Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Anamnesis Pada Pasien dengan Perawatan Paliatif” dengan baik dan lancar.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan bermanfaat di
masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar isi
......................................................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
A . Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................................3
a. Pengertian Perawatan Paliatif...................................................................................3
b. Perkembangan Perawatan Paliatif............................................................................4
c. Perawatan Paliatif dalam konteks global .................................................................5
d. Perkembangan Paliatif di Indonensia.......................................................................5
e. Kemampuan perawat dalam Perawatan Paliatif.......................................................6
f. anamnesis riwayat kesehatan pasien terminal...........................................................9
g. anamnesis awal pada pasien terminal
......................................................................................................................................
12
h. keluhan utama pada pasien terminal
......................................................................................................................................
12
i. riwayat penyakit sekarang pada pasien terminal
......................................................................................................................................
12
J.riwayat penyakit keluarga
......................................................................................................................................
14
BAB III PENUTUP
iii
......................................................................................................................................
19
A.Kesimpulan
......................................................................................................................................
19
B. Saran
......................................................................................................................................
19
Daftar Pustaka
......................................................................................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
iv
aspek pelayanan dalam hubungan pasien-perawat, dalam hal anamnesis, konseling,
penjelasan berbagai prosedur, negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga dan
pendidikan pasien. Hubungan perawat-pasien dan keluarga yang baik sangat
menunjang proses terapeutik. Pasien dan keluarga dengan senang hati menyampaikan
keluhan kepada perawat tanpa perasaan curiga. Perawat perlu memahami spiritulitas,
kondisi kejiwaan dan budaya yang mempengaruhi konsep sehat, sakit keinginan
untuk hidup penderita.Pasien yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda.
Pemahaman tentang hubungan interpersonal meningkatkan sensitifitas perawat dalam
memandang penderitaan dari sudut pandang penderita dan mengembangkan sikap
empati.
v
8. Untuk mengetahui keluhan utama pada pasien terminal
9. Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang pada pasien terminal
1.4 Tujuan
Agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
optimal kepada pasien paliatif serta mengetahui kebutuhan dan keluhan pasien secara
maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawatan Paliatif
1. Pengertian Perawatan Paliatif
Pengertian Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan
secara aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup,
dan keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana penyakit
pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien yang
mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.
Istilah perawatan hospis sering digunakan sebagai sinonim untuk perawatan
paliatif. Namun, di beberapa Negara perawatan hospis merujuk pada perawatan
paliatif berbasis komuniti. secara pilosofi perawatan paliatif dan perawatan hospis
memiliki makna yang sama. Akan tetapi, “semua perawatan hospis adalah perawatan
paliaitf, namun tidak semua perawatanpaliatif adalah perawatan hospis.” perawatan
vi
paliaitf di sediakan untuk semua pasien yang menderita penyakit kronis dengan
kondisi penyakit yang membatasi masa hidup atau mengancam jiwa maupun kondisi
pasien yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup. Sedangkan
perawatan hospis di peruntukkan kepada pasien dengan kondisi masaharapan hidup
yang di perkirakan kurang dari enam bulan.
Sebagaimana perawatan paliatif, perawatan hospis di fasilitiasi oleh tenaga
professional yang bekerja secara tim yang di kenal dengan istilah tim 2
interprofesional atau tim interdisiplin. Pasien akan mendapatkan pelayanan perawatan
paliatif di rumah sendiri atau di rumah perawatan maupun di fasilitas kesehatan
lainnya seperti rumah sakit. Di Amerika Serikat beberapa rumah sakit telah
melakukan kerjasama dan kesepahaman terhadap kolaborasi pasien rumah sakit yang
membutuhkan pelayanan hospis disaat kondisi pasien membutuhkan penanganan
intervensi secara agresif, atau di saat pasien dinyatakan dalan kondisi sekarat, atau
ketika keluarga ingin beristirahat sejenak dari rutinitas mengurus anggota
keluarganya.
Selain itu, supportive care juga sering di gunakan sebagai kata alternative
untuk menggantikan kata perawatan paliatif. Istilah tersebut awal digunakan untuk
menjelaskan kondisi penanganan pasien dengan efek samping yang berat akibat
proses terapi, terutama proses terapi penyakit kanker. Dimana efek samping yang
dapat ditimbulkan akibat proses terapi penyakit kanker tersebut dapat berupa anemia,
trombositopenia, dan neutropenic septicaemia. Namun saat ini, istilah supportive care
digunakan lebih luas lagi, termasuk untuk rehabilitasi dan dukungan psikososial. Jadi
supportive care memiliki makna yang serupa dengan perawatan paliatif dalam arti
yang lebih luas dan umum.
