Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR STRATEGIS


Ringkasan Eksekutif
(Rencana Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Bertalenta Tinggi (RP3KBT))

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan unsur penting baik bagi perusahaan maupun bagi
suatu negara. Melalui sumber daya manusia yang berkualitas, ide-ide maupun gagasan
pengembangan suatu proyek dapat dilaksanakan dengan baik dan kompetitif. Unsur SDM
yang baik tidak terlepas dari latar belakang dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh
perusahaan guna menunjang terciptanya SDM yang berkualitas. Sebuah perusahaan yang
memiliki teknologi handal sekalipun tetap membutuhkan sumber daya manusia bertalenta
yang mampu mengendalikan atau menggunakan teknologi dengan baik dan tepat.
Kontribusi sumber daya manusia dalam kesuksesan suatu perusahaan menjadi suatu hal
yang utama untuk diperhatikan.
Pengembangan kemampuan sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor dan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuannya
adalah melalui program-program pelatihan yang dirujuk oleh perusahaan dan dialokasikan
perusahaan. Program-program yang dipilih tentu harus memiliki nilai-nilai yang mampu
meningkatkan kemampuan SDM terutama dalam bidang berpikir strategis. Hal ini karena
kemampuan berpikir strategis sangat diperlukan tiap individu untuk dapat melakukan
suatu pekerjaan serta analisa-analisa secara baik dan tepat. Namun, dalam pelaksanaan
dan penerapan program-program tersebut harus dapat dipastikan keberhasilannya serta
dapat dipertanggungjawabkan setelahnya. Hal ini karena seringkali pelatihan yang tidak
mumpuni justru akan menjadi sia-sia baik dari segi waktu maupun biaya. Menurut
Wandrial (2011) banyak rencana bagus dan brilian yang telah di formulasikan begitu lama
akhirnya menjadi gagal karena implementasi yang lemah dan salah dari orang-orang yang
menjalankannya. Misalnya: banyak masalah yang muncul setelah perusahaan melakukan
merger seperti: komunikasi yang buruk, masalah dalam struktur organisasi, perbedaan
budaya, kurangnya komitmen dari manajemen puncak. Sebagian besar masalah yang
berhubungan dengan implementasi tersebut hampir semuanya bersumber dari faktor
perilaku manusia yang ada di dalam organisasi tersebut, baik pemimpin (leader) atau
pengikut (follower).
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan suatu program pengambangan diri di suatu
perusahaan tidak dapat terlepas dari bagaimana perencanaannya. Perencaaan yang baik
tentu akan melibatkan berbagai sisi yang akan mendukung dan menjamin keberhasilan
pelaksanaan program.
Suatu perusahaan tidak akan terlepas dari permasalahan-permasalahan yang akan
terus menuntut kemampuan sumber daya manusia meningkat. Tidak dapat dipungkiri

2
bahwa dengan kemunculan berbagai masalah, sumber daya manusia perusahaan harus
mampu mengelola dan mengendalikan masalah tersebut, sehingga tidak menimbulkan
masalah yang lebih rumit atau lebih besar. Pengelolaan masalah yang timbul perlu
disikapi dengan kemampuan berpikir strategis yang memadahi. Kemampuan berpikir
strategis dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan dapat dipengaruhi salah
satunya oleh latar belakang budaya setiap individu yang terlibat. Oleh karena itu,
diperlukan penyelarasan yang seimbang untuk memperoleh keputusan yang tepat. Dengan
mengetahui beberapa hal diatas, maka penulis tertarik untuk menulis tentang program-
program pengembangan diri untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan RP3KBT ini adalah:
1. Apakah program yang dapat mendukung pengembangan diri yang baik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir strategis?
2. Bagaimanakah program pengembangan diri yang baik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir strategis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apakah program yang dapat mendukung pengembangan diri yang
baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah program pengembangan diri yang baik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir strategis
D. Manfaat Penulisan
1. Melatih untuk mengembangkan diri dalam berpikir strategis
2. Meningkatkan kualitas pemikiran strategis pada individu
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemikiran strategis
E. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber data tanpa adanya perantara dan tidak ada pengolahan
sebelumnya, namun diolah oleh penulis.
F. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang akan digunakan oleh penulis adalah metode
pengambilan data secara langsung melalui wawancara. Menurut Sugiyono (2008) dalam
dianah wawancara adalah pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawancara
terbuka. Wawancara terbuka ialah wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak

3
terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya, wawancara dengan menggunakan
pertanyaan yang menghendaki penjelasan atau pendapat seseorang.
Metode kedua yang akan digunakan adalah observasi. Menurut Hasanah (2016)
observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan indera seperti
pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan, dan cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta
peristiwa empiris.
Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara terstruktur. Para penulis
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap anggota sebagai
responden. Metode wawancara ini dibantu dengan menggunakan alat bantu wawancara
berupa daftar riwayat hidup para responden.
G. Teknik Analisis
Data dalam rancangan program ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah untuk
dipahami dan diinformasikan pihak lain. Analisis dibagi menjadi dua yaitu analisis
sebelum pengambilan data dan analisis pada saat mengambil data.
Pada bagian pertama analisis dilakukan tehadap data hasil studi pendahuluan atau
data sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penulisan. Data sekunder yang
dimaksud ialah daftar riwayat hidup responden. Pada bagian kedua penulis akan
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema
dan polanya serta membuang yang tidak penting.

GAMBARAN KUALITAS SDM INDONESIA DI BIDANG BERPIKIR


STRATEGIS

Indonesia merupakan negara yang terbentuk dari banyak pulau, mulai dari pulau yang
besar hingga pulau kecil-kecil yang bahkan belum diberikan nama. Dengan kepulauan yang
dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia memiliki keberagaman yang cukup banyak, salah
satunya adalah tentang keragaman Bahasa tiap daerah. Perbedaan Bahasa daerah sering kali
menjadi bagian tersendiri yang menyulitkan untuk dapat dipahami jika tidak menggunakan
bahasa Indonesia.
Kemampuan berbahasa dan budaya dari berbagai pulau tentu terdapat perbedaan, hal
ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan dialog kritis dan berpikir strategis untuk tiap-tiap
orang. Hal ini menjadi menarik apabila kemampuan berpikir strategis diuji pada percakapan
menggunakan Bahasa daerah. Orang Indonesia memiliki kesempatan dalam hal mengasah
kemampuan untuk berpikir kritis jika dibandingkan dengan orang luar Indonesia.

4
Akan tetapi, kemampuan dan kualitas penduduk di Indonesia memang masih menuai
keprihatinan, hal ini dapat dicontohkan apabila dalam bekerja masih sering dicampuradukkan
dengan kepentingan pribadi yang mana dapat menghambat pekerjaan. Tentu hal ini dapat
menyebabkan menurunnya kualitas seumber daya manusia di Indonesia. Diperlukan
perbaikan-perbaikan terlebih dahulu terhadap karakter dan kebiasaan yang dimulai sejak dini
untuk menciptakan generasi yang memiliki kualitas lebih baik.
Apabila dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang, kualitas SDM di Indonesia
masih sangat rendah. Indonesia perlu meningkatkan kemampuannya terutama dalam
berdialog kritis untuk menemukan informasi-informasi penting yang dapat menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Kondisi ini tentu menjadikan perhatian yang
cukup mendalam mengingat sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam
keberhasilan suatu urusan. Pihak manajemen akan dirugikan atau diuntungkan bergantung
kepada kualitas sumber daya manusianya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa SDM di Indonesia akan mampu mengejar ketertinggalan dengan negara lain dalam hal
kualitas apabila perusahaan dan Pemerintah khususnya memberikan dukungan dan perhatian
khusus dalam rangka menciptakan generasi penerus yang memiliki kualitas jauh lebih baik
sebagai pemimpin di masa depan.
GAMBARAN INDIVIDU DAN KUALITAS ANGGOTA DI BIDANG
BERPIKIR STRATEGIS
Individu dalam tulisan ini yang dimaksud adalah penulis sendiri, yang mana penulis
dalam hal berpikir strategis telah banyak mempraktikkan dan dapat dilihat dari banyaknya
keikutsertaan penulis dalam organisasi, baik di sekolah, di universitas maupun dalam
masyarakat yang dapat dilihat pada CV penulis. Secara ringkas identitas penulis dapat dilihat
sebagai berikut:

Nama : Rani Arinasari


Asal daerah: D.I.Y
Suku : Jawa
Sarjana : S.EI (keuangan syariah)
Umur : 24 thn
Banyaknya organisasi yang pernah diikuti adalah 10 organisasi.

Sedangkan anggota RP3KBT bersama dengan penulis adalah:

1. Nama : Wisnu Eko Ariwibowo


Asal daerah : Jambi
Suku : jawa

5
Sarjana : S.E (manajemen)
Umur : 25
2. Nama : Irba Much’las sambodo
Asal daerah : Kalimantan Barat
Suku : Jawa
Sarjana : S.Sos (manajeman dakwah)
Umur : 24
3. Nama : Kevin Satriani Nusafatuah
Asal daerah : Jawa Tengah
Suku : Jawa
Sarjana : S.pd (olahraga)
Umur : 26
Pada masing-masing anggota kelompok memiliki kemampuan dalam berpikir strategis
yang berbeda-beda. Pengembangan diri untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis
menjadi penting agar dalam menyelesaikan suatu masalah dapat dilakukan dengan baik.
Mahasiswa atau individu dengan pemikiran strategis yang baik tentunya akan mampu
membuat berpikir strategis guna mengambil keputusan atau ide dalam pengerjaan tugas.
Mahasiswa tersebut akan dapat membedakan dan memilih mana yang sebaiknya dilakukan
dan yang tidak dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar.

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Analisis Eksternal
Fakta dalam analisis dari faktor eksternal tentang program pengembangan pribadi
untuk berpikir strategis yakni faktor lingkungan yang belum dapat memaksimalkan
pengembangan pribadi seseorang untuk berpikir strategis. Lingkungan yang baik akan
mampu memberikan kontribusi positif secara tidak langsung kepada individu untuk
mengembangkan kemampuannya dalam berpikir strategis. Akan tetapi, dorongan dari
faktor lain juga akan mempengaruhi bagaimana kemajuan dan perkembangan individu
dalam berpikir strategis.
Situasi yang diharapkan harus dapat dipahami bahwa pengembangan pribadi dapat
diasah, tidak hanya melalui pengalaman, namun juga melalui pelatihan dan pendidikan.
Baik dalam lingkungan organisasi atau perusahaan maupun dalam lingkungan pendidikan
dibutuhkan adanya pembekalan dalam kemampuan pengembangan pribadi bagi setiap
bagian organisasi atau perusahaan agar kemampuan tersebut lebih merata. Sehingga setiap
orang dapat melakukan proses berpikir strategis dengan baik.

6
B. Analisis Internal
Berdasarkan penyampaian dan pengungkapan dari teman dalam kelas maupun teman
diluar kelas tentang penulis, penulis dapat melakukan analisis internal dengan
menggunakan analis SWOT, yaitu:
1. Strengh (Kekuatan)
Kekuatan penulis adalah mampu menganalisa suatu kasus atau masalah dengan baik,
mampu mengambil keputusan melalui hasil analisa, mampu memahami dan mengolah
situasi, dapat menjadi pemimpin dalam suatu kelompok.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki penulis adalah kurangnya kemampuan pengendalian diri,
kurangnya kepekaan intuisi, terkadang sulit menerima pendapat lain.
3. Opportunity (Kesempatan)
Kesempatan yang dimiliki penulis adalah pengalaman yang cukup banyak yang
dimiliki penulis merupakan suatu kesempatan belajar berpikir strategis menjadi lebih
besar, penggunaan pengalaman yang menjadi intuisi ini bisa membuka perspektif yang
lain lebih banyak, sehingga dalam berpikir strategis tidak hanya mengandalkan
perspektif yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, adanya rasa keingintahuan
akan membuat proses belajar berdialog kritis untuk berpikir strategis akan lebih
mudah.
4. Threat (Tantangan)
Tantangan penulis adalah mengelola kelemahan penulis sehingga tidak memperlambat
aktivitas pencapaian keputusan dan bagaimana mengubahnya menjadi suatu
“kelebihan” tersendiri.

Kemampuan adaptasi harus diimbangi dengan peningkatan softskill yang dimiliki.


