Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

OLEH NERS A KELOMPOK 2:

1. NI WAYAN ARI RAHAYUNI (010)


2. KADEK INDAH DWIJAYANTI (011)
3. PUTU AYU SUADNYANI (012)
4. NI PUTU ANGGI WIDYASARI (013)
5. LUH MADE MAS SWANDEWI (014)
6. GUSTI AGUNG AYU DIVASYA S. (015)
7. I GUSTI AYU INTAN SETYARI (016)
8. NI WAYAN LITA PERDANI (017)
9. LUH GEDE SUMIARI (018)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2011).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis atau sering terjadi dalam jangka waktu
lama. Tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg ketika istirahat diduga
mengalami peningkatan tekanan darah tingi (Williams & Wilkins, 2011).
2. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen. Hipertensi
atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO (World
Health Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang serius, karena jika tidak
terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan arteri yang persisten (Nanda, 2013).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi di definiskan sebagai peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus, lebih dari suatu
periode (Udjianti, 2010).
3. Penyebab hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh:
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan Na +
Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
4. Tanda dan gejala dari hipertensi
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hali ini berari hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan
5. Klasifikasi hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2 kali
pengukuran pada masing – masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi tekanan
darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:

Kategori
Kategori
Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Dan/atau Diastolik (mmHg)
 ( JNC VII)
 ( JNC VII)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre
_ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau 100 – 109 mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,  angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).