2. Perkembangan Perawatan Paliatif Masa Sekarang Dan Yang Akan Datang
Telah terjadi perubahan yang dinamis dalam penyediaan perawatan paliatif
terutama di Negara Inggris. Dimana depertemen kesehatan memperkenalkan program
dan panduan baru yang di kenal dengan sebutan “End of Life Care Strategy” dan “the
Gold Standards Framework”. Program dan panduan tersebut menitik beratkan akan
pentingnya menggunakan standard pelayanan di saat memberikan pelayanan
vii
perawatan paliatif pada pasien dan keluarganya terutama di saat kondisi pasien
menjelang ajal/kematian. lebih lanjut, pasien diberi otonomi untuk memilih tempat
selama menjalani proses perawatan, seperti rumah sendiri, rumah sakit, rumah
perawatan, atau rumah hospis. Sebagai petugas perawatan paliatif, memaksimal sisa
waktu atau umur pasien selama masa perawatan konsep keperawatan paliatif 7
merupakan hal yang penting. untuk memaksimalkan hal tersebut, kordinasi dengan
anggota tim, dan memberikan pelayanan yang berkualitas menjadi hal yang sangat
dibutuhkan.
Saat ini telah banyak panduan atau guideline diterbitkan oleh lembaga bereputasi
yang memberikan penjelasan bagaimana memberikan pelayanan perawatan paliatif
yang berkualitas baik secara umum maupun untuk kelompok pasien dengan penyakit
tertentu seperti panduan perawatan paliatif untuk pasien kanker paru. Di panduan
tersebut, dijelaskan secara detail mengenai peran masing-masing anggota tim
interprofesional, komunikasi secara efektif pada pasien, keluarga dan sesama anggota
tim. Secara global, WHO (2014) melaporkan bahwa pendidikan dan pengetahuan
para petugas kesehatan masih sangat minim mengenai perawatan pasien di area
paliatif. WHO memperkirakan sekitar 19 juta orang di dunia saat ini membutuhkan
pelayanan perawatan paliatif, dimana 69% dari mereka adalah pasien usia lanjut yaitu
usia diatas 65 tahun. Sehingga hal ini menjadi tantangan para petugas kesehatan
terutama tenaga professional yang bekerja di area paliatif untuk dapat memahami
dengan baik cara memberikan pelayanan yang berkualitas pada kelompok lanjut usia
tersebut dengan mengacu pada pilosofi dan standart pelayanan perawatan paliatif.
3. Perawatan Paliatif Dalam Konteks Global
Secara global pergerakan dan pengembangan perawatan paliatif di mulai di
Inggris dan Irlandia yang pada saat itu lebih dikenal dengan istilah hospis. Lalu
disusul oleh beberapa Negara eropa, Amerika utara, dan Australia. Kanada
merupakan Negara yang pertama mengimplementasikan 8 perawatan paliatif di
rumah sakit yaitu di the Royal Victoria Hospital, Montreal pada tahun 1976. Setahun
kemudian perawatan paliatif juga di buka di salah satu rumah sakit di Inggris, the St
Thomas Hospital London. Hingga saat ini belum semua Negara menyediakan
viii
pelayanan perawatan paliatif, hal ini terjadi dengan berbagai macam kendala.
Sehingga pada tahun 2011 pemetaan Negara berdasarkan tingkat ketersediaan
pelayanan dan fasilitas perawatan paliatif di perbaharui. dari mapping tersebut di
ketahui Negara dengan fasilitas dan penyediaan layanan yang telah terintegrasi
dengan seluruh system kesehatan, layanan dan fasilitas yang masih terbatas, dan
Negara yang fasilitas dan pelayanannya belum tersedia. Namun beberapa Negara
dengan kategori Negara berkembang telah berhasil mengimplemtasikan pelayanan
perawatan paliatif yang terintegrasi dengan system pelayanan kesehatan seperti
Uganda dan India. kedua Negara tersebut berhasil mengembangkan pelayanan
perawatan paliatif komuniti dengan melibatkan masyarakat sebagai relawan paliatif.
4. Perawatan Paliatif Dalam Konteks Indonesia
Sejak 2007 pemerintah Indonesia, melalui kementerian kesehatan telah menerbit
aturan berupa kebijakan perawatan paliatif (Keputusan MENKES
No.812/Menkes/SK/VII/2007). dimana dasar yang menjadi acuan di terbitkannya
peraturan tersebut yaitu;
• kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin jumlahnya baik pada pasien
dewasa maupun anak
• untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang
belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitative juga
diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal. pada peraturan
tersebut, menjelaskan bahwa kondisi pelayanan kesehatan yang belum mampu
memberikan pelayanan yang dapat menyentuh dan memenuhi kebutuhan pasien
dengan penyakit stadium terminal yang sulit di sembuhkan. pada stadium tersebut
prioritas layanan tidak hanya berfokus pada penyembuhan, akan tetapi juga berfokus
pada upaya peningkatan kualitas hidup yang terbaik pada pasien dan keluarganya.
pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut maupun terminal dapat mengakses
layanan kesehatan seperti rumah sakit baik umum maupun swasta, puskesmas, rumah
perawatan, dan rumah hospis. Saat peraturan ini di terbitkan ada 5 rumah sakit yang
menjadi pusat layanan perawatan paliatif, dimana rumah sakit tersebut berlokasi di
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. Akan tetapi, sekalipun
ix
perawatan paliatif telah di perkenalkan dan di terapkan di beberapa rumah sakit yang
tersebut diatas, pelayanan perawatan paliatif belum menunjukkan signifikansi. Hal ini
mungkin di akibatkan oleh minimnya pendidikan dan pelatihan tentang perawatan
paliatif untuk tenaga kesehatan, dan juga jumlah tenaga kesehatan yang belajar secara
formal mengenai perawatan paliatif juga masih sangat sedikit. Karena saat ini,
pendidikan untuk level pascasarjana di bidang perawatan paliatif hanya tersedia di
universitas di Negara maju seperti Australia, Amerika serika, Inggris.
5. Kompetensi Perawat Yang Bekerja Di Area Perawatan Paliatif
Begitu banyak definisi untuk menjelaskan makna kata tentang “Kompetensi.”
Namun untuk di area perawatan paliatif definisi kompetensi di adopsi dari Royal
College of Nursing (RCN) tahun 2002. Dimana kompetensi di definisikan sebagai;
“keterampilan, pengetahuan, pengalaman, kualitas dan karakteristik, serta perilaku
yang menjadi syarat pada seseorang untuk melakukan kerja atau tugasnya secara
efektif.” Berikut ini, akan di jelaskan beberapa komptensi perawat yang bekerja di
area paliatif yang didesain oleh Becker, 2000. Diantaranya : Keterampilan
komunikasi , Keterampilan psikososial, Keterampilan bekerja tim, Keterampilan
dalam perawatan fisik, Keterampilan intrapersonal
1) Keterampilan komunikasi
keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang terpenting dalam pelayanan
perawatan paliatif. Perawat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya untuk
dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan pasien dan keluarga. Sehingga
perawat dapat memberikan informasi yang penting dengan cara yang lebih baik saat
pasien membutuhkannya, atau menjadi pendengar yang baik saat pasien mengungkap
keluhannya tanpa memberikan penilaian atau stigma yang bersifat individual.
Komunikasi menjadi keterampilan yang sangat dasar pada perawat paliatif, dimana
dengan keterampilan tersebut perawat akan mampu menggali lebih dalam mengenai
perasaan pasien, keluhan pasien tentang apa yang dirasakannya. Selain itu dengan
keterampilan berkomunikasi tersebut maka perawat dapat mengidentifikasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien, kapan saja, atau bahkan di saat pasien mengajukan
pertanyaan yang rumit seperti tentang kehidupan dan kematian. Kemampuan
x
berkomunikasi juga akan membantu membangun kepercayaan diri perawat, tahu
kapan mengatakan tidak terhadap pasien, dan dengan komunikasi yang disertai
dengan sentuhan, maka hal tersebut dapat menjadi terapi bagi pasien. Untuk lebih
detail, keterampilan komunikasi serta model komukasi di area perawatan paliatif akan
di jelaskan pada bab 4. prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif.
2) Keterampilan psikososial
Untuk dapat bekerja sama dengan keluarga pasien dan mengantisipasi
kebutuhannya selama proses perawatan pasien, maka pelibatan keluarga dalam setiap
kegiatan akan dapat membantu dan mendukung keluarga untuk mandiri. Elemen
psikososial merupakan bagian dari proses perawatan yang biasanya di delegasikan ke
pekerja social medic. karena pekerja social medic memiliki wawasan dan akses yang
lebih luas ke berbagai macam organisasi atau instansi yang dapat diajak bekerja sama
untuk memberikan dukungan kepada pasien. karena mengingat peran perawat dalam
tim paliatif begitu banyak sehingga tidak memungkin untuk melakukannya. Akan
tetapi bila, dalam tim interprofesional tidak ada tenaga pekerja social medic, maka
perawatlah yang akan melakukannya. Membangun rasa percaya dan percaya diri
selama berinteraksi dengan pasien dan dengan menggunakan diri sendiri sebagai
bentuk terapeutik melalui proses komunikasi terapeutik maka hal tersebut
merupakan inti dari pendekatan psikososial dalam perawatan paliatif.
3) Keterampilan bekerja tim
Bekerja bersama dalam tim sebagai bagian dari tim interprofesional merupakan
hal yang sangat vital untuk dapat melakukan praktik atau intervensi yang baik
terhadap pasien. Mengingat layanan perawatan paliatif saat ini tidak hanya tersedia di
fasilitas rumah sakit, namun juga tersedia di rumah hospis, rumah perawatan maupun
di rumah pasien. Seiring dengan meningkat peran perawata di area paliatif sehingga
keterampilan untuk dapat bekerja dalam tim menjadi suatu keharusan dan keniscayaa
4) Keterampilan dalam perawatan fisik
untuk area ini, perawat di tuntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
baik untuk dapat melakukan asuhan keperawatan secara langsung pasien dalam
kondisi apapun dan kapanpun, sehingga perawat dapat bertindak dan mengambil
xi
keputusan yang tepat sesuai kondisi pasien. Pengkajian nyeri secara akurat dan
holistic dengan menggunakan berbagai macam bentuk metode menjadi hal yang
dasar. Pemilihan metode yang tepat untuk mengkaji pasien seperti nyeri, menjadi hal
yang penting, mengingat kondisi pasien yang kadang berubah dan tidak memungkin
merespon beberapa pertanyaan yang di ajukan. Sehingga keterampilan observasi dan
kemampuan intuisi perawat yang dapat digunakan untuk mengenali tanda atau gejala
yang mana boleh jadi pasien tidak dapat atau mampu untuk melaporkannya. Dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat maka perawat dapat
memberikan masukan kepada anggota tim untuk tidak 20 lebih fokus pada pemberian
obat-obatan berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
5) Keterampilan intrapersonal
salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat bekerja dengan baik
dan sukses dalam area perawatan paliatif adalah keterampila intrapersonal. karena
kematangan secara pribadi dan professional akan dapat membantu perawat dalam
mengatasi masalah yang terkait dengan isu intrapersonal yang bersifat intrinsic
terutama saat melayani atau melakukan asuhan keperawatan pasien yang menjelang
ajal dan keluarganya. perawat harus dapat mengenali dan memahami reaksi dan
perasaan pasien yang merupakan konsekuensi alamiah dari bekerja dengan pasien
sekarat atau keluarga yang mengalami kedukaan, sehingga perawat mampu
menentukan sikap dan menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi yang sarat
dengan emosi dan perasaan sensitive. Jika dibandingkan dengan keterampilan
kompetensi lainnya, maka keterampilan intrapersonal merupakan hal yang sangat
menantang. Dan hal ini juga memiliki andil yang besar untuk membantu membangun
keribadian yang lebih baik. Akan tetapi, kondisi tersebut juga mambawa perawat
dalam posisi dilematis, karena terkadang perawat terlalu terbawa emosi dengan
perasaan yang di alami pasien.
xii
a) Identitas pasien :Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur, kelamin,
ras, pekerjaan dan khusus untuk wanita mengenai riwayat kehamilan.
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit sekarang.
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Riwayat sosial dan pekerjaan.
g) Riwayat alergi
h) Penelusuran sistem sesuai dengan penyakit pasien.
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Kemampuan untuk
mencurahkan perhatian penuh kepada setiap pasien akan sangat mempengaruhi
keberhasilan seorang perawat melakukan pengkajian. Perhatian terhadap kepribadian
pasien akan mencegah perawat melukai perasaannya. Pasien berharap agar seorang
perawat bersikap tidak berlebihan dan peka terhadap hal-hal yang menakutkan dan
mengganggunya. Komunikasi efektif sangat diperlukan pada saat wawancara dengan
pasien. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum memulai interaksi dengan
pasien. Persiapan ini merupakan aspek penting untuk dapat memperoleh informasi
tentang kondisi pasien yang sesungguhnya.
a. Persiapan untuk melakukan wawancara adalah :
1) Tunjukkan perhatian anda, merupakan kunci untuk menjalin hubungan
2) Pelajari teknik-teknik melakukan wawancara
3) Pelajarilah rekaman medis dan persiapkan peralatan
4) Selalu, perkenalkan diri anda pada pasien
5) Dengarkanlah pasien anda
6) Mulailah pertemuan dengan carayang tenang dan tidak tergesa -gesa, dengan
senyum dan sikap berdiri yang seimbang
7) Adakan kontak mata segera
8) Perkenalkan diri anda dengan memberikan jabatan tangan yang erat
9) Jelaskan peran anda dalam tim yang merawat kesehatan pasien
xiii
10) Jelaskan tujuan dan uraikan tanggung jawab pasien dalam mencapai tujuan anda
Memperoleh riwayat tindakan yang akan dilakukan, nilai kualitas riwayat pasien
tentunya akan bergantung pada kemampuan dalam mengkaji informasi yang
relevan.
b. Meningkatkan hubungan dengan pasien terminal :
1). Duduklah di luar kawasan pribadi pasien
2). Pastikan pencahayaan, tempat menulis dan tempat duduk anda memadai
3). Mintalah ijin kalau diperlukan untuk mengubah ruangan
4). Kalau mungkin duduklah sedemikian rupa sehingga ketinggian mata samaatau
dibawah ketinggian mata pasien
5). Pasien sedapat mungkin dalam posisi duduk tegak
c. Hal yang harus diperhatikan saat interaksi dengan pasien terminal:
1). Perhatikanlah petunjuk -petunjuk verbal dan non-verbal
2). Semua komunikasi harus dijaga kerahasiaannya
3). Jangan memberikan pertimbangan moral
4). Bersikaplah jujur dan bertindak dengan semestinya
5). Hargailah sikap pasien terhadap penyakitnya
d. Cara mengendalikan diskusi saat proses interaksi
1). Hindarilah percakapan yang kurang penting dan menyimpang
2). Mulailah dengan pertanyaan yang tidak terbatas dan singkat
3). Batasilah jumlah pertanyaan langsung
4). Perlihatkanlah respon yang tegas
5). Pakailah pernyataan -pernyataan peralihan untuk mengendalikan pasien yang
berbicara bertele –tele
6). Mintalah izin untuk menyelidiki persoalan yang sensitive
7). Berikanlah respon singkat kalau pasien mengungkapkan emosinya
8). Hindarilah memberikan pertanyaan yang bertubi –tubi
e. Teknik memulai Interaksi dengan pasien terminal
1). Perkenalkan diri perawatpada pasien.
2). Ciptakan lingkungan yang nyaman jaga privacy pasien.
xiv
3). Persilahkan pasien untuk duduk, ketika anamnesa dilakukan, Idealnya, dengarkan
pasien ketika bdia berbicara menggambarkan masalahnya.
4). Ajukan Pertanyaan terbuka (open ended questions) untuk memperoleh informasi
yang lengkap.
5). Hindari istilah medis yang tidak dimengerti pasien/ keluarga.
1. Anamnesis awal
Identitas pasien merupakan data pokok yang harus dikaji lebih awal. Nama
pesien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, tempat
tinggal, dokter yang merujuknya. Riwayat penyakit maupun riwayat kesehatan
terdahulu perlu digali dalam pelaksanaan anamnesa awal.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah pernyataan yang disampaikan pasien dengan bahasa
sendiri sebagai penyebab utama pasien untuk mencari bantuan kesehatan. Keluhan
utama dapat berupa nyeri (seperti nyeri perut), gejala tidak enak (seperti kelelahan),
kehilangan fungsi normal (seperti fungsi kandung kemih), perubahan dari tubuh
(seperti bengkak) atau keluhan kejiwaan (seperti cemas, depresi), yang tidak harus
merupakan masalah sebenarnya. Keluhan utama yang dinyatakan oleh pasien
merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah pasien. Keluhan tersering
yang membuat seseorang datang ke rumah sakit adalah nyeri atau yang erat
hubungannya dengan ketidaknyamanan. Tulislah pernyataan singkat, sejauh mungkin
dengan mempergunakan kalimat yang dipakai oleh penderita itu sendiri, mengenai
apa sebenarnya yang tengah dialaminya, dengan mengemukakan gejala -gejala atau
tanda -tanda serta berapa lama semua gejala -gejala serta tanda -tanda tersebut sudah
berlangsung.
3. Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)
RPS adalah rincian gambaran dari keluhan utama pasien dengan sasaran untuk
mendapatkan hubungan dan gambaran umum bagaimana keluhan utama pasien
terjadi. Yang paling penting adalah fungsinya sebagai sumber informasi dalam
menerapkan masalah keperawatan pasien. Bila, mengapa dan bagaimana penderita
sampai menjadi sakit? Rinci kronologis yang disusun secara ringkas, semua
xv
keterangan yang berhasil dikumpulkan yang mempunyai kaitan dengan permulaan
timbulnya penyakit, maupun perjalanan penyakit. Bila mungkin, pancing serta korek
pengertian serta pemahaman yang dimiliki oleh penderita tentang penyakit yang
tengah dialaminya tersebut serta harapan -harapan yang terkandung dalam dirinya
mengenai kunjungan ini.
Untuk membuat RPS ada 7 dimensi dari gejala klinik yang harus ditanyakan dalam
anamnesa, yaitu :
1.Lokasi:Dimana lokasi masalah tersebut? Apakah ada penjalaran?
Contoh : Tolong tunjukkan dengan satu jari dimana lokasi nyeri yang tepat?
2.Kualitas :Seperti apa keluhan tersebut dan bagamana rasanya ?Apakah tajam atau
tumpul, hilang timbul atau menetap?
3. Kuantitas/beratnya : Seberapa berat penyakitnya?. Misalnya beratnya nyeri dengan
skala 1 sampai 10 dimana skala 1 tidak nyeri sedangkan 10 sangat nyeri.
4.Kronologis/waktu : Kapan gejala atau masalah mulai?.Bagaimana kejadiannya?
Misalnya pada nyeri dada perlu ditanyakan pertama kali terjadi atau sebelumnya
pernah terjadi. Pada diare ditanyakan berapa kali mencretnya
5. Kejadian yang memperberat keluhan :Misalnya pada ulkus ventrikuli diperberat
dengan makan pedas, nyeri dada bertambah pada saat bekerja dan sebagainya
6. Kejadian yang memperingan keluhan :Misalnya pada gastritis nyeri uluhati
berkurang dengan makan dan sebagainya.
7. Gejala klinik yang menyertai :Misalnya kolik ureter disertai dengan kesulitan
Defekasi Teknik untuk mendapatkan Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
RPD adalah catatan tentang penyakit dan pengobatan yang dialami pasien
pada masa lalu, merupakan informasi yang dapat menambah keterangan penyakit
sekarang dan atau yang berpengaruh terhadap pengelolaan pasien. Elemen inti dari
RPD adalah :
1. Kelahiran dan perkembangan dini.Buatlah ikhtisar mengenai apayang diketahui
penderita tentang kelahiran, makanan, pertumbuhan, tingkah laku dan lingkungannya,
xvi
dengan menekankan hubungan antar pribadi serta peristiwa -peristiwa penting pada
masa kanak-kanaknya.
2. Penyakit -penyakit yang diderita sebelumnya (masa kanak-kanak dan lain-lain).
Catatlah penyakit-penyakit menular serta gejala-gejala sisa yang dialaminya,
imunisasi, reaksi-reaksi alergi dan hipersenstiivitas dan reaksi -reaksi yang
ditimbulkan oleh obat -obatan.
3. Pembedahan, cedera, kecelakaan dan masuk rumah sakit. Berikan tanggal-tanggal
peristiwa terjadinya dengan keadaan yang menyertai; pancing serta koreklah ulasan
-ulasan penderita mengenai anestesia, reaksi -reaksi obat dan hasil dari pengobatan
yang diberikan kepadanya.
4. Obat-obatan, pengobatan dan kebiasaan. Tanyakan kepada penderita mengenai
penggunaan teh, kopi, alkohol, tembakau, obat -obat pencahar atau pengobatan lain
yang dipergunakan secara teratur.
5. Kesehatan/keadaan umum. Catatlah penilaian penderita anda tentang kesehatannya
sebagai baik, sedang atau pun buruk.
xvii
3. Riwayat perkawinan.
Suatu pernyataan tentang istri/suami serta anak -anak penderita, termasuk umur
mereka masing -masing, keadaan kesehatan mereka, penyakit -penyakit ataupun
persoalan -persoalan yang pernah dialami serta hubungan emosional yang terdapat
antara mereka.
4. Riwayat keturunan.
insiden penyakit-penyakit tulang dan sendi, alergi, kanker, diabetes melitus,
gangguan perdarahan, hipertensi, epilepsi, penyakit ginjal, migren, gangguan saraf
dan jiwa, demam rematik, tukak lambung dan lain -lain pola penyakit yang dominan
yang terdapat di lingkungan keluarga penderita.Riwayat obstetric dan aktivitas
sexual. Apakah dia pernah melahirkan/ hamil? Jika ya, berapa kali, bagaimana hasil
kehamilannya? Aktivitas sexual merupakan masalah yang tidak nyaman untuk
ditanyakan, tetapi ini dapat memberikan informasi penting tentang penganiayaan,
kemampuan untuk mendapatkan keturunan dan lain-lain.
6. Riwayat Sosial dan Lingkungan :
a. Pendidikan, dinas kemiliteran dan kegiatan keagamaan.Uraikan bila ada
hubungannya.
b. Riwayat pekerjaan.Uraikan kegiatan -kegiatan yang dilakukan penderita, baik di
dalam, maupun di luar rumah, termasuk contoh kegiatan sehari-hari yang khas.
c. Pengaturan kehidupan.Uraikan aspek -rumah penderita.
d. Masalah -masalah yang mempunyai hubungan dengan penyakit yang diderita
sekarang ini.Perhatikan serta pertimbangkan masalah -masalah keuangan,
perubahan-perubahan dalam pekerjaan serta di rumah, penyaluran seksual yang
dilakukannya serta penggunaan alkohol, obat-obatan dan tembakau. Lakukan
penilaian terutama mengenai reaksi emosional penderita terhadap penyakit yang
sekarang ini.Lakukan hal ini ketika perawat sedang memeriksa penderita. Pada
waktu perawat tengah memeriksa kepala pasien, tanyakan apakah ia menderita
sakit kepala. Ketika anda sedang melihat matanya, tanyakan apakah pasien
mengalami kesukaran dengan penglihatannya, konjungtivitis dan gangguan
xviii
-gangguan lainnya. Perawat melihat tubuh pasien. Catatlah semua tanda, gejala
dan nilai -nilai yang berhubungan.
1. Umum.
Keletihan, penurunan berat badan, demam, dingin, menggigil, berkeringat,
berat badan waktu berusia 18 tahun, berat badan maksimal waktu dewasa.
2. Kulit.
Ruam, gatal -gatal, tahi lalat, borok, kanker, rambut, pigmentasi.
3. Kepala dan leher.
Sakit kepala, trauma, perasaan nyeri, kekakuan, pembengkakan.Mata: kaca
mata yang dipakai, perasaan nyeri, diplopia, skotoma, gatal gatal, kekeringan,
infeksi, kemerahan.
4. Telinga:
Penurunan atau hilangnya pendengaran, infeksi, perasaan nyeri, tinitus,
vertigo. Hidung: Kekeringan, perdarahan, perasaan nyeri, kotoran yang
dikeluarkan, penyumbatan, penciuman, bersin -bersin. Mulut: Luka -luka;
perasaan nyeri, infeksi; ulkus, suara serak, kekeringan, keadaan gusi, lidah, gigi
dan gigi palsu; menelan.
5. Buah dada.
Pengeluarannya, bongkol yang terdapat, perasaan nyeri, perdarahan infeksi.
6. Peranafasan.
Batuk, perasaan nyeri, sputum, asma, dispnea, hemoptisis, sianosis, kontai
akibat pekerjaan, tuberkulosis, pneumonia, pleuritis,
7. Jantung.
Angina, dispnea, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea, udema, palpitasi,
bising, kegagalan, infark, hipertensi, penyakit -penyakit jantung yang diketahui,
demam rematik, keterbatasan gerak badan.
7. Pembuluh darah.
Klaudikasio, flebitis, ulkus, keadaan vena dan arteri.
8. Saluran cerna.
xix
Nafsu makan, menelan, anoreksia, mual, muntah, serdawa,darah, melena,
perasaan nyeri abdomen, diare, konstipasi, perubahan kebiasaan buang air besar,
hemoroid, hernia, pemakaian obat -obat pencahar atau antasida, ikterus, gangguan
hati, hepatitis.
9. Ginjal dan saluran kemih.
Disuria, hematuria, inkontinensia, nokturia, berapa kali berkemih, batu,
nefritis, infeksi.
10. Ginekologik.
Sediaan hapus pap (tanggal pembuatan dan hasilnya), menarche (usia berapa),
siklus, menopause (usia), menoragia, metroragia, bercak-bercak, pengeluaran,
gatal, disparenia, penggunaan kontrasepsi, penyakit kelamin, tumor, jumlah
kehamilan yang telah dialami, kelahiran hidup, abortus.
11. Genitalia pria.
Perasaan nyeri, pembengkakan, pengeluaran, penyakit kelamin, kemampuan
seksual, tumor, ulkus.
12. Muskuloskeletal.
Perasaan nyeri, kepekaan yang berlebihan, kekejangan, kelemahan, trauma,
terkilir, patah tulang, nyeri pada perse.ndian, pembengkakan, kekakuan, nyeri
punggung.
13. Hematologik.
Anemia, perdarahan, kelebaman, keganasan, transfuse -transfusi yang pernah
diterima.
14. Endokrin dan metabolisme.
Perubahan berat badan, diabetes, toleransi terhadap suhu, polidipsia,
perubahan pada rambut.
15. Susunan saraf .
Sinkop, kejang, pusing, stroke, termor, gangguan koordinasi, gangguan
sensoris, perasaan nyeri, gangguan motoris, daya ingat.
16. Emosi.
xx
Kecemasan, tidur, depresi, keinginan bunuh diri, gambaran mengenai diri
sendiri, kepuasan dalam kehidupan.
A. SIMPULAN
Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan secara aktif
terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup, dan keluarga
pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana penyakit pasien tersebut
sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien yang mendapatkan
intervensi untuk memperpanjang masa hidup. Dalam melakukan anamnesis pada
pasien paliatif terdapat beberapa yang perlu diperhatikan yaitu Anamnesis riwayat
kesehatan pasien, anamnesis awal, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dimana di dalam melakukan anamnesis
semua harus memperhitungkan komunikasi efektif sangat diperlukan pada saat
wawancara dengan pasien.
xxi
B. SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif terutama dalam
melakukan anamnesis perawat harus mengetahui point penting dalam anamness
perawatan paiatif sehinga akan mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan tindak selanjutnya bisa akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Aitken, S. (2009). Community palliative care: the role of the clinical nurse specialist. John
Wiley & Sons
Al-Shahri, M. (2002). The future of palliative care in the Islamic world. Western Journal
of Medicine, 176(1), 60.
Becker, R. (2015). Fundamental Aspects of Palliative Care Nursing: An Evidence-Based
Handbook for Student Nurses 2nd Edition. Andrews UK Limited.
Breaden, K. (2011). Teaching palliative care across cultures: The singapore experience.
Indian Journal of Palliative Care, 17(4), 23
Campbell, M. L. (2009). Nurse to nurse: Palliative care, expert interventions. McGraw-
Hill Medical.
xxii
Clinch, J. J., Dudgeon, D., & Schipper, H. (1998). Quality of life assessment in palliative
care. In D. Doyle, G.W.C. Hanks, & N. MacDonald (Eds.), Oxford textbook of
palliative medicine (2nd ed). New York: Oxford University Press.
Kemenkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007 tentang Kebijakan perawatan paliatif. di akses pada
tanggal 23 Agustus 2016. http://bit.ly/2blgRsJ
Soal Paliatif
1. Setiap daerah memiliki budaya local dalam merawat orang dengan sakit arah,
sebagai seoran perawat hal yang harus kita lakuka dengan budaya local yang ada
adalah
a. Menerima
b. Menolak
c. Memodifikasi
d. Membiarkan
e. Merubah paksa
2. Ny. X dirawat di sebuah RS selama 1 minggu. Ny. Didiagnosa kanker serviks
stadium 2 pada satu tahun yang lalu. Ny. X tidak melakukan pengobatan ke RS,
xxiii
melainka rawat jalan memakai obat tradisional yang dibuat oleh keluarganya. Karena
tidak kujung membaik, Ny. X dibawa kembali ke RS dan saat ini kankernya sudah
stadium 4. Saat ini Ny. X hanya bisa pasrah, dan berharap jika Tuham masih
memberikan mujizat. Taha yang sedang dialami Ny. X adalah?...
a. Penolakan
b. Marah
c. Tawar Menawar
d. Depresi
e. Asertif
3. Untuk membuat RPS ada 7 dimensi dari gejala klinik yang harus ditanyakan dalam
anamnesa, yaitu kecuali…..
a. Lokasi
b. Kualitas
c. Kuantitas
d. Kronologis
e. Komborditas
xxiv