TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI1,2
atau janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. World Heatlh Organization dan
sebagai janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. The US
kematian pada fetus dengan berat badan 350 gram atau lebih dengan usia
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
atau fetal death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi
kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-28 minggu dan
Late Fetal Death, kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28
minggu.
B. EPIDEMIOLOGI
faktor risiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal akan
meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-
50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia
20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada pasien primipara
terjadinya IUFD.3
IUFD. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan IUFD telah dilaporkan
oleh Little dan Cnattingius. Stephansson dkk dalam studi kasus kontrol
terhadap 700 primipara dengan IUFD dan 700 kontrol melaporkan bahwa
memiliki risiko dua kali lipat akan terjadinya IUFD dibandingkan wanita
dengan IMT ≤ 19,9. Risiko ini akan jauh berlipat pada primipara obesitas (IMT
≥ 30). Kenaikan berat badan yang terjadi selama kehamilan tampaknya tidak
Di Negara berkembang, angka lahir mati ini telah menurun dari 15-16 per
1000 kelahiran total pada tahun 1960-an menjadi 7-8 per 1000 kelahiran pada
tahun 1990.4 Dari data the National Vital Statistics Report tahun 2005
perinatal.1
1. Faktor maternal
d. Infeksi
e. Hipertensi
f. Pre-eklampsia
g. Eklampsia
h. Hemoglobinopati
i. Penyakit rhesus
j. Ruptura uteri
k. Antiphospholipid sindrom
m. Kematian ibu
2. Faktor fetal
a. Kehamilan ganda
c. Kelainan kongenital
d. Anomali kromosom
3. Faktor plasenta
c. Insufisiensi plasenta
e. Vasa previa
f. Perdarahan Feto-maternal
Telah dilakukan beberapa studi pada untuk mengetahui etiologi spesifik dari
Hubungan berat badan kelahiran rendah dan kematian perinatal juga telah
ditegaskan. Janin IUFD juga rata-rata memiliki berat badan yang kurang
dibanding janin normal pada tingkat usia gestasional yang sama. Hal ini
fetal dan preeklampsia. Dalam studi Gardosi dkk, dilaporkan bahwa 41%
kasus IUFD adalah janin yang kecil untuk usia gestasional dan kelompok ini
kehamilan postterm, atau usia gestasi lebih dari 41 minggu, risiko IUFD
IUFD pada wanita diabetes tipe 1 dilaporkan 4-5 kali lebih tinggi
terjadi akibat kendali glukosa yang tidak baik dan komplikasi makrosomia,
janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut.
sering dijumpai pada kehamilan dan memicu morbiditas dan mortalitas yang
antibodi fosfolipid didapat juga berhubungan erat dan IUFD terkait dengan
misalnya SLE.
Sejumlah kelainan yang paling sering dijumpai memicu IUFD ialah trisomi
ialah 45x.
Walaupun aberasi kromosom mendominasi, sejumlah janin dapat
besar janin dengan malformasi letal mengalami IUFD akibat defek jantung
a. Plasenta6
b. Tali pusat6
diameter 12 mm. Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam dua
trimeter pertama. Tali pusat abnormal dibagi menjadi tali pusat panjang >
IUFD dan anomali fetal. Samadi dkk melaporkan angka kejadian IUFD
akibat FMH sebesar 4%.2 Trauma terhadap uterus dan solusio plasenta
IUFD terkait infeksi dilaporkan berkisar 6-15 % dari seluruh kasus IUFD.
IUFD walaupun lebih jarang. Rubela maternal pada awal kehamilan juga
dapat memicu IUFD. Pada kasus yang jarang, IUFD juga dapat disebabkan
oleh infeksi intrauterine dari herpes simpleks. Infeksi maternal primer oleh
pada plasenta dan IUFD juga sering dilaporkan. Infeksi dapat memicu
berