35
moral semata, tetapi juga harus berdasarkan suatu peraturan yang '
lebih pasti dan mempunyai kekuatan mengikat. 3
rumah sakit, KERSI wajib mengadakan koordi nasi dan kerja samp
fungsional:
(3) kewajiban rumah sakit terhadap pasien (4) kewajiban rumah sakit
terhadap pimpinan, staf, dan karyawan (5) hubungan rumah sakit '
ng
dan
Ce
Dari kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak pasien lainnya
seperti hak untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan/
penyakitnya, hak untuk memilih rumah sakit, hak untuk memilih
dokter, hak untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion),
hak atas “privacy” dan atas kerahasiaan pribadinya, hak untuk
menyetujui atau menolak tindakan ataupun pengobatan yang
akan dilakukan oleh dokter, dan lain-lain, kecuali yang dianggap
bertentangan dengan undang-undang, berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, seperti tindakan “eutanasia”,
aborsi tanpa indikasi medis dan lain sebagainya tidak dapat
— dibenarkan.
14
Kewajiban Rum
Karyawan Tg Ta
1. Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, 4
serta keterampilannya. 1
Rumah sakit mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan '
Lain-lain
Membantu pasien/keluar
tg
ta
aim
keputusan.
Kewajiban
sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh
3. Pasien
penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
w
42 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN
1.
6.
lt
12.
13.
14.
Hak pnsien
sebagai person.
In
2.
3.
14
tanpa diskriminasi.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
di rumah sakit.
— prognosisnya
dideritanya.
Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan
Kewajiban pasien
1,
vw
MN
imbingan moril
Pasien berhak menerima atau menolak bimbing Maupun
spiritual.
1.
46
Kewajiban dokter
1.
11.
12.
asien. , 1
p tertulis dengan pih ak
2.
48
menerus.
Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/
da
31
4
profesi dan pihak lain y,,
berikan pelayanan kepags
4
1
am melaksanakan tugas |
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan
perundang-undangan, standar profesi dan kode etik profesi.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
50
kepada klien/pasien.
lain
nm
Kewajiban apoteker
1.
, &
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat ata
| a.
pejabat lain yang diberi wewenang apaan melakuk
8, Apabila apoteker pengelola 2 rusmenerus, surat Utan
tahun terus- Nih
tugasnya lebih dari 2 »ma apoteker batal, kecuali aPabil,
7. Penggantian apoteker pe
apotek. |
9. Apoteker pendamping dan apoteker supervisOr ber tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas pengelolaan di bidang pelayanan
kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan
na ma Ka MA Lal mL LAN ND
AUDIT MEDIS
Na Pola,
directly to the care for health, as to the application of Zeneraj ia
criminal, and administrative law”, Hukum kedokteran (medical wa
etik
kedokteran.
NORMA HUKUM
———mananna
— perlunya perawatan kesehatan diatur dengan tengah lang,
kesehatan, |
— perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehata,
disebabkan karena:
1. meningkatnya jumlah permintaan atas perawatan dan pelayanan
kesehatan:
2. berubahnya pola penyakit (dari penyakit infeksi bakteri ke
dengan etik.
Dengan demikian, hukum itu bertitik tolak pada penghormatan
kin nyata d
Si kedokteran dan
apa pandangan. Di
Ba wa Profesi dokter hari
2 Tegulation”). Apabila hukum
rmanusi
peraturan perundang-undangan.
Selain itu terdapat hukum kesehatan yang merupakan suatu
Health law is the body of rules which relate directly to the care of
health, as the application of general civils, criminal and
administrative law (van der Mijn, 1984). Di lain pihak, etik profesi
medis di Indonesia tertuang dalam KODEKI sebagai lampiran 1 SK
Menteri Kesehatan RI No. 434/Menkes/SK/X/1983 yang mengatur
hubungan antara dokter dengan pasien yang berawal dari hubungan
kepercayaan secara interpersonal yang sifatnya hierarkis vertikal
paternalistik melalui tahapan proses perkembangannya ke hubungan
horizontal kontraktual yang dasarnya sudah diletakkan oleh
Hippocrates dalam transaksi terapeutik. Dalam pola hubungan
vertikal paternalistik, kedudukan dokter dengan pasien tidak
sederajat, karena dokter mengetahui tentang segala sesuatu yang
terkait dengan penyakit dan cara penyembuhannya sedangkan pasien
tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya. Apa lagi tentang bagaimana
cara penyembuhannya, oleh karena itu pasien menyerahkan
dirumuska i
dengan sanksinya apabila laran
ada yang tertulis ada pula yan
132 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN
. 4 , F P fo
R.T. Francoeur, 1983: 33-34). Landasan etik inilah yang Merupa :
bon
ag 31 s oi au
sasien dilandasi oleh dasar-dasar hukum yang mengatur hubungan
f If xi »N 1
nukum anta dua) pihak. Yang masing-masing dibebani hak dan
kewajiban yang sifatny
sang tata kerjanya erat terkait dengan Audit Medis yang berfungsi
iSi— »
15 dilihat dari hu Ne
Apabila diliha st dibedakan menjadi 2 (dua) Aan
Macan
an
aa arjanjian perawatan di mana terdapat kesepakatan ina
J en bahwa pihak rumah sakit menyegi a
Perjanjian pelayanan M
antara rumah sakit dan pasien
akan berupaya secara maksim ungu!
melalui tindakan medis (“medical science”).
berikut.
1. Hubungan hukum pasien dengan dokter
Hubungan hukum pasien dengan dokter (sebagai tenaga medis
PN Matana.
er s
ym melaksanakan tugas sesuai ia Oleh perlindungan hukum
gan profesinya.
Ayat (2):
dal
n tugasnya berkewajiban
Penjelasan
kes
perawat,
,sien. Yang dimaksud hak pasien antara lain ialah hak informasi
Ayat (3):
Penjelasan
Penjelasan
Ayat (2)
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana
Penjelasan
Ayat (3)
Ayat (2)
Catatan:
Baik KUHP maupun KUHPerdata tidak serta merta dapat
: Cagj
kewenangan dari dokter, tidak berwenang untuk bertindak Secara
mandiri, kecuali dalam bidang ter
Uu ti .
“ American Nurse Association» dak Sesuai dengan instruksi
pada tahun 195 si.
D telah mencoba
tuk
akukan tindak "nolak apabila ia
medis tersebut
Moral t
Seung jawab,
eri
terluka atau lemah fisik. “n nasihat kepada orang sakit
9, Pemeliharaan kesehatan atau pencegah .
3. Supervisi dan pendidikan k bahan penyakit,
aryawan lainnya.
.memberik |
apabila seseorang laa ma lal Ptasai berikut,
in ter. ng
perawa ma mun mengambil obat yang diperintahkan dokter
, Perawa
teker.
iberi awasan seorang aPO
2. Obat diberikan dengan peng Hebat Yi Juar ru a
3. Obat diambil dari apotek rumah sak ar rumah saj
1989). :
Hubungan antara penderita dengan apotek (c.g. Apoteker) tidak
Yg
1 i i kepada pasien di
berikan informas!
m di tanggung jawab dokter atau dokter
oleh diberikan kepada apoteker yang
dengan apotek
me)-masuk-(kan)
men
. . Uu
melakukan pekerjaan membantu, maka dokter asisten it, se Sa
samping itu dalam hal seorang rekan dokter yang mengganti dot,
selama libur atau sakit, maka rekan dokter tersebut bertan San,
jawab penuh atas tindakan atau kelalaiannya sendiri. Namun ti $
berarti bahwa hanya dokter pengganti itu sendiri yang dapat dimi
hadir pada saat itu ataukah baru kemudian hadir pada saat
diperlukan dengan segera.
Smua ma aan
asal 344 KUHP),
: : iperjanjikan.
yaitu pengingkaran atas apa yang diperjan) ,
Dasar tuntutan adalah tidak melakukan, terlambat melakukan
tersebut.
Untuk sahnya suatu perjanji
menyebutkan syarat-syaratnya: |
a. adanya kesepakatan pihak-pihak yang membuat perjanjian
(ditegaskan selanjutnya oleh pasal 1321 KUH Perdata):
. kemampuan pihak-pihak untuk membuat perjanjian,
adanya objek tertentu,
dokter — pasien dn
2.
148 ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN
ujul lasti
purpose OF MAKING Dana for plastic surgeon for the
i is inexcusabl . Tg
not to cause the death of the patient, Ba mio Bligen,
produces the same result. Other Tai of c Practice
occur in the induction of illega
e
: Cag
abortions, or the Us :
e
contraceptive measures.
Or
2. Civil Malpractice
has not violated any statute Of criminal law. While the state CANngp
prosecute him, the physician is liable to be sued of malpractie,
endeavour to obtain « money award a8 compensation for his
suffering. The liability of the medical man 1S not decr sased IN Sueh
instances by the fact that the plaintiff is & charity patient or non.
paying patient.
Catatan
1 .
Ukuran yang digunakan untuk culpa ini bukanlah orang/dokter
yang paling hati-hati, melainkan culpa lata itu sendiri. Kelalaian
bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu
Mesem.
hal yang
standar:
To
Menko.
Dipindai dengan CamScanner
Kecelakan medis (medical accideng).
Kekeliruan penilaian klinis (non negli
Volenti non fit iniura: didasarkan
physician
s | 1 1 approved PI ac |
w Uu 1 t h « UTY to
“KELALAIAN”.
Sanksi hukum
. Sanksi Pidana:
Untuk kelalaian, yang berlaku bagi setiap orang di
: , diatur dal
Pasal 359, 360 dan 361 KUHP: 8, diatur dalam
ebabkan kemati
:9, diancam dengan pidana penjara li ematian orang
a penjara paling I
jima tahun atau kurungan paling lama 1 tahu Jara paling lama
n.
Catatan: Iimaksud
. jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut:
Sanksi perdata: :
keadaan.
Setiap
majikan untuk
Penjelasan
Ayat (1)
Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk
memberikan perlindungan bagi setiap orang atas suatu akibat yang
ENI.
dengan baik. Nu
2, Pengetatan pengawasan perilaku etik. Upaya ini akan mendorong
“rkan kelalaian atau kesalahan dan hal ini menjadi salah Saty
melakukan ke : . vakni apabila kesalahan atau kelalaian :
unsur malapraktik medis, yakni ap en alat TANAIAN itu
bersifat sengaja (Dolus) serta menimbulkan , . kn serius atau
fatal pada pasien. Beberapa penulis membedakan pengertian
kelalaian (negligence) dengan kesalahan (error) karena dalam
kelalaian terkandung unsur-unsur utama tidak hati-hati, tidak peduli
tidak tahu atau tidak acuh, sedangkan pada kesalahan unsur
utamanya adalah kekeliruan. |
tar
fakultas kedokteran/departer,.»
pelayanan
si medis (
kepada direkt
Setiap jenis
masing standar profe
bertanggung jawab
pembimbing dalam
perundang-undangan y.
diatur bersama dengan dekan
atau subspesialis.
darah,
a. Komite etik
c. Komite kridensial.
(Komalawati, 1989.
- ketentuan umum,
- persetujuan,
- informasi,
- sanksi,
- ketentuan lain,
- ketentuan penutup.
1. Pendahuluan
- Ketentuan Umur
- Dasar
— Informasi
— Pelaksanaan
— Isi informasi
— Kewajiban
3. Penutup
Namun hal ini tidak berarti bahwa dokter telah bebas dari
tuntutan malapraktik medis jika terjadi suatu kelalaian walaupun
telah didapatkan PTM dari penderita.
Informasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan m
adalah sebagai berikut.
1. Informasi harus diberikan, baik diminta maupun tidak.
2. Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak
dimengerti oleh orang awam.
i harus diberik
Informasi Mat Ikan sesuai de
kondisi, dan situasi pasien. ngan tingkat pendidikan,
. lengka dan Ta
dokter menilai bahwa informasi aan Kn kecuali bila
kepentingan atau kesehatan pas apat merugikan
ie :
informasi. " atau pasien menolak diberi
saksi d Pa ai
6. Untuk tindakan bedah (operasi) a | dan dengan seizin pasien.
(Pasal 11). |
Catatan:
Sangat disayangkan bahwa dalam Permenkes tentang Pertindik
terdekat.
Sanksi hukum
bersalah.
Sanksi pidana
Sanksi administratif
- riwayat penyakit,
mengandung nil .
Penjelasan:
1. Sebagai dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien
: am me
an
anan kesehatan yang telah diberi"
Medis
3 dis hanyalah
bersangkutan, Sedangkan peng petugas yang
hapusan
dalam bentuk
Naa BN Uk atau
dengan Cal a apa pun tidak diperkenankan, karena dikhawatirkan
adanya tuduhan dari pihak penderita bahwa ada hal-hal yang
Pasal 12:
Mena,
1 . su
yang dilihat dan ditemukan pada aa, tentang
pengetahuan yang sebaik-baiknya,
Catatan
# Karena Visum et Repertum ini dimi
f 8 , Inta ol sae
hasilnya juga diserahkan kenal. — Bai POLRI, maka
memintanya, sesuai dengan haknya aa Pm RI yang
dokter berdasarkan Pasal 133 ayat (1) Kitab U Inta bantuan
Hukum Acara Pidana, ndang-Undang
Salah satu hal lain yang sangat penting dalam hubungan antara
dokter dan pasien adalah mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
PN
pembantunya. . | Tn
al 3 PP No. 10 Tahun 1966 ini, yang diwajibkan
Berdasarkan Pas
menyimpan rahasia kedokteran seperti dimaksud dalam Pasal 1 ialah:
Tenaga Kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran,
pasiennya W
an oleh pembantu:
an, pen
administrator kesehatan, dan sanitarian. Penyuluh Kesehatan
kesehatan/dalam bi | Merdassikangsai .
“rahasiakan ber Sum :
janji i se |
“Mug
mili,
Contoh-contoh
Rahasia Pekerjaan
Rahasia Jabatan:
« Lafal sumpah pegawai negeri:
Saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus saya rahasiakan.
Pasal 13 Kode Etik Kedokteran Indonesia menyebutkan bahwa:
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita itu meninggal
dunia.
Pasal 53 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa:
» hak informasi,
Sanksi Hukum
g tan
Setiap perbuat ajibka
bagi orang lam, Na mengganti kerugian tersebut, Yg |
an ,
menyebabkan kerug'
engaduan pun. | ,
dandan administratif dapat dijatuhkan kepada seorang pejabat/
petugas kedokteran yang berulang kali membicarakan tentang
kedokteran).
a. melalaikan kewajiban,
Hito
bu
|
ajib i
PP ia kedokteran secara mutlak, maka rahasia Man Menyampan
k
a berdasarkan beberapa alasan, yaitu: edokteran dapat
Karena Daya Paksa Pasal 48 KuHp berbunyi:
i lakukan suat
Barangsiapa me U perbuatan karena
aksa tidak dapat dipidana. pengaruh daya
a. kepentingan umum,
SURAT KETERAN
b. Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel
maninya berasal dari donor (In Vitro Fertilization by Donor).
c. Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami (adik
atau abang) karena suami adalah steril (azoosperm) dan hubungan
seksual ini atas persetujuan dan permintaan suami istri yang
bersangkutan, (pada suku bangsa tertentu di
Indonesia,
dibenarkan menurut adatnya).
Lap
itu sendiri.
OLRI seri .
et reprtum kepada seorang dokter dalam perkara Panama #isum
ayaan dan
Kuitansi
b. Pasien minta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dan sisa antara
imbalan jasa dokter yang sebenarnya dengan yang dicantumkan
dibagi 50504 antara dokter dan pasien.
c. Pasien minta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota
ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in),
sedangkan dokter tidak menerima bagian dari biaya
pengangkutan itu. Hal-hal tersebut pada a, dan b, jelas merupakan
malapraktik etik dan malapraktik kriminal.
GAR
HUKUM DI BIDANG kr Naa
SEHATAN
TAN an
Pelanggaran/penyimpangan dari
Indonesia (LSDI) dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
dapat berupa pelanggaran etik semata
193
aa
Pengurus,
penjara, tempat
U, rumah sakit,
keputusan). |
p gkut profesi dokter atau dokter gi
P3EK Provinsi.
P3EK Provinsi terdiri atas unsur-UnSur kantor wilayah Depkes
u i i
sat disampaikan kepada Menteri
akan t
ayang bersangkutan. Kasus-k erhadap dokter atau dokter
ON 2. : ASUS pel
murni dibahas dahulu di P3EK Sebelum Gian tik yang tidak
an
berwenang.
UU 1992/23 Pasal 53 » |
kepentingan pembuktian da :
remadap seseorang Ne Melakukan tindakan medis tertentu
kesilamatan sang beremplutam (Pa per atikan kesehatan dan
| njelasan ayat (3): dalam upaya
pembuktian tenaga kesehatan dapat diminta untuk melakukan
tindakan medis terhadap seseorang, baik dalam perkara pidana,
maupun perkara lainnya. Permintaan ini dilakukan secara tertulis
oleh pejabat yang berwenang menangani permasalahan tersebut.
Meskipun untuk suatu tindakan medis harus didasarkan atas indikasi
medis, namun dalam kaitan dengan pembuktian tenaga kesehatan
harus melakukan tindakan medis berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kecuali bila tenaga kesehatan menilai bahwa
pada orang yang dilakukan tindakan tersebut terdapat hal yang
merupakan indikasi kontra dari tindakan medis yang dilakukan.
Dalam hal ini dapat menolak dan menghentikan tindakan tersebut.
Ayat (4): Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
0. el
kan dan kepangkatan penyidik yang dat
'
: kedudu
Pasal 6 ayat (2): keduduk# Na
dalam Peraturan Pemerintah diselaraskan dan diseimbangy
Penuntut Umum A
dengan kedudukan dan kepangkatan asal 79 ayat (1) Uu 1.
dilan umum). Dalam ketentuan p | 1990yo9
pera “1 hat POLRI juga kepada pejabat Pegawai Ne,, .
Selain penyidik pejabat diberi Wewe Beri
ibil tertentu di Departemen Kesehatan al nang khusus
Sipil berten ena dimaksud dalam UU 1981/8 tent
sebagai penyidik sebagaiman 'dikan tindak oat
' me 1
Hukum Acara Pidana untuk elakukan p da dik ap Pidana
sebagaimana diatur dalam UU ini. Ayat (2): Penyiaik sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 berwenang:
1. Melakukan pemeriksanaan atas kebenaran laporan Serta
keterangan tentang tindak pidana di bidang kesehatan.
Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan
hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan.
4. Melakukan pemeriksaan atas surat dan atau dokumen lain
tentang tindak pidana di bidang kesehatan.
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan bahan dan barang bukti
dalam perkara tindak pidana di bidang kesehatan.
6. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan.
1. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang kesehatan.
. Ayat (3): Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam
ayat | . dilaksanakan menurut UU 1981/8 tentang Hukum Acara
to
BENTUK-BENTUK SANKSI
ya hanya diberi i
formal. Secara maksimal MKEK memberikan usul Pu la
Depkes Provinsi atau Depkes . untuk memberikan Hn Jateg
198 | ETIK DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN
an terhadap kemungkinan
ng Sama di kemudian hari
teguran atau
i u penundaan kenaikan gaji atau
pangkat: (3) penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah:
KEPUSTAKAAN
Etik Rumah Sakit, 1997. Acuan Panitia Etik Rumah Sakit RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.