sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerja sama yang b
diteruskan lagi, kecuali untuk pasien gawa
menyerahkan pasien kepada dokter lain.

t darurat dan wajib


ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner

ntuk menaati sega, 3

nstruksi dokter dan


Dokter berhak atas privacy.

(Berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien


dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan).
Dokter berhak mendapat informasi lengkap dan jujur dari pasien
yang merawatnya atau dari keluarganya.

Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam


menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah
sakit maupun oleh pasien.

Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang


diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/
peraturan yang berlaku di rumah sakit tersebut.

Kewajiban dokter

1.

Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan


hubungan hukum antara dokter tersebut dengan rumah sakit.
Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan menghormati hak-hak pasien.

. Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain/rumah sakit lain

yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila


ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.

Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya


tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu
meninggal dunia.

Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu


tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
bersedia dan mampu memberikannya.

Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang


perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko yang
dapat ditimbulkannya. Tn
Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.

ETIK RUMAH SAKIT 417

Dipindai dengan CamScanner


10.

11.

12.

ambah ilmu pengetahuas

Dokter wajib terus-menerus men


: kteran/kedokteran gigi

mengikuti perkembangan ilmu kedo


Dokter wajib memenuhi hal-hal yan
yang telah dibuatnya.

Dokter wajib bekerja sama dengan


terkait secara timbal-balik dalam mem

asien. , 1
p tertulis dengan pih ak

Dokter wajib mengadakan perjanjian


rumah sakit.

Hak dan Kewajiban Perawat dan Bidan

SK Dirjen YanMed No. YM. 00.03.2.6.956 Tahun 1997 bentang


berlakunya hak dan kewajiban perawat dan b 8

idan di rumah sakit,

Hak perawat dan bidan

Perawat dan Bidan berhak


1.

2.

48

Memperoleh perlindungan hukum dal


sesuai dengan profesinya.

Mengembangkan diri melalui kemampuan. spesialisasi sesuai '

latar belakang pendidikannya.

Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan |

peraturan perundangan serta standar profesi dan kode etik


profesi.

Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak

puas terhadap pelayanannya.


Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK
dalam bidang keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus-

menerus.
Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/

pasien dan atau keluarganya.

Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang

berkaitan dengan tugasnya.


Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama


baiknya dicemarkan oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta

tenaga kesehatan lain.

| ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner

da

31

g telah disepakati perjanjia |

4
profesi dan pihak lain y,,
berikan pelayanan kepags

4
1

am melaksanakan tugas |
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan
perundang-undangan, standar profesi dan kode etik profesi.

11. Mendapatkan penghargaan imbalan yang layak dari jasa


profesinya sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah
sakit.

12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan


bidang profesinya.

Dalam kaitannya dengan praktik Keperawatan (nursery


sciences), Kep.Men.Kes RI No.1239/Men.Kes/SK/XI/2001
mengatur tentang Registrasi dan Praktik Perawat. KepMenKes
RI No.1239/2001 tersebut merupakan tindak lanjut dari PP 1996/
32 tentang tenaga kesehatan yang mendahulukan dalam
melaksanakan profesinya, yaitu bagi perawat dan keperawatan
(nursery sciences).

Kep.Men.Kes RI No. 1239/2001 tersebut diterbitkan dalam


rangka pelaksanaan otonomi daerah (UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah) sebagai penyempuranaan
Kep.Men.Kes RI No 647/Men.Kes/SK/IV/2000 tentang Registrasi
dan Praktik Perawat.

Kep.Men.Kes RI No 1239/2002 tersebut erat kaitannya dalam


mendapatkan izin kerja (SIK) perawat dan surat izin praktik
perawat (SIPP) (pasal 18 ayat (2) dan (3). Praktik Keperawatan
dapat dilaksanakan di sarana kesehatan (pasal 51 UU 1992/23),
atau praktik perorangan/kelompok.

Kewajiban perawat dan bidan

Perawat dan Bidan wajib:

1. Mematuhi semua peraturan RS dengan hubungan hukum antara


perawat dan bidan dengan pihak rumah sakit.

2. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.

3. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah


dibuatnya.

4. Memberikan pelayanan/asuhan keperawatan/kebidanan sesuai


dengan standar profesi dan batas kewenangannya/otonomi
profesi.

ETIK RUMAH SAKIT 49

Dipindai dengan CamScanner


10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.
17.

18.

50

Menghormati hak-hak klien/pasien.


Merujuk klien/pasien kepada perawat lain/tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian/kemampuan Yang lebih baik. :
Apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaantindap
atau klien/pasien dengan penyulit, bidan wajib merujuk klien
pasien kepada bidan lain/dokter yang mempunya! keahliayy

kemampuan yang lebih baik. ,

Memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar S€nantias,


dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalankan
ibadah sesuai dengan agama/keyakinannya Sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan pelayanan keseh alan,

Bidan wajib memberi kesempatan kepada klien/pasien untuk


didampingi suami/keluarga.

Bekerja sama dengan tenaga medis/kesehatan lain yang terkajt


dalam memberikan pelayanan kesehatan/asuhan kebidanan

kepada klien/pasien.

Bidan wajib bekerja sesuai standar profesi serta berdasarkan hak


otonomi profesi.

Memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan


keperawatan/kebidanan kepada klien/pasien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas


tindakan yang akan dilakukan.

Membuat dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan secara


akurat dan berkesinambungan.

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan/kebidanan sesuai


standar profesi keperawatan/kebidanan dan kepuasan klien/
pasien.

Mengikuti Iptek keperawatan/kebidanan secara terus-menerus.


Melakukan pertolongan darurat sebagai tugas perikemanusiaan
sesuai dengan batas kewenangannya.

Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/


pasien bahkan juga setelah klien/pasien tersebut meninggal
kecuali jika diminta keterangannya oleh yang berwenang. |
KepMenKes RI No 1239/2002 tersebut erat kaitannya dalam
mendapatkan izin kerja (SIK) Perawat dan Surat Izin Praktik

lain

| ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

nm

Dipindai dengan CamScanner


Perawat (SIPP) (pasal 1804 (2) dan (3). Praktik Keperwatan
dapat dilaksanakan di sarana kesehatan(pasal 51 UU 1992/23),
atau praktik perseorangan/kelompok.

Hak dan Kewajiban Apoteker


Hak apoteker
1. Melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, percampuran,

peracikan obat dan bahan untuk pelayanan resep dokter, dokter


gigi dan dokter hewan.

Melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, percampuran,


peracikan obat dan bahan obat untuk pelayanan langsung tanpa
resep khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas.
Melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, percampuran,
peracikan obat dan bahan obat untuk pelayanan lain sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kewajiban apoteker

(PerMenkes RI No. 26/Men.Kes/Per/III/1981)

1.

Apoteker pengelola apotek harus berada di apotek selama apotek


dibuka.

Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan


tugasnya pada hari buka apotek, ia dapat digantikan oleh
apoteker pendamping.

Apabila tidak terdapat apoteker pendamping, apoteker pengelola


apotek pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek digantikan
oleh asisten apoteker kepala. |

Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan


tugasnya dalam jangka waktu lebih dari satu hari terus-menerus
sampai 3 bulan, apoteker pengelola apotek digantikan apoteker
supervisor.

Apoteker supervisor harus memiliki surat izin pengelolan apotek


dan dapat berupa apoteker pengelola pada salah satu apotek lain.
Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan -
tugasnya lebih dari 3 bulan terus-menerus sampai 2 tahun,
apoteker pengelola apotek harus digantikan oleh apoteker
pengganti yang tidak merangkap sebagai apoteker pengelola
apotek atau sebagai apoteker pendamping pada apotek lain.

ETIK RUMAH SAKIT 51

Dipindai dengan CamScanner


ngelola apotek harus dilaporkan k

, &
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat ata

| a.
pejabat lain yang diberi wewenang apaan melakuk
8, Apabila apoteker pengelola 2 rusmenerus, surat Utan
tahun terus- Nih
tugasnya lebih dari 2 »ma apoteker batal, kecuali aPabil,

pengelolaan apotek atas n ka


dialihkan kepada apoteker lain yang memiliki surat pengelolaan

7. Penggantian apoteker pe

apotek. |
9. Apoteker pendamping dan apoteker supervisOr ber tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas pengelolaan di bidang pelayanan
kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan

apoteker pengelola apotek.

10. Asisten apoteker kepala bertanggung jawab atas pelaksanaan


tugas pengelolaan di bidang pelayanan kefarmasian dengan
pembatasan tertentu, kecuali: (1) Pembuatan obat parental atau
obat steril lainnya, (2) penandatanganan pemesanan nar kotika,
obat dan bahan obat, (3) penyerahan racun tanpa resep.

11. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di


bawah pengawasan apoteker pengelola apotek. Apoteker
pengelola apotek tetap ikut bertanggung jawab atas kesalahan
asisten apoteker, kecuali kesalahan tersebut jelas tidak
disebabkan oleh kelalaiannya atau ia tidak berperan membantu
terjadinya kesalahan tersebut.

PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


Terdapat tiga kategori mengenai apoteker (Soekanto, 1998)
a. Apoteker di apotek umum.
b. Apoteker di rumah sakit.
c. Apoteker di industri.
Apoteker di apotek umum secara langsung be
masyarakat dengan fungsi memberi nasehat mana mah dengan
kepada dokter dan memberi penyuluhan obat kepada mas Henya
. Apoteker di rumah sakit berperan dalam bidang farmakot Yarakat.
Apoteker di industri berperan dalam penelitian, Bad etik,
pengawasan obat. 1 maupun

na ma Ka MA Lal mL LAN ND

52 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


ja

Seorang apoteker dimungkinkan berperan sebagai tenaga


kesehatan yang bergerak di bidang farmasi klinis yang menurut Tylor
adalah sebagai berikut:

”..that division of pharmacy which deals with patient care with


particular emphasis on drug therapy. In practice it is patient oriented
and includes not only the dispensing of reguired medication but also
advising the patient on the proper use of all medication, both
prescribed and patient selected. It also utilitizes the pharmacist as an

information source on all matters pertaining to drugs and their dosage


forms.”

AUDIT MEDIS

Audit medis berfungsi sebagai sarana organisasi rumah sakit


untuk: '

1. mengevaluasi tindakan medis dari dokter dan tenaga kesehatan


lainnya, po

2. mengarahkan tindakan medis tertentu yang harus diambil:

3. memberikan anjuran, peringatan serta menyelesaikan masalah


yang berhubungan dengan tindakan medis tertentu sebagai salah

satu bentuk terapi demi kepentingan/kesembuhan pasien dan


perawatan-perawatan medis.

Dari aspek hukumnya, audit medis yang dilakukan oleh komite


medis yang secara struktural berada di bawah direktur rumah sakit
bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum baik bagi pasien
maupun tenaga kesehatan. Di sinilah peran dan fungsi hukum pada
umumnya dan hukum kesehatan kedokteran pada khususnya dalam
organisasi rumah sakit. Yaitu di satu pihak mengatur batas-batas
tanggung jawab etik rumah sakit terhadap tenaga kesehatan dan di
lain pihak tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap rumah sakit
terhadap masyarakat pada umumnya dan pada pasien pada
khususnya (Koeswadji, 1998). Kembali di sini kenyataan bahwa aspek
hukum dan etik rumah sakit erat kaitannya dan sering terjadi
tumpang-tindih. Perlu pula diketahui korelasi/hubungan antara

hukum kesehatan dengan etik kesehatan dan dengan etik

kedokteran. (Mijn, 1984, Koeswadji, 2002).

ETIK RUMAH SAKIT 53

Dipindai dengan CamScanner


Hukum Kesehatan (health law) “is the body of rules th

Na Pola,
directly to the care for health, as to the application of Zeneraj ia
criminal, and administrative law”, Hukum kedokteran (medical wa

“1s the study of the juridical relation to which the doctor is 4

medical law is a part of health law”. pa

Hukum kesehatan lebih luas dari etik kesehatan dan

etik

kedokteran (Ameln, 1991). "3 :


a. Bila ada ketentuan dalam hukum kesehatan yang sekiranya
bertentangan dengan etik kesehatan, maka dapat terjadi konflik
dan dalam konflik ini maka ketentuan hukum kesehatan teta |
berlaku dan aturan etik kesehatan dikesampingkan kareng

ketentuan hukum berlaku dan menyangkut secara umum.


b.

kedokteran.

Cc. Aturan etik kesehatan dapat mengesampingkan aturan etik

kedokteran karena etik kesehatan merupakan pengkhususan dari


etik umum.

54 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner

Ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan aturan etik 1


(4 ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

MRALYANTANTIENNNLNATINNN ALL SMANNNNNNENNNLAMMNNAAKALKA AL TNTTAANAMAE TAN


MMRRAANRAN AAA LORR AAA

NORMA HUKUM

Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan


kumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah dalam
suatu masyarakat sebagai susunan sosial, keseluruhan peraturan
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang
dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan memberikan sanksi bila
dilanggar. Tujuan pokok dari hukum ialah menciptakan suatu
tatanan hidup dalam masyarakat yang tertib dan sejahtera di dalam
keseimbangan-keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di
dalam masyarakat, diharapkan kepentingan manusia akan
terlindung.

Kehidupan manusia dalam masyarakat diatur oleh beberapa


norma, di antaranya norma agama, norma etik, dan norma hukum.

Antara ketiga norma yang mengatur perilaku manusia dalam


masyarakat dalam berhubungan dengan manusia lain tersebut
terdapat adanya persamaan dan perbedaan.

Persamaannya ialah ketiga norma tersebut mengatur perilaku


manusia dalam kehidupan bersama.

Sedangkan perbedaannya terletak dalam siapa pembuatnya,


kekuatan mengikatnya, sifat dan macam sanksinya bila dilanggar,
waktu berlakunya, dan siapa yang mengawasi dan menilai bila
dilanggar.

Hukum dalam arti kata kumpulan peraturan perilaku manusia


dalam masyarakat tersebut dengan demikian membebani manusia
dengan hak dan kewajiban. Oleh karena itu manusia yang menurut
hukum sebagai penanggung hak dan kewajiban tersebut disebut
“orang” (“PERSON”).

Permasalahan mengenai mengapa bidang kesehatan perlu diatur


oleh hukum, disebabkan karena pembangunan bidang kesehatan

ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu:


129

Dipindai dengan CamScanner

———mananna
— perlunya perawatan kesehatan diatur dengan tengah lang,

tindakan konkret oleh pemerintah, |


— perlunya pengaturan hukum di lingkungan sistem Perawat,

kesehatan, |
— perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehata,

dan tindakan medis tertentu.


Ketiga faktor tersebut memerlukan hukum untuk melindungi

pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan, agar ada kepastian,

hukum dalam melaksanakan tugas profesinya.

Dengan demikian hukum dapat bersumber pada:


peraturan hukum tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga Tesmj
negara yang berwenang (legislatif),
peraturan yang tidak tertulis berupa kebiasaan,
— yurisprudensi tetap:
— ajaran/doktrin ilmu pengetahuan.

Dalam kaitannya dengan Pelayanan bidang Kesehatan (YanKes)

bagi “orang”, yang pada dasarnya merupakan hubungan yang


sifatnya unik, karena hubungan tersebut yang bersifat interpersonal

tidak hanya diatur oleh hukum tetapi juga oleh etik.


Permasalahan yang akhir-akhir ini marak di masyarakat karena

persepsi masyarakat tidak memahami arti hubungan interpersonal


yang unik tersebut. Bahkan sudah melupakan aspek etik yang
mengawali hubungan pemberi YanKes dengan penerima YanKes yang
pada awalnya berupa permintaan bantuan pertolongan. Hal tersebut

disebabkan karena:
1. meningkatnya jumlah permintaan atas perawatan dan pelayanan

kesehatan:
2. berubahnya pola penyakit (dari penyakit infeksi bakteri ke

epidemic modern seperti kanker, hipertensi):


3. teknologi medis, dengan biaya tinggi yang digunakan dalam
praktik kedokteran.
Yang semuanya itu tidak mungkin dapat diselesaikan hanya

dengan etik.
Dengan demikian, hukum itu bertitik tolak pada penghormatan

dan perlindungan manusia.

130 . | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Eksistensi hukum yang sema
.masalahan yang timbul dari
pe i kesehatan lainnya, menimbulkan $
“ti pihak, ada yang mengatakan bah eber
s -arkan bebas mengatur dirinya (“

dah aruskan dokter bertindak he

kin nyata d

Praktik Profesi km lesaikan

Si kedokteran dan
apa pandangan. Di
Ba wa Profesi dokter hari
2 Tegulation”). Apabila hukum

arkan kaidah-kaidah hukum

pandangan ini, meskipun hukum tidak se

menjangkau kenyataan, tetapi setidak-tidaknya merupakan sarana

untuk mengawasi profesi dokter demi kepentingan masyarakat secara

keseluruhan. Untuk itu perlu dibedakan antara:

e medical morals, "dictate the particular action -nd sesiefth which


regulate the day to day judgements of doctors”: Cengan

» medicals ethics.”analyze the universal principles on which the


decisions are made”. '

mpurna Can sering tidak

Oleh karena itu, untuk dapat memahami arti pentingnya hukum


dan seberapa jauh jangkauannya dalam mengatur hubungan yang
menyangkut pelaksanaan profesi dokter, kita harus kembali pada
tujuan pokok dari tugas hukum dalam kehidupan bersama seperti
yang telah disebutkan di muka yaitu menziptakan tatanan
masyarakat yang tertib dalam keseimbangan (Kcmalawati, 1989).

Dewasa ini hampir tidak ada bidang kehidupan masyarakat yang


tidak terjamah oleh hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 131

Dipindai dengan CamScanner


nik. Hal ini t
sikap tindak manusia yang teratur dan ye punyai haar @rutamg
disebabkan karena pada Angan man diperlukan Na ka
1 .
hidup teratur, Salah gatu kaidah y Aa melalui kesera

rmanusi

kaidah hukum yang mengatur anta ironi"


i an. Suatu normM m bias

antara ketertiban dan ketenteram ar

| jib dan yang dilar


k perilaku yang WAJ! an
n dalam bentuk p gannya itu dilanggar. Norma hukur

g tidak tertulis. Hukum tertulis

undangan atau perundan


ran erundang un , &-
bersumber pada peraturan P h “peraturan” saja sudah menunjuk

undangan. Sebenarnya istila idak tertulis bersu


tulis. Hukum yang tida$ Tube
kepada norma hukum tertuli an mempunyai akibat-akibat hukum.

pada kebiasaan, yang kemudi | | Aa


Hukum tak tertulis itu berlaku sepanjang hal itu diakui oleh

peraturan perundang-undangan.
Selain itu terdapat hukum kesehatan yang merupakan suatu

bidang khusus dalam ilmu hukum. Hukum kesehatan mencakup


segala peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan
pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau
kesehatan yang rusak. Hukum kesehatan juga mencakup penerapan
hukum perdata umum dan hukum pidana umum yang berkaitan
dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.

Health law is the body of rules which relate directly to the care of
health, as the application of general civils, criminal and
administrative law (van der Mijn, 1984). Di lain pihak, etik profesi
medis di Indonesia tertuang dalam KODEKI sebagai lampiran 1 SK
Menteri Kesehatan RI No. 434/Menkes/SK/X/1983 yang mengatur
hubungan antara dokter dengan pasien yang berawal dari hubungan
kepercayaan secara interpersonal yang sifatnya hierarkis vertikal
paternalistik melalui tahapan proses perkembangannya ke hubungan
horizontal kontraktual yang dasarnya sudah diletakkan oleh
Hippocrates dalam transaksi terapeutik. Dalam pola hubungan
vertikal paternalistik, kedudukan dokter dengan pasien tidak
sederajat, karena dokter mengetahui tentang segala sesuatu yang
terkait dengan penyakit dan cara penyembuhannya sedangkan pasien
tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya. Apa lagi tentang bagaimana
cara penyembuhannya, oleh karena itu pasien menyerahkan

dirumuska i
dengan sanksinya apabila laran
ada yang tertulis ada pula yan
132 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


hnya kepada dokter/san ..

span an vertikal paternalistik In an sWadj 1908) ra


hub In negatif. Dampak positif karen ng dampak baik positif
maupu | » Karena pola paternalistik ini sangat
mbantu pasien dalam hal pasien aw . 5
memb . am terhadap penyakitnya.
sebaliknya, dampak negatif, karena tindakan dokter merupakan
tindakan yang tidak menghiraukan otonomi pasien, yang justru
menurut sejarah perkembangan budaya dan hak-hak dasar manusia
sudah ada sejak lahir (Koeswadji, 1998). Di sini mulai tampak segi
hak-hak pasien. Hubungan dokter pasien ini kemudian melahirkan
aspek hukum 1nspannings verbintenis” yang merupakan hubungan
hukum antara 2 (dua) subjek hukum (dokter dan pasien) dan
melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang bersangkutan.
"Inspannings verbentenis” karena objek dari transaksi adalah upaya
penyembuhan yang hasilnya tidak pasti. Upaya tersebut dilakukan
dengan penuh kehati-hatian dan ketegangan ("met zorg en
inspanning”).

Otonomi pasien ini memperoleh pengakuan secara universal


sejak Nuremberg Code 1947. Dari Nuremberg Code ini telah
melahirkan azas moral yang ada pada pasien untuk menentukan
nasibnya sendiri (“The right of self Determination, TROD”). Hak
untuk menentukan nasib sendiri inilah yang kemudian dalam
hubungan dokter-pasien melahirkan apa yang disebut “informed
consent”. Kemudian pada tahun 1964 oleh Forum World Medical
Association dikeluarkan sebuah deklarasi Helsinki yang disebut
sebagai “Declaration of Helsinki” tentang “clinical research”
(Koeswadji, 1998).

Dalam kaitannya dengan tugas tenaga kesehatan (dokter,


perawat) sebagai tenaga profesional, sebagai manusia biasa tidak
luput dari kesalahan sehingga juga berlaku ketentuan hukum yang
berlaku bagi setiap orang. Di lain pihak pasien semakin sadar akan
hak-haknya dan perlindungan hukum atas dirinya, sehingga
permasalahan hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien
menjadi semakin kompleks. Keistimewaan kelompok profesi dokter
ialah bahwa tumpuan utamanya, justru terletak dalam integritas etik
yang tercermin melalui dedikasinya, terhadap standar perilaku etik,
seperti dalam hal menghargai hak orang lain (dalam hal ini pasien)

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 133

Dipindai dengan CamScanner


| $ The Nuremberg Code
serta rasa keadilan dan kebajikan. ( Kn Op

. 4 , F P fo
R.T. Francoeur, 1983: 33-34). Landasan etik inilah yang Merupa :

vakat, khususnya pasien, d


dasar bagi kepercayaan masyarakat, k ya pasien, dan ag

memberikan dimensi moral sehingga mendapat dn ter hormat dan


terpercaya dalam masyarakat. Ini Da " San - Profesi
seharusnya juga mencerminkan ikatan moral Kaali a Profesi
: ee diui ng dilayani, serta ikatan r,

ikatan moral dengan individu yang kerabat an Mora


dengan masyarakat dalam mana protea . Ha ai enYediakan
jasanya dan mengatur eksistensinya (Koeswa J1, 1870). )

Dalam kenyataannya etik tidak mampu Meny Clesaikan


permasalahan yang timbul antara dokter-pasien, dan Ha pula Yang
menjadikan yuridiksi peradilan menjadi luas sehingga juga disebut
sebagai juridiksi kesehatan. Dengan adanya hak-hak yang disadari
penderita dan dari segi pendekatan ekonomi yaitu Cost effective
analysis” dan “cost benefit analysis” telah membawa kita kepada
suatu perubahan pola pikir yang semula berdasarkan pola hubungan
vertikal paternalistik ke pola hubungan horizontal kontraktual
Penderita menganggap dirinya berkedudukan sederajat dengan
dokter, namun peranan dokter lebih penting daripada dirinya. “Since
he is suffering, he is ready to cooperate, the physician considers himself
in a position of trust”. Hubungan ini dalam kepustakaan diwujudkan
dalam suatu “guidance-cooperation relationship” (Koeswadji, 1998).

Sementara itu masyarakat semakin berkembang sesuai dengan


perkembangan hak-hak manusia, sedang di lain pihak sifat-sifat suci
sumpah Hippocrates yaitu: a) setiap dokter harus menguasai ilmunya
sebaik mungkin, meningkatkan mutu profesinya melalui
kesediaannya untuk belajar terus-menerus b) seorang dokter harus
menjaga martabat profesinya c) seorang dokter harus menjadi
seorang yang suci dan mengabdikan diri untuk profesinya)
berangsur-angsur luntur.

Dalam transaksi terapeutik yang diperjanjikan adalah upaya


untuk mencari/menemukan terapi yang paling tepat untuk
penyembuhannya yang harus dilakukannya dengan cermat dan hati-
hati, dan karena itu pula merupakan suatu “inspannings
verbintenis”. Di sinilah letak keterkaitan antara etik dengan hukum,
yaitu dokter yang terlibat dalam hubungan transaksi terapeutik

134 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

bon

Dipindai dengan CamScanner


amen Uu d
dengan par Degan melaksanakan tugasnya dilandasi oleh
AM MO SAN 5 f 5
datar yatan dan kod ang dokter yang dibekati dengan lafal
symanah MATAN Gan Kore etik profesi, Sedangkan keterkaitan dengan

ag 31 s oi au
sasien dilandasi oleh dasar-dasar hukum yang mengatur hubungan

f If xi »N 1
nukum anta dua) pihak. Yang masing-masing dibebani hak dan
kewajiban yang sifatny

a SYA mengikat antara pihak untuk dipatuhi.


nengan demikian kaita

Tn Ta Antara etik dan hukum sangat erat dan


an: tersebut dapa ekati ! 3. 5
kaitan 'Ei pat didekati melalui dasar bertolaknya secara awal

dari hubungan interpersonal antara dokter-pasien (Koeswadji, 1998).


1 7 Tone" i

Dalam struktur Org anisasi Rumah Sakit terdapat Komite Medis

sang tata kerjanya erat terkait dengan Audit Medis yang berfungsi

mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan/kelalaian dalam


indakan medis tertentu, di samping mengupayakan penyelesaiannya
bila kesalahan/kelalaian sudah terlanjur terjadi. Apa yang dilakukan
oleh komite medis melalui Audit Medis tersebut tidak lain bertujuan
agar kepada pasien diberikan pelayanan perawatan medis yang
sebaik-baiknya (optimal) dengan menggunakan teknik dan tata cara
(prosedur) berdasar ilmu pengetahuan kedokteran dan etik dalam
rangka tanggung jawab rumah sakit sebagai salah satu macam, jenis
sarana kesehatan menurut ketentuan Pasal 56 UU Nomor 23 Tahun
199? tentang Kesehatan.

iSi— »

Hubungan Hukum Pasien - Rumah Sakit

Suatu tim medis, merupakan suatu kesatuan tidak bisa


dinyatakan bertanggung jawab atas suatu kesalahan atau kelalaian
karena tenaga kesehatan sebagai anggota dari tim tersebut
hakikatnya bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan yang
dilakukannya sesuai dengan keahliannya. Dengan demikian, kegiatan
di rumah sakit tidak terlalu sederhana, tidak sesederhana seperti
yang dibayangkan masyarakat. Tidak mudah untuk menentukan
kegiatan yang mana termasuk kegiatan medis dan kegiatan mana
termasuk kegiatan perawatan. Namun dengan adanya KepMenKes
RI No. 1239/2001 berikut Petunjuk Pelaksanaannya jelas diatur
mengenai kegiatan perawatan adalah sesuai dengan ilmu
keperawatan (”nursery science”) dan bukan ilmu kedokteran/medis
(“medical science”).

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 135

Dipindai dengan CamScanner


bungan hukum yang timbul antara»...

15 dilihat dari hu Ne
Apabila diliha st dibedakan menjadi 2 (dua) Aan
Macan

dengan rumah sakit, dap

an
aa arjanjian perawatan di mana terdapat kesepakatan ina
J en bahwa pihak rumah sakit menyegi a

rumah sakit dengan pasi £ melak |


kamar perawatan dan di mana tenaga perawat melakukan tindaka,

perawatan (“nursery science”).

Perjanjian pelayanan M
antara rumah sakit dan pasien
akan berupaya secara maksim ungu!
melalui tindakan medis (“medical science”).

edis di mana terdapat kesepakatay

bahwa tenaga medis di rumah « aki


al untuk menyembuhkan P3Sien

Hubungan Hukum Pasien - Tenaga Kesehatan

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka hubungan hukum pasien


dengan tenaga kesehatan di rumah sakit dapat berupa sebagai

berikut.
1. Hubungan hukum pasien dengan dokter
Hubungan hukum pasien dengan dokter (sebagai tenaga medis

menurut PP 1996/32) diatur oleh perikatan (kontrak terapeutik) di


mana pihak dokter berupaya secara maksimal menyembuhkan
pasien (“inspanning verbintenis”) dan bukan merupakan
“resultaats verbintenis”.

2. Hubungan hukum pasien dengan tenaga kesehatan (perawat,


bidan, fisioterapist menurut PP 1996/32).
Hubungan hukum pasien dengan tenaga kesehatan lain ini berupa
kontrak di mana tenaga kesehatan lain itu harus berupaya
memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang
dimiliki.
Kontrak ini dapat merupakan baik “inspanning verbintenis”
maupun “resultaat verbintenis”.

Hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien diatur dalam


Pasal 53, 54, dan 55 UUK, di mana tercantum hak dan kewajiban
antara kedua belah pihak, yaitu:

136 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

PN Matana.

Dipindai dengan CamScanner


AA SALA SA MA LA LN LL Sia Hee ham
Pasal 58 ayat (1) menyebutkan:
Tenaga kesehatan berhak mem |

er s
ym melaksanakan tugas sesuai ia Oleh perlindungan hukum

gan profesinya.
Ayat (2):

Tenaga kesehatan dalam melakuka

mematuhi standar profesi dan men

dal

n tugasnya berkewajiban

untuk ghormati hak pasien.

Penjelasan

kes
perawat,
,sien. Yang dimaksud hak pasien antara lain ialah hak informasi

untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedi tara

gan hak atas pendapat kedua (second opinion). Okteran,

Ayat (3):

Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian dapat


melakukan tindakan medis tertentu terhadap seseorang engan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan

Penjelasan

Dalam upaya pembuktian, tenaga kesehatan dapat diminta


untuk melakukan tindakan medis terhadap seseorang, baik dalam
perkara pidana maupun perkara lainnya. Permintaan ini diajukan
cecara tertulis oleh pejabat yang berwenang menangani masalah
tersebut. Meskipun untuk suatu tindakan medis harus didasarkan
stas indikasi medis, namun dalam kaitan dengan pembuktian, tenaga
kesehatan harus melakukan tindakan medis berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, kecuali bila tenaga kesehatan
menilai bahwa orang yang dilakukan tindakan tersebut terdapat hal
yang merupakan indikasi kontra dari tindakan medis yang dilakukan.
Dalam hal ini ia dapat menolak dan menghentikan tindakan tersebut.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 137

Dipindai dengan CamScanner


Ayat (4)

Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak da


sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Parag
Pemerintah. Ta

Pasal 54 ayat (1):

Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan &


kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindak,"
disiplin.

Penjelasan

Tindakan disiplin dalam ayat ini adalah salah satu bentuk


tindakan administratif misalnya pencabutan izin untuk jangka Waktu
tertentu atau hukuman lain sesuai dengan kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan.

Ayat (2)
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga


kesehatan.

Penjelasan

Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif


baik kepada tenaga kesehatan maupun pihak penerima pelayanan
kesehatan, pertimbangan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian atas
penerapan standar profesi dilakukan oleh sebuah majelis. Majelis ini
tidak hanya terdiri atas tenaga kesehatan saja, tetapi juga tenaga
bidang lain yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi seperti ahli
hukum, ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli agama, yang diketuai oleh
seorang sarjana hukum.

Ayat (3)

Ketentuan mengenai pembentukan tugas, fungsi, dan tata kerja

majelis disiplin tenaga kesehatan ditetapk


Presiden. pkan dengan Keputusan

138 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Pasal 55 ayat (1)

Setiap Orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau


yel alaian yang dilakukan tenaga kesehatan.

Ayat (2)

Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan


sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Catatan:
Baik KUHP maupun KUHPerdata tidak serta merta dapat

diterapkan dalam kasus-kasus di bidang kesehatan, karena peraturan


eraturan tersebut berlaku untuk umum bagi setiap orang

Kesentuan yang mengatur tentang kelalaian seseorang yang


mengakibatkan orang lain meninggal dunia, luka berat atau sakit
untuk sementara, diatur di dalam pasal 359, dan 360 KUHP, Selain
itu menurut pasal 361 KUHP, apabila kesalahan itu dilakukan pada
waktu menjalankan pekerjaan, pidananya ditambah sepertiga.
Sedangkan untuk mengganti kerugian, ketentuannya diatur di dalam
pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang jumlah
gugatannya terserah kepada kemauan si penggugat dan
keputusannya ada pada hakim. Ini berarti bahwa di bidang kesehatan
dalam tahap penyidikan yaitu tahap pengumpulan barang bukti,
POLRI sebagai penyidik menurut pasal 6 ayat (1)b UU No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP harus melibatkan pegawai negeri sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Wewenang
khusus yang diberikan undang-undang ini ialah UU No. 28 Tahun
1992 tentang kesehatan yang mengaturnya dalam pasal 79 ayat (2)
yaitu pejabat pegawai sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Hubungan Hukum Dokter dengan Perawat

Hubungan hukum antara dokter dengan perawat dapat


merupakan rujukan atau delegasi kewenangan. Pada hubungan
rujukan, tenaga kesehatan lain tersebut melakukan tindakan sesuai
dengan keputusannya sendiri berdasarkan ilmunya, sedangkan
delegasi kewenangan kepada tenaga kesehatan lainnya tidak dapat

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 139

Dipindai dengan CamScanner


mengambil keputusan sendiri tetapi aa adakan teng
dengan kewenangan delegasi yang dibe Pata Tampa aa Di Buah
rumah sakit, para dokter tidak bisa be A ulan a uan an
perawat. Sebaliknya, perawat tanpa adanya ruj au del

: Cagj
kewenangan dari dokter, tidak berwenang untuk bertindak Secara
mandiri, kecuali dalam bidang ter

tentu yang sifatnya sesuai dengan


bidang ilmunya dan memang termasuk usaha keper Awaran Mursing
care). Namun, di dalam praktik sehari-hari para an Kana Melakukay
tindakan yang sebenarnya termasuk tugas dokter dan yang
didelegasikan kepadanya. Ada batas yang tidak jelas antara tindakan
yang termasuk bidang medis yang harus dilakukan oleh profesi
kedokteran dan tindakan yang termasuk wewenang Profesi
keperawatan, adanya suatu wilayah di bidang yang dilakukan oleh
para perawat yang sebenarnya termasuk bidang medis. Dilihat darj
segi perawatan, tampak ada bidang yang saling tumpang-tindih.
Perawat dapat melakukan tindakan kedokteran di bawah
pengawasan dokter. Ini yang dinamakan perpanjangan lengan dokter

(prolonged arm doctrine) walaupun seorang dokter dapat

memberikan delegasi atau melimpahkan wewenangnya, namun

pemberian itu harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Dasar


pemberian ini, karena seorang pasien yang berobat kepada dokter
harus percaya dan yakin bahwa ia diberikan pertolongan dan
pengobatan atas tanggung jawab dokter itu.

Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.

1. Penegakan diagnosis, pemberian atau penentuan terapi serta


penentuan indikasi harus diputuskan dokter itu sendiri.
Pengambilan keputusan tersebut tidak dapat didelegasikan
kepada perawat.

2. Delegasi tindakan medis tertentu hanya dibolehkan jika dokter


tersebut sudah sangat yakin bahwa perawat yang menerima
delegasi kewenangan itu sudah mampu untuk melaksanakan
dengan baik.

3. Pendelegasian kewenangan itu harus dilakukan secara tertulis


termasuk instruksi yang jelas mengenai pelaksanaannya,
bagaimana harus bertindak jika timbul komplikasi dan langkah-
langkah selanjutnya.

140 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Harus ada bimbingan atau bi
" pelaksanaan. Pengawasan ter KAWASAN me
medis tertentu yang dilakukan W tergantu
Orang yang diberi delegasi jtv p
5. merasa tidak mampu untuk ia un
(Leenen).
Dokter secara yuridis dan ,
a yang dilak Ctap hb
karena ap TA 1 Ukan oleh Perawat 1 ertan
:struksi dokter. Namun, si pelaku jug U berdasarkan tali

indakannya jika tindakan it a bertanggung jawab untuk

Uu ti .
“ American Nurse Association» dak Sesuai dengan instruksi
pada tahun 195 si.

D telah mencoba

dis pada tah


a
ng kepada tindakan

tuk
akukan tindak "nolak apabila ia

medis tersebut
Moral t
Seung jawab,

eri
terluka atau lemah fisik. “n nasihat kepada orang sakit
9, Pemeliharaan kesehatan atau pencegah .
3. Supervisi dan pendidikan k bahan penyakit,

aryawan lainnya.

tidak termasuk diagnosis dan penentuan terapi.

Pada tahun 1970, oleh “American Nurse Association” diadakan


revisi mengenal Tumusan tersebut. Kini, dalam keadaan darurat
seorang perawat profesional diperbolehkan untuk melakukan
tindakan medis tertentu yang biasanya dianggap tergolong dalam
penegakan diagnosis dan pemberian terapi dari dokter. Tujuan dari
perubahan ini adalah untuk melegalisasi peran perawat yang
tugasnya diperluas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Namun ini tidak berarti bahwa peran perawat yang
diperluas itu dapat ditafsirkan seluas-luasnya. Tidak semua tindakan
medis tertentu dan tidak dalam segala keadaan penerapan

perpanjangan tangan dokter itu dapat dilakukan oleh perawat


(Ameln, 1991).

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 141

Dipindai dengan CamScanner


asien - Tenaga Kesehata,

Hubungan Hukum Apoteker -

lainnya sakit, apoteker tidak secar langsung mempu


i ah S , : ubun
Di Kuan ca onal dengan pasien. Eteiaa dokter y ang
hubungan interP £ dan dengan dokte Ka Z181 se
ialah dengan rumah Tin juga tenaga kesehatan ainnya). Sebah
perawat (dan mung an perintah pengobatan kepag,

.memberik |
apabila seseorang laa ma lal Ptasai berikut,
in ter. ng
perawa ma mun mengambil obat yang diperintahkan dokter
, Perawa

teker.
iberi awasan seorang aPO
2. Obat diberikan dengan peng Hebat Yi Juar ru a
3. Obat diambil dari apotek rumah sak ar rumah saj

atas nama pasien.


Kewajiban untuk me |
rumah sakit sepenuhnya menja
gigi. Tanggung jawab itu tidak b

beban tamah Smaya dengan dokter atau dokter 2g Apoteker


wajib menyusun dan menyimpan daftar obat yang leng Aa yang
pernah diberikan kepada seorang pasien (atas peranan Okter
atau dokter gigi bersangkutan yang merawat pasien itu) (Soekamto,

1989). :
Hubungan antara penderita dengan apotek (c.g. Apoteker) tidak

lebih dari hubungan jual-beli obat (berdasarkan resep sebagai

petunjuk dalam melayani keperluan penderita).


Sedangkan hubungan antara dokter
(c.g. Apoteker) merupakan hubungan untuk melaksanakan pekerjaan

(yang hakikatnya meracik dan mempersiapkan sarana untuk


penyembuhan) sesuai dengan apa yang ditulis (ditugaskan) dalam
secarik resep, yang tidak lain dapat diidentifikasikan surat perintah
kerja (SPK). Hubungan ini merupakan hubungan hukum yang dalam
BW (Burgenlijk Wetboek voor Neederlands Indie) diatur dalam
overeenkomst voor het vereichten van enige diensten. Dalam dokter
tersebut merupakan staf rumah sakit, secara langsung juga telah
timbul hubungan antara penderita dengan rumah sakit yang
didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh rumah sakit
kepada dokter tersebut. Tanpa adanya hubungan transaksi antara

Yg

1 i i kepada pasien di
berikan informas!
m di tanggung jawab dokter atau dokter
oleh diberikan kepada apoteker yang
dengan apotek

142 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


poker dengan rumah sakit, tidak akan mungkin dokter tersebut

dapat mera dan memberikan pelayanan di rumah sakit


apungan ini diatur dalam perjanjian untuk izin (

' derita oleh BW diatur dalam toelating contract


Adapun hubungan antara dokter dengan periderita diatur dalam
perjanjian untuk pengusatan (“behandelings overeenkomst”) yang
cpcara eksplisit tidak diatur oleh BW Sementara itu hubungan antara
“ nderita dengan rumah sakit (di luar perawatan medis yang hanya
ungkin diberikan oleh rumah sakit karena keterlibatan staf medis)

tidak lebih dari perjanjian untuk pemeliharaan atau


eyerzorgings contract (Soekamto, 1989).

me)-masuk-(kan)

rINDAK SENGKETA MEDIS

Hukum kesehatan sebagai bagian dari ilmu hukum dapat


memainkan peran yang berarti dalam menemukan hukum dan dalam
mengkontruksikan peraturan hukum yang diperlukan dalam bidang
kesehatan masSyar akat. Hal ini dapat dicapai baik melalui pembuatan

eraturan perundang-undangan maupun melalui keputusan hakim,


tapi dapat pula dengan cara menentukan sendiri melalui norma-
norma etik dalam suatu bidang medis tertentu (“self regulation”).

Istilah hukum kedokteran mula-mula digunakan sebagai


terjemahan dari istilah “Health Law” yang digunakan oleh WHO.
Kemudian Health Law diterjemahkan dengan hukum kesehatan,
sedangkan istilah hukum kedokteran tetap digunakan sebagai bagian
dari hukum kesehatan yang semula disebut hukum medis sebagai
terjemahan dari “Medical Law”. Menurut Van der Mijn (dikutip dari
Komalawati, 1989), hukum kesehatan dapat didefinisikan sebagai
lembaga peraturan yang langsung berhubungan dengan perawatan
kesehatan, sekaligus juga dengan penerapan hukum sipil umum,
pidana, administratif. Hukum kedokteran, yaitu ilmu tentang
hubungan hukum di mana dokter adalah salah satu pihak,
merupakan bagian dari hukum kesehatan.

Cara menyiapkan peraturan perundang-undangan tertulis


memberi kepastian hukum tapi kadangkala kurang sesuai dengan
perubahan yang cepat yang terjadi dalam masyarakat, Cara
pembentukan hukum melalui keputusan hakim walaupun lebih

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 143

Dipindai dengan CamScanner


ahan yang dinamis dalam MASyap aka
tapi tetap diliputi oleh pandangan subjektif para hakim den ,
kemampuan interpretasi bermacam-macam: Cara Mengatur di.
melalui norma etik dalam bidang media sampa! cocok, akan tetapi
kadang dirasakan tidak memiliki saksi cukup berat untuk tujuan
reprensif dan preventif (Ameln, 1991). Naa
Secara hukum suatu sengketa medis dapat meliputi:
- sengketa pidana medis,
- sengketa perdata medis.

Tindakan atau perbuatan do

memperhitungkan faktor perub

kter sebagai subjek hukum dalan

pergaulan hidup masyarakat, dapat dibedakan antara tindakannya


sehari-hari yang tidak berkaitan dengan profesinya, dan tindakannya
yang berkaitan dengan pelaksanaan profesinya. Bandingkan dengan
uraian di muka mengenai perbedaan antara "medical morals” dan
"medical ethics”. Demikian juga tanggung jawab dokter dapat
dibedakan antara tanggung jawab hukum yang tidak berkaitan
dengan pelaksanaan profesinya, dan tanggung jawab hukum yang
berkaitan dengan pelaksanaan profesinya. Tanggung jawab hukum
yang berkaitan dengan pelaksanaan profesinya masih dapat
dibedakan antara tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan
profesional, yaitu KODEKI dan tanggung jawab terhadap ketentuan-
ketentuan hukum yang meliputi bidang hukum umum, bidang
administrasi, hukum pidana dan hukum perdata (Komalawati, 1989)
yaitu:
Bidang hukum administrasi yang dimuat dalam undang-undang
tentang pokok-pokok kesehatan, tentang tenaga kesehatan,
tentang pendaftaran ijazah, dan pemberian izin menjalankan
pekerjaan dokter, dokter gigi, apoteker, dan sebagainya.
- Undang-undang hukum pidana.
Bidang hukum perdata, khususnya tentang hukum perikatan.
Tanggung jawab profesional dalam arti tanggung jawab yang
didasarkan pada kewajiban profesional tidak dengan sendirinya
menimbulkan pertanggungjawaban hukum. Artinya, apabila dokter
melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya ia dapat
menuntut haknya terlebih dahulu apakah tindakannya tersebut
sesuai dengan standar profesi medis. Namun jika ternyata ja tidak

144 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


l memenuhinya barulah dapat dipertanggungjawabkan
urut ketentuan hukum yang berlaku umum yaitu untuk
anti kerugian (Komalawati, 1989), Apabila pasien menderita
: “an akibat kesalahan dokter dalam menjalankan profesinya,
maka pasien dapat Den ganti rugi, baik menurut ketentuan
kengenai wanprestasi (keadaan di mana seseorang tidak memenuhi
kewajibannya yang didasarkan perjanjian/kontrak) maupun
serbuatan melawan hukum (bertentangan dengan kewajiban
rofesionalnya), atau melanggar hak pasien yang timbul dari
kewajiban profesionalnya, atau bertentangan dengan kesusilaan, atau
bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat. Namun jika
didasarkan pada wanprestasi (tidak memenuhi prestasi, atau
memenuhi prestasi secara tidak baik), maka ia harus mempunyai
bukti-bukti kerugian akibat tidak dipenuhinya kewajiban dokter,
sesuai dengan standar profesi medis yang berlaku dalam suatu
kontrak terapeutik (penyembuhan). Dalam praktiknya tidak mudah
untuk melaksanakannya, karena pasien juga tidak mempunyai cukup
informasi dari dokter mengenai tindakan-tindakan apa yang
merupakan kewajiban dokter dalam suatu kontrak terapeutik
(penyembuhan) (Komalawati, 1989).

Pada wanprestasi dokter tidak hanya bertanggung jawab atas


kesalahan dari tenaga kesehatan lain yang merupakan bawahannya :
atau tanggungannya tetapi juga yang bukan bawahannya, sedangkan
pada perbuatan melawan hukum, dokter hanya bertanggung jawab
atas kesalahannya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang
merupakan bawahannya atau tanggungannya.

Apabila seorang dokter mengikutsertakan seorang asisten yang


bukan dokter (misalnya perawat) yang melaksanakan tugas medis
sederhana, maka tanggung jawab dokter atas kesalahan mereka tidak
menimbulkan masalah yang istimewa. Selain asisten itu menjalankan
tugas medis yang diberikan oleh dokter, maka dokter bertanggung
jawab atas kesalahan mereka. Bahkan dalam kasus tertentu, dokter
karena bertanggung jawab atas kesalahan asisten yang melakukan

perbuatan melawan hukum dalam melaksanakan tugasnya, yaitu


apabila asisten tersebut tidak melaksanakan tugas medis sesuai
dengan instruksi dokter yang bersangkutan, sehingga menimbulkan

men

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 145

Dipindai dengan CamScanner


3

kerugian pada pasien. Lain halnya, jika menyangkut kesaj

seorang dokter asisten. Ia adalah dokter dan sedang dididik Rha


menjadi spesialis. Dalam keadaan tersebut harus dilihat sk
kesalahan itu dibuat sewaktu melakukan pekerjaan membanty, Kh
medis pribadi dari spesialis atau bukan. Jika bukan dalar, 4

. . Uu
melakukan pekerjaan membantu, maka dokter asisten it, se Sa

yang bertanggung jawab atas perbuatan melawan buku

samping itu dalam hal seorang rekan dokter yang mengganti dot,

selama libur atau sakit, maka rekan dokter tersebut bertan San,
jawab penuh atas tindakan atau kelalaiannya sendiri. Namun ti $

berarti bahwa hanya dokter pengganti itu sendiri yang dapat dimi

pertanggungjawabannya, tetapi dokter yang digantikan dapat Pula

diminta pertanggungjawabannya. Dalam hal suatu usaha kerja $


medis, ternyata pasien menderita kerugian karena adanya kesalaha,
tetapi tidak diketahui siapa yang melakukan kesalahan, apakah
setiap anggota tim bertanggung jawab sepenuhnya atau Masing.
masing memikul bagian yang sama dari kerugian? Dalam hal ini
meskipun profesi dokter bukan profesi bisnis, tetapi Merupakan
hubungan kepercayaan antara dokter dan pasien dengan demikian,
sekalipun tidak ditemukan dasar hukum yang tegas, dokter dapat
dituntut pertanggungjawabannya, sehingga pada dasarnya tuntutan
kerugian terhadap dokter baik sebagai kelompok perorangan, akan
memberikan hasil.

Sehubungan dengan tanggung jawab dokter atas kesalahan yang


dilakukan baik oleh asisten yang bukan dokter maupun dokter
asisten, maka untuk menghindari kesalahan, hendaknya penugasan
tindakan medis itu berada dalam rambu-rambu sebagai berikut.

1. Dokter hanya boleh melakukan diagnosis, terapi, dan petunjuk


medis.

2. Penugasan tindakan medis hanya boleh dilakukan Jika dokter


telah yakin bahwa orang yang diberi tugas akan melaksanakan
tindakan itu dengan baik (mampu). Penugasan ini harus
dilakukan secara tertulis, termasuk instruksi yang jelas tentang
bagaimana melaksanakannya serta segala kemungkinan
terjadinya komplikasi. |

146 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


perawatan medis (tindakan perawatan) dan pengawasannya harus

diberikan tergantung keadaan yang terjadi apakah dokter harus

hadir pada saat itu ataukah baru kemudian hadir pada saat
diperlukan dengan segera.

| Pasion yang menjalani tindakan medis tersebut mempunyai hak


untuk menerima atau menolak (dikutip dari Komalawati, 1989)

Tindak Pidana Medis (Guwandi, 1991)

Terdapat perbedaan yang mendasar antara tindak pidana biasa


yang fokusnya adalah akibat dari tindak pidana tersebut. Tindak
pidana medis fokusnya adalah justru kausa/sebab dan bukan akibat
tadi. Tindakan dapat dikatakan sebagai tindak pidana, apabila secara
teoretis paling sedikit mengandung 3 (tiga) unsur yaitu:

— melanggar norma hukum pidana tertulis,


— bertentangan dengan hukum (melanggar hukum), dan
— berdasar suatu kelalaian/kesalahan besar.

Ukuran kesalahan/kelalaian dalam hukum pidana adalah


kelalaian/kesalahan besar (culpa lata), bukan kelalaian ringan (culpa
levis atau levissima). Seperti hukum perdata penilaiannya adalah
terhadap seseorang/dokter dengan tingkat kepandaian dan
keterampilan rata-rata bukan dengan dokter yang terpandai.

Beberapa perbuatan yang dapat dikategorikan dalam tindak


pidana adalah:

— menipu pasien (pasal 378 KUHP),

— tindak pelanggaran kesopanan (pasal-pasal 290, 294, 285, 286


KUHP),

- sengaja membiarkan pasien tidak tertolong (pasal 322 KUHP),

- pengguguran kandungan tanpa indikasi medis (pasal-pasal 299,


348, 349 KUHP): |

— membocorkan rahasia medis (pasal 322 KUHP),

- lalai sehingga menyebabkan kematian atau luka-luka (pasal 359,


360, dan 361 KUHP),

- memberikan atau menjual obat palsu (pasal 386 KUHP),

- membuat surat keterangan palsu (pasal-pasal 263 dan 267


KUHP),

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 147

Dipindai dengan CamScanner

mmm LAN PEMMENAN PANEN

Smua ma aan
asal 344 KUHP),

— melakukan eutanasia (p (pasal 322 KUHP).

'.- membocorkan rahasia medis


Tindak Perdata Medis (Guwandi, 1991: Guwandi, 1996,
“Berbeda dengan hukum pidana Yang ana u
menyelenggarakan ketertiban dan keamanan " Kam Masya |
hukum perdata menganut prinSIP barangsiapa merugikan oran,

lain, harus memberikan ganti rugi”


Menurut hukum perdata, hubungan
terjadi karena 2 (dua) hal.
1. Berdasar perjanjian (ius contractik |
Di sini terbentuk suatu kontrak terapeutik secara sukarela antar,

dokter dengan pasien berdasar kehendak bebas. aa


Tuntutan dapat dilakukan apabila diduga terjadi Wanprestasi»

: : iperjanjikan.
yaitu pengingkaran atas apa yang diperjan) ,
Dasar tuntutan adalah tidak melakukan, terlambat melakukan

atau salah melakukan terhadap apa yang telah diperjanjikan

tersebut.
Untuk sahnya suatu perjanji
menyebutkan syarat-syaratnya: |
a. adanya kesepakatan pihak-pihak yang membuat perjanjian
(ditegaskan selanjutnya oleh pasal 1321 KUH Perdata):
. kemampuan pihak-pihak untuk membuat perjanjian,
adanya objek tertentu,

d. mengenai suatu sebab/kausa yang diperbolehkan: halal,


diizinkan atau lazim, tidak bertentangan dengan hukum
kesusilaan atau ketertiban umum/masyarakat (ditegaskan
selanjutnya dengan pasal 1335, 1373 KUH Perdata).

2. Berdasar Hukum (ius delicto)

Di sini berlaku prinsip barangsiapa menimbulkan kerugian, pada

orang lain harus memberikan ganti rugi atas kerugian tersebut.

Kemungkinan-kemungkinan malapraktik perdata dapat terjadi

untuk hal-hal sebagai berikut:

a. wanprestasi (pasal 1239 KUH perdata):

b. perbuatan melanggar hukum (pasal 1365 KUH perdata):

c. melalaikan kewajiban (pasal 1367 KUH perdata),

dokter — pasien dn

an, Pasal 1320 KUH Perdata

2.
148 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


rindak Kelalaian Medis (Gawang: 1991
Istilah Mera Yang sudah terkenal di

kesehatan di Indonesia Sebenarnya h di antara para tenaga

bentuk “MEDICAL MAL pay ayam

» PRAcr » Tupakan salah satu


NEGLIGENCE" Yang dalam pena

Kelalaian Medis. asa Indonesia diseput sebagai


| Menurut Gonzales dalam b
uk «
and Toxicology”: inya “Legal Medicine Pathology
Malpractice is the term ap

ujul lasti
purpose OF MAKING Dana for plastic surgeon for the

: ATION DIFFICULT. A doctor


may be prosecuted if he wilfully falsi

Tes a birth or death certificate


or prepares a fraudulent affidavit

for any purpose, or wilfully


. attempts to conceal the nature of criminal case.

A charge of criminal malpractice may be brought against a doctor


because he has inflicted death on @ patient by methods doctor
because he has inflicted death on a patient by methods of treatment,
which are holly unjustified and dangerous. In such, instances the
prosecution is reguired to prove that the physician was cognizant of
the dangerous and unjustifiable nature of his treatment at the time
he administered.it. Because of the difficulties in assembling such
proof, many of these defendanis escape conwiction in the criminal
courts, but they can be and usually are sued in the civil courts for
. civil malpractice. One variety of malpractice occurs when a patient
incurs injury or death as the result or treatment given by a doctor
while in a state of alcoholic intoxication, such treatment is usually

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 149

Dipindai dengan CamScanner


1

the performance of major surgical oper Pa, 2 Paste


a dangerous drug, or a bad mistake in aa 3 ar Batin, 3 9
the doctor can be charged with manslaua ai bla a deg,
the interpretation being that even na Naa degree 2
interpretation being that even though thei PrSicig t

i is inexcusabl . Tg
not to cause the death of the patient, Ba mio Bligen,
produces the same result. Other Tai of c Practice
occur in the induction of illega

e
: Cag
abortions, or the Us :
e
contraceptive measures.

Or

2. Civil Malpractice

Civil Malpractice is that type in Whic


death or injury on. the patient by his treatment, but at the same #

has not violated any statute Of criminal law. While the state CANngp
prosecute him, the physician is liable to be sued of malpractie,
endeavour to obtain « money award a8 compensation for his
suffering. The liability of the medical man 1S not decr sased IN Sueh
instances by the fact that the plaintiff is & charity patient or non.
paying patient.

h the physician has infliet, 5

Catatan

Berdasarkan uraian di atas, dapat dicatat beberapa hal yang


penting.

Criminal malpractice terjadi, apabila seorang dokter dalam


menangani suatu kasus telah melanggar hukum pidana dan
menempatkan dirinya sebagai seorang tertuduh, misalnya sebagai
berikut.

- Seorang dokter yang melupakan kewajibannya untuk melaporkan


kepada polisi bahwa dia merawat seorang penjahat yang harus
dilaporkan.

- Seorang ahli bedah plastik yang mengubah wajah atau


menghilangkan sidik jari seorang penjahat untuk mempersulit
identifikasi.

— Dengan sengaja memalsukan Surat kelahiran atau surat kematian

maupun memberikan sumpah palsu untuk suatu tujuan tertentu.


- Dengan sengaja menghasut seseoran
£ untuk men :
sesuatu yang bersifat kasus kejahatan. yembunyikan

150 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Abortus provocatus criminals.

— ggorang dokter yang menyebabkan luka atau kematian pada


asien akibat pemakaian metode perawatan yang sama sekali
tidak benar dan berbahaya. Karena hal ini biasanya sulit
dibuktikan, maka dokter yang bersangkutan dapat digugat secar
erdata.
Seorang dokter yang menyebabkan pasiennya menderita luka atau
mati karena pada waktu melakukan perawatan, dokter tersebut
sedang dalam keracunan alkohol (mabuk). Perawatan tersebut
bisa terjadi pada waktu memberikan obat yang berbahaya atau
melakukan operasi. Meskipun dokter tersebut tidak mempunyai
maksud untuk menyebabkan kematian pada pasiennya, dia dapat
dihukum karena melakukan pembunuhan tingkat kedua.

Pada contoh-contoh kasus di atas dapat diambil kesimpulan


bahwa:

« dokter yang melakukan criminal malpractice secara medis


tindakannya betul tetapi hal itu secara hukum tidak dapat
dibenarkan misalnya pada operasi plastik tersebut di atas.

« kadang-kadang tindakan itu tidak merugikan pasien, bahkan


menguntungkan, misalnya dokter tidak melaporkan pasiennya
yang pelaku tindak pidana.

Civil malpractice terjadi apabila seorang dokter telah


menyebabkan pasiennya menderita luka atau mati, tetapi tidak dapat
dituntut secara pidana. Dalam hal ini dia dapat digugat secara
perdata oleh pasien maupun keluarganya.

Tanggung jawab ini tidak berkurang walaupun pasien tersebut


tidak mampu atau pasien yang tidak membayar. Misalnya alat untuk
operasi yang tertinggal di tubuh pasien. Penilaian atas tindak
kelalaian ini sangat penting karena merupakan salah satu sunsur
utama dari apa yang dikenal sebagai malapraktik. Ukuran yang
dilakukan oleh seorang dokter dikatakan “That he should show a fair,
reasonable and competent degree of skill“. Jika norma ini tidak dapat
dicapai, pada dasarnya dokter harus bertanggung jawab terhadap
kerugian yang timbul akibat tindakannya. "The Carrying out of
ireatment can be contra lege artis (malpractice) if it is done without the
proper and reasonable standard of skill, care and competence of the :

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 151

Dipindai dengan CamScanner


i 1 SPM (Stand
. 1 Sekali Jagi terlihat bahwa sh
medical profession”. Se Nadal 5
Medis) merupakan hal yang penting dng
profesinya (Guwandi, 1991).

Kewajiban pokok dokter dalam menjalankan profesinya ada

memberikan pelayanan medis sesual wa tanda, maa met,


Dengan demikian “medical malpracice n tama PrOfesion,,
dokter adalah kesalahan dalam menjalankan aa esi medis yang ti
sesuai dengan profesi medis. Tetap! dimung 1 an Pu Ma aprakti
karena tidak adanya “informed consent (Kom awali, 89).

Malapraktik adalah kelalaian kaum profesi yang terjadi dalan


melaksanakan profesinya. Seseorang dianggap lalai, apabila 'a telah
bertindak kurang hati-hati, sembrono, acuh berugaap kep entingan
orang lain, walaupun tidak dilakukan dengan sengaja dan akibat ity
tidak dikehendaknya. Kalau unsur kelalaian itu dijadikan alasan
untuk mengadukan dokter ke pengadilan, maka terjadi apa yang
disebut "tuduhan malapraktik”. Jadi ”Kelalaian” adalah suaty
kejadian akibat dokter tidak menjalankan tugas profesinya
sebagaimana seharusnya. Dikemukakan adanya "Three elements of
liability” (Van der Mijn):

“ adanya kelalaian yang dapat dipermasalahkan ( "culpability”),


» adanya kerugian (“damages”),
» adanya hubungan kausal (“causal relationship”).

Perlu diketahui bahwa unsur-unsur tersebut berlaku kumulatif,


artinya harus terpenuhi seluruhnya. Banyak yang berpendapat
bahwa istilah culpa mengandung pengertian kelalaian dan kesalahan
di mana dikatakan pula bahwa pada hakikatnya culpa adalah
pertentangan nurani antara kesenjangan di satu pihak dengan
kebetulan di lain pihak.

Selanjutnya culpa ini dibagi menjadi:

1. culpa lata (“gross faultIneglect”), yang berarti kesalahan besar


atau sangat tidak hati-hati:

2. culpa levis (“ordinary fault/neglect”), yang berarti sangat ringan/


kecil.

1 .
Ukuran yang digunakan untuk culpa ini bukanlah orang/dokter
yang paling hati-hati, melainkan culpa lata itu sendiri. Kelalaian
bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu

152 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Mesem.

Dipindai dengan CamScanner


sidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan

ang itu dapat menerimanya, Ini berdasar hukum “De mhimunan


rat lex” yang berarti hukum tidak mencampuri hal-

dianggap sepele. Namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian


45 ateri, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan

riminil. Tolok ukur culpa lata adalah (Hanafiah, 1999):


bertentangan dengan hukum: , :

— akibatnya dapat dibayangkan:


— akibatnya dapat dihindarkan:
. perbuatannya dapat dipersalahkan.

hal yang

Dokter dikatakan melakukan malapraktik jika (Hanafiah, 1999):


1. dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang umum berlaku di
kalangan profesi kedokteran:

2, memberikan pelayanan kedokteran di bawah standar profesi


(tidak lege artis):

melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan yang


tidak hati-hati:
4. melakukan tindak medis yang bertentangan dengan hukum.

Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan


dengan etik kedokteran, maka penggugat harus dapat membuktikan
4 unsur sebagai berikut.

a. Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien.

b. Dokter telah melanggar standar pelayanan medis yang lazim


dipergunakan.

c. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti


ruginya. 2

d. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan di bawah

standar:

Kadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian


tergugat. Dalam hukum terdapat suatu kaidah yang berbunyi “Res
Ipsa Loguitur” yang berarti faktanya telah berbicara, misalnya
terdapatnya kain kasa yang tertinggal.

Dengan demikian kembali lagi pentingnya adanya SPM (Standar


Profesi Medis) yang telah disinggung berkali-kali. Perlu diketahui

To

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 153

Dipindai dengan CamScanner


| dak dapat digun ng h
aa ng An ara yang hanya memenuhi culpa is Aa
data, sehin
tevissima (dan tidak dikenakan hukum pidana) dapat ditanya"
ar hukum perdata dan hukum disiplin tenaga kesehatan, g
dalam hukum p teran suatu kesalahan yang kecij da

Dalam bidang kedok


menimbulkan akibat berupa kerugian besar Perkembangan kia
akibat ini menunjukkan adanya keingin yarakat untu

cedokteran ke pengadilan untuk diadili secara hukkup,


Dea ma masyarakat tidak dapat membedakan mana y ,
merupakan kasus pelanggaran etik dan mana t- Kg ategorika
melanggar hukum. Tidak semua pelanggaran e p Merupakan
malapraktik, sedangkan malapraktik sudah pasti merupaka,

pelanggaran etik profesi medis. |


Terdapat dasar-dasar penia

kedokteran yang tercantum dalam beberapa pas

yang telah melakukan malapraktik medis, yaitu:

- Pasal 44 (sakit jiwa).

— Pasal 48 (adanya unsur daya paksa/overmachi).

— Pasal 49 (pembelaan diri terpaksa).

— Pasal 50 (melaksanakan ketentuan undang-undang).

— Pasal 51 (melaksanakan perintah jabatan dan sebagainya).

Selain itu dikenal beberapa keadaan sebagai dasar peniadaan


hukuman, di Juar undang-undang tertulis tersebut, yaitu:
- Tidak ada hukuman walaupun memenuhi semua unsur delik,
karena hilangnya sifat bertentangan dengan hukum material.
- Tidak ada hukuman karena tidak ada kesalahan.

Secara umum dikatakan bahwa di luar keadaan-keadaan


tersebut, tidak ada lagi dasar-dasar peniadaan hukuman.

Namun untuk bidang kedokteran, ada faktor-faktor khusus yang


tidak dijumpai pada hukum yang berlaku umum yang oleh Guwandi
disusun sistemik sebagai berikut.

1. Risiko pengobatan (risk of treatment)


a. Risiko yang melekat/inheren.
b. Reaksi alergik.
c. Komplikasi dalam tubuh pasien.

daan hukuman dalam hukum


al KUHP bagi doktep

154 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Menko.
Dipindai dengan CamScanner
Kecelakan medis (medical accideng).
Kekeliruan penilaian klinis (non negli
Volenti non fit iniura: didasarkan

seseorang telah mengetahui adan

ukarela bersedia menanggung rici "


Fiko itu benar-benar teri Kia » risiko tesebut jika kemudian
ni sini pentingnya “informed consent” agi dapat menuntut.
“Contributory negligence”, |
Bi Kejar dari pihak digunakan untuk sikap-sikap tindak yang
idak wajar dari pihak pasien, yang mengaki |
dera pada dirinya, tanpa gakihatkan kerugian/
Ii anpa memandang apakah pada pihak dokt
terdapat pula kelalaian atau tidak (contoh: dit p okter
dokter). : ditaatinya nasihat
) Secara yuridis semua kasus dapat diajukan ke pengadilan baik
idana maupun perdata sebagai malapraktik medis dan bila terbukti
ntr Ga menang dr SP Sar ai Me
i an , barulah ia tidak dipidana dan
dibebaskan membayar kerugian.

Adanya dasar peniadaan hukuman tersebut di atas tidak berarti


bahwa dokter lalu dapat bertindak menyimpang dari SPM dan
“informed consent”, jelas bahwa pemenuhan terhadap SPM dan PTM
(“informed consent”) merupakan satu-satunya ketentuan untuk
meniadakan sifat bertentangan dengan hukum dari suatu tindakan
medis.

Terhadap volunti non fit iniura ataupun “contributory


negligence” hendaknya semua tindakan medis yang telah
dilaksanakan tertulis secara terpadu dalam lembaga pengumpul data
(rekam data) penderita nasihat-nasihat agar diberikan secara jelas
dan tercantum dalam rekam medis.

Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, dapatlah diambil


pelajaran sebagai berikut (Hanafiah, 1999).

1. Dari seorang dokter dituntut penampilan yang sesuai dengan


standar dalam melaksanakan tugas profesinya serta bermakna
dengan sungguh-sungguh dan hati-hati dalam mencegah

komplikasi sewaktu menegakkan diagnosis. “It the duty of a


or surgeon In diagnosing a case to use diligence, in

Bent error of jugment).


atas pandangan bahwa bila
ya Suatu risiko dan secara

physician

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 155

Dipindai dengan CamScanner


HJable facts and collecting data essenting to
ertaining al aval able
proper diagnosis” enderita telah dilakukan dengan telis
2 Jika pemeriksaan Ai berlandaskan data yang Memada
menegakkan diagnosis diferensial dengan uji-uji tambaha,
mempertimbangkan 'S cara-cara yang tepat, membuat catat,
yang diporukan Aa termasuk follow up-nya, Pena
medis dengan 0g Ia yang dil akukannya ) an embe tikan
aa n cepat dan tepat jika terjadi omp3 1, Maka
pertolongan deng Seantut karena melak ukan kelalaian apabin
dokter tidak dapa tidak diinginkan. “The principle of law is we
terjadi hal-hal ya # ner cannot be held negligeni if the treads
estabilished that a pracid Par hold negligent ifhe follows what i
the well worn path, he cannot be N S ie asinan ui

s | 1 1 approved PI ac |
w Uu 1 t h « UTY to

patient are actionable as medical malpractice. pa Be Is fa an


insurer of the result of his diagnosis and treatmen ousell &
Williams 1986 - dikutip dari Hanafiah MJ 1999). Tan
3. Jika suatu kasus yang diduga karena malapraktik medis diajukan
ke pengadilan, maka diperlukan bukti-bukti yang cukup untuk
menegaskan kebenaran. Jika penderita meninggal dunia,

diperlukan autopsi klinis untuk menetapkan sebab kematian yang


pasti (pada tahap sekarang ini, tindakan ini masih sulit
dilaksanakan di Indonesia).

Peraturan Hukum di Indonesia

Istilah dan definisi tentang “MALAPRAKTIK” tidak ada, baik di


dalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) maupun di
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1993 tentang Kesehatan.
Yang tercantum pada kedua Undang-undang tersebut adalah kata

“KELALAIAN”.

Sanksi hukum

. Sanksi Pidana:
Untuk kelalaian, yang berlaku bagi setiap orang di
: , diatur dal
Pasal 359, 360 dan 361 KUHP: 8, diatur dalam

156 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Pasal 359 KUHP

Barangsiapa karena kelalaiannya meny

ebabkan kemati
:9, diancam dengan pidana penjara li ematian orang

ma tahun atau kurungan

Pasal 360 ayat (1 ) KUHP

Barangsiapa karena kelalaiannya men |


yebabkan
menderita luka berat, diancam dengan pidz orang lain

a penjara paling I
jima tahun atau kurungan paling lama 1 tahu Jara paling lama

n.
Catatan: Iimaksud

Yang dimaksud dengan luka berat ialah kriteri


dalam pasal 90 KUHP yaitu: a yang diatur

. jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut:

- tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan


atau pekerjaan pencaharian:
- kehilangan salah satu pancaindra:

- mendapat cacat berat (hilangnya salah satu anggota badannya):


— menderita sakit lumpuh:

- terganggu pikirnya selama lebih cepat seminggu,


- gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pasal 360 ayat (2) KUHP

Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka


sedemikian rupa sehingga menderita sakit untuk sementara waktu
dan tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya selama
waktu tertentu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau kurungan enam bulan atau denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah.

Sanksi perdata: :

Seorang dokter yang telah terbukti melakukan kelalaian


sehingga pasiennya menderita luka atau mati, dapat digugat secara
perdata berdasarkan Pasal 1366, 1370 atau 1371 KUH Perdata (Kitab
Undang-undang Hukum Perdata).

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 157

Dipindai dengan CamScanner


Pasal 1366 KUH Perdata

orang bertanggung jawab tidak saja Asa Serugian yang


disebabkan karena perbuatannya, tetapi jun Ah, erugian Yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang na ya.

Pasal 1370 KUH Perdata:

Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lainy


dengan sengaja atau kurang hati-hati seseorang, maka suami dan
istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua korban yang biasanya
mendapat nafkah dari pekerjaan korban, mempunyai hak untuk
menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai “menurut
kedudukannya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut

keadaan.

Setiap

Pasal 1371 KUH Perdata


ya suatu anggota badan dengan

sengaja atau kurang hati-hati, memberikan hak kepada korban, selain


penggantian biaya-biaya penyembuhan, juga menuntut penggantian
kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut.

Pasal 1367 KUH Perdata

Mengatur tentang kewajiban pemimpin atau


mengganti kerugian yang disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan

oleh anak buah atau bawahannya.


Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

Menurut Pasal 55 Undang-undang tersebut di atas:


Ayat (1)
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
Ayat (2)
Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyebab luka atau cacatn

majikan untuk

Penjelasan
Ayat (1)
Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk
memberikan perlindungan bagi setiap orang atas suatu akibat yang

158 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

ENI.

Dipindai dengan CamScanner


1. Meningkatkan kemampuan profesi

mengikuti kemajuan ilmu kedokt

, | eran atau menyegarkan k i

Jaya SEA diharapkan dia tidak lagi melakukan badan

di 5 “wah $ an a Dalam program ini perlu diingatkan tentang

kedo teran dan kemampuan melakukan konseli

dengan baik. Nu
2, Pengetatan pengawasan perilaku etik. Upaya ini akan mendorong

dokter untuk senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha

berperilaku etik setinggi-tingginya, seorang dokter akan semakin


jauh dari tindakan melanggar hukum.

3. Fenyusinan proposal pelayanan kesehatan misalnya petunjuk


tentang "informed consent”. Proposal ini juga mencakup mengenai
pembuatan rekam medis (Medical Record). Selama dokter

bertindak sesuai dengan proposal tersebut, dia dapat terlindung


dari tuduhan malapraktik.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dibahas lebih


lanjut mengenai Standar Profesi Medis (SPM), Izin tindak Medis
(informed consent) dan rekam medis.

STANDAR PROFESI MEDIK DAN STANDAR PELAYANAN


RUMAH SAKIT

Menurut Leenen bahwa apa yang dikenal dalam dunia


kedokteran sebagai ”lege artis” pada hakikatnya adalah suatu
tindakan medis yang dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Medis
(SPM) yang pada hakikatnya terdiri atas beberapa unsur utama:

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 159

Dipindai dengan CamScanner


1. bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama,

ssuai dengan ukuran medis, #.IKobandi


2. sesuai mampuan rata-rata/sebanding dengan 4
3. sesuai dengan kemamp Da Ok

, i keahlian medis yang Sallid,


Tn Ke ang sebanding,
keadaan y « | :
: la sarana dan upaya Ng sebanding wajar dengan tujuan
konkrit tindak medis tersebut. .

Seorang dokter yang menyimpang dari SPM dikatakan telah

“rkan kelalaian atau kesalahan dan hal ini menjadi salah Saty
melakukan ke : . vakni apabila kesalahan atau kelalaian :
unsur malapraktik medis, yakni ap en alat TANAIAN itu
bersifat sengaja (Dolus) serta menimbulkan , . kn serius atau
fatal pada pasien. Beberapa penulis membedakan pengertian
kelalaian (negligence) dengan kesalahan (error) karena dalam
kelalaian terkandung unsur-unsur utama tidak hati-hati, tidak peduli
tidak tahu atau tidak acuh, sedangkan pada kesalahan unsur
utamanya adalah kekeliruan. |

Seseorang dokter yang melanggar dan menyimpang dari SPM


dikatakan telah melakukan kesalahan profesi atau malapraktik
medis, tetapi belum tentu merupakan malapraktik yang dipidana.
Untuk pemidanaan suatu malapraktik medis diperlukan pembuktian
adanya unsur kelalaian berat (Culpa lata) dan akibat fatal dan serius,

Standar Profesi Medis (SPM) biasanya disusun oleh perhimpunan


profesi, namun ada rumah sakit yang membuat sendiri semacam
Standar Profesi Medis dalam bentuk Pedoman Diagnosis dan Terapi
(contoh RSU Dr. Soetomo Surabaya). Sebenarnya selain SPM yang
berlaku bagi profesi dokter, dikenal pula Standar Pelayanan Rumah
Sakit (SPRS) yang dikeluarkan oleh Dep. Kes. RI Dirjen Pelayanan
Medis Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan tahun 1992.
Tujuan dari SPRS ini adalah untuk menyusun tatanan dalam
mengembangkan semua sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan,
baik konstruksi fisik bangunan, peralatan, sumber daya manusia
maupun pengelolaan agar dapat dihasilkan proses dan luasan
pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien yang berorientasi pada
kepentingan pasien. SPRS ini berisikan kriteria-kriteria penting
mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan terutama dengan
struktur dan proses pelayanan rumah sakit. Apabila kriteria tersebut

tar

160 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


ini berisikan:
— administrasi dan manajemen:
pelayanan medis,
pelayanan gawat darurat:
kamar operasi,
pelayanan intensif,
pelayanan perinatal risiko tinggi:
pelayanan keperawatan,
pelayanan anestesi,
pelayanan radiologi,
- pelayanan farmasi,
- pelayanan laboratorium:
- pelayanan rehabilitasi medis,
- pelayanan gizi,
— rekam medis,
- pengendalian infeksi di rumah sakit,
- pelayanan sterilisasi sentral,
- keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana:
- pemeliharaan sarana,
- pelayanan lain,
- perpustakaan.
Setiap bab memuat sebagian atau keseluruhan standar, yaitu
falsafah dan tujuan:
- administrasi dan pengelolaan,
- staf dan pimpinan,
- fasilitas dan peralatan,
- kebijakan dan prosedur,
- pengembangan staf dan program pendidikan,
- evaluasi dan pengendalian mutu.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 161

Dipindai dengan CamScanner


medis harus sesuai dengan mag
SPM). Dokter yang dalam pendi “ng,
ur atau wakil direktur/senj,

an sesuai dengan per


aspek pelayan atu
aku serta ketetapan-ketetapan
ang berl Yang

fakultas kedokteran/departer,.»

pelayanan
si medis (
kepada direkt

Setiap jenis
masing standar profe
bertanggung jawab
pembimbing dalam
perundang-undangan y.
diatur bersama dengan dekan

didikan dan kebudayaan. 0


Ng Dalam pengembangan staf dan program pendidikan untup
meningkatkan pelayanan medis, rumah sakit menganalisis jeri,
pelayanan medis spesialistik dan

atau subspesialis.

Pimpinan rumah sakit mendorong staf untuk menghadiri


pertemuan atau program pendidikan kedokteran berkelanjutan
Pimpinan rumah sakit harus melakukan evaluasi pelayanan dan
pengendalian mutu dengan kriteria berikut. | |
1. Adanya pengendalian mutu yang menilai konsep hasil kerja dan

proses pelayanan medis yang meliputi antara lain: | |


'@. telaah kasus, statistik infeksi, morbiditas, dan audit perinatal:

b. telaah pemakaian obat rasional, obat generik, dan terapi masuk

darah,

c. efisiensi pemakaian sarana rumah s


pemanfaatan fasilitas, dan sebagainya,

d. telaah kerja sama multidisiplin/rujukan konsultasi, perawa


intensif, dan rehabilitasi. |

2. Komite medis harus dibentuk meliputi subkomite antara lain:

a. Komite etik

b. Komite medis yang meliputi antara lain: komite jaringan,


komite farmako terapi, komite pengendalian infeksi, komite
khusus, dan sebagainya.

c. Komite kridensial.

akit, lama perawatan,


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS INFORMED
CONSENT) )

Ada kelompok profesi dokter yang berpendapat bahwa untuk


) menghindari tanggung jawab terhadap risiko yang mungkin timbul
dalam suatu pelayanan medis, sebaiknya dibuat exconeratic clausule

162 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner

mendorong pendidikan spesi alis


atesyarat pengecualian tan

— SNEBUng jawab baik her


9 ya Pbb GA Me & Ne Upa pembatasan
K3 akah hal tersebut dapat dibenarkan | :

s3 rjadinya kesalahan dalam ti


dokter, sedangkan suatu pemb
kurang berhati-hati diangg

(Komalawati, 1989.

Bersama dengan standar profesi medis (SPM), persetujuan


tindakan medis (PTM) merupakan unsur pokok dari batig n Ar
profesional kedokteran. Persetujuan tindakan medis Salah izin
atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan secara bebas
sadar, dan rasional setelah ia memperoleh informasi yang lagu
valid, dan akurat dipahami dari dokter tentang keadaan penyakitnya
serta tindakan medis yang akan diperolehnya. Persetujuan tindakan
medis ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/ )
Menkes/Per/TX/1988 yang berisikan:

- ketentuan umum,

- persetujuan,

- informasi,

- yang berhak memberikan persetujuan,


- tanggung jawab,

- sanksi,

- ketentuan lain,

- ketentuan penutup.

Persetujuan tindakan medis ini diperinci lebih lanjut dalam SK


Dirjen Yan Dik No. HK. 00. 06. 6.5. 186/ tahun 1999 tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent), yang berisikan hal-
hal berikut.

1. Pendahuluan
- Ketentuan Umur
- Dasar

ebasan terhadap kesalahan (kelalaian)


ap bertentangan dengan kesusilaan

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 163

Dipindai dengan CamScanner


- Tujuan
— Pengertian
2. Pesertujuan Tindakan Medis
— Pengaturan Persetujuan atau

— Informasi

— Pelaksanaan

— Isi informasi

— Kewajiban

— Cara menyampaikan informasi

— Cara menyatakan persetujuan |


Jenis tindakan medis yang mengandung risiko
- Perluasan tindakan medis

— Pelaksanaan informed consent untuk tindakan medis tertenty


Perkecualian persetujuan tindakan medis
Isian formal persetujuan tindakan medis

3. Penutup

Meskipun PTM lebih sering dikaitkan dengan pengertian


hukum, pada dasarnya PTM ini mempunyai landasan etik. Dasar etik
yang terkait adalah keharusan bagi setiap dokter untuk menghormati
kemandirian (otonomi) pasien. Suatu tindakan pembedahan yang
dilakukan tanpa persetujuan penderita dapat dikenai ketentuan pasal
351 KUHP sebagai suatu penganiayaan.

Namun hal ini tidak berarti bahwa dokter telah bebas dari
tuntutan malapraktik medis jika terjadi suatu kelalaian walaupun
telah didapatkan PTM dari penderita.

Dalam keyakinan sehari-hari, persetujuan tindakan medis dapat


terdiri atas:

1. Yang dinyatakan (erpressed), yakni secara lisan (oral) atau tertulis


(written).

2. Dianggap diberikan (Implied or tacit consent), yakni dalam


keadaan biasa (normal) atau dalam keadaan darurat (emergency).

“Expressed consent” adalah persetujuan yang dinyatakan secara


lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur
pemeriksaan dan tindakan biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya
kepada pasien disampaikan terlebih dahulu informasi mengenai

Penolakan Tindakan Medis

164 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


minta persetyi :
medis (PTM) secara tertulis (Hanafiah, 1999). persetujuan tindakan
“Implied Consent”

adalah persetujuan yang diberikan pasien


secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini

ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan


dokter Gi Sin Baal tindakan yang biasa dilakukan atau sudah
diketahui umum, misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium, melakukan suntikan pada pasien, melakukan
penjahitan luka dan sebagainya.

Sebetulnya persetujuan jenis ini tidak termasuk informed


consent dalam arti murni karena tidak ada penjelasan-sebelumnya
dan dalam keadaan normal.

“Implied consent” dalam bentuk lain adalah bila pasien dalam


keadaan gawat darurat (emergency) sedangkan dokter memerlukan
tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak dapat
memberikan persetujuannya dan keluarganya pun tidak di tempat,
maka dokter dapat melakukan tindakan medis tertentu yang terbaik
menurut dokter (Permenkes No. 585 Tahun 1989, pasal 1). Jenis
persetujuan ini disebut pula sebagai “presumed consent”, dalam arti
bila pasien sudah dalam keadaan sadar, maka pasien dianggap akan
menyetujui tindakan yang dilakukan dokter (Hanafiah, 1999).

Dengan demikian dalam keadaan darurat di mana pasien dalam


keadaan tidak sadar, tidak ada pihak yang diminta persetujuannya
dan penundaan tindakan medis akan berakibat fatal, maka PTM
tidak lagi diperlukan.

Hal-hal yang perlu disampaikan dalam PTM adalah:

1. maksud dan tujuan tindakan medis tertentu tersebut:


2. risiko yang melekat pada tindakan medis itu,

3. kemungkinan timbulnya efek samping,

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 165

Dipindai dengan CamScanner


4, alternatif lain tindakan medis itu, )
5. kemungkinan-kemungkinan (sebagai konsekuensi) yan
bila tindakan medis itu tidak dilakukan,
6. dalam menjelaskan mengenai risiko perlu dikatakan mengenai:
a. sifat dan risiko tindakan,
b. berat ringannya risiko yang terjadi,
c. kemungkinan risiko tersebut terjadi,
d. kapan risiko tersebut akan timbul seandainya terjadi.

Leenen menyatakan bahwa SPM dam PTM merupakan 9 ha


pokok yang harus dipenuhi untuk menghilangkan sifat bertentangan
dengan hukum terhadap suatu tindakan/perbuatan medis.

Persetujuan tertulis dari penderita harus ditandatangani oleh


penderita dan disaksikan oleh minimum seorang saksi.

Paling aman bagi pihak tenaga kesehatan dan pihak sarana


kesehatan, apabila saksi ini dari pihak penderita, sehingga tidak ada
tuduhan bahwa telah dilakukan suatu rekayasa. Namun Sayang
sekali bahwa peranan saksi yang sangat penting bagi perlindungan
baik tenaga kesehatan, pihak sarana kesehatan maupun pihak pasien,
tidak diatur di dalam PERMENKES tentang PERTINDIK ini.

Apabila pasien tidak dapat membaca maupun menulis, setelah


diberi informasi dan pasien telah mengerti tentang isi informasi
tersebut, maka persetujuan dapat dilakukan dengan cara
membubuhkan cap ibu jari dengan disaksikan oleh minimal satu
orang saksi. Perlu diingat bahwa pihak tenaga kesehatan sama sekali
tidak boleh memegang ibu jari pasien untuk membimbing ke arah
tempat yang sudah disediakan, agar tidak dituduh memaksa
penderita untuk menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan
terhadapnya. Namun demikian, apabila pasien tersebut tunanetra,
ibu jarinya boleh dibimbing tetapi harus disertai dengan berita acara.

Informasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan m
adalah sebagai berikut.
1. Informasi harus diberikan, baik diminta maupun tidak.
2. Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak
dimengerti oleh orang awam.

engenai informasi ini

166: | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


4 Informasi harus diberikan secara

s, Dalam hal demikian, maka inform

7. Untuk tindakan yang bukan b

i harus diberik
Informasi Mat Ikan sesuai de
kondisi, dan situasi pasien. ngan tingkat pendidikan,

. lengka dan Ta
dokter menilai bahwa informasi aan Kn kecuali bila
kepentingan atau kesehatan pas apat merugikan

ie :
informasi. " atau pasien menolak diberi

asi tersebut dapat diberikan

kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seo


rang

perawat/paramedis lainnya sebagai

saksi d Pa ai
6. Untuk tindakan bedah (operasi) a | dan dengan seizin pasien.

tau tindakan invasif yang lain,


dokter yang akan melakukan
ersangkutan tidak ada, maka
h dokter yang lain dengan
ter yang bertanggung jawab.

| K ti | | edah dan tindakan yang tidak


invasif lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau

perawat dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang


bertanggung jawab.

informasi harus diberikan oleh


operasi. Apabila dokter yang b
informasi harus diberikan ole
sepengetahuan atau petunjuk dok

Yang berhak memberikan persetujuan setelah mendapat


informasi
Dalam Bab IV Permenkes tentang Pertindik, disebutkan bahwa:
1. Yang berhak memberikan persetujuan adalah pasien dewasa yang
dalam keadaan sadar dan sehat mental.

2. Yang dimaksud dengan pasien dewasa adalah yang telah berumur


21 tahun atau telah menikah.

3. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan,


persetujuan diberikan kepada wali/kurator.
4. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan
diberikan oleh orang tua/wali/kurator.

5. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang


tua/wali atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan diberikan
oleh keluarga terdekat atau induk semang (guardian).

Kapan persetujuan tidak diperlukan menurut Permenkes


tentang Pertindik?

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 167

Dipindai dengan CamScanner


Ada 3 (tiga) hal di mana persetujuan tidak diperlukan:

1, Dalam hal pasie i


keluarga terdekat dan secara medis bera

dan atau darurat yang me An


kepentingannya, tidak diperlukan pesetujuan dari siapa dun

(Pasal 11). |

2, Perluasan operasi yang tidak diduga sebelumnya, dapat dilakukan


untuk menyelamatkan jiwa pasien, tanpa minta pesetujuan lebih
dahulu. Informasi dapat diberikan setelah perluasan Operasi
selesai dilakukan (Pasal 7).

3. Dalam hal tindakan medis yang harus dilaksanakan sesuai dengan


program pemerintah di mana tindakan medis tersebut untuk
kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan

medis tidak diperlukan (Pasal).

da dalam keadaan Bawa

Catatan:
Sangat disayangkan bahwa dalam Permenkes tentang Pertindik

ini tidak dicantumkan siapa yang dimaksud dengan keluarga

terdekat.

Sanksi hukum

Tenaga kesehatan dan sarana kesehatan di mana Pertindik ini


dilaksanakan, bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuannya.

Oleh karena itu penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku

dapat berakibat jatuhnya sanksi hukum terhadap mereka yang

bersalah.

Sanksi pidana

Seorang tenaga kesehatan yang menorehkan benda tajam,


menusukkan jarum atau membius pasien tanpa pertujuannya, dapat
disamakan dengan melakukan penganiayaan, yang dapat dijerat
dengan pasal 351 KUHP yang berbunyi:

1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara paling lama dua


tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.

2. Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana


dengan pidana penjara paling lama 5 tahun.

168 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


n tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi dai

merlukan tindakan medis segera Untu,


Maka yang h
aling lama tujuh tabur. Seal

Tenaga kesehatan atau sarana kes


ian bagi pasien, dapat di t
kerugian Sugat untuk mengganti
diderita tersebut berdasarkan Pasal 1365, 1367, Tang ma na
kitab Undang-undang Hukum Perdata. asal 1371
Gugatan yang ditujukan kepada seor
dapat dilakukan, apabila dokter tersebut

tempat praktik pribadi atau di sebuah rum


sdalah sebagai dokter tamu.

Sedangkan gugatan yang ditujukan kepada pimpinan sarana


kesehatan dapat dilakukan, apabila kesalahan itu dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bekerja di situ. Namun demikian, sarana
kesehatan yang dirugikan oleh tenaga kesehatan yang bekerja di situ
dapat menggugat tenaga kesehatan tersebut. Hal ini perlu diketahui
agar tenaga kesehatan yang bekerja di situ lebih berhati-hati di dalam
menjalankan tugasnya.

Sanksi administratif

Pasal 13 Permenkes tentang Pertindik mengatur tentang sanksi


administratif yang isinya adalah:

Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa


persetujuan pasien atau keluarganya, dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan izin praktik.

Apakah dengan adanya Pertindik tenaga kesehatan dapat bebas


dari tuntutan atau gugatan apabila melakukan suatu kesalahan atau
kelalaian sehingga pasien meninggal dunia, mengalami luka berat
atau sakit sementara waktu? :

Karena merasa bahwa dengan adanya Pertindik mereka merasa


dapat berbuat apa saja, termasuk kesalahan dan kelalaian, karena
pasien telah menyetujui tindakan apa saja yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terhadap dirinya atau keluarganya.

ang dokter secara pribadi


melakukan kesalahan di
ah sakit di mana statusnya

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 169

Dipindai dengan CamScanner


un : bebaskan tenaga kesehatan 4.
Pertindik tidak dapat Pa elakukan kesalahan atau ke dari

tuntutan atau gugatan apabi " nada te '


harena Pertindik hanya member La na atau) bahan

h melakukan tindakan medis terhadap. 8anya


untuk mela medis yang berlaku, by, kan

sesuai dengan standar pelayanan na


wewenang untuk melakukan kesalahan alaia.

REKAM MEDIS Pada


Terkait erat dalam standar pelayanan La Na - rekam
i akit harus menyelenggarakan re medis yanp
medis. Rumah se layanan medis kepada Pte
merupakan bukti tentang proses pelaY oi dhriwabakars dalam SR
Rekam medis/kesehatan (“Medical Record ) dinya am SKPB
: 315/PB/A.4/88.

Di data SEDOMAN MEDICAL RECORD RUMAH SAKiy

yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Seri MR 1/1975, disebutkan bahwa:

Balam rangka program Direktorat Rumah Sakit untuk membina


organisasi dan manajemen rumah sakit termasuk di dalamnya
pembinaan sistem pencatatan, pelaporan dan statistik di dalam
rumah sakit. Kewajiban rumah sakit untuk membina dengan baik
aktivitas tersebut sesuai dengan:

1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 031/Birhup/1972 tanggal


4 September 1972 tentang Rumah sakit-rumah sakit Pemerintah
Bab II pasal 13: |
Semua rumah sakit sesuai dengan status regional I (wilayah) dan
tingkat kelasnya diharuskan mengerjakan medical recording and
reporting dan hospital statistics yang diatur oleh surat keputusan
menteri kesehatan sendiri.

2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 034/Birhup/ 1972 tanggal

4 September 1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah


Sakit Bab I Pasal 3:

Guna menunjang terselenggaranya rencana induk (Master Plan)


yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan:
a. mempunyai dan merawat statistik yang up to date,

b. membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan


yang telah ditetapkan.

170 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Sedangkan menurut pasal 1 butir a: PERATURAN

EHATAN RI NOMOR "49/MENKES/PER/XII/1989 Gea


Me DiBM RECORD, yang di aksud dengan rekam medis
adalah:

Berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang identitas


pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Rekam medis ini wajib dibuat oleh set:


setiap sarana pelayan
kesehatan. pelayanan

Yang dimaksud dengan sarana pelayanan kesehatan yaitu:

Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan baik untuk rawat jalan mau

: pun rawat inap yang dikelola


oleh pemerintah atau swasta. p yang

Dengan meningkatnya kerumitan sistem pelayanan kesehatan


dewasa ini, rekam medis atau rekam kesehatan menjadi makin
penting.

Rekam kesehatan besar pengaruhnya terhadap kualitas


pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien, juga
menyumbangkan hal yang penting digunakan di bidang hukum
kesehatan. Rekam kesehatan dapat dipergunakan sebagai bahan
pendidikan, penelitian, dan akreditasi. Yang harus dicantumkan
dalam rekam medis/kesehatan ialah:

- identitas penderita dan formulir penelitian atau perizinan:

- riwayat penyakit,

- laporan pemeriksaan fisik:

— instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter


yang berwenang,

— catatan pengamatan atau observasi,

— laporan tindakan dan penemuan,

- ringkasan riwayat waktu pulang,

- kejadian-kejadian yang menyimpang.

Rekam medis diorganisasi dan dikelola oleh rumah sakit untuk


mendukung pelayanan medis yang efektif. Untuk ini diperlukan
adanya komite rekam medis atau unit kerja yang ditunjuk dan yang
bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Rekam medis
mengandung 2 (dua) macam informasi yaitu: (1) informasi yang

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 171

Dipindai dengan CamScanner


ai kerahasiaan, dan (2) informasi yang it,

mengandung nil .

mengandung Aa era gandung nilai kerahasiaan Merup


Informasi - hasil pemeriksaan, diagnosis, Pengobat

catatan menga etamusuya mengenai penderita yang bersangky

Bi ini ada kewajiban simpan rahasia kedokteran, Sehinggs

i askan tanpa izin penderita tersebut. |

Ba aa tidak mengandung nilai kerahasiaan yaji,


mengenai identitas penderita serta informasi ana lainnya
Berkas rekam medis asli tetap harus disimpan i rumah sakit da,
tidak boleh diserahkan kepada pengacara atau siapa pun yang berhak
atas berkas rekam medis adalah rumah sakit. Pengisian rekaman

medis serta penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter


yang merawat, catatan harus ditulis cermat, singkat, dan jelas.

Manfaat Rekam Medis


Pasal 14 Peraturan MENKES menyebutkan bahwa: Rekam
Medis dapat dipakai sebagai:
1. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien,
2. bahan pembuktian dalam perkara hukum,
3. bahan untuk keperluan penelitian pendidikan:
4. dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan:
0. bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Penjelasan:
1. Sebagai dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien

Rekam Medis dapat dipakai sebagai dasar pemeliharaan dan

pengobatan pasien, karena rekam medis merupakan dasar dalam

melakukan pencatatan data yang akan datang.

Di samping itu, rekam medis juga bermanfaat untuk:

a. menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan:

b. meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan:

Cc. mengukur kemampuan dokter (sampai sejauh mana dokter


mampu mengatasi penyakit penderita):

d. tanda bukti usaha rumah sakit dalam menyembuhkan


penderita, karena rekam medis merupakan rekaman mengenai
rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh instansi

. kesehatan kepada penderita.

172 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Rekam medis sebagai pembuktian dalam perkara hukum
L gaat ini memang bukan lagi zamannya dokter seba

gai dewa, di.


mana dokter dianggap tidak pernah bersalah (a doctor can do no

wrong). Kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku,


membuat mereka tahu akan hak-hak mereka sebagai penerima
pelayanan kesehatan, di mana antara lain, mereka berhak untuk
mengajukan tuntutan terhadap kelalaian yang dilakukan oleh

para tenaga kesehatan dan menggugat ganti kerugian, apabila


mereka merasa dirugikan oleh tindakan para tenaga kesehatan.

3, Sebagai bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan


Penemuan-penemuan baru merupakan hal yang sangat
bermanfaat bagi pendidikan kedokteran, Penemuan baru itu dapat
diperoleh dari isi rekam medis, karena rekam medis mengandung
data-data yang dapat dipakai sebagai bahan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Data-data yang tercantum
dalam rekam medis mengandung informasi tentang
perkembangan kronologis kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien, sehingga dapat dipakai sebagai acuan
oleh mereka-mereka yang membutuhkannya.

4. Sebagai dasar biaya pelayanan kesehatan

Rekam medis yang berisi urutan kegiatan pelayanan kesehatan itu


dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban keuangan
dalam menentukan biaya pelayanan kesehatan.
Di samping itu urutan kegiatan tersebut dapat juga dipakai
sebagai sumber perencanaan keuangan rumah sakit di masa yang
akan datang.
Dari data diagnosis dan tindakan yang dikumpulkan dapat
dihitung rata-rata biaya pengobatan atau satuan harga indeks atas
setiap kasus. Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan juga
jumlah serta jenis peralatan penunjang medis.
Apabila semua data ini digabungkan dengan data administrasi
yang lain, maka dapat dipakai sebagai dasar perhitungan tarif
rumah sakit atau biaya pengobatan.

5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan

'— Penderita rawat tinggal maupun penderita rawat jalan yang


memperoleh pelayanan kesehatan, merupakan sampel yang sangat

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 173

Dipindai dengan CamScanner


ati hatan. Data. |
buatan statistik kese data
bermanfaat dalam pem dis merupakan bahan y ang s 21

: am me

akurat karena informasi yang NLAUer daa


catatan yang berdasarkan pengetahu Pengalan

ang paling mutakhir. |


' Dengan pembuatan statistik kesehatan, maka dapatlah dip

sampai sejauh mana pelay


sehingga dengan demikian semu
akan dapat diatasi. Hal ini sanga
dan peningkatan pelayanan kesehatan.

Beberapa Aspek Hukum dalam Rekam

a. Nama dan tanda tangan |


Pasal 5 Permenkes tentang Rekam Medis menyatakan bahwa:

Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama


dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau
tindakan. | ,
Pembubuhan nama dan tanda tangan ini perlu diperhatikan,
karena setiap petugas yang mencantumkan nama dan tanda
tangan pada rekam medis tersebut bertanggung jawab penuh atas
isi rekam medis yang ditandatangani. Apabila ada kekeliruan atay
pemalsuan isi rekam medis, maka penanggung jawab utama
adalah petugas yang menandatangani rekam medis tersebut,
terutama dalam menghadapi gugatan atau tuntutan dari
penderita yang merasa dirugikan. Oleh karena itu, lembar rekam
medis harus dijaga jangan sampai orang yang tidak
berkepentingan dapat mempergunakan tanpa hak.
b. Pembetulan dan penghapusan rekam medis
Pasal 6 Permenkes tentang Rekam Medis menyebutkan bahwa:
(1) Pembetulan kesalahan catatan dilakukan pada tulisan yang
salah dan diberi paraf oleh petugas yang bersangkutan.
(2) Penghapusan tulisan dengan cara apa pun tidak
diperbolehkan.
Peraturan mengenai pembetulan kesalahan dan larangan
penghapusan tulisan pada rekam medis juga mengandung
tanggung jawab hukum. Oleh karena itu, yang berhak memberi

an
anan kesehatan yang telah diberi"

a masalah yang mungkin timbuy


t bermanfaat bagi pengembanga,

Medis

174 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


at pada pembetulan rekam me

3 dis hanyalah
bersangkutan, Sedangkan peng petugas yang

hapusan

dalam bentuk

Naa BN Uk atau
dengan Cal a apa pun tidak diperkenankan, karena dikhawatirkan
adanya tuduhan dari pihak penderita bahwa ada hal-hal yang

disembunyikan untuk menutupi fakta yang sebenarnya


Kerahasiaan rekam medis |

Hal-hal yang bersangkutan dengan kerahasiaan rekam medis


diatur di dalam Pasal 11 dan 12 Permenkes tentang Rekam Medis,
Pasal 1: )
Rekam medis merupakan berkas
kerahasiaannya.

Pasal 12:

(1) Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh


dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien.

(2) Pimpinan sarana kesehatan dapat memaparkan isi rekam


medis tanpa izin pasien berdasarkan pera'uran perundang-
undangan yang berlaku.

Sifat Kerahasiaan rekam medis ini sangat perlu untuk

diperhatikan, karena ada sangkut pautnya dengan hak penderita.

Apabila isi rekam medis dipaparkan tanpa izin penderita. maka

penderita yang merasa dirugikan karena pemaparan isi rekam

medis itu dapat menuntut berdasarkan Pasal 322 KUHP, atau


menggugat yang bersalah, berdasarkan Pasal 1365 KUHS.

Pasal 322 KUHP:

(1) Barangsiapa membuka suatu rahasia yang wajib disimpan


karena jabatan atau perkerjaannya baik yang sekarang
maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.

(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang yang


tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas
pengaduan orang tersebut.

Pasal 1365 KUHS:

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang mengakibatkan kerugian

bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya


menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

yang wajib dijaga

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 175

Dipindai dengan CamScanner


terhadap rekam medis.
mpinan sarana pelayanan koseh,
atur di dalam Pasal 15 p

d. Tanggung jawab pimpinan t€


Mengenai tanggung jawab PT
terhadap Rekam medis ini di

yang berbunyi: bertangsune'ia


ja anan kesehatan rtan £ Jawab at...
Pipopinan. #ArAn? pelay tau pemalsuan rekam medis, tas

(1) Hilangnya, rusaknya a |


(2) Penggunaan oleh orang/badan yang tidak berhak.

Menurut Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sabit Serie MR,


1982, sebuah rumah sakit memiliki an aa aa Untuk
memberikan perawatan dan pengobatan yang Sempurna kepag,
i ik pasien rawat tinggal, pasien rawat jalan Maupun
pasien, baik p “tah dalam hal ini Departe
pasien gawat darurat. Pemerin 1 men
Kesehatan, melalui pimpinan rumah sakit, bertanggung Jawah
atas mutu pelayanan medis di rumah sakit yang diberikan kepada
semua pasien. Pemerintah juga mendelegasikan tanggung
jawabnya bagi pelayanan medis pasien kepada staf medis. Pada
beberapa negara yang telah maju, badan akreditasi rumah sakit
menganggap bahwa catatan medis sangat penting dalam
mengukur mutu pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit
beserta staf medisnya. Catatan medis merupakan milik rumah
sakit yang harus dipelihara karena sangat berfaedah bagi pasien,
bagi dokter dan bagi rumah sakit. Adalah menjadi tanggung jawab
rumah sakit untuk melindungi informasi yang ada di dalam
catatan medis atau pun dipergunakan oleh orang yang tidak
semestinya. Izin tertulis dari pasien harus dimintakan untuk
memberikan keterangan kepada seseorang, bagi orang yang
seharusnya tidak berhak untuk memperoleh informasi ini.
e. Sanksi Pasal 20 Permenkes menyebutkan bahwa:
Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini
dapat dikenakan sanksi administrasi mulai dari teguran sampai
pencabutan izin.

Mena,

Rekam Medis dan Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik/


Kehakiman

Khusus mengenai Rekam Medis yang berkaitan dengan


Laboratorium/UPF Ilmu Kedokteran Forensik/Kehakiman, harus

176 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


dakan antara Visum et Re

dibe Pertum dan La


szah, meskipun keduanya meru Poran Autopsi/B
Tanya ialah: Pakan rekam medis lah

1 . su
yang dilihat dan ditemukan pada aa, tentang
pengetahuan yang sebaik-baiknya,
Catatan
# Karena Visum et Repertum ini dimi
f 8 , Inta ol sae
hasilnya juga diserahkan kenal. — Bai POLRI, maka
memintanya, sesuai dengan haknya aa Pm RI yang
dokter berdasarkan Pasal 133 ayat (1) Kitab U Inta bantuan
Hukum Acara Pidana, ndang-Undang

dan pengobatan yang tertulis pa


teliti tentang penemuan kas
mikroskopis dan diagnosis anato
oleh ahli patologi yang melakuk

da catatan medis, laporan yang


ar pada autopsi, penemuan
mis. Laporan ini ditandatangani

Kan autopsi. Satu surat persetujuan


autopsi yang ditandatangani oleh keluarga terdekat pasien,

menjadi bagian lembaran catatan medis pasien yang


bersangkutan. Jika autopsi dilaksanakan, harus dicatat bahwa
autopsi masih dilaksanakan, dan catatan medis jangan disimpan di
penyimpanan permanen sebelum laporan autopsi masuk.

Untuk petugas rekam medis, ada keharusan untuk menaati


pedoman bahwa bila autopsi dilakukan, diagnosis sementara,
diagnosis anatomi dicatat segera (dalam waktu kurang dari 72 jam),
keterangan yang lengkap harus dibuat dan digabungkan dengan
catatan medis dalam waktu 3 bulan (Pedoman Sistem Pencatatan
Medis Rumah Sakit Serie MR/7/1982).

KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN

Salah satu hal lain yang sangat penting dalam hubungan antara
dokter dan pasien adalah mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 177

PN

Dipindai dengan CamScanner


iat
mewujudkan deraja an pasien.
adokter dan P”” setiap orang bebas Untu,

mempercayai antar a ap abi


Hal ini dapat terlaksa” g dideritanya kepada seorang dokte,

memberitahukan penyakit Y - itu akan diketahui oleh OrANg lain


khawatir , '
La ah bagi dokter Yang mengetahui ten ANE Penyaki
a “wejb menyimpan rahasia pub ata kan aa
mbocor
guatu kewajiban moral, seorang dokter Pan ank Son
pasiennya dapat dijatuhi ganksi hukum m8 Haa etik Stratif
kum dan $ .
karena telah melanggar norma huKuP tah (PP) No. 10 Tahun 196g

Menurut Pasal 1 Pera Na


Wajib Simpan Rahasia Kedoktel" .
ng A paksad dengan rahasia kedokteran ialah Mn you
' ang tersebut dalam asal 3 pada
yang diketahui oleh orang-orang YA
waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam lapangan kedokteran.

Yang dimaksud dengan segala sesuatu ialah: 1 )


Segala fakta yang didapat dalam pemeriksaan penderita,

interpretasinya untuk menegakkan diagnosis dan melakukan


pengobatan: dari anamnesis, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaan

dengan alat kedokteran dan sebagainya.


Juga termasuk fakta yang dikumpulk

pembantunya. . | Tn
al 3 PP No. 10 Tahun 1966 ini, yang diwajibkan

Berdasarkan Pas
menyimpan rahasia kedokteran seperti dimaksud dalam Pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut Pasal 2 PP No. 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran,

pemeriksaan pengobatan dan


ditetapkan oleh menteri kesehatan.

pasiennya W

an oleh pembantu:

murid yang bertugas dalam lapangan


atau perawatan dan orang lain yang

Siapa yang Dimaksud dengan Tenaga Kesehatan?

Yang dimaksud dengan "tenaga kesehatan” menurut Pasal 2 PP


No. 82 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan adalah:
Tenaga kesehatan terdiri atas:
a. tenaga medis,
b. tenaga keperawatan,

178 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


tenaga kefarmasian:
. tenaga kesehatan masyarakat:
. tenaga gizi, |
tenaga keterapian fisik:
g. tenaga keteknisian medis.

Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi


Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan

Tenaga kefarmasian meliputi a otek : , |


apoteker. poteker, analis farmasi, dan asisten

Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemi


: pidemiol
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehat olog kesehatan,

an, pen
administrator kesehatan, dan sanitarian. Penyuluh Kesehatan

Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien,

Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan


terapis wicara.

Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi


gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien,
otorik prostetik, teknisi transfusi, dan perekam medis.

Menurut Pasal 2 dari Peraturan Pemerintah ini, rahasia


kedokteran harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut di
atas, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih
tinggi daripada peraturan pemerintah ini menentukan lain.

Berdasarkan pasal ini, orang (selain tenaga kesehatan) yang


dalam pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetahui
keadaan si sakit, baik yang tidak maupun yang belum mengucapkan
sumpah jabatan, berkewajiban menjunjung tinggi rahasia keadaan si
sakit. Dengan demikian, para mahasiswa kedokteran, kedokteran
gigi, ahli farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai,
murid paramedis, dan sebagainya termasuk golongan yang
diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri kesehatan dapat
menetapkan, baik secara umum maupun secara insidentil, orang-
orang yang wajib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya pegawai
tata usaha pada rumah-rumah sakit dan laboratorium-laboratorium.

Menurut peraturan perundang-undangan, ada perbedaan antara


pekerjaan dan jabatan. Dengan demikian ada pula perbedaan antara
rahasia pekerjaan dan rahasia jabatan.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 179

Dipindai dengan CamScanner


Rahasia Pekerjaan ahasia pekerjaan basi
d dengan TAP” agi
Yang Bi Eng kesehatan ialah segala Sesuatu Nag,

kesehatan/dalam bi | Merdassikangsai .
“rahasiakan ber Sum :

diketahui dan harus dirah da Anelesaikan pendidikannya Pah ae

janji i se |

janj1 aa dengan tenaga kesehatan di atas adalah

ieiaya kesehatan baik yang bekerja di sarana kesehatan

pemerintah, milik swasta maupun milik perseorangan.

“Mug
mili,

Ba dengan rahasia jabatan Aa Ba kesehat


dalam bidang kesehatan ialah segala ses” u da iketahui 4
harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah y' Ag : lucapkan setey N
diangkat sebagai pegawai negeri sipil maupun ABRI.

Contoh-contoh

Rahasia Pekerjaan

»# Lafal sumpah dokter:


Demi Allah saya bersumpah,
segala sesuatu yang saya ket
'karena keilmuan saya sebagai dokter.

“ Lafal sumpah/janji perawat kesehatan: |


Saya bersumpah/berjanji bahwa saya sebagai perawat kesehatan

tidak akan menceritakan kepada siapa pun segala rahasia yang


berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan
untuk keperluan kesaksian.

Rahasia Jabatan:
« Lafal sumpah pegawai negeri:
Saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus saya rahasiakan.
Pasal 13 Kode Etik Kedokteran Indonesia menyebutkan bahwa:
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita itu meninggal
dunia.
Pasal 53 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa:

bahwa saya akan merahasiakay


ahui karena pekerjaan saya. dan

180 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


Ayat 2:
Tenaga kesehatan dalam mel

akukan tugasnya berkewaji |


memenuhi standar profesi d . "kewajiban untuk

an menghormati hak pasien.


Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan

perawat, dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak


pasien. 2 )
Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah:

» hak informasi,

» hak untuk memberikan persetujuan:


» hak atas rahasia kedokteran: dan
« hak atas pendapat kedua (second opinion).

Sanksi Hukum

Setiap tenaga kesehatan maupun mereka yang diwajibkan untuk


menyimpan rahasia kedokteran, yang dengan sengaja dan tanpa
alasan yang dapat diterima secara hukum, membocorkan rahasia
kedokteran yang seharusnya disimpan berdasarkan sumpah, baik
karena pekerjaan maupun jabatannya, sehingga mengakibatkan

kerugian bagi seseorang maupun keluarganya, dapat dijatuhi sanksi


pidana maupun perdata.

Sanksi Pidana Pasal 322 KUHP menyebutkan bahwa:

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang


menurut jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun
yang dahulu ia diwajibkan untuk menyimpannya, dihukum

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda


paling banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang yang tertentu,

maka perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang


tersebut.

Pasal 112 KUHP:

Barangsiapa sengaja mengumumkan atau menyampaikan surat,


kabar dan keterangan tentang sesuatu hal kepada negara asing,
sedang diketahuinya bahwa surat, kabar atau keterangan itu harus
dirahasiakan karena kepentingan negara, maka ia dihukum dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Sanksi Perdata Pasal 1365 KUH Perdata:

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 181

Dipindai dengan CamScanner

2—on—n one aa ema


|
ar hukum yang mengakibatkan kan |

melangg n orang yang karena kesalahay

g tan
Setiap perbuat ajibka
bagi orang lam, Na mengganti kerugian tersebut, Yg |
an ,

menyebabkan kerug'

Sanksi Administratif enerintah No. 10 Tahun 1966 menyebut,


pasal 4 Peraturan aran ketentuan mengena" Wajib Singa,
Terhadap pelangg tidak atau tidak dapat dipidana Menury
rahasia kedokteran " 19 KUHP, menteri kesehatan dapat Melakukap |
Pa rat berdasarkan Undang-Undang tentang Teng,
tin
Kesehatan. aka pembocoran rahasia jahats
Berdasarkan Patah 2 Aa adalah suatu tindak pidana yag
dalam hal ini ' but atas pengaduan orang yang dirugikan, apahila
hanya dapat dituntu » seseorang tertentu. Namun, demi

'shatan itu ditentukan kepad 'u


anon umum menteri kesehatan dapat ber tindak terhadap
Dem OeSran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu

engaduan pun. | ,
dandan administratif dapat dijatuhkan kepada seorang pejabat/
petugas kedokteran yang berulang kali membicarakan tentang

awatnya di depan orang

keadaan dan tingkah laku pasien yang dir

banyak (karena perbuatan itu merendahkan martabat kedokteran

dan mengurangi kepercayaan orang kepada pejabat/petugas

kedokteran).

Pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan:

Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dan peraturan-peraturan

perundang-undangan yang lain, terhadap tenaga kesehatan dapat

dilakukan tindakan-tindakan administratif dalam hal sebagai berikut:

a. melalaikan kewajiban,

b. melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh


seorang tenaga kesehatan baik mengingat sumpah jabatannya
maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan, dan

c. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-


undang ini.
182 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Hito

Dipindai dengan CamScanner


Rahasia Kedokteran dapat dibuka ?

A hubung Indonesia tidak menganut paham kew

bu
|

ajib i
PP ia kedokteran secara mutlak, maka rahasia Man Menyampan

k
a berdasarkan beberapa alasan, yaitu: edokteran dapat
Karena Daya Paksa Pasal 48 KuHp berbunyi:

i lakukan suat
Barangsiapa me U perbuatan karena
aksa tidak dapat dipidana. pengaruh daya

Dengan adanya pasal tersebut, maka tenaga kesehatan terpaksa


membuka rahasia pasien karena pengaruh daya paksa untuk
melindungi:

a. kepentingan umum,

b. kepentingan orang yang tidak bersalah,


c. kepentingan pasien,

d kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana


Karena Menjalankan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP)

Seorang tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atau


saksi dalam sidang pengadilan, kewajiban untuk menyimpan
rahasia pasien dapat gugur atas perintah hakim yang memimpin

sidang (Pasal 170 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara


Pidana).

Karena Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)

Seorang tenaga kesehatan yang diperintahkan untuk membuka


rahasia pasien oleh atasannya yang berhak untuk itu, tidak dapat

dipidana. Dalam hal ini tenaga kesehatan tersebut harus seorang


pegawai negeri atau anggota ABRI.

Karena Untuk Mendapatkan Santunan Asuransi

Seorang dokter wajib mengisi formulir yang diperlukan oleh


pasien atau keluarganya untuk mendapat santunan asuransi.
Dalam hal ini kewajiban untuk menyimpan rahasia menjadi gugur,
karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri
Tenaga Kerja, tanpa keterangan dari dokter yang merawat, maka
santunan asuransi tenaga kerja tidak akan dapat diberikan kepada
yang bersangkutan.

Demikian pula dengan asuransi-asuransi yang lain, di mana hak


itu gugur berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh menteri
yang bersangkutan.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 183

Dipindai dengan CamScanner


SPP

GAN DOKTER (Hanafiah, 19909)

emberi keterangan atau penda


a (Bab I KODEKI).

SURAT KETERAN

Seorang dokter hanya m ol ae


dapat dibuktikan kebenaranny
Cuti Sakit

Seorang dokter har

simulasi atau agravasi pada W


cuti sakit seorang karyawan.

us waspada terhadap segala kemungki,

aktu memberikan keterangan Menngop,,


Adakalanya cuti sakit disalah guna -
untuk tujuan lain misalnya untuk ana keluar - di luar ko

tidak bersedia menghadiri sidang pengadilan atau Peng u kegiatan g


kantor, terlambat kembali bekerja dari cuti tahunan, dan Sebagainya
Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokte,

dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP

Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian

Kewajiban mengeluarkan surat keterangan mengenai kelahiran


hendaklah diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kadangkala
ada pasien yang meminta surat keterangan kelahiran dari anak yang
dipungutnya (adopsi) sebagai anak kandungnya sendiri. Hal ini
berpengaruh terhadap harta warisan, wali nikah dan kemungkinan
kawin consanguin. Ada pula anaknya yang lahir di luar negeri
dimintakan surat keterangan lahir di Indonesia untuk tujuan
kewarganegaraan.

Menjadi permasalahan ialah surat keterangan kelahiran dari:

a Anak yang lahir hasil inseminasi buatan dari semen donor


(Arteficial Insemination by Donor - A.I.D) yang biasanya hanya
dokterlah yang mengetahui siapa donornya.

b. Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel
maninya berasal dari donor (In Vitro Fertilization by Donor).

c. Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami (adik
atau abang) karena suami adalah steril (azoosperm) dan hubungan
seksual ini atas persetujuan dan permintaan suami istri yang
bersangkutan, (pada suku bangsa tertentu di

Indonesia,
dibenarkan menurut adatnya).

184 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN


Ska

Dipindai dengan CamScanner


jika jenazah akan diangkut ke luar d
maka adanya kematian karena
diperhatikan.

aerah atau ke luar negeri


penyakit menular harus

oran Penyakit Menular

Kewajiban melaporkan penyakit menular di Indonesia diat


dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1962 tentang Wabah. Dalam ta
ini mudah dipahami karena kepentingan umumlah sang harus
diutamakan. Ketentuan pasal 50 KUHP berbunyi: Tiada boleh
dihukum barangsiapa melakukan perbuatan untuk menjalankan
aturan undang-undang.

Bila penganut dari aliran yang mutlak untuk tidak membuka


rahasia jabatan taat pada pendiriannya, maka ia tidak hanya
melanggar ketentuan pasal ini, tetapi juga membahayakan
masyarakat, oleh karena membiarkan penyakit menular berlangsung
tanpa tindakan yang diperlukan.

Lap

Keterangan Kesehatan untuk Asuransi Jiwa

Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk keperluan


asuransi jiwa, perlu diperhatikan supaya:

a. Laporan dokter harus objektif, jangan dipengaruhi oleh keinginan


calon nasabah atau agen perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan. Sesuai dengan kepentingan masing-masing tentu
menghendaki supaya calon nasabah dapat diterima. |

b. Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih


atau pernah menjadi pasien sendiri untuk menghindarkan
timbulnya kesukaran dalam mempertahankan wajib menyimpan
rahasia jabatan.

c. Jangan diberitahukan kepada calon tentang kesimpulan dari hasil

pemeriksaan medis. Serahkan hal itu kepada perusahaan asuransi

itu sendiri.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 185

Dipindai dengan CamScanner


hnya ber tindak Sebagai ah

Dokter penguji kesehatan sesunggu :


dari perusahaan 2Surang,
S1

tidak sebagai orang kepercayaan


kesehatan.

Surat Keterangan Kesehatan untuk Nikah

Di negara-negara maju lazim dilakukan pemeriksaan dan


konsultasi sebelum nikah untuk calon-calon suami istri (premaritay
councelling). Pada kesempatan itu selain pemeriksaan medis juga
dibicarakan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi kedua
calon suami istri, baik mengenai pekerjaan masing-masing, kegiatan.
kegiatan sosial, dan keluarga berencana. Para dokter juga
memberikan edukasi reproduksi dan pendidikan seks pada waktu itu,

Bagaimana sikap seorang dokter jika pada waktu pemeriksaan


menjumpai kelainan-kelainan atau penyakit-penyakit yang diderita
oleh salah satu calon suami istri atau kedua-duanya, apakah dokter
boleh memberitahukannya kepada pasangannya? Misalnya suami
penderita TBC paru-paru atau hasil analisis semen menunjukkan
azoospermi atau istri dengan aplasia uteri (kelainan bawaan di mana
— tidak ada rahim).

Sesuai dengan kewajiban dokter merahasiakan segala sesuatu


yang diketahuinya tentang pasien, maka rahasia ini harus dipegang
teguh. Dokter memberikan hasil pemeriksaannya kepada mereka
masing-masing dan terserah kepada calon suami istri itu apakah akan
memberitahukan hal itu kepada calon pasangannya.

