Anda di halaman 1dari 27

Analisis Pengaruh Latar Belakang Budaya dalam Rangka

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Strategis pada Anggota


Kelompok 3
Ringkasan Eksekutif

(Rencana Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Bertalenta Tinggi (RP3KBT))

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membantu masing-masing anggota kelompok
dalam memahami latar belakang masing-masing anggota dalam meningkatkan kemampuan
berpikir strategis. Judul yang diambil adalah “Analisis Pengaruh Latar Belakang Budaya
dalam Rangka Mengembangkan Kemampuan Berpikir Strategis pada Anggota Kelompok 3”.
Dengan pemahaman yang baik diharapkan tiap-tiap anggota dapat mengaplikasikannya
dalam pemecahan masalah, sehingga dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik analisis dengan jenis penelitian
kualitatif yang menggunakan wawancara sebagai alat pengambilan data. Jenis wawancara
yang dimaksud adalah wawancara terbuka. Wawancara terbuka ialah wawancara yang
berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya,
wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang menghendaki penjelasan atau pendapat
seseorang. Narasumber yang dimaksud adalah yang mengetahui serta mengenal masing-
masing anggota kelompok 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang budaya memiliki pengaruh yang
cukup signifikan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini seperti pada kelompok III
yang anggotanya multikultural, masing-masing anggota kelompok memiliki perbedaan
budaya, suku dan gaya komunikasi yang berbeda-beda dimana hal tersebut
mempengaruhi pengambilan keputusan karena tidak jarang beberapa anggota
mendasarkan budaya untuk berfikir strategis. Fakta bahwa dimana budaya mempengaruhi
mental dan pemikiran sesorang dalam pengambilan keputusan, ada anggota yang hanya
menerima keputusan yang telah dibuat namun ada juga anggota yang memberi tanggapan
terlebih dahulu sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari keputusan yang dibuat.

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan unsur penting baik bagi perusahaan maupun bagi
suatu negara. Melalui sumber daya manusia yang berkualitas, ide-ide maupun gagasan
pengembangan suatu proyek dapat dilaksanakan dengan baik dan kompetitif. Unsur SDM
yang baik tidak terlepas dari latar belakang dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh
perusahaan guna menunjang terciptanya SDM yang berkualitas. Sebuah perusahaan yang
memiliki teknologi handal sekalipun tetap membutuhkan sumber daya manusia bertalenta
yang mampu mengendalikan atau menggunakan teknologi dengan baik dan tepat.
Kongtribusi sumber daya manusia dalam kesuksesan suatu perusahaan menjadi suatu hal
yang utama untuk diperhatikan.

Suatu perusahaan tidak akan terlepas dari permasalahan-permasalahan yang akan


terus menuntut kemampuan sumber daya manusia meningkat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
dengan kemunculan berbagai masalah, sumber daya manusia perusahaan harus mampu
mengelola dan mengendalikan masalah tersebut, sehingga tidak menimbulkan masalah yang
lebih rumit atau lebih besar. Pengelolaan masalah yang timbul perlu disikapi dengan
kemampuan berpikir strategis yang memadahi. Kemampuan berpikir strategis dalam rangka
menyelesaikan suatu permasalahan dapat dipengaruhi salah satunya oleh latar belakang
budaya setiap individu yang terlibat. Oleh karena itu, diperlukan penyelarasan yang seimbang
untuk memperoleh keputusan yang tepat. Dengan mengetahui beberapa hal diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang latar belakang individu yang
mempengaruhi kemampuan berpikir strategis yang dalam hal ini adalah anggota kelompok 3.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan RP3KBT ini adalah:

1. Apakah latar belakang budaya tiap-tiap individu mempengaruhi kemampuan berpikir


strategis?
2. Bagaimanakah peran latar belakang budaya individu dalam mengembangkan
kemampuan berpikir strategis?
C. Tujuan Penulisan

2
1. Untuk mengetahui apakah latar belakang budaya tiap-tiap individu mempengaruhi
kemampuan berpikir strategis.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah peran latar belakang budaya individu dalam
mengembangkan kemampuan berpikir strategis.
D. Manfaat Penulisan
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan sumberdaya manusia (karyawan
bertalenta) dalam berpikir strategis.
2. Meningkatkan kualitas pemikiran strategis pada sumber daya manusia.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemikiran strategis dalam organisasi
atau perusahaan.
E. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber data tanpa adanya perantara dan tidak ada pengolahan
sebelumnya, namun diolah oleh penulis.

F. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang akan digunakan oleh penulis adalah metode
pengambilan data secara langsung melalui wawancara. Menurut Sugiyono (2008) dalam
dianah wawancara adalah pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawancara
terbuka. Wawancara terbuka ialah wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak
terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya, wawancara dengan menggunakan pertanyaan
yang menghendaki penjelasan atau pendapat seseorang.

Metode kedua yang akan digunakan adalah observasi. Menurut Hasanah (2016)
observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan indera seperti pendengaran,
penglihatan, perasa, sentuhan, dan cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris.

Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara terstruktur. Para penulis
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap anggota sebagai
responden. Metode wawancara ini dibantu dengan menggunakan alat bantu wawancara
berupa daftar riwayat hidup para responden.

G. Teknik Analisis

3
Data dalam rancangan program ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah untuk
dipahami dan diinformasikan pihak lain. Analisis dibagi menjadi dua yaitu analisis sebelum
pengambilan data dan analisis pada saat mengambil data.

Pada bagian pertama analisis dilakukan tehadap data hasil studi pendahuluan atau data
sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penulisan. Data sekunder yang dimaksud
ialah daftar riwayat hidup responden. Pada bagian kedua penulis akan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya serta
membuang yang tidak penting.

GAMBARAN KUALITAS SDM INDONESIA DI BIDANG BERPIKIR


STRATEGIS

Indonesia merupakan negara yang terbentuk dari banyak pulau, mulai dari pulau yang
besar hingga pulau kecil-kecil yang bahkan belum diberikan nama. Dengan kepulauan yang
dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia memiliki keberagaman yang cukup banyak, salah
satunya adalah tentang keragaman Bahasa tiap daerah. Perbedaan Bahasa daerah sering kali
menjadi bagian tersendiri yang menyulitkan untuk dapat dipahami jika tidak menggunakan
bahasan Indonesia.

Kemampuan berbahasa dan budaya dari berbagai pulau tentu terdapat perbedaan, hal
ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan dialog kritis dan berpikir strategis untuk tiap-tiap
orang. Hal ini menjadi menarik apabila kemampuan berpikir strategis diuji pada percakapan
menggunakan Bahasa daerah. Orang Indonesia memiliki kesempatan dalam hal mengasah
kemampuan untuk berpikir kritis jika dibandingkan dengan orang luar Indonesia.

Akan tetapi, kemampuan dan kualitas penduduk di Indonesia memang masih menuai
keprihatinan, hal ini dapat dicontohkan apabila dalam bekerja masih sering dicampuradukkan
dengan kepentingan pribadi yang mana dapat menghambat pekerjaan. Tentu hal ini dapat
menyebabkan menurunnya kualitas seumber daya manusia di Indonesia. Diperlukan
perbaikan-perbaikan terlebih dahulu terhadap karakter dan kebiasaan yang dimulai sejak dini
untuk menciptakan generasi yang memiliki kualitas lebih baik.

Apabila dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang, kualitas SDM di Indonesia
masih sangat rendah. Indonesia perlu meningkatkan kemampuannya terutama dalam
berdialog kritis untuk menemukan informasi-informasi penting yang dapat menunjang

4
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Kondisi ini tentu menjadikan perhatian yang
cukup mendalam mengingat sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam
keberhasilan suatu urusan. Pihak manajemen akan dirugikan atau diuntungkan bergantung
kepada kualitas sumber daya manusianya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa SDM di Indonesia akan mampu mengejar ketertinggalan dengan negara lain dalam hal
kualitas apabila perusahaan dan Pemerintah khususnya memberikan dukungan dan perhatian
khusus dalam rangka menciptakan generasi penerus yang memiliki kualitas jauh lebih baik
sebagai pemimpin di masa depan.

Peran budaya dalam upaya mendorong pengembangan kemampuan berpikir strategis


dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang dapat diperhatikan, mengingat Indonesia
merupakan Negara dengan budaya yang sangat banyak. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan maupun Pemerintah untuk mendorong terciptanya sumber daya manusia yang
mumpuni dan berkualitas, khususnya dalam hal berpikir strategis.

GAMBARAN ANGGOTA KELOMPOK DAN KUALITAS ANGGOTA


KELOMPOK DI BIDANG BERPIKIR STRATEGIS

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap masing-masing individu


kelompok pengerjaan tugas RP3KBT empat ini, peneliti dapat mengambil permasalahan
yang dihadapi oleh masing-masing individu bahwa latar belakang budaya dalam
pengembangan dalam berfikir strategis, diantaranya yaitu kurangnya pengembangan
dalam berpikir strategis.

1. Rani Arinasari

Asal daerah : D.I.Y

Suku : Jawa

Sarjana : S.EI (keuangan syariah)

Umur : 24

2. Wisnu Eko Ariwibowo

Asal daerah : Jambi

Suku : jawa

Sarjana : S.E (manajemen)

5
Umur : 25

3. Irba Much’las sambodo

Asal daerah : Kalimantan Barat

Suku : Jawa

Sarjana : S.Sos (manajeman dakwah)

Umur : 24

4. Kevin Satriani Nusafatuah

Asal daerah : Jawa Tengah

Suku : Jawa

Sarjana : S.pd (olahraga)

Umur : 26

Pentingnya latar belakang budaya dalam pengembangan berfikir strategis oleh


setiap individu untuk membuat keputusan dan membantu menyelesaikan semua tugas-
tugas yang diberikan oleh dosen. Mahasiswa dengan pemikiran strategis yang baik
tentunya akan mampu membuat berpikir strategis guna mengambil keputusan atau ide
dalam pengerjaan tugas. Mahasiswa tersebut akan dapat membedakan dan memilih mana
yang sebaiknya dilakukan dan yang tidak dalam rangka meningkatkan kualitas proses
belajar.

Mahasiswa yang memiliki dedikasi tinggi yang mampu mengunakan pemikran


strategis nya dlam engambilan tanggung jawab tanggung jawab pengerjaan tugas biasanya
memiliki kemampuan dalam berfikir strategis yang baik, sehingga dapat dikatakan
mahasiswa tersebut adalah contoh mahasiswa yang bertanggung jawab dan cerdas. Ada
banyak hal yang mengikuti ketika seseorang mendapatkan predikat sebagai mahasiswa
yang bertanggung jawab dan cerdas yaitu partisipasi diskusi dikelas yang baik dan tentu
saja prestasi yang memuaskan, karena pada dasarnya semua mahasiswa kuliah untuk
mendapatkan ijazah guna memenuhi prestasi yang gemilang.

ANALISIS PERMASALAHAN

a) Analisis Eksternal

6
Budaya merupakan salah satu factor yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan social.
Kaitannya adalah kebudayaan mencakup perbuatan, aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu. Dalam menjalani aktitivisyas sehari-hari tersebut pastinya tidak lepas
dengan pola pergaulan dan cara berpikir dalam masyarakat. Dalam konteks perusahaan,
karyawan yang memiliki lata belakang Budaya yang berbeda akan memiliki pola
pergaulan yang berbeda. Seperti halnya dalam kelompok kami memiliki latar belkang
kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jambi
dan Banjarmasin. Selain itu latar belakang pendidikan tidak seluruhnya berasal dari
bidang manajemen, namun ada juga yang berasal dari Keuangan Syariah, Olahraga
Manajemen Dakwah, dan Manajeman. Gambaran setiap anggota kelompok mewakiliki
gambaran budaya yang ada di Indonesia. Situasi yang diharapkan adalah dengan adanya
perbedaan budaya ini diharapkan bukan menjadi alasan dalam proses mempelajari cara
untuk berpikir strategis. Adanya perbedaan kebudayaan ini diharapkan untuk menjadi
motivasi anggota kelompok dalam cara berpikir, sehingga setiap anggota kelompok
mampu berpikir secara strategis.
b) Analisis Internal
Analisis internal dilakukan pada anggota kelompok yang memiliki latar kebudayaan yang
berbeda. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Melalui metode
kuesioner atau wawancara gambaran kemampuan berpikir strategis anggota kelompok.
Sifat anggota kelompok berdasarkan latar belakang kebudayaan dan berpikir straegis
berbeda-beda. Ada anggota kelompok yang memiliki sifat mudah bergaul sehingga
mampu menciptakan suasana yang baik. Namun tidak memiliki inisiatif untuk melakuka
suatu tindakan baru. Ada juga yang memiliki sifat yang tenang dan sangat ulaet dalam
mengerjakan kerja, namun keuletan tersebut menjadi boomerang karena ia menjadi tidak
peka terhadap keadaan sekitar. Ada juga yang memiliki sifat yang terbuka dan tegas.
Ketegasan tersebut dicerminkan saat pengambilan keputusan namun memiliki sifat
ketergantungan terhadap anggota kelompok yang tinggi. Kemudian yang terakhir adalah
anggota kelompok yang memiliki keinginan menang yang besar. Sifat tersebut sangat
bermanfaat karena mampu memberikan doongan untuk menyampaikan ide atau gagasan,
namun ia memiliki kecenderungan tidak tegas dan suka bercanda. Dari deskripsi tersebut,
penulis mampu menjabarkan kualitas angggota kelompok dalam bentuk analisis SWOT
sebagai berikut:
 Strenght

7
Secara umum, perbedaan kebudayaan membawa pengaruh positif terhadap cara berikirn
strategis anggota kelompok. Hal tesebut ditinjau dari watak-watak yang dimiliki anggota
kelompok menunjang untuk pembelajaran berpikir strategis.
 Weakness
Tidak semua watak yang dimiliki anggota kelompok dapat menunjang pembelajaran
berpikir strategis. watak negative tersebut bahan memilik potensi menjadi penghalang
dalam menciptakan suatu ide atau gagasan dalam berpikir strategis
 Opportunity
Adaya perbedaan pendapat tersebut dapat dimanfaatkan oleh anggota kelompok lain
untuk beradaptasi dan berinterospksi diri sehingga peluang untk untuk dapat berpikir
strategis lebih baik.
 Threat
Kemampuan adaptasi anggota kelomok haris diimbangi dengan peningkatan softskill
yang dimiliki. Apabila tidak bisa mengembangkan softskill maka kemampuan berpikir
stategis tidak akan mengalami peningkatan. Apabila kita tidak dapat berdialog, maka kita
akan mengalami kesulitan untuk mengemukakan ide gagasan. Hambatan tersebut
terntunya akan berpengaruh terhadap kinerja anggota elompok sebagai team. Kondisi
yang diharapkan adalah anggota kelompok mmpu meningkatakn softskill yang
menunjuang watak yang dimiliki sehingga dapat menutup kekeruangan yang ada dalam
pribadi angota kelompok. Selai itu adaptasi juga diperlukan mengingat anggota kelompok
memliki latar belaakng budaya yang berbeda. Latar belakang udaya yang berbeda
memperngaruhi watak individu anggota kelompok.
c) Masalah Kualitas anggota kelompok
 Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan masih dipermasalahkan oleh anggota
kelompok untuk berpikir strategis
 Perbedaan watak yang dimiliki berpengaruh terhadap kinerja anggota kelmpok
 Kurangnya pemahaman peranan budaya dalam lingungan kerja
d) Urutan prioritas masalah yang harus ditindaklanjuti.
 Meningkatkan pemahaman peranana budaya dalam kelompok
 Membuka pikiran atau cara berpikir yang luas sehingga mampu menciptakan
perspektif yang baru dalam memandang perbedaan budaya Adanya perbedaan latar
belakang kebudayaan masih dipermasalahkan oleh anggota kelompok untuk berpikir

8
strategis Perbedaan watak yang dimiliki berpengaruh terhadap kinerja anggota
kelmpok kurangnya pemahaman peranan budaya dalam lingungan kerja atau kampus.

KAJIAN PUSTAKA

a. Acuan Penelitian Terdahulu


Dari penelitian Mohammad Bagher Arayesh 1 *, Emad Golmohammadi 2,
Maryam Nekooeezadeh 3, Abbas Mansouri : The effects of organizational culture
on the development of strategic thinking at the organizational level
Budaya merupakan komponen penting dari lingkungan internal. Budaya
organisasi dapat dianggap sebagai kelemahan terbesarnya atau kekuatan. Beberapa
organisasi telah berhasil menciptakan budaya yang benar-benar kompatibel dengan
kebutuhan organisasi. Sementara itu, bukannya ditempatkan di bawah pengaruh
perubahan, mereka mempengaruhi perubahan. Budaya organisasi merupakan faktor
yang dapat mengakibatkan perkembangan pemikiran strategis dalam organisasi.
Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya
organisasi terhadap pengembangan pemikiran strategis pada tingkat organisasi dari
Ilam Gas Kilang. Studi sebelumnya banyak digunakan model individu pemikiran
strategis, sementara penelitian ini ditujukan Model asli pemikiran strategis pada
tingkat organisasi. Sampel penelitian termasuk 168 manajer puncak dan menengah
dan ahli yang dipilih melalui simple random sampling. Untuk mengumpulkan data,
Cameron dan Quinn (2006) kuesioner budaya organisasi dan kuesioner dari
Golmmohammadi, Kafche, dan Soltanoanah (2013) yang digunakan. Regresi dan
persamaan struktural mulai digunakan dalam analisis data dan pengujian hipotesis
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki dampak
yang signifikan pada pemikiran strategis pada tingkat organisasi. Di antara aspek-
aspek budaya organisasi, budaya pasar adalah penjelasan yang lebih baik untuk
pemikiran strategis yang memiliki efek positif yang signifikan pada semua aspek
pemikiran strategis.
Penelitian menurut Muksin Wijaya : MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA
PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI, Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung 40132

9
Berbagai penelitian sudah dilakukan dan secara secara empiris hasil dari setiap
penelitian itu pada umumnya membuktikan bahwa strategi perusahaan dan budaya
perusahaan memiliki hubungan yang sangat penting dan memberikan keuntungan
bagi perusahaan. Strategi perusahaan dan Budaya Perusahaan memiliki hubungan
yang saling melengkapi dan timbal balik dalam upaya perusahaan untuk untuk
mencapai tujuannya.
Budaya perusahaan sangat mempengaruhi proses perumusan strategi
perusahaan, mulai dari formulasi strategi sampai kepada implementasi strategi
tersebut. Implementasi strategi perusahaan akan mencapai hasil yang optimal, efektif
dan efisien apabila difasilitasi dan diperkuat dan oleh tumbuhnya budaya perusahaan
yang baik dan kuat pula.
Dapat disimpulkan bahwa strategi perusahaan dan budaya perusahaan
berkaitan dan berpengaruh satu dengan lainnya secara timbale balik, dan keduanya
apabila berjalan secara baik dan selaras akan dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Budaya perusahaan mempengaruhi strategi perusahaan mulai dari tahap
formulasi sampai dengan tahap implementasi. Budaya perusahaan akan
mempengaruhi tahap formulasi strategi dalam hal pembentukan pola pemahaman dan
pola pemaknaan perusahaan atas perubahan yang terjadi di dalam lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Budaya perusahaan mempengaruhi manajemen perusahaan
di dalam pengumpulan informasi yang berkaitan dengan lingkungannya untuk
kemudian dipakai sebagai pertimbangan perusahaan didalam pengambilan keputusan
dan kebijakan perusahaan
Penelitian menurut Anwar Ikhsan: ANALISIS PENGARUH BUDAYA
ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
NON DOSEN PADA UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana Jakarta
Dari hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa budaya organisasi dan kepuasan
kerja terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan non
dosen di Universitas Mercu Buana Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan, maka penulis
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, dimana apabila variabel budaya
organisasi meningkat maka variabel kinerja akan meningkat pula. 2. Terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan

10
dimana apabila variabel kepuasan kerja meningkat maka variabel kinerja akan
meningkat. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi dan
kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan non dosen
Universitas Mercu Buana dimana apabila budaya kerja dan kepuasan karyawan
meningkat maka kinerja karyawan juga akan meningkat atau dengan kata lain
semakin baik penerapan nilainilai budaya organisasi yang diimplementasikan dalam
kehidupan kerja karyawan dan semakin baiknya kepuasan karyawan akan semakin
kuat pengaruhnya terhadap kinerja karyawan non dosen Universitas Mercu Buana.
Penelitian menurut Rina Nuraini Selly: Memahami Kepemimpinan Stratejik dan
KebudayaanOrganisasi, STIA Alazka, Ambon
Antara kepemimpinan stratejik dan kebudayaan organisasi terdapat hubungan
yang penting. Kesesuaian antara faktor-faktor ini dapat meningkatkan kemungkinan
keberhasilan suatu organisasi. Untuk mencapai suatu keberhasilan dibutuhkan waktu
untuk berproses yang lama dan kontinyu. Kunci kepemimpinan organisasi yang baik,
yaitu membangun organisasi dengan cara mendidik dan mengembangkan calon
pemimpin baru. Peranan terpenting dari manajemen adalah membentuk nilai-nilai
kebudayaan.
Kebudayaan organisasi merupakan sistem nilai (apa yang penting) dan
kepercayaan (bagaimana hal-hal bekerja) yang dianut bersama yang berinteraksi
dengan orang-orang suatu perusahaan, struktur organisasi, dan system pengawasan
untuk menghasilkan norma-norma perilaku (cara kita mengerjakan hal-hal di sini).
Pentingnya kebudayaan itu menjadi sangat jelas bila suatu organisasi mengalami
perubahan penting dalam sasaran, strategi dan cara-cara operasinya.
Seluruh kebudayaannya ditujukan untuk operasi yang efisien dengan missi
yang tegas untuk memberikan pelayanan bermutu tinggi. Hal ini akan mengarah pada
kebudayaan yang kuat, kebudayaan yang kuat itu bergantung pada kesesuaian antara
kebudayaan dengan kebutuhan organisasi. Tugas perencanaan atau berfikir strategik
merupakan fungsi, wewenang dan tanggung jawab kepemimpinan. Terutama
kaitannya dengan tugas pemimpin dalam hal melakukan pengendalian, membimbing,
dan membentuk lingkungan organisasional. Pemimpin harus dapat melaksanakan
strategi kepeimpinan untuk menerima risiko dan menghadapi kerumitan yang dibawa
oleh perubahan.

b. Landasan Teori

11
Budaya

Budaya merupakan komponen penting dari lingkungan internal. Budaya


organisasi dapat dianggap sebagai kelemahan terbesarnya atau kekuatan. Beberapa
organisasi telah berhasil menciptakan budaya yang benar-benar kompatibel dengan
kebutuhan organisasi. Budaya organisasi memiliki dampak besar pada keputusan
organisasi dan karena itu harus dipertimbangkan ketika meninjau faktor internal.
Budaya membentuk dasar strategi dan mempengaruhi unsur-unsur dari proses
komunikasi dan hubungan strategis. Jika organisasi ini mampu menerapkan strategi
untuk mengambil keuntungan dari kekuatan, dalam kasus itu, manajemen dapat
dengan mudah diimplementasikan dan akan mampu melakukan perubahan yang
sangat cepat. Budaya organisasi dapat menentang strategi baru yang akan
menyebabkan kebingungan. Untuk tujuan ini, budaya organisasi harus dengan cara
yang orang menunjukkan minat dalam merumuskan strategi (David, 2002)

Budaya organisasi adalah seperangkat gagasan bersama atau properti


membentuk sistem nilai unggul dalam organisasi dan mengarah ke perbedaan
organisasi dari organisasi lain (Rajaee Tuang & Lafti, 2010). Budaya organisasi
adalah seperangkat nilai-nilai, keyakinan, konsep, pemotongan, dan metode berpikir
bahwa anggota organisasi memiliki fitur yang sama di dalamnya (Dargahi, Eskandari,
& Shaham, 2010). Topik budaya organisasi membutuhkan kesadaran dan pengakuan
di berbagai disiplin ilmu. Mengingat berbagai bidang, akademisi dan praktisi
kekhawatiran tentang belajar aspek yang berbeda dari budaya memahami kualitas
tidak berwujud yang mempengaruhi efektivitas lingkungan tempat kerja.

Sementara topik tidak menciptakan daya tarik sampai awal 1980-an, mencari
budaya organisasi saat ini memproduksi lebih dari 3000 studi di Harvard Business
Review saja. Abadi minat dalam subjek ini mengungkapkan arti penting konstruk
dalam studi administrasi dan mengikuti ini, menyebutkan kekuatan budaya untuk
mempengaruhi kegiatan organisasi, proses, dan hasil. Organisasi meningkatkan
budaya tertentu yang akhirnya mempengaruhi keberhasilan lembaga secara
keseluruhan. Budaya adalah sebuah konsep abstrak diterapkan di beberapa bidang
akademik dan sosial dengan mengubah makna kontekstual. Budaya organisasi adalah
landasan internal dan struktur non-spesifik organisasi yang diwujudkan pada tujuan,
teknologi, struktur, kebijakan, praktik dan produk dari organisasi (Amirikermanshahi,

12
2002). Secara umum, budaya organisasi adalah persepsi bahwa orang memiliki
tentang organisasi.

Sebuah perspektif lain menekankan cara kebudayaan mempengaruhi perilaku:


kebudayaan organisasi adalah sistem nilai (apa yang penting) dan kepercayaan
(bagaimana hal-hal bekerja) yang dianut bersama yang berinteraksi dengan orang-
orang suatu perusahaan, struktur organisasi, dan system pengawasan untuk
menghasilkan norma-norma perilaku (cara kita mengerjakan hal-hal di sini).
Pengertian ini menunjukkan bahwa semua yang kita ketahui dari pengalaman pribadi;
organisasi-organisasi itu mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda – sasaran dan
nilai, gaya manajemen, dan norma-norma untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
mereka:

Pentingnya Kebudayaan

Pengusaha asli (original entrepreneur) yang mendirikan suatu organisasi,


seringkali memberikan bentuk pribadi kepada kebudayaan inisial organisasi itu dan
kemudian melanggengkan kebudayaan itu dengan mendapatkan para pengikut yang
sesuai dan memasyarakatkannya ke dalam sistemnya. Pendiri atau kelompok pendiri
suatu organisasi memulainya dengan nilai-nilai, kepercayaan, dan norma-norma
tertentu yang telah dibentuknya dengan kebudayaan yang lebih luas dan dengan
pengalaman kehidupan mereka.

Kepemimpinan Stratejik Dalam Membangun Kebudayaaan Organisasi

Gaya/tipe kepemimpinan tidak dapat diterapkan secara terus-menerus,


melainkan bergantung pada: situasi, tugas yang diemban, dan karakteristik dari para
bawahan yang dipimpinnya. Salah satu contoh situasi yang berbeda-beda di mana
seorang pemimpin menjalankan perannya, adalah fase/tahap-tahap sebuah organisasi
dalam siklusnya. Peran seorang pemimpin pada saat organisasi baru dibentuk dan
pada saat organisasi sudah mulai “menua”, sangatlah berbeda.

Pemikiran strategis

Strategi adalah sebuah konsep dengan akar militer. Saat ini, bidang pemikiran
strategis sangat dihargai dan banyak penulis lebih memilih untuk menggunakannya
(Farhangi & Dehghan, 2011). Akar Berpikir Strategis (analisis sistematis dari status
saat ini dan arah masa depan penyusunannya) telah dianggap sejak awal abad

13
kedua puluh. beberapa besar ide-ide asli meliputi perencanaan jangka panjang;
analisis strategis dan kualitas, perencanaan skenario, model alokasi sumber daya,
budaya organisasi, kepemimpinan, pengukuran dan keselarasan strategis telah
menjadi landasan pengembangan pemikiran strategis (Allino, 2006). Ini mencakup
berbagai pendekatan manajemen termasuk pengembangan dan pelaksanaan rencana
strategis organisasi. Dalam literatur manajemen perbedaan antara dua hal perencanaan
strategis dan pemikiran strategis yang mengarah pada penciptaan kebingungan dalam
manajemen strategis tidak dijelaskan (Heracleous, 1998). Mintzberg (1994) percaya
bahwa perencanaan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan perencanaan
strategis karena melibatkan analitis, formal, eksekutif, dan proses resmi. Dia juga
mengakui bahwa perencanaan strategis tidak bahkan di masa dewasa mereka dengan
kepentingan keuangan dan kinerja untuk organisasi. Altier (1991) menunjukkan
bahwa perencanaan strategis harus pergi dan hanya pemikiran strategis dapat diganti
posisinya

TUJUAN RP3KBT

Tujuan dari penyusunan PR3KBT ini ialah:


Membantu memahami bahwa budaya juga merupakan hal penting dalam pengambilan
keputusan dalam berfikir strategis.

ALTERNATIF USULAN RP3KBT


a. Keunggulan dan Kelemahan Alternatif Program Usulan
Melihat dan mengamati dari hasil analisis mengenai kualitas sumber daya
manusia, terdapat beberapa macam pemasalahan yang sekiranya menjadi perhatian
bagi kami dan perlu untuk diselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain mengenai
peran latar belakang budayauntuk mengembangkan kemampuan berfikir strategis dari
beberapa anggota yang dirasa masih kurang, kemampuan dalam memberikan
tanggapan, dan membuat serta merancang kerangka berfikir yang masih perlu untuk
dikaji dan diperbaiki. Mengacu pada permasalahan tersebut, maka kami sepakat untuk
memberikan beberapa usulan program-program yang diharapkan dapat dijadikan
sebuah kegiatan untuk meningkatkan kualitias sumber daya manusia pada kelompok
kami. Adapun beberapa usulan program yang dapat dipertimbangkan diantaranya
adalah:

14
Studi Kasus dan Diskusi Kelompok

Studi kasus yang dimaksud adalah pembahasan kasus dengan menggunaka


kejadiannyata. Sementara diskusi kelompok yang dimaksud adalah
berdiskusi menggunakantopil- topik terntentu dengan adanya interaksi antara
karyawan. Harapan dari diskusi kelompok adalah menghasilkan suatu pemahaman
yang sama dari topik yang telah ditentukan.

Keunggulan: Karena sifatnya berdiskusi maka pastinya akan terjadi interaksi


antarkaryawan dengan latar belakang yang berbeda. Dan ditambah denganbeberapa
materi tentang budaya yang akan membuat pemikira mereka terbukatentang budaya.

Kelemahan: Ada kemungkinan bahwa informasi yang didapatkan hanya terbatas


terhadappermasalahan yang dihadapi. Selain itu dengan metode diskusi kelompok
memiliki kecenderungan dipimpin oleh karyawan yang gemar berbicaraataumemiliki
latar belakang yang kuatsehingga anggta kelompok yang pendiamatau pemalu tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengutarakanpendapatnya.

Role Play
Majid (2014) berpendapat bahwa role playing adalah metode pembelajaran
sebagaibagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasiperistiwa-peristiwa actual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul
pada masa yangakan mendatang. Karyawan masing-masing dihadapkan pada situasi
dan diminta untuk memainkan peranan sebagai contoh seorang pemimpin perusahaan
dan bereaksi terhadaptaktik yang djalankan oleh anggota kelompok yang sedang
berperan.
Keunggulan: Karyawan mampu mengembangkan sikap dan menggali pemikiran
untuk didiskusikan dengan karyawan dalam suatu periode tertentu.
Kelemahan: Ada kemungkinan karyawan tidak bermain peran secara aktif
Karenapendiam dan pemalu.
Seminar
Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada suatu topik yang khusus, di
mana merekayang hadir dapat berpartisipasi secara aktif. Seminar seringkali
dilaksanakan melalui sebuahdialog dengan seorang moderator seminar, atau melalui
sebuah presentasi hasil penelitiandalam bentuk yang lebih formal. Di beberapa
seminar dilakukan juga pertanyaan dan debat.Seminar memiliki sifat lebih informal

15
dibandingkan sistem kuliah di kelas dalam sebuahpengajaran akademis. Seminar yang
bertemakan Budaya juga akan mengundang pemikiran yang terbuka bagi karyawan
bahwa peran budaya merupakan faktor penting dalampengambilan keputusan.
Keunggulan: Karyawan dapat memahami budaya yang dimiliki masing-masing
individudan peran budaya dalam pengambilan keputusan.
Kelemahan: Setiap individu yang memiliki budaya yang kurang baik mungkin
akankurang berkontribusi dan lebih banyak untuk diam.
Outbond Training dan Training Transformasi Budaya
Program Outbond Training dan Training Transformasi Budaya merupakan
suatu program yang berupaya untuk meningkatkan peran latar belakang budaya tiap
individu dalam menghadapi suatu kasus atau masalah. Kedua program ini merupakan
suatu sistem yang strategis dalam mendorong peningkatan kemampuan berpikir
strategis dengan mengasah kemampuan otak dan kemampuan berbicara. Para peserta
akan dihadapkan kepada suatu kasus yang harus dipecahkan dan didorong untuk dapat
melakukan transformasi budaya baik secara fisik maupun cerita melalui komunikasi.
Hal ini juga akan mampu meningkatkan sifat percaya diri pada masing-masing
anggota kelompok kami.

Keunggulan:

- Memberikan pengarahan yang secara langsung dapat meningkatkan kualitas diri


bagi masing-masing peserta.
- Meningkatkan kualitas kepribadian setiap peserta yang beguna untuk membuat
dan menyusun kerangka berfikir yang baik.
- Relaksasi diri.

Kelemahan:

- Program yang dilaksanakan kemungkinan besar akan membutuhkan banyak dana


dan sponsor untuk mendukung terlaksananya program yang maksimal.
- Membutuhkan waktu pelaksanaan yang relatif lama.
- Terdapat kemungkinan besar bahwa program kegiatan ini hanya dianggap dan
dijadikan sebagai rekreasi semata.
b. Strategi yang Dipilih
Berdasarkan pada usulan program yang telah dipaparkan diatas, kelompok kami
bersama-sama sepakat untuk memilih program Program Outbond Training dan

16
Training Transformasi Budaya karena program tersebut kami anggap lebih efektif
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berdasarkan latar belakang budaya
bagi masing-masing peserta serta terdapat beberapa kegiatan yang mendukung dan
membantu setiap peserta untuk dapat membuat dan menyusun kerangka berfikir.
Pelaksanaan program Outbond Training dan Training Transformasi Budaya secara
langsung memberikan pengalaman serta pengarahan kepada setiap peserta dan hal ini
erat kaitannnya dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan anggota agar dapat
berfikir secara strategis yang nantinya akan sangat berguna bagi setiap peserta untuk
diterapkan dan dilaksanakan didalam setiap kegiatan dalam organisasi maupun
pekerjaan.

PROPOSAL PROGRAM RP3KBT


Program Rancangan Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya
merupakan sebuah program yang dirancang dari hasil identifikasi mengenai kemampuan
anggota yang perlu dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang sering dialami oleh
setiap masing-masing anggota atau yang sering sulit untuk diselesaikan. Program ini
dilakukan untuk melatih anggota untuk dapat berfikir secara kreatif dalam mengatasi sebuah
permasalahan, serta kemampuan anggota dalam membuat sebuah keputusan.

Penilaian dalam program RP3KBT ini dititik beratkan pada proses pelatihan yang
dilaksanakan mengenai Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya ini.
Proses awal dimulai dari identifikasi masalah kemampuan kreatif dan pengambilan
keputusan, membuat alternatif pilihan mengenai pelatihan dan pelaksanaan Outbond
Training dan Training Transformasi Budaya, dan proses terakhir pada penentuan dari
alternatif yang mengarah pada peningkatan kemampuan berfikir kreatif dalam pengambilan
keputusan. Fokus pada program ini yaitu peningkatan kemampuan dalam membuat keputusan
dengan pemikiran atau pola pikir yang kreatif serta mampu mengkoordinir kebudayaan
didalam perusahaan guna melatih berpikir strategis.

Proses penilaian akan kemampuan yang telah ditingkatkan atau dikembangkan


didasarkan pada pencapaian anggota dalam menentukan keputusan, serta kemampuan dalam
mengatasi sebuah permasalahan melalui intuisi yang dikoordinir dengan sangat baik. Apabila
terdapat beberapa anggota yang belum mampu atau tidak berhasil dalam program ini maka
akan diberikan alternatif program yang sesuai namun memiliki tujuan atau manfaat yang
sama.

17
Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk pengembangan kualitas dan
kemampuan anggota dalam pembuatan keputusan secara kreatif dan tepat dengan
mengkoordinir dari latar belakang budaya. Selain itu anggota diharapkan juga mampu
menyelesaikan sebuah permasalahan secara kreatif. Program ini dilaksanakan secara efektif
dan detail mengenai materi, serta alternatif program yang akan di implementasikan dengan
harapan mampu meningkatkan kemampuan dan kualitas setiap anggota dalam mengkoordinir
budaya dan perannya dan dalam mengambil keputusan.

Sasaran

Sasaran dari program pelatihan dan pengembangan ini adalah anggota kelompok 3
yang didasarkan pada kebutuhan anggota kelompok 3 dalam kemampuan mengkoordinir
budaya dan perannya dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan pembuatan keputusan.

Bentuk Kegiatan

Proses pelaksanaan program dilakukan dengan pelatihan mencakup pemahaman peran


budaya dan analisis dalam pengambilan keputusan berpikir strategis. Alasan menggunakan
program pelatihan tersebut adalah untuk memperbanyak infromasi mengenai peran budaya
dan bagaimana kita bisa menerapkannya karena untuk memahami budaya dalam pengambilan
keputusan diperoleh melalui pembelajaran informal yang sebaiknya terstruktur.

REKOMENDASI DALAM PROSES IMPLEMENTASI RP3KBT

Program Outbond Training dan Training Transformasi Budaya

Program Outbond Training dan Training Transformasi Budaya merupakan suatu


program yang berupaya untuk meningkatkan peran latar belakang budaya tiap individu dalam
menghadapi suatu kasus atau masalah. Kedua program ini merupakan suatu sistem yang
strategis dalam mendorong peningkatan kemampuan berpikir strategis dengan mengasah
kemampuan otak dan kemampuan berbicara. Para peserta akan dihadapkan kepada suatu
kasus yang harus dipecahkan dan didorong untuk dapat melakukan transformasi budaya baik
secara fisik maupun cerita melalui komunikasi. Hal ini juga akan mampu meningkatkan sifat
percaya diri pada masing-masing anggota kelompok kami.

18
Kedua program ini mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki
oleh masing-masing anggota kelompok yang kedepannya akan dipersiapkan menjadi seorang
manajer atau pimpinan yang bertalenta dan berkemampuan baik dalam berdialog dengan
siapapun secara kritis. Oleh karena itu, kedua program ini dalam rangka meningkatkan peran
latar belakang budaya untuk berpikir kritis perlu dilakukan. Kontribusi peningkatan kualitas
sumber daya manusia salah satunya juga dapat melalui program-program seperti diatas.
Pelatihan ini menekankan kepada prinsip latar belakang budaya sehingga diharapkan akan
mampu mendorong perbaikan terhadap kompetensi dan output yang berhasil.

Tujuan Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya

Setelah mengikuti program diatas, peserta diharapkan dapat:

1. Mampu mengoptimalkan dasar-dasar penentuan kompetensi personal/soft


competency, sosialisasi nilai-nilai perusahaan dan memahami teknik internalisasi new
values kedalam perilaku bekerja sehari-hari
2. Menciptakan serta mempertahankan motivasi individual dan kinerja team dalam
menghadapi perubahan iklim kerja dan budaya organisasi sesuai dengan visi, misi dan
strategi perusahaan
3. Mampu membangun sekaligus mempertahankan motivasi baru sehingga produktivitas
tetap terjaga sesuai dengan target yang telah ditetapkan
4. Memiliki metode analisa pengukuran yang valid dan komprehensif atas keberhasilan
implementasi nilai-nilai budaya
5. Optimalisasi penanaman nilai-nilai budaya perusahaan atas transformasi budaya dan
manajemen agen peruabahan yang terjadi
6. Mengimplementasikan prinsip dan hasil dari pelatihan dalam perusahaan atau
lingkungan lainnya
7. Memiliki output kinerja yang baik bagi perusahaan

Materi Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya

1. Memahami Transformasi Budaya – Beragam Konsep, Teori dan Pendekatannya


2. Pengaturan Sasaran Kompetensi, Metode Pelatihan Penilaian dan Pemetaan Saat Ini
3. Latihan dan Tugas Kelompok

Instruktur Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya

19
1. Victor Kristanto, Psikolog, Trainer & Enterpreneur. Berpengalaman luas di bidang
Character Building, Breakthrough Mindset, Leadership, Team Building & Human
Resources
2. Hendrik Ronald, Pakar Service Excellent No 1 di Indonesia. Master Trainer dari pak
Tung Desem Waringin

Tempat dan Waktu Pelatihan Outbond Training dan Training Transformasi Budaya

Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, 29-30 September 2018

Susunan Acara

Hari,Tanggal Keterangan Jam


Sabtu, 29 Tiba di lokasi 07.00 WIB
September
2018
Sarapan dan 07.00-08.30 WIB
Registrasi Ulang
Pembukaan 08.30-09.00 WIB
Ice Breaking 09.00-09.30 WIB
Acara inti 09.30-12.00 WIB
Ishoma 12.00-13.00 WIB
Acara inti (kasus) 13.00-16.00 WIB
Ice Breaking 16.00-17.00 WIB
Ishoma 17.00-19.30 WIB
Talkshow 19.30-22.00 WIB
Minggu, 30 Sarapan 06.00-07.00 WIB
September
2018
Olahraga (Senam) 07.00-08.00 WIB
Outbond + Studi 08.00-12.00 WIB
Kasus
Ishoma 12.00-13.00 WIB
Pulang 13.00-……

Biaya Pelatihan

Biaya pelatihan ini sebesar Rp 5.500.000/orang yang meliputi akomodasi selama


pelatihan, kaos, pin, tas, jaket, makan selama kegiatan, dan keperluan tak terduga.

20
HASIL ANALISIS PENGARUH LATAR BELAKANG BUDAYA
DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
STRATEGIS PADA ANGGOTA KELOMPOK 3

Mengacu dan melihat dari data yang telah penulis dapatkan melalui serangkaian
metode pengumpulan data yang telah dilakukan yaitu observasi dan wawancara, penulis
menemukan berbagai macam fakta yang berbeda-beda dari setiap anggota kelompok III
mengenai peran latar belakang budaya dari masing-masing anggota untuk mengembangkan
kemampuan berfikir strategis. Dalam melakukan pengambilan data melalui wawancara,
penulis memberikan serangkaian pertanyaan kepada narasumber yang sudah penulis pilih
yaitu rekan terdekat dari masing-masing anggota kelompok III dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang lebih spesifik mengenai kepribadian dari masing-masing anggota.
Penulis juga melakukan beberapa pengamatan terhadap tingkah laku, kebiasaan serta gaya
berkomunikasi dari setiap anggota dimana kegiatan tersebut merupakan bentuk observasi
yang penulis lakukan.

Dalam menganalisis jawaban-jawaban yang diperoleh dari pertanyaan yang telah


diajukan kepada narasumber, penulis mendapati hasil yang cukup bervariatif untuk masing-
masing anggota kelompok III, dimana tanggapan serta jawaban yang diberikan menunjukkan
pendapat dari masing-masing narasumber yang mengenal secara dekat mengenai kepribadian
dari anggota kelompok dan didapati beberapa perbedaan dan persamaan antara masing-
masing anggota kelompok III.

Berdasarkan data yang telah penulis analisis, Rani Arinasari menjadi salah satu
anggota yang mampu berkomunikasi dengan sangat baik, sebagaimana wawancara penulis
dengan salah satu rekan terdekat dari Rani Arinasari yaitu Puspo Hartanti yang memeberikan
tanggapan sebagai berikut:

“Mbak Rani menurutku komunikasinya bagus karna memang kalo ngobrol juga enak
dan dia juga aktif banget dikelas pas diskusi atau ngasi pendapat gitu mbak Rani juga
sering, jadi menurutku mbak Rani memang komunikasinya bagus dan nyampeinnya
juga bagus”.1
Melihat dari pendapat dan jawaban tersebut penulis mendapatkan sedikit gambaran
mengenai kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh Rani Arinasari. Hal serupa juga
dipertegas dengan adanya tanggapan dari Ridwan Jauhari yang juga merupakan rekan dari
Rani Arinasari yang mengatakan:
1
Wawancara Kepada Saudari Puspo Hartanti, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.

21
“Kalo Rani sepengetahuan saya yaa orangnya aktif, semangat belajarnya tinggi juga
kalo saya lihat tingkat ingin tahunya itu tinggi jadi memang Rani yaa seperti itu,
berani berpendapat seperti itu. Kalo soal budayanya mungkin ya gak jauh beda sama
yang tadi memang orangnya termasuk yang tanggap kalo menghadapi sesuatu”.2
Rani Arinasari merupakan salah satu anggota kelompok yang berasal dari Daerah
Istimewa Yogyakarta. Saudari Rani Arinasari memiliki sifat yang baik dalam berkomunikasi
dengan begitu, jelas bahwa Rani merupakan individu yang mudah untuk bergaul. Dengan
melihat hasil wawancara yang ada, penulis menemukan keselarasan dengan hasil observasi
yang penulis juga lakukan dimana Rani Arinasari memiliki pemikiran yang terbuka dimana
pengamatan tersebut dilakukan penulis secara partisipatif melalui diskusi yang dilakukan
bersama dengan saudari Rani Arinasari. Dengan sifatnya ini, Rani Arinasari mampu dengan
mudah melakukan dialog dan mengimajinasikan sesuatu sehingga akan mudah ditangkap
oleh orang lain. Secara jelas dapat dikatakan bahwasanya berbagai kelebihan yang dimiliki
oleh Rani Arinasari dapat dijadikan sebagai pendorong atau faktor pendukung dan membantu
dalam proses berpikir strategis. Namun saudari Rani Arinasari cenderung sulit untuk
mengendalikan emosi.

Sedangkan untuk anggota kedua yaitu Kevin Satriani, penulis juga menemukan
beberapa fakta yang cukup berbeda walaupun ada beberapa hal yang memang tidak terlalu
mencolok perbedaannya dengan apa yang dimiliki oleh saudari Rani Arinasari. Mengacu
pada jawaban atau tanggapan berikut ini yang diberikan oleh saudara Azzan Gaffar yang
menjadi salah satu rekan dekat dari Kevin Satriani beliau mengatakaan:

“Mas Kevin ya?, mas Kevin orangnya enak sih, orangnya santai gak terlalu dipikir
berat atau susah-susah sama apa aja gitu, menurutku sih gitu. Intinya dia orangnya yaa
santai gak terlalu ambil pusing gitu jadi ditanya komunikasinya gimana yaa bagus
kalo menurutku, kalo berpendapat ya sama aja santai juga dan gak pemalu juga”. 3
Marfuatun sebagai salah satu rekan dari Kevin Satriani juga memberikan tanggapan
mengenai pertanyaan yang penulis ajukan mengenai kepribadian dan budaya dari saudara
Kevin Satriani, yaitu:

“Sejauh yang aku tau aja yaa, kalo mas Kevin yaa baik baik aja menurutku,
maksudnya yaa orangnya ya baik kalo ditanya ya jawabnya enak. Misal
mendengarkan orang ngomong didengerin dengan baik dan mas kevin juga gak
gampang mempermasalahin sesuatu jadi yaa kalo ngasi pendapat yaa gampang
ditangkep dan gak ngotot juga, merutku sih gitu”.4

2
Wawancara Kepada Saudara Ridwan Jauhari, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.
3
Wawancara Kepada Saudara Azzan Gaffar, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.
4
Wawancara Kepada Saudari Marfuatun, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.

22
Kevin Satriani Nusapatuah merupakan salah satu anggota kelompok yang berasal dari
Jawa Tengah. Saudara Kevin Satriani merupakan sosok yang memiliki sifat yang tenang
namun dapat dikatakan cukup lugas apabila mengutarakan suatu pendapat. Kelugasannya
tersebut dicerminkan dengan mengatakan suatu hal dengan cara yang mungkin tidak akan
disukai oleh pendengar namun hal posistif yang dapat diambil adalah kejujuran pendapat
yang dilontarkan. Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini sifat dari saudara Kevin
Satriani tersebut penulis rasa sangat membantu dalam proses untuk mencapai berpikir
strategis, mengingat penyusunan strategi juga membutuhkan sebuah pengujian model-model
strategi. Namun saudara Kevin Satriani juga memiliki kepribadian mengikuti dengan anggota
kelompok dengan begitu hal tersebut akan sedikit menghambat dalam mencipatakan ide atau
gagasan alternative yang sesuai.

Adapun anggota kelompok yang ketiga adalah Wisnu eko Ariwibowo, merupakan
pribadi yang baik dan juga unik. Hal tersebut dapat penulis katakan karena berdasarkan
observasi yang penulis lakukan saat kegiatan belajar yang dilakukan. Penulis mendapati
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh saudara Wisnu Eko yang penulis anggap sekiranya
dapat dijadikan sebagai modal acuan dalam menciptakan pola untuk dapat berfikir strategis.
Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki tidak lantas terlepas dari faktor latar belakang
budaya yang dimiliki, dengan kondisi tersebut penulis mencatat berbagai tanggapan
mengenai kepribadian dari saudara Wisnu Eko kepada beberapa rekan terdektanya. Seperti
halnya tanggapan dari saudari Zikra Merjanti:

“Kalo wisnu aku tau banget sih secara dia kalo main juga sama aku kan, yaa baik jelas
orangnya kalo kebiasan mungkin orangnya lebih banyak bercanda daripada serius.
Kalo masalah ngajuin pendapaat yaa kadang kalo mau aja karna emang orangnya gak
terlalu ambil pusing sih. Menurutku dia ya pribadinya ya ngelakuin apa yang penting
ajaa atau emang ada hal yang mendesak gitu, sisanya ya baik semua”.5
Hal serupa juga dikemukakan oleh salah satu rekan terdekat Wisnu Eko yaitu saudari
Kholida Hanum yang memberikan jawaban sebagai berikut:

“Wisnu mah orangnya ya gitu sukanya bercanda. Masalah kepribadian sih kalo aku
fine-fine ajaa maksudnya ya dia orangnya sopan yang jelas emang orangnya enak
banget diajak bergaul, kalo diskusi mungkin seperlunya aja sih dia mah kalo mau
ngomong ya ngomong aja kalo enggak ya enggak, mungkin emang kayaa gitu”.6
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan, dapat ditarik beberapa poin
mengenai peran budaya atau kepribadian dari Wisnu Eko tersebut. Wisnu Eko Ariwibowo

5
Wawancara Kepada Saudari Zikra Merjanti, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.
6
Wawancara Kepada Saudari Kholida Hanum, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.

23
merupakan anggota kelompok yang berasal dari Jambi. Saudara Wisnu Eko memiliki
kemampuan memberikan ketertarikan kepada lawan bicara untuk memperhatikan apa yang
dia disampaikan dan juga menilik dari observasi yang telah dilakukan penulis menemukan
bahwa Wisnu Eko merupakan pribadi yang memiliki sifat optimisme serta semangat yang
tinggi. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam berpikir strategis, dimana dengan memiliki
kemampuan tersebut maka Wisnu Eko mampu untuk terdorong dalam menciptakan ide-ide
serta gagasan yang baru. Namun saudara Eko Wisnu apabila dalam bedialog atau berdiskusi
terkadang masih menanggapi dengan tidak serius. Hal tersebu akan menjadi penghalang
dalam menyampaikan ide dan gagasan karena pasti nantinya akan dianggap oleh anggota lain
bahwa memang Wisnu Eko sedang bercanda atau tidak serius.

Sedangkan untuk anggota yang terakhir adalah saudara Irba’ Muhlas Sambodo.
Penulis menemukan beberapa fakta mengenai kepribadian dan latar belakang yang
mempengarui proses berfikir strategis melalui wawancara dan observasi yang penulis
lakukan. Adapun hasil wawancara yang penulis dapat salah satunya yaitu dari saudara Wisnu
yang merupakan salah satu rekan terdekat dari Irba’ Muhlas.

“Menurutku sih Irba’ orangnya santai yaa kalo ngomong sama aku sih enak, emang
pendiam dan gak terlalu banyak ngomong kalo gak terlalu perlu. Mungkin kalo sifat
sih terlalu cuek jadi mungkin agak sulit kalo komunikasi mungkin. Soal ngajuin
pendapat yaa menurutku juga gak terlalu sering tapi kadang juga ngomong kalo mau
kalau enggak berarti emang lagi gak mau mungkin kaya gitu”.7
Penulis juga mendapati hal yang serupa dan tidak terlalu jauh berbeda mengenai
tanggapan narasumber terhadap kepribadian dari Irba’ Muhlas. Adapun tanggapan dari
Narasumber selanjutnya adalah saudara Mhd Amin yang juga merupakan rekan terdekat dari
Irba’ Muhlas Mengatakan:

“Kalo aku sedikit banyak ya tau lah Irba’ orangnya gimana karna memang kebetulan
aku juga udah kenal lama sama dia. Irba’ orangnya ya terlalu cuek sih kalo menurutku
jadi ngaruh banget sama komunikasi misal bicara dengan satu orang atau juga di
depan publik mungkin agak kurang. Mungkin kelebihannya lebih tenang kali yaa
karena emang santai nanggepin sesuatu walaupun serius tapi kadang memang terlihat
lebih santai, kalo soal kepribadian ya selama saya kenal dia ya dia baik”.8
Melihat dua hasil wawancara diatas penulis dapat secara jelas menganalisa
bahwasanya Irba’ muhlas Sambodo merupakan sosok yang pendiam. Anggota kelompok
yang berasal dari Kalimantan Barat ini, memiliki sifat yang tenang. Melalui observasi yang
telah penulis lakukan ditemukan bahwa saudara Irba’ Muhlas juga merupakan seorang
7
Wawancara Kepada Saudara Wisnu Eko Ariwibowo, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.
8
Wawancara Kepada Saudara Muhammad Amin, Pada 04 Agustus 2018. Pukul 19.00 WIB.

24
individu yang tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar dan sibuk dengan urusannya
sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa dia memiliki tingkat kepakaan sosial yang rendah.
Namun dari kekurangan yang ada, ketenangan bisa jadi modal awal baginya untuk bisa
menjalani proses dalam berpikir strategis.

Analisis yang telah penulis jabarkan diatas menunjukkan bahwasanya setiap anggota
kelompok III memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing serta beberapa ada yang
memiliki kesamaan seperti halnya saudari Rani Arinasari dan saudara Kevin Satriani yang
sama-sama memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Adapun beberapa kelebihan dan
latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing anggota, penulis rasa dapat dijadikan
sebagai pendorong untuk terus dapat meningkatkan kemampuan dari tiap-tiap anggota untuk
dapat berpikir strategis. Sejauh ini, dengan melihat dan mempertimbangkan hasil wawancara
serta hasil dari observasi yang dilakukan oleh penulis dapat dikatakan bahwasanya masing-
masing dari kelompok III sudah memiliki modal atau pola yang cukup untuk dapat berfikir
secara strategis. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya masih banyak yang perlu
dibenahi dan dipelajari, karena memang terbukti bahwa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki masing-masing anggota sebagian besar merupakan faktor dari latar belakang dan
budaya yang dimiliki. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa budaya yang dimiliki oleh
masing-masing anggota kelompok memiliki peran penting yang mempengaruhi
kemampuannya dalam berpikir strategis.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat di tarik dari RP3KBT ini yaitu latar belakang budaya
memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pengambilan keputusan dan berpikir
strategis. Dalam hal ini seperti pada Kelompok III yang anggotanya multikultural, masing-
masing anggota kelompok memiliki perbedaan budaya, suku dan gaya komunikasi
yang berbeda-beda dimana hal tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan
karena tidak jarang beberapa anggota mendasarkan budaya untuk berfikir strategis. Fakta
bahwa dimana budaya mempengaruhi mental dan pemikiran sesorang dalam pengambilan
keputusan, ada anggota yang hanya menerima keputusan yang telah dibuat namun ada juga
anggota yang memberi tanggapan terlebih dahulu sehingga menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan dari keputusan yang dibuat. Dari sini penulis dapat melihat bagaimana latar
belakang budaya dapat mempengaruhi suatu pengambilan keputusan untuk dapat berfikir
strategis walaupun bukan sebagai faktor utama dalam berfikir strategis, akan tetapi latar

25
belakang budaya dapat mendorong sesorang untuk dapat menjadi pemikir yang strategis atau
bahkan malah sebaliknya.
Menelisik situasi yang seperti ini, saran yang dapat penulis berikan mungkin untuk
individu masing-masing yaitu memperkuat pengetahuan mereka sejauh mana latar belakang
budaya mempengaruhi proses pemikiran strategis. Karena, ditakutkan apabila kita tidak
mengetahui beberapa faktornya, kita hanya bisa diam saat sesorang yang memiliki dasar
budaya yang kuat memberikan pendapat atau argumennya. Bukan niat penulis untuk
menjatuhkan akan tetapi hendaknya kita sebagai individu mampu mengetahi dasar atau faktor
dari apa yang akan kita lakukan kedepannya dengan harapan menemui kebijakan dan
kesesuaian untuk memperoleh pemikiran yang strategis.

DAFTAR PUSTAKA

Altier, W. J. (1991). Strategic thinking for today’s corporate battles. Management Review, 8,
20–22.

26
AmiriKermanshahi, M. (2002). Culture and Organization. Journal of Administrative
Changes, 4, 28–36.
Dargahi, H., Eskandari, M., & Shaham, G. (2010). Comparing current organizational culture
and desirable organizational culture from executive managers’ point of view in
hospitals of Tehran Medical Sciences University. Journal of College of Tehran
University of Medical Sciences, 4(1/2), 72–87.
David, F. R. (2002). Strategic management: Concepts and cases. Upper Saddle River:
Prentice Hall.
Farhangi, A. A., & Dehghan, M. (2011). Factors affecting the strategic thinking. Marketing
Management, 9, 32–43.
Hadi, Ido Priyono. 2001. Wawancara. Materi kuliah Program Studi Manajemen Perhotelan
UK Petra 2000/2001.
Hasanah, Hasyim. 2016. Teknik-teknik observasi. Jurnal at-Taqaddum. Volume 8, Nomor 1.
Heracleous, L. (1998). Strategic Thinking or Strategic Planning? Long Range Planning,
31(3), 481–487.
https://www.kompasiana.com/ilvi.nurdianah/5565b7b0e122bd6e09bbd9a1/macam-macam-
metode-pengumpulan-data diakses tanggal 22 juli 2018 jam 15.20 WIB
Mintzberg, H. (1994). The rise and fall of strategic planning. New York: Free Press. Rajaee
Pour, S., & Lafti, S. (2010). Surveying the relationship between organizational culture
and management components based on organizational values and providing a model
for predicting management based on values. Journal of New Approach in Educational
Management, 4, 28–44.

27

Anda mungkin juga menyukai