Anda di halaman 1dari 2

NAMA : KEVIN AMELIA PRATIWI

NPM : 19810055

KELAS : A1 (SEMESTER 2)

MK : HUKUM ISLAM (ISLAMIC LAW)

FAKULTAS : HUKUM

DOSEN PENGAMPU : M.SHOFWAN TAUFIQ, S.H.I., M.S.I

Perbedaan antara Syari’ah, Fikih dan Yurisprudensi Islam

 Syariah bermakna peraturan, agama dan tata cara ibadah. Sedangkan fikih itu
adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan
tentang hukum.
 Obyek kajian syari’ah sifatnya lebih umum karena mencakup akidah, perbuatan,
dan akhlak manusia. Sedangkan fiqih hanya berlaku pada amaliah perbuatan
manusia, tidak membahas persoalan akidah dan akhlak.
 Sifat “keniscayaan” hanya berlaku pada syari’ah karena memang hakikat syari’ah
ialah taken for granted atau diterima begitu saja sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh Allah. Sedangkan fiqih tidak memiliki keniscayaan semacam itu
karena merupakan produk dari ijtihad masing-masing mujtahid.
 Syari’ah bersifat menyeluruh. Artinya, syariat berlaku bagi manusia siapapun, di
manapun dan kapanpun. Sedangkan fiqih tidak demikian.
 Syari’ah lebih luas dari cakupan hukum fiqh, karena cakupan syari’ah apa yang
tercakup dalam ilmu kalam, ilmu akhlak, dan ilmu fiqh atau dengan kata lain hukum
fiqh adalah sebagian dari kandungan syari’ah.
 Hukum fiqh dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan masa, berbeda
dengan syari’ah yang bersifat absolut, universal, abadi dan berlaku sepanjang
masa, Begitupun dengan fiqh dan hukum islam, cakupan fiqh lebih luas daripada
hukum islam karena hukum islam merupakan hasil dari ijtihad ulama yang
melahirkan kitab fiqh.
 Tetapi, hukum islam memiliki produk pemikiran hukum yurisprudensi, undang-
undang, dan teori sosiologi hokum, Sedangkan fiqh pada awalnya hasil atau
kumpulan dari ceramah atau fatwa ulama yang kemudian dihimpun dalam satu
buku atau beberapa buku.
 Hukum islam dapat berfungsi dalam masyarakat jika telah melalui proses
kelembagaan hukum islam, agar menjadi bagian dari suatu lembaga social.
Pelembagaan merupakan suatu  proses di mana norma-norma hukum islam dapat
diketahui, dipahami, dinilai, dihargai, dijiwai, dan ditaati oleh sebagian besar
masyarakat, sehingga menjadi budaya dalam masyarakat. Proses penerapan
selanjutnya adalah metode taqnin (dilembagakan melalui undang-undang) bagi
aturan-aturan hukum yang diperlukan. Dalam hal ini hukum diartikan sebagai
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh penguasa, jadi hukum diartikan sebagai
suatu jenis social control dan social engineering yang ditetapkan oleh penguasa
sehingga dapat menjadi hukum nasional disebuah Negara. Hukum nasional di
Indonesia memiliki tat hukum di Indonesia meliputi empat produk hukum, yaitu:
hukum produk legislatif colonial, hukum adat, hukum islam, dan huum produk
legislatif nasional. Undang-undang meliputi berbagai aspek, baik aspek hukum,
politik maupun social-budaya lainnya. Undang-undang merupakan peraturan
Negara yang dibuat  oleh pemerintah dalam hal ini menteri disahkan oleh DPR,
dan ditandatangani oleh presiden, kemudian dibuatkan peraturan pemerintah dan
peraturan menteri.
 Syaria’ah bersumber dari Al Quran dan hadist yang sifatnya mutlak dan universal
sedangkan fikih bersumber dari pemikiran ulama dalam memahami Al Quran dan
hadist, dan sifatnya sekunder serta variatif tergantung ulama rujukannya.
 Hukum syaria’ah hanya satu dan universal sedangkan hukum fikih beragam
 Syaria’ah dalam penentuan hukum tidak ada campur tangan manusia sedangkan
dalam fikih ada campur tangan manusia

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/85858/apa-perbedaan-syariat-islam-dan-
fiqih.

Anda mungkin juga menyukai