7. Pathway
Perubahan situasi

Informasi yang minim

Defisit Pengetahuan

Nyer
i
Nyeri Akut
Akut

Risiko
penurunan
curah jantung

8. Faktor risiko hipertensi pada lansia


Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yang
sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, jantung serta
pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan struktur dan fungsi. Salah
satu perubahan fungsional terkait dengan pembuluh darah adalah meningkatnya
tekanan sistolik yang akan terjadi secara progresif. Menurut American Heart
Association nilai sistolik 160 mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk
lansia. Sedangkan menurut International Society of Hypertension (ISH) tekanan
sistolik diatas 140 mmHg sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
adalah pola makan, aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih
dahulu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan
bahwa semakin tua seseorang maka risiko mengalami hipertensi akan semakin
tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah arteri
seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua usia,
namun paling sering ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan meningkat
ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun. Selain itu pada wanita menopause akan
lebih berisiko mengalami hipertensi. Walaupun belum dapat dibuktikan dalam
penelitian, namun hormon estrogen diperkirakan dapat meningkatkan konsentrasi
HDL dan menurunkan LDL yang dapat menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko hipertensi yang tidak
dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian oleh
beberapa ahli. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah
satu dari orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita mempunyai
25% kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,
kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005). Selain itu peran faktor
genetic juga dapat dibuktikan dengan ditemukannya kejadian hipertensi lebih
banyak terjadi pada kembar monozigot daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
c. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko paling
penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia. Kandungan-kandungan
berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan banyak sekali kerugian
pada tubuh, diantaranya adalah; menurunkan kadar HDL, meningkatkan
adhesivtas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen dengan karbon
dioksida pada molekul hemoglobin, serta meningkatkan konsumsi oksigen di
miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memberikan penjelasan
kepada lansia tentang keuntungan yang dapat diperoleh dengan berhenti merokok
serta kerugian-kerugian yang akan di dapat apabila tetap mengkonsumsi rokok
tersebut.
d. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan dengan konsumsi
lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningatan berat badan dan nantinya
akan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan
HDL adalah tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner atau aterosklerosis
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria maupun wanita.
e. Diabetes melitus dan obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko independen
untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka tekanan darahpun akan
ikut meningkat. Lansia yang mengalami diabetes biasanya diikuti dengan obesitas.
Penurunan berat badan pada lansia akan sangat bukan hanya untuk diabetes
namun untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya.
f. Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor risiko
terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini maka tonus otot akan
mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang akan digantikan dengan
jaringan lemak yang akan mengakibatkan penigkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup juga akan menjaga berat badan yang
ideal. Selain itu stress dapat pula berpengaruh pada hipertensi maka gaya hidup
sehat sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi
g. Diet tinggi garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang memiliki
kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko hipertensi sebesar 4.35%.
Garam yang memiliki sifat menarik air, akan menyebabkan peningkatan volume
plasma dan tekanan darah. Lansia dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki
sensitivitas tinggi terhadap intake sodium terhadap perkembangan hipertensi
(Vollmer et a., 2001 dalam Miller ).
Selain faktor-faktor diatas terdapat pula peningkatan konsumsi kafein yang
dapat menjadi faktor risisko terjadinya hipertensi. Meskipun tidak signifikan
kafein dan alcohol akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang dapat
merangsang sekresi corticotrophin realizing hormone (CRH) yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan kencing
manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kelumpuhan,
kesulitan berbicara sampai kematian.
9. Pencegahan hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting
dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat beresiko
tinggi terkena penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya merokok, minum
alkohol, suka makan enak alias banyak mengandung kolesterol, makanan yang
gurih dengan kadar garam berlebih, minuman berkafein, dll. Sementara pada saat
yang sama kurang berolahraga atau kurang beraktifitas, sering stress, minim air
putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya
pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan / pemeriksaan secara
medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor keturunan atau pun
gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan darahnya ke dokter atau
tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi
adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian,
mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika
dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang dokter akan
memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti ditemukan
gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional. Beberapa
diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan darah
misalnya: bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat, pisang,
kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri, belimbing, pace
atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain. Beberapa tanaman
diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti:
1) Melon
Buah melon yang kaya kandungan nutrisi bisa digunakan untuk membantu
tekanan darah penderita hipertensi. Kandungan asam amino (citruline) yang
terdapat pada buah melon bisa membantu mengatasi masalah tekanan darah
tinggi. Asam amino (citruline) dapat memproduksi asam amino argine yang
berguna untuk meningkatkan aliran darah, serta bekerja sebagai stimulator yang
bisa membantu memperlebar pembuluh darah.
2) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan
darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari
homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan
bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan serangan
jantung dan stroke.
3) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari mengandung
pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi
merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi
garam.
4) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung
magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan
darah tinggi.
5) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan
darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat
mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang
sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
6) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan. Salah
satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan
isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
7) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat.
Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang
sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
8) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan
tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat
sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan
aliran darah meningkat.
9) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain itu,
kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga dapat
menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi, misalnya terapi
bekam. Bekam merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal, dan
bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit.
10. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yang segera seperti:
1) Darah: rutin, BUN, creatinin, elektrolik.
2) Urine: Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama):
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography (kasus tertentu),
biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid (VMA). (Brooker, 2001)
11. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap
program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Menurut Kurniawan
(2006), penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan
pada penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok:
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur
perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya
telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan retensi
(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini
adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut Dalimartha
(2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu diet garam
rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah III :
(b) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan / atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
(c) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan / atau
hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah
I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur.
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
(d) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I.
Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur.
(e) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung
dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut:
(1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama makanan
yang digoreng dengan minyak.
(2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan.
(3) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream.
(4) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir seminggu
(f) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah
yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian kalium juga
membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
(g) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-
hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa dapat
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung,
gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
(h) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah alkohol
yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi
dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak
mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi
dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas
mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung,
meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum memperlihatkan
banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner. Jenis obat
antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya
kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika
yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT,
Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena efek
hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik
dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker
adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya dan
frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah
Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya tekanan darah.
Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang
termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole sehingga
daya tahan perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya
tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan
Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat
jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


1. Pengkajian
a. Pengkajian pasien
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
3) Aktivitas Rekreasi
4) Riwayat Keluarga
b. Pola kebiasaan sehari-hari (virginia handerson)
Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan pasien
dapat dilakukan diantaranya dari segi:
1) Bernafas, pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit
bernafas.
2) Makan, pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual .
3) Minum, pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
4) Eliminasi BAB & BAK, pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak
mengeluhkan gangguan.
5) Gerak aktivitas
a) Kemampuan  ADL:
(1) Kemampuan untuk makan
(2) Kemampuan untuk mandi
(3) Kemampuan untuk toileting               
(4) Kemampuan untuk berpakaian           
(5) Kemampuan untuk instrumentalia
b) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi d itempat
tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien berdiri dan berpindah
pasien merasakan pusing.
6) Istirahat tidur, pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada,
sesak, dan pusing yang dirasakannya.
7) Pengaturan suhu tubuh, pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya
berada dalam rentang normal yaitu 36o C -  37° C.
8) Kebersihan diri, pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami
masalah/ keluhan kebersihan diri.
9) Rasa nyaman, pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada
bagian kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada
ekstremitas.
10) Rasa aman, pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan
raut wajah pasien tampak tidak tenang.
11) Sosial, pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar, meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi
tentang penyakitnya, serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh perawat atau
dokter, berhubungan dengan penyakitnya.
13) Rekreasi, pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau
fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan atau
berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan biasanya
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging, jalan santai atau
bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan
teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
14) Spiritual, pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
15) Status Kesehatan
a) Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan kelelahan.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak terkontrol
dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat penyakit ginjal dan adrenal.
16) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
b) Keadaan Umum: lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB                                              
c) Integumen
Kulit lansia keriput (kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan
kelembaban kurang.
d) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah simetris, nyeri
tekan negatif.
e) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
f) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang berkaitan
dengan hipertensi.
g) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
h) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
i) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
j) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
k) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
l) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri dada.
m) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
n) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
o) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
p) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca dingin
sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi, klavikula
tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah hangat.
q) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
r) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan curah jantung
b. Nyeri (sakit kepala)
c. Intoleransi aktivitas
d. Defisit pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Risiko Penurunan Curah Setelah dilakukan intervensi Perawatan Jantung (I. 02075)
Jantung (D. 0011) keperawatan selama… x … Tindakan
Definisi: maka Curah Jantung (L. Observasi
Berisiko mengalami 02008) meningkat dengan  Identifikasi tanda /gejala
pemompaan jantung yang kriteria hasil: primer penurunan curah
tidak adekuat untuk  Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi dispnea,
memenuhi kebutuhan meningkat (5) kelelahan, edema, ortopnea,
metabolism tubuh.  Ejection Fractian (EF) paroxysmal nocturnal
Faktor Risiko meningkat (5) dyspnea, peningkatan CVP)
 Perubahan afterload  Left Ventricular Stroke  Identifikasi tanda /gejala
 Perubahan frekuensi Work Index (LVSWI) sekunder penurunan curah
jantung meningkat (5) jantung (meliputi
 Perubahan irama jantung  Stroke Volume Index peningkatan berad badan,
 Perubahan kontraktilitas (SVI) meningkat (5) hepatomegaly, distensi vena
 Perubahan preload  Palpitasi menurun (5) jugularis, palpitasi, ronkhi
 Bradikardia menurun (5) basah, oliguria, batuk, kulit
 Takikardia menurun (5) pucat)
 Gambaran EKG aritmia  Monitor tekanan darah
menurun (5) (termasuk tekanan darah
 Lelah menurun (5) ortostatik, jika perlu)
 Edema menurun (5)  Monitor intake dan output
 Distensi vena jugularis cairan
menurun (5)  Monitor berat badan setiap
 Dispnea menurun (5) hari pada waktu yang sama
 Oliguria menurun (5)  Monitor saturasi oksigen
 Pucat/sianosis menurun  Monitor keluhan nyeri dada
(5) (mis. intensitas, lokasi,
 Paroxysmal/Nocturnal radiasi, durasi, presivitasi
Dyspnea (PND) menurun yang mengurangi nyeri)
(5)  Monitor EK 12 sadapan
 Ortopnea menurun (5)  Monitor aritmia (kelainan
 Batuk menurun (5) irama dan frekuensi)
 Suara jantung S3  Monitor nilai laboratorium
menurun (5) jantung (mis. elektrolit,
 Suara jantung S4 enzim jantung, BNP, NTpro-
menurun (5) BNP)
 Murmur jantung menurun  Monitor fungsi alat pacu
(5) jantung
 Berat badan menurun (5)  Periksa tekanan darah dan
 Hepatomegali menurun frekuensi nadi sebelum dan
(5) sesudah aktivitas
 Pulmonary Vascular  Periksa tekanan darah dan
Resistance (PVR) frekuensi nadi sebelum
menurun (5) pemberian obat (mis. beta
 Systemic Vascular blocker, ACE inhibitor,
Resistence menurun (5) calcium channel blocker,
 Tekanan darah membaik digoksin)
(5) Terapeutik
 Capillary Refill Time  Posisikan pasien semi-fowler
(CRT) membaik (5) atau fowler dengan kaki ke
 Pulmonary Artery Wedge bawah atau posisi nyaman
Pressure (PAWP)  Berikan diet jantung yang
membaik (5) sesuai (mis. batasi asupan
 Central Venous Pressure kafein, natrium, kolesterol,
membaik (5) dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau
pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional
dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

Perawatan Jantung Akut (I.


02076)
Tindakan
Observasi
 Identifikasi karakteristik
nyeri dada (meliputi faktor
pemicu dan Pereda, kualitas,
lokasi, radiasi, skala, durasi
dan frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan
untuk perubahan ST dan T
 Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan risiko aritmia
(mis. kalium magnesium
serum)
 Monitor enzim jantung (mis.
CK, CK-MB, Troponin T,
Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada
sindrom coroner akut (mis.
skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik
 Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stres
 Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi
coroner perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan emosional
dan spiritual
Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
 Anjurkan menghindari
manuver valsava (mis.
mengedan saat BAB atau
batuk)
 Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antianginal (mis.
nitrogliserin, beta blocker,
calcium channel blocker)
 Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
inotropic, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
valsava (mis. pelunak tinjak,
antiemetic)
 Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu)
 Kolaborasi pemeriksaan x-
ray dada, jika perlu.
2. Nyeri akut (D. 0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
Definisi keperawatan selama… x … Tindakan
Pengalaman sensorik atau maka Tingkat Nyeri (L. Observasi
emosional yang berkaitan 08066) menurun dengan  Identifikasi lokasi,
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
actual atau fungsional,  Kemampuan frekuensi, kualitas, intensitas
dengan onset mendadak atau menuntaskan aktivitas nyeri
lambat dan berintensitas meningkat (5)  Identifikasi skala nyeri
ringan hingga berat yang  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respons nyeri non
berlangsung kurang dari 3 (5) verbal
bulan.  Meringis menurun (5)  Identifikasi faktor yang
Penyebab  Sikap protektif menurun memperberat dan
 Agen pencedera (5) memperingan nyeri
fisiologis (mis. inflamasi,  Gelisah menurun (5)  Identifikasi pengetahuan dan
iskemia, neoplasma)  Kesulitan tidur menurun keyakinan tentang nyeri
 Agen pencedera kimiawi (5)  Identifikasi pengaruh budaya
(mis. terbakar, bahan  Menarik diri menurun (5) terhadap respon nyeri
kimia iritan)  Berfokus pada diri sendiri  Identifikasi pengaruh nyeri
 Agen pencedera fisik menurun (5) pada kualitas hidup
(mis. abses, amputasi,  Diaforesis menurun (5)  Monitor keberhasilan terapi
terbakar, terpotong,  Perasaan depresi komplementer yang sudah
mengangkat berat, (tertekan) menurun (5) diberikan
prosedur operasi, trauma,  Perasaan takut mengalami  Monitor efek samping
latihan fisik berlebihan) cedera berulang menurun penggunaan analgetik
Gejala dan Tanda Mayor (5)
Subjektif  Anoreksia menurun (5) Terapeutik
 Mengeluh nyeri  Perinium terasa tertekan
 Berikan teknik
Objektif menurun (5)
nonfarmakologis untuk
 Tampak meringis  Uterus teraba membulat
mengurangi rasa nyeri
 Bersikap protektif (mis. menurun (5)
 Kontrol lingkungan yang
waspada, posisi  Ketegangan otot menurun
memperberat rasa nyeri (mis.
menghindari nyeri) (5)
suhu ruangan, pencahayaan,
 Gelisah  Pupil dilates menurun (5)
kebisingan)
 Frekuensi nadi meningkat  Muntah menurun (5)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Sulit tidur  Mual menurun (5)
 Pertimbangkan jenis dan
Gejala dan Tanda Minor  Frekuensi nadi membaik
sumber nyeri dalam
Subjektif (5)
pemilihan strategi meredakan
(Tidak tersedia)  Pola napas membaik (5)
nyeri
Objektif  Tekanan darah membaik
Edukasi
 Tekanan darah meningkat (5)
 Pola napas berubah  Proses berpikir membaik  Jelaskan penyebab, periode,
 Nafsu makan berubah (5) dan pemicu nyeri

 Proses berpikir terganggu  Fokus membaik (5)  Jelaskan strategi meredakan

 Menarik diri  Fungsi berkemih nyeri

 Berfokus pada diri sendiri membaik (5)  Anjurkan memonitor nyeri

 Diaforesis  Perilaku membaik (5) secara mandiri

 Nafsu makan membaik  Anjurkan menggunakan

(5) analgetik secara tepat

 Pola tidur membaik (5)  Ajarkan teknik


nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pemberian Analgesik (I. 08243)


Tindakan
Observasi
 Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. pencetus, Pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi
obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic (mis. narkotika,
non-narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk mencapai
analgesa optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic, sesuai
indikasi
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I. 05178)
Definisi keperawatan selama… x … Tindakan
Ketidakcukupan energi untuk maka Toleransi Aktivitas Observasi
melakukan aktivitas sehari- (L. 05047) meningkat dengan  Identifikasi gangguan fungsi
hari. kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
Penyebab  Frekuensi nadi meningkat kelelahan
 Ketidakseimbangan (5)  Monitor kelelahan fisik dan
antara suplai dan  Saturasi oksigen emosional
kebutuhan oksigen meningkat (5)  Monitor pola dan jam tidur
 Tirah baring  Kemudahan dalam  Monitor lokasi dan
 Kelemahan melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
 Imobilitas sehari-hari meningkat (5) melakukan aktivitas
 Gaya hidup monoton  Kecepatan berjalan Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor meningkat (5)  Sediakan lingkungan nyaman
Subjektif  Jarak berjalan meningkat dan rendah stimulus (mis.
 Mengeluh lelah (5) cahaya, suara, kunjungan)
Objektif  Kekuatan tubuh bagian  Lakukan Latihan rentang
 Frekuensi jantung atas meningkat (5) gerak pasif dan/atau pasif
meningkat > 20 % dari  Kekuatan tubuh bagian  Berikan aktivitas distraksi
kondisi istirahat bawah meningkat (5) yang menenangkan
Gejala dan Tanda Minor  Toleransi dalam menaiki  Fasilitasi duduk di sisi tempat
Subjektif tangga meningkat (5) tidur, jika tidak dapat
 Dispnea saat/setelah  Keluhan lelah menurun berpindah atau berjalan
aktivitas (5) Edukasi
 Merasa tidak nyaman  Dispnea saat beraktivitas  Anjurkan tirah baring
setelah beraktifitas menurun (5)  Anjurkan melakukan
 Merasa lemah  Dispnea setelah aktivitas secara bertahap
Objektif beraktivitas menurun (5)  Anjurkan menghubungi
 Tekanan darah berubah  Perasaan lemah menurun perawat jika tanda dan gejala
>20% dari kondisi (5) kelelahan tidak berkurang
istirahat  Aritmia saat aktivitas  Ajarkan strategi koping untuk
 Gambaran EKG menurun (5) mengurangi kelelahan
menunjukkan irama  Aritmia setelah aktivitas Kolaborasi
aritmia saat/setelah menurun (5)  Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas  Sianosis menurun (5) tentang cara meningkatkan
 Gambaran EKG  Warna kulit membaik (5) asupan makanan
menunjukkan iskemia  Tekanan darah membaik
 Sianosis (5) Terapi Aktivitas (I. 05186)
 Frekuensi napas membaik Tindakan
(5) Observasi
 EKG iskemia membaik  Identifikasi defisit tingkat
(5) aktivitas
 Identifikasi kemapuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
 Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas
rutin (mis. bekerja) dan
waktu luang
 Monitor respons emosional,
fisik, sosial, dan spiritual
Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan, fisik psikologis,
dan social
 Koordinasikan aktivitas
sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika
sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri) sesuai
kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan
waktu, energi, atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas motoric
untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implisit
dan emosional (mis. kegiatan
keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
 Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, aktif
 Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis.
vocal grup, bola volley, tenis
meja, jogging, berenang,
tugas sederhana, permainan
sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kartu)
 Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemjauannya
sendiri untuk mencapai
tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan
positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas komunitas,
jika perlu
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I. 12383)
Definisi keperawatan selama… x … Tindakan
Ketiadaan atau kurangnya maka Tingkat Pengetahuan Observasi
informasi kognitif yang (L. 12111) membaik dengan  Identifikasi kesiapan dan
berkaitan dengan topik kriteria hasil: kemampuan menerima
tertentu.  Perilaku sesuai anjuran informasi
Penyebab meningkat (5)  Identifikasi faktor-faktor
 Keteratasan kognitif  Verbalisasi minat dalam yang dapat meningkatkan dan
 Gangguan fungsi kognitif belajar meningkat (5) menurunkan motivasi
 Kekeliruan mengikuti  Kemampuan menjelaskan perilaku hidup bersih dan
anjuran pengetahuan tentang sehat
 Kurang terpapar suatu topik meningkat (5) Terapeutik
informasi  Kemampuan  Sediakan materi dan media
 Kurang minat belajar menggambarkan pendidikan kesehatan
 Kurang mampu pengalaman sebelumnya  Jadwalkan pendidikan
mengingat yang sesuai dengan topik kesehatan sesuai kesepakatan
 Ketidaktahuan meningkat (5)  Berikan kesempatan untuk
menemukan sumber  Perilaku sesuai dengan bertanya
informasi pengetahuan meningkat Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor (5)  Jelaskan faktor risiko yang
Subjektif  Pertanyaan tentang dapat mempengaruhi
 Menanyakan masala yang masalah yang dihadapi kesehatan
dihadapi menurun (5)  Ajarkan perilaku hidup bersih
Objektif  Persepsi yang keliru dan sehat
 Menunjukkan perilaku terhadap masalah  Ajarkan strategi yang dapat
tidak sesuai anjuran menurun (5) digunakan untuk
 Menunjukkan persepsi  Menjalani pemeriksaan meningkatkan perilaku hidup
yang keliru terhadap yang tidak tepat menurun bersih dan sehat
masala (5)
Gejala dan Tanda Minor  Perilaku membaik (5)
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
 Menjalankan
pemeriksaan yang tidak
tepat
 Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)

4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
d. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
e. Memantau asupan nutrisi
f. Memantau intake dan output cairan
g. Membantu meningkatkan koping
h. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:

a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal
b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
c. Tidak ada ortostatik hipertensi
d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction
Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


.Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai