Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DEFINISI DAN SEJARAH FIKIH

Disusun oleh :
Kelompok 1
Fifin Melinda (2020010106020)
Nur Auliasam (2020010106029)
Puspita (17010106025)

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
TAHUN 2020
1. PENGERTIAN FIKIH
Menurut Bahasa Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti ilmu yang
menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia
yang diperoleh dari dalil-dalil tafsil (jelas). Orang yang mendalami fiqh disebut dengan faqih.
Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqh. Dalam kitab Durr al-Mukhtar
disebutkan bahwa fiqh mempunyai dua makna, yakni menurut ahli usul dan ahli fiqh. Masing-
masing memiliki pengertian dan dasar sendiri-sendiri dalam memaknai fiqh. Menurut ahli usul,
Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’ yang bersifat far’iyah (cabang), yang
dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul
mengartikan fiqh adalah hukum dan dalilnya. Sedangkan menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh
adalah mengetahui hukum-hukum shara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba
(mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan menurut Hasan Ahmad
khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fiqh Islam ialah sekumpulan hukum shara’
yang sudah dibukukan dari berbagai madzhab yang empat atau madzhab lainnya dan dinukilkan
dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, baik dari fuqaha yang tujuh di madinah maupun fuqaha
makkah, fuqaha sham, fuqaha mesir, fuqaha Iraq, fuqaha basrah dan sebgaianya.

2. SEJARAH FIKIH
Sejarah fikih telah dimulai sejak diangkatnya Nabi Muhmmad SAW menjadi Nabi dan
Rasul sampai wafatnya beliau. Hal ini disebabkan karena adanya segala persoalan yang dihadapi
ketika itu. Fikih diarahkan untuk memperbaiki akidah yang benar hal inilah yang menjadi
pondasi dalam hidup. Oleh sebab itu, kita dapat memahami apabila Rasulullah saat itu memulai
dakwahnya dengan mengubah keyakinan masyarakat yang musrik menuju masyarakat yang
beraqidah tauhid, membersihkan hati dan menghiasi diri dengan al-akhlad dan al-karima. Masa
Rasulullah inilah yang mewariskan sejumlah nash-nash hukum baik dari Al-Qur’an ataupun As-
Sunnah, yang berupa prinsip-prinsip hukum baik yang tersurat dalam dalil-dalil kulli maupun
yang tersirat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Periode ini disebut ‘Ahdu insya’ dan takwin.

Periode Rasulullah dibagi menjadi dua masa, yaitu periode Makkah dan Madinah.
Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun dan Madinah 10 tahun. Pada fase Makah terfokus
pada penanaman aqidah. Karena aqidah adalah pondasi dalam hidup. Pada masa ini Rasulullah
memulai dengan dakwahnya dengan mengubah keyakinan masyarakat jahiliyyah Makkah yang
sebelumnya menyembah berhala menjadi masyarakat yang bertauhid kepada Allah,
membersihkan hati, dan menghiasi diri dengan akhlaq karimah. Masa Makah ini dimulai dari
diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul sampai beliau berhijrah ke Madinah yaitu
dalam waktu kurang lebih 12 tahun. Kota Madinah yang merupakan tanah air bagi kaum
muslimin, karena itulah kaum muslimin bertambah banyak di Madina sehingga terbentuklah
masyarakat muslimin yang menghadapi persoalan-persoalan baru yang membutuhkan cara
pengaturan. Baik hubungan antar individu muslim maupun dalam hubungannya dengan
kelompok lain di lingkungan masyarakat Madinah, seperti kelompok Yahudi dan Nasrani.

3. SEJARAH RINGKAS TOKOH-TOKOH FIKIH.


a. Abu Hanifah Al-Nu’man bin Sabit
Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi atau lebih dikenal dengan nama
Abu Hanifah merupakan seorang Tabi’in generasi setelah sahabat nabi. Imam Hanafi
disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-
kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), shalat dan seterusnya, yang kemudian
diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Sya’fi, Abu Dawud,
dan Imam Bukhari. Pada masa Abu Hanifah menuntut ilmu, Iraq termasuk kufah yang
disibukan dengan tiga halaqah keilmuan. Halaqah yang pertama membahas pokok-pokok
aqidah, kedua halaqah yang membahas tentang Hadits Rasulullah metode dan proses
pengumpulannya dari berbagai Negara, serta pembahasan dari perawi dan kemungkinan
diterima atau tidaknya pribadi dan riwayat mereka. Ketiga, halaqah yang membahas
masalah fikih dan Al Qur’an dan Hadits, termasuk membahas fatawa untuk menjawab
masala-masalah baru hyang muncul saat itu, yang belum pernah muncul sebelumnya.
Abu Hanifah menjadi ulama dengan menggantikan posisi Syaikh Hammad, pada
saat menjadi ulama Abu Hanifah tak hanya mengambil ilmu dari Syaik Hammad tetapi
juga banyak ulama selama perjalanan ke Makkah dan Madinah dan diantara para ulama
tersebut ialah Malik bin Anas, Zaid bin Ali dan Ja’farash-Shadiq yang mempunyai
konsen besar terhadap masalah fikih dan hasits. Pada saat menjadi ulama Abu Hanifah
diketahui telah menyelesaikan 600.000 perkara dalam bidagn ilmu fikih dan dijuluki
Imam Al-A’dzhom oleh masyarakat karena keluasaan ilmunya tidak hanya itu beliau
juga menjadi rujukan para ulama pada masa itu dan merupakan guru dari para ulama
besar dimasa itu dan masa selanjutnya.

b. Imam Malik bin Anas


Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya:
Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-
Madani), lahir di (Madinah pada tahun 711 M / 90H), dan meninggal pada tahun 795M /
174H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadis, serta pendiri Mazhab Maliki. Imam Malik
bin Anas dikenal luas akan kecerdasannya. Suatu waktu ia pernah dibacakan 31 buah
Hadis Rasulullah SAW dan mampu mengulanginya dengan baik dan benar tanpa harus
menuliskannya terlebih dahulu. Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam
penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan
kepada 70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadis, dan yang
meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda
beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah.
Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al
Andalusi al Mashmudi. Imam Malik menerima hadis dari 900 orang (guru), 300 dari
golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadis bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, Az-Zuhri, Abi az
Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah
Hudzafah as Sahmi al Anshari.
Kitab Al-Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadis-hadis yang
dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama tabiin.
Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang merangkum ilmu hadis, ilmu
fiqh dan sebagainya. Semua hadis yang ditulis adalah sahih kerana Imam Malik terkenal
dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadis. Dia sangat berhati-hati
ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan.
Dari 100.000 hadis yang dihafal dia, hanya 10.000 saja diakui sah dan dari 10.000 hadis
itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti dan dibandingkan
dengan al-Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik bahkan menghabiskan 40 tahun
untuk mengumpul dan menapis hadis-hadis yang diterima dari guru-gurunya.
c. Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi atau
singkatnya Imam Asy-Syafi'i (Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H/767 M - Fusthat, Mesir,
205 H/820 M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i.
Imam Syafi'i juga tergolong juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam
Bani Muththalib, saudara dari Hasyim yang merupakan kakek Muhammad. Imam Syafi`i
mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun
Qadim dan Qaulun Jadid. Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di Makkah, Muslim
bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia
15 tahun. Ia belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin
khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia
juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang
bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin
Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki,
Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun
semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di
berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas. Kemudian ia
pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab
Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i
meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya,
Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Setelah Makkah Imam Syafi’i kemudian pergi ke
Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disana iya bertemu beberapa ulama Yaman antara
lainnya yaitu Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang
lainnya. Dari Yaman, dia melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di
kota ini dia banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di
negeri Iraq. Juga dia mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-
Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kemudian pergi ke Baghdad (183 dan tahun 195), di sana ia menimba ilmu dari
Muhammad bin Hasan. Di Mesir Imam Syafi'i bertemu dengan murid Imam Malik yakni
Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakim. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab
lamanya (qaul qadim). Kemudian dia pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan
madzhab baru (qaul jadid). Di sana dia wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab
204 H. Beberapa karya terkenal Imam Syafi’I antara lain Ar-Risalah, Mazhab Syafi’I,
Al-Hujjah, dan Al-Umm.

d. Ahmad bin Hambali Al-Syaibani


Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagai Imam Hambali lahir 20 Rabiul
awal 164 H (27 November 780) - wafat 12 Rabiul Awal 241 H (4 Agustus 855) adalah
seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di
Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Imam Hambali
pertama kali menguasai ilmu Al Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir
baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. dan
mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah
mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini, ia pernah pindah atau
merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia
akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud.
Ahmad bin Hanbal menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-
besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan dia dan sebaik baik penelitian Hadits.
Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab
Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits. Di antara karya Imam Ahmad adalah
ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) -
kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga kitab ash-Salat dan kitab as-Sunnah, kitab at-
Tafsir, kitab an-Nasikh wa al-Mansukh, kitab at-Tarikh, kitab Hadits Syu'bah, Kitab al-
Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an, kitab Jawabah al-Qur`an, kitab al-Manasik al-
Kabir dan kitab al-Manasik as-Saghir.

e. Al-Iman Abu Abdullah Ja’far Al-Sadiq


Ja'far ash-Shadiq nama lengkapnya adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abu Thalib, adalah Imam ke-6 dalam tradisi Syi'ah. Ia lahir di
Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi (M), dan
meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah / 13 Desember 765 M. Ja'far yang juga
dikenal dengan julukan Abu Abdillah dimakamkan di Pekuburan Baqi', Madinah. Ia
merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum Islam (fiqih). Aturan-aturan yang
dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi mazhab Ja'fari atau Dua Belas Imam; ia pun
dihormati dan menjadi guru bagi kalangan Sunni karena riwayat yang menyatakan
bahwa ia menjadi guru bagi Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi) dan Malik bin Anas
(pendiri Mazhab Maliki). Perbedaan tentang siapa yang menjadi Imam setelahnya
menjadikan mazhab Ismailiyah berbeda pandangan dengan mazhab Dua Belas Imam.
Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti
Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua
bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada
tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga
dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Ja'far ash-
Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.
Selama masa keimaman Ja'far ash-Shadiq inilah, mazhab Syi'ah Dua Belas Imam
atau dikenal juga Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang
menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan
akibat pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkitnya kaum Muswaddah
untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya
membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar
bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang
diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan
ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlul Bait. Sampai sekarang pun mazhab
Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan mazhab Ja'fari.

Anda mungkin juga menyukai