Apabila tidak bisa mengembangkan softskill maka kemampuan berpikir stategis tidak
akan mengalami peningkatan. Apabila kita tidak dapat berdialog, maka kita akan
mengalami kesulitan untuk mengemukakan ide gagasan. Hambatan tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap kinerja. Kondisi yang diharapkan adalah mampu meningkatkan
softskill yang menunjang watak yang dimiliki sehingga dapat menutup kekurangan yang
ada dalam pribadi penulis.
C. Masalah Kualitas Tenaga Kerja
1. Kurangnya keterbukaan informasi dalam rangka menumbuhkembangkan perspektif
yang lebih luas

7
2. Kurangnya keterlibatan dalam berbagai situasi yang mendukung berkembangnya
kemampuan berpikir strategis

D. Urutan prioritas masalah yang harus ditindaklanjuti


1. Meningkatkan keterlibatan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
2. Mengetahui tingkatan dimensi pengembangan pribadi agar menghasilkan kemampuan
berpikir strategis.
3. Membuka pikiran atau cara berpikir yang luas sehingga mampu menciptakan
perspektif yang baru dalam memandang perbedaan budaya
KAJIAN PUSTAKA

A. Acuan Penelitian
1. Menurut Kazmi, dkk (2016) dalam jurnal berjudul “Connecting strategic
thinking with product innovativeness to reinforce NPD support process”:
Pemikiran strategis dianggap sebagai proses bisnis yang signifikan oleh ahli
manajemen daya tarik untuk memperkuat kinerja organisasi manajemen dan
efektivitas. Selain itu, pengembangan produk baru dianggap sebagai operasi yang
penting dari setiap kekhawatiran industri. Mempekerjakan pemikiran strategis
memungkinkan analisis, eksplorasi, pemahaman dan mendefinisikan situasi yang
kompleks dan kemudian mengembangkan perencanaan tindakan untuk mencapai
dampak positif mungkin terbesar ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk memanfaatkan peluang korporat, ditawarkan oleh kekuatan-kekuatan
eksternal yang menantang, sangat penting bagi pemimpin organisasi untuk memahami
dan menafsirkan tujuan masa depan dengan menggunakan pendekatan sistematis dan
kognitif untuk menegakkan pemikiran strategis dengan menggantungkan pada
pengalaman-pengalaman dan pekerjaan intuitif.
2. Menurut Kazmi, dkk (2015) dalam jurnal berjudul “Cultivating strategic thinking
in organizational leaders by designing supportive work environment”:
Kemampuan pemimpin pemimpin untuk berpikir secara strategis adalah kunci
bagi tingkat kinerja yang sangat tinggi. Pengetahuan kerja yang luas dikombinasikan
dengan pengalaman kerja yang luas adalah resep yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir strategis. Organisasi lingkungan internal digabungkan dengan
elemen organisasi sekutu dapat mendukung atau membatasi proses kognitif yang lebih
tinggi dari individu yang bertanggung jawab untuk berpikir cerdas. Pemimpin,
dianggap sebagai pembangun dan pembaharuan lingkungan internal organisasi,
memiliki kemampuan untuk meningkatkan dan membangun hubungan yang lebih kuat

8
antara proses organisasi dan kemampuan berpikir tim pekerja untuk berpikir secara
strategis. Koleksi kegiatan termasuk; pelatihan khusus, peningkatan keterampilan dan
inisiatif pembelajaran dapat memberikan para pemimpin dengan keterampilan untuk
meningkatkan pemikiran strategis dari tim kerja yang dipimpinnya.
3. Menurut Shirvani dan Shojaie (2011) dalam jurnal berjudul “A Review on
Leader's role in Creating a Culture that Encourages Strategic Thinking”:
Pemikiran strategis telah menjadi perdebatan panas sepanjang dekade terakhir.
Berpikir strategis merupakan keharusan bagi semua manajer di berbagai organisasi;
hari-hari ini kurangnya pemikiran strategis di antara para manajer sudah jelas.
Pemikiran strategis memberikan wawasan penting mengenai pengambilan keputusan
logis, peran kekuasaan, kebijakan, pentingnya perubahan, ... berbagai pengalaman
kerja dapat memiliki peran khusus untuk mengembangkan kemampuan berpikir
strategis. Di antara berbagai faktor organisasi, budaya organisasi dapat memainkan
peran penting untuk membatasi atau mendorong; pemimpin, sebagai orang yang
memainkan peran penting mengenai budaya dan proses pemikiran strategis dapat
memaksimalkan hubungan antara budaya organisasi dan proses pemikiran strategis.
B. Landasan Teori
Berpikir Strategis
Dalam sebuah perusahaan dan organisasi besar, keberadaan dua hal yang sekilas
berbeda karakter berpikir ini sebenarnya sangat dibutuhkan dan saling
melengkapi.  Strategis merupakan kerangka berpikir jangka panjang. Putusannya
sekarang, dampaknya mungkin baru terlihat paling cepat 5-10 tahun lagi. Taktis itu
berpikir cepat, dituntut beradaptasi dengan perubahan-perubahan jangka pendek. Teknis
itu ya macam kamu; kuli, staff, karyawan. Nggak perlu banyak pikir, jalankan saja
petunjuk dari level strategis dan taktis.
Biasanya orang yang berpikir startegis seharusnya sudah melewati proses berpikir
taktis dan teknis. Sehingga memahami saat berkomunikasi dengan orang-orang yang
berada dibawahnya. Atau yang memiliki karakter taktis dan Teknis. Apabila ada kendala
mereka mampu memberikan arahan yang tepat, menegur secara wajar dan memberikan
solusi efektif. Orang-orang strategis ini cenderung kaya akan konsep dan teori. Konsep
dan teori inilah yang jadi dasar pijakan mereka berpikir. Disamping nanti dikombinasikan
dengan data-data dilapangan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bagi mereka yang
senang hal-hal strategis, sesuatu akan berjalan baik jika didahulu dengan proses berpikir
benar terlebih dahulu. Dicari makna filosofinya, definisinya, dalil dan dasar hukumnya,
prosedurnya, alur-nya, visi dan misi-nya juga targetnya yang akan dicapainya. Pada

9
tahapan ini, mereka banyak melihat ke masa akan datang. Sehingga wajar terkadang orang
kebanyakan tidak faham maksudnya dan logika berpikirnya. Karena akalnya berjalan
melampaui yang terjadi. Melakukan prediksi, antisipasi dan arah. Sementara orang-orang
teknis, tidak terlalu memperdulikan itu semua. Bagi mereka hasilnya sesuai petunjuk.
Tidak peduli sesuai prosedur dan teori. Yang terpenting praktiknya bukan konsep atau
teorinya. Dan mampu memberikan solusi jika kondisi diluar rencana dan terdesak.
Berpikir Stragis dan Kepemimpinan
Kepemimpinan strategis dianggap sebagai semangat proses berpikir organisasi,
mengambil tindakan cerdas dan kekuatan untuk menginspirasi individu dan tim untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Saat ini organisasi sedang fokus secara ketat untuk
memahami peran kepemimpinan strategis dan aplikasinya pada pemimpin organisasi
bahwa bagaimana mereka menggeser mereka dan seluruh organisasi mereka ́ fokus untuk
mengubah entitas. Dalam banyak studi industri, yang dilakukan di berbagai negara, telah
dicatat bahwa ketidakmampuan manajer senior untuk menerapkan pemikiran strategis
menciptakan rintangan serius dalam kinerja perusahaan. Pendapat Mintzberg adalah
bahwa mereka yang gagal melakukannya adalah karena faktor ketidakmampuan pribadi
untuk beralih dari pendekatan teknis ke pendekatan strategis (Kazmi dan Naaranoja,
2015).
Pemikiran strategis
Strategi adalah sebuah konsep dengan akar militer. Saat ini, bidang pemikiran
strategis sangat dihargai dan banyak penulis lebih memilih untuk menggunakannya
(Farhangi & Dehghan, 2011). Akar Berpikir Strategis (analisis sistematis dari status saat
ini dan arah masa depan penyusunannya) telah dianggap sejak awal abad
kedua puluh. beberapa besar ide-ide asli meliputi perencanaan jangka panjang; analisis
strategis dan kualitas, perencanaan skenario, model alokasi sumber daya, budaya
organisasi, kepemimpinan, pengukuran dan keselarasan strategis telah menjadi landasan
pengembangan pemikiran strategis (Allino, 2006). Ini mencakup berbagai pendekatan
manajemen termasuk pengembangan dan pelaksanaan rencana strategis organisasi. Dalam
literatur manajemen perbedaan antara dua hal perencanaan strategis dan pemikiran
strategis yang mengarah pada penciptaan kebingungan dalam manajemen strategis tidak
dijelaskan (Heracleous, 1998). Mintzberg (1994) percaya bahwa perencanaan tidak
memiliki kemampuan untuk mengembangkan perencanaan strategis karena melibatkan
analitis, formal, eksekutif, dan proses resmi. Dia juga mengakui bahwa perencanaan
strategis tidak bahkan di masa dewasa mereka dengan kepentingan keuangan dan kinerja

10
untuk organisasi. Altier (1991) menunjukkan bahwa perencanaan strategis harus pergi dan
hanya pemikiran strategis dapat diganti posisinya.

TUJUAN RP3KBT

Tujuan rancangan program pelatihan dan perkembangan bagi karyawan bertalenta (RP3KBT)
ini adalah untuk mengetahui peran pribadi dalam proses pemikiran strategi, untuk mengetahui
seberapa penting peran pengembangan dalam proses pemikiran strategi, menggali lebih dalam
lagi mengenai pengembangan pribadi dan berpikir strategis.

ALTERNATIF USULAN RP3KBT


a. Keunggulan dan Kelemahan Alternatif Program Usulan
Melihat dan mengamati dari hasil analisis mengenai kualitas sumber daya
manusia, terdapat beberapa macam pemasalahan yang sekiranya menjadi perhatian bagi
kami dan perlu untuk diselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain mengenai peran latar
belakang budayauntuk mengembangkan kemampuan berfikir strategis dari beberapa
anggota yang dirasa masih kurang, kemampuan dalam memberikan tanggapan, dan
membuat serta merancang kerangka berfikir yang masih perlu untuk dikaji dan diperbaiki.
Mengacu pada permasalahan tersebut, maka kami sepakat untuk memberikan beberapa
usulan program-program yang diharapkan dapat dijadikan sebuah kegiatan untuk
meningkatkan kualitias sumber daya manusia pada kelompok kami. Adapun beberapa
usulan program yang dapat dipertimbangkan diantaranya adalah:

Studi Kasus dan Diskusi Kelompok

Studi kasus yang dimaksud adalah pembahasan kasus dengan menggunaka


kejadiannyata. Sementara diskusi kelompok yang dimaksud adalah berdiskusi
menggunakantopil-topik terntentu dengan adanya interaksi antara karyawan. Harapan
dari diskusi kelompok adalah menghasilkan suatu pemahaman yang sama dari topik yang
telah ditentukan.

Keunggulan: Karena sifatnya berdiskusi maka pastinya akan terjadi interaksi


antarkaryawan dengan latar belakang yang berbeda. Dan ditambah denganbeberapa materi
tentang budaya yang akan membuat pemikira mereka terbukatentang budaya.

Kelemahan: Ada kemungkinan bahwa informasi yang didapatkan hanya terbatas


terhadappermasalahan yang dihadapi. Selain itu dengan metode diskusi kelompok
memiliki kecenderungan dipimpin oleh karyawan yang gemar berbicaraataumemiliki latar

11
belakang yang kuatsehingga anggta kelompok yang pendiamatau pemalu tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengutarakanpendapatnya.

Role Play
Majid (2014) berpendapat bahwa role playing adalah metode pembelajaran
sebagaibagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasiperistiwa-peristiwa actual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa yangakan mendatang. Karyawan masing-masing dihadapkan pada situasi dan
diminta untuk memainkan peranan sebagai contoh seorang pemimpin perusahaan dan
bereaksi terhadap taktik yang djalankan oleh anggota kelompok yang sedang berperan.
Keunggulan: Karyawan mampu mengembangkan sikap dan menggali pemikiran untuk
didiskusikan dengan karyawan dalam suatu periode tertentu.
Kelemahan: Ada kemungkinan karyawan tidak bermain peran secara aktif
Karenapendiam dan pemalu.
Seminar
Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada suatu topik yang khusus, di mana
merekayang hadir dapat berpartisipasi secara aktif. Seminar seringkali dilaksanakan
melalui sebuahdialog dengan seorang moderator seminar, atau melalui sebuah presentasi
hasil penelitiandalam bentuk yang lebih formal. Di beberapa seminar dilakukan juga
pertanyaan dan debat.Seminar memiliki sifat lebih informal dibandingkan sistem kuliah di
kelas dalam sebuahpengajaran akademis. Seminar yang bertemakan Budaya juga akan
mengundang pemikiran yang terbuka bagi karyawan bahwa peran budaya merupakan
faktor penting dalampengambilan keputusan.
Keunggulan: Karyawan dapat memahami budaya yang dimiliki masing-masing
individudan peran budaya dalam pengambilan keputusan.
Kelemahan: Setiap individu yang memiliki budaya yang kurang baik mungkin
akankurang berkontribusi dan lebih banyak untuk diam.

12
13

Anda mungkin juga menyukai