Surat Keterangan/Keterangan Ahli (Visum et Repertum)


tentang Kasus Perkosaan :

Keterangan ini biasanya diberikan oleh dokter ahli kebidanan


dan penyakit kandungan, dan jika ahli ini tidak ada maka diberikan
oleh dokter ahli kedokteran kehakiman atau dokter umum.
Permasalahan yang sering timbul ialah bahwa korban dikirim
terlambat, beberapa hari bahkan beberapa bulan setelah kasus
tersebut terjadi, sehingga hasil pemeriksaan tidak menunjukkan
keadaan yang sebenarnya lagi. Misalnya luka pada tubuh dan
genitalia eksterna telah sembuh, sel mani dalam liang sanggama
negatif, dan sebagainya.

186 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


vat Keterangan/Keteran PN
Gurat F » gan Ahli (Visum et Re
tentang Pemeriksaan/Bedah Mayat Kedokteran Kehak
Penyidik, dalam hal ini biasanya P man

OLRI seri .
et reprtum kepada seorang dokter dalam perkara Panama #isum
ayaan dan

pembunuhan. Keterangan yang diberikan

awam, berdasarkan apa yang dilihat, supaya tidak perlu dipanggil


lagi ke muka sidang pengadilan untuk memberik
ag Ke erikan tambahan

Kuitansi

Dalam praktik sehari-hari tidak jarang seorang dokter diminta


tanda bukti pembayaran (kuitansi) atas imbalan jasa yang
diterimanya. Hal ini tidak menimbulkan permasalahan asal saja
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tetapi kadang-kadang
timbul permasalahan sehubungan penggantian biaya berobat dari
perusahaan di mana pasien atau suaminya bekerja.

Sebagai contoh dapat dikemukakan:

a. Perusahaan hanya mengganti biaya pengobatan sebesar 509.


Pasien minta agar pada kuitansi dituliskan sebesar 2 kali imbalan
jasa yang diterima dokter, agar dengan demikian seluruh biaya
pengobatan ditanggung oleh perusahaan.

b. Pasien minta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dan sisa antara
imbalan jasa dokter yang sebenarnya dengan yang dicantumkan
dibagi 50504 antara dokter dan pasien.

c. Pasien minta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota
ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in),
sedangkan dokter tidak menerima bagian dari biaya
pengangkutan itu. Hal-hal tersebut pada a, dan b, jelas merupakan
malapraktik etik dan malapraktik kriminal.

Penyimpangan dalam pembuatan surat keterangan, selain tidak


etik juga merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 267 '
KUHP sebagai berikut.

ASPEK HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 187

Dipindai dengan CamScanner


| Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan Stray
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemap

atau cacat diancam dengan hukuman penjara paling lama 4


(empat) tahun. Tg
| Jika keterangan dokter diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang dalam rumah sakit gila atau untuk
menahannya di situ, dijatuhkan hukuman penjara paling lama 8
(delapan) tahun 6 (enam) bulan. |
. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan Sengaja
memberikan surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai
dengan dengan kebenaran.

Selanjutnya ketentuan dalam pasal 179 KUHP tercantum


sebagai berikut.
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan

keterangan ahli demi keadilan.

. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi


mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji di hadapan sidang
pengadilan akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya
dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya.

188 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


PENANGANAN PELANG

GAR
HUKUM DI BIDANG kr Naa

SEHATAN
TAN an

KSI PELANGGARAN FTrg.


SESEHATAN STIK-HUKUM DI BIDANG

Pelanggaran/penyimpangan dari
Indonesia (LSDI) dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
dapat berupa pelanggaran etik semata

. -mata atau dapat b


pelanggaran etik sekaligus pelanggaran hukum (tanafion Ng Pa

Lafal Sumpah Dokter

Pelanggaran Etik Murni

Contoh: (1) menarik imbalan yang tidak wajar atau menambah


imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi. Seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi (KODEKI Pasal 3). Seorang dokter dapat menerima imbalan
selain daripada apa yang layak sesuai dengan jasanya, jika diberikan
dengan keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak penderita
(KODEKI, Pasal 4 ayat c), (2) mengambil alih pasien tanpa
persetujuan sejawatnya. Termasuk di sini menyalahkan sejawatnya di
hadapan pasien, tidak mengembalikan pasien rujukan kepada dokter

.yang merujuknya, (3) memuji diri sendiri di hadapan pasien


(KODEKI Pasal 4 ayat a). Termasuk di sini adalah mencantumkan
gelar pada daftar praktik, ikut dalam kegiatan promosi, (4) tidak
pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan
(KODEKI pasal 18), (5) mengabaikan kesehatan sendiri (KODEKI
Pasal 17).

Pelanggaran Hukum di Bidang Kesehatan

Contoh: (1) Pelayanan kedokteran di bawah standar.


Seorang dokter harus selalu melakukan profesinya menurut ukuran
tertinggi (KODEKI Pasal 2). Dengan demikian seorang dokter yang

193

aa

Dipindai dengan CamScanner


memberikan pelayanan kedokteran di bawah standar Merup
suatu tindakan malapraktik dan dapat dikenakan Pasal 350 Kat
(barangsiapa karena kesalahannya meny ebabkan oran P
mendapat luka berat atau luka sedemikian rupa, sehingga beras:
penyakit atau halangan sementara untuk menjalankan jabatan » a
pekerjaan, dihukum penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun. 1
Mengeluarkan surat keterangan palsu. Seor ang dokter han i
memberi keterangan atau pendapat yang dibuktikan kebenaranny,
(KODEKI Pasal 7). Pelanggaran dalam hal ini selain merupar
pelanggaran etik juga melanggar pasal 267 KUHP. Dokter dengan
sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang adanya atay
tidak adanya penyakit kelemahan atau cacat, dihukum dengan
hukuman penjara selama 4 (empat) tahun. (3) Membuka rahasi,
jabatan atau pekerjaan dokter. Sumpah Hippocrates butir 9: ap,
pun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang
tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya
harus merahasiakannya. Lafal sumpah Dokter Indonesia butir 5: saya
akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai seorang dokter. KODEKI
Pasal 13: setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah
penderita meninggal dunia Pasal 322 KUHF.
Dokter yang dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib
disimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya baik yang
sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan penjara selama-
lamanya 9 (sembilan) bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp600,00. Lain halnya jika dokter bertindak sebagai saksi ahli di
pengadilan (4) Abortus provocatus. Seorang dokter harus
senantiasa melindungi hidup insani (KODEKI pasal 10). Dalam
keadaan darurat, sebagai upaya menyelamatkan nyawa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian (UU
No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Dokter, bidan atau juru obat
yang melakukan tindakan abortus ilegal diancam hukuman sesuai
dengan ketentuan pasal 349 KUHP dengan penambahan hukuman
sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaan. (5) Pelecehan seksual.

194 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


TN

perbuatan cabul (pelecehan seksual)

tian per adalah


Pa engria dilakukan untuk membangkitkan nafsu Ka
ya

aa oksual di luar perkawinan termasuk persetubuhan


nu? |

ter, FU, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam


"kerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piat
2 Yi ah sakit jiwa atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya, diancam dengan
yukuman maksimum 7 (tujuh) tahun (Pasal 294 KUHP)

Pengurus,
penjara, tempat
U, rumah sakit,

pROSEDUR PENANGANAN PELANGGARAN ETIK-HUKUM


pi BIDANG KESEHATAN

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempunyai Majelis Kehormatan


Ftik Kedokteran (MKEK) dari pusat hingga ke wilayah-wilayah dan
cabang-cabangnya. Masyarakat yang ingin mengadukan mengenai
perilaku dokter yang bertentangan dengan etik profesi kedokteran
seharusnya mengajukan kasus pelanggaran etik kepada IDI setempat,
yang nantinya akan meneruskannya ke MKEK, sebelum kasus etik
murni ini terlanjur diajukan ke pengadilan (Hanafiah, 1999).
Departemen Kesehatan dengan Permenkes No. 554 Tahun 1982 telah
membentuk Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran
(P3EK). Di tatanan pusat, P3EK terdiri atas unsur-unsur Depkes,
Depdikbud cg. Fakultas Kedokteran, Fakultas: Kedokteran Gigi,
Pengurus besar IDI, dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
yang bertugas sebagai berikut.

1. Memberi pertimbangan etik kedokteran kepada menteri.

2. Membina dan mengembangkan secara aktif KODEKI (Kode Etik


Kedokteran Indonesia) dan KODEGI (Kode Etik Kedokteran Gigi
Indonesia) dengan bekerja sama dengan IDI dan PDGI.

3. Memberi pertimbangan dan usul/saran kepada pejabat yang


berwenang di bidang kesehatan.

4. Menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh P3EK


provinsi. |

5, Menyelesaikan rujukan terakhir dalam permasalahan pelanggaran


etik kedokteran atau etik kedokteran gigi. ,

6. Mengadakan konsultasi dengan instansi penegak hukum dan


instansi lain yang terkait. .

PENANGANAN PELANGGARAN ETIK-HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 195

Dipindai dengan CamScanner


a antara P3EK, MKEK, dan :
i kerja yang menyangkut para dokto g
lah menghasilkan pedoman Ke1)” nee, i 3
Aan an antara lain sebagal berikut Ba dari Hanafi, gg
1. Pada prinsipnya semua perna Tg a ng Menyangy
: langgaran etik diteruskan terlebih danu pada MKRK
Pa diselesaikan oleh MKEK.

ahan etik murni ane


3 Pen Jaan yang tidak murni etik serta permasalahay
tidak dapat diselesaikan
4, Dalam sidang MKEK at
Badan Pembela Anggota
dikehendaki oleh yang bersangkutan

keputusan). |
p gkut profesi dokter atau dokter gi

5. Permasalahan yang menyan


akan ditangani bersama oleh MKEK dan MKEKG terlebih dahuly
jla diperlukan.

sebelum diteruskan ke P3EK apab


tiap kasus pelanggaran etik

6. Untuk kepentingan pencatatan,


kedokteran serta penyelesaiannya oleh MKEK dilaporkan ke

P3EK Provinsi.
P3EK Provinsi terdiri atas unsur-UnSur kantor wilayah Depkes

Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Tingkat I, Fakultas


Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, IDI Provinsi dan PDGI
Provinsi. Tugas P3EK Provinsi adalah menerima dan memberi
pertimbangan tentang persoalan etik profesi di wilayahnya kepada
Kepala Kantor Wilayah Depkes Provinsi, mengawasi pelaksanaan
kode etik dalam wilayahnya, mengadakan konsultasi dengan instansi
penegak hukum dan instansi lain yang terkait, memberi nasihat
kepada dokter dan dokter gigi, membina dan mengembangkan secara
objektif kode etik profesi dan memberi pertimbangan serta usul/saran
kepada pejabat yang berwenang di bidang kesehatan dalam wilayah
provinsi. Jadi dalam pelanggaran etik kedokteran, Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi berwenang mengambil
tindakan berupa peringatan atau tindakan administratif terhadap
dokter atau dokter gigi sesuai berat ringannya pelanggaran yang
dilakukan. Apabila dokter atau dokter gigi bersangkutan
berkeberatan terhadap keputusan bersalah yang dinyatakan oleh
pihak berwenang, yang bersangkutan dapat mengajukan banding

Pada tahun 1985 Rapat kerj

oleh MKEK dirujuk ke P3EK Provine

au P3EK untuk pengambilan keputusan

IDI dapat mengikuti persidangan ji


(tanpa hak untuk mengampi

196 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN


Dipindai dengan CamScanner
dalam waktu 20 hari ke P3EK Pu
Keputusan banding oleh P3EK p

Sat, melalui P3EK Provinsi


Ke patan untuk mengambil tind

u i i
sat disampaikan kepada Menteri

akan t
ayang bersangkutan. Kasus-k erhadap dokter atau dokter

ON 2. : ASUS pel
murni dibahas dahulu di P3EK Sebelum Gian tik yang tidak
an

berwenang.

UU 1992/23 Pasal 53 » |

Mnperolel perlindungan hu aa daan Mg kesehatan berhak


dengan profesinya. Ayat (2): Tenaga kes hat Ba ari
tugasnya berkewajiban untuk m : tan Sajam melakukat
f | ematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien. Ayat (3): Tenaga kesehatan untuk

kepentingan pembuktian da :
remadap seseorang Ne Melakukan tindakan medis tertentu
kesilamatan sang beremplutam (Pa per atikan kesehatan dan
| njelasan ayat (3): dalam upaya
pembuktian tenaga kesehatan dapat diminta untuk melakukan
tindakan medis terhadap seseorang, baik dalam perkara pidana,
maupun perkara lainnya. Permintaan ini dilakukan secara tertulis
oleh pejabat yang berwenang menangani permasalahan tersebut.
Meskipun untuk suatu tindakan medis harus didasarkan atas indikasi
medis, namun dalam kaitan dengan pembuktian tenaga kesehatan
harus melakukan tindakan medis berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kecuali bila tenaga kesehatan menilai bahwa
pada orang yang dilakukan tindakan tersebut terdapat hal yang
merupakan indikasi kontra dari tindakan medis yang dilakukan.
Dalam hal ini dapat menolak dan menghentikan tindakan tersebut.
Ayat (4): Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Dalam hal penyidikan mengenai pelanggaran hukum di bidang


kesehatan sesuai dengan pasal 6 ayat (1) KUHAP, (UU1981/8):

Penyidik adalah a) pejabat POLRI, b) pejabat pegawai negeri sipil

PENANGANAN PELANGGARAN ETIK-HUKUM DI BIDANG KESEHATAN 1 197

Dipindai dengan CamScanner


g khusus oleh Undang-Un dan :
, imana dimaksud dalan Vi

tan pejabat sebagaiman | an


Anju dalam Peraturan Pemerintah Penj Yat

0. el
kan dan kepangkatan penyidik yang dat
'

tertentu yang diberi wewenan

(2): Syarat kep


akan diatur leb

: kedudu
Pasal 6 ayat (2): keduduk# Na
dalam Peraturan Pemerintah diselaraskan dan diseimbangy

Penuntut Umum A
dengan kedudukan dan kepangkatan asal 79 ayat (1) Uu 1.
dilan umum). Dalam ketentuan p | 1990yo9
pera “1 hat POLRI juga kepada pejabat Pegawai Ne,, .
Selain penyidik pejabat diberi Wewe Beri
ibil tertentu di Departemen Kesehatan al nang khusus
Sipil berten ena dimaksud dalam UU 1981/8 tent
sebagai penyidik sebagaiman 'dikan tindak oat
' me 1
Hukum Acara Pidana untuk elakukan p da dik ap Pidana
sebagaimana diatur dalam UU ini. Ayat (2): Penyiaik sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 berwenang:
1. Melakukan pemeriksanaan atas kebenaran laporan Serta
keterangan tentang tindak pidana di bidang kesehatan.
Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan
hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan.
4. Melakukan pemeriksaan atas surat dan atau dokumen lain
tentang tindak pidana di bidang kesehatan.
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan bahan dan barang bukti
dalam perkara tindak pidana di bidang kesehatan.
6. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan.
1. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang kesehatan.
. Ayat (3): Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam
ayat | . dilaksanakan menurut UU 1981/8 tentang Hukum Acara

to

BENTUK-BENTUK SANKSI

Pelanggaran etik tidak memberikan/menyatakan sanksi formal

bagi pelakunya, sehingga terhadap pelakun f

ya hanya diberi i
formal. Secara maksimal MKEK memberikan usul Pu la
Depkes Provinsi atau Depkes . untuk memberikan Hn Jateg
198 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Dipindai dengan CamScanner


.istratif, sebagai langkah pencegah
KP jangan mengenai pelanggaran ya
Pa terhadap makin besarnya intensitas pelanggaran tersebut
9 aksi. yang diberikan terhadap pelanggaran etik Kednktara

“gantung pada berat ringannya pelanggaran etik tersebut. Yan

berbaik tentulah upaya pencegahan pelanggaran etik, yaitu dengan


aa terus-menerus memberikan penyuluhan kepada anggota IDI
tentang etik kedokteran dan hukum kesehatan/kedokteran. Namun
ika terjadi pelanggaran, maka sanksi yang diberikan hendaknya
bersifat mendidik, sehingga pelanggaran yang sama tidak akan
terjadi lagi di masa depan dan sanksi tersebut menjadi pelajaran bagi
dokter yang lain.

Bentuk sanksi pelanggaran etik dapat berupa: (1)


tuntunan secara lisan atau tulisan: (2)

an terhadap kemungkinan
ng Sama di kemudian hari

teguran atau
i u penundaan kenaikan gaji atau
pangkat: (3) penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah:

(4) dicabut izin praktik dokter untuk Sementara atau selama-

jamanya, (5) pada kasus-kasus pelanggaran hukum di bidang


kesehatan, diberikan hukuman sesuai dengan peraturan kepegawaian
yang berlaku dan diproses ke pengadilan (Hanafiah, 1999).

KEPUSTAKAAN

Ameln F 1991. Hukum Kedokteran. Jakarta: Grafika Tama Jaya.

Anggaran dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik Rumah Sakit


Indonesia dan. Petunjuk Pelaksanaannya, 1993. Kongres VI Persi,
Jakarta.

Beauchamp TL, Childress JE 1994. Principles of Bio Medical Ethics,


4" ed. New York: Oxford University Press.

Etik Rumah Sakit, 1997. Acuan Panitia Etik Rumah Sakit RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Etik Akademik Universitas Airlangga, 1999.

Guwandi J, 1991. Etik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

PENANGANAN PELANGGARAN ETIK-HUKUM DI BIDANG KESEHATAN | 199

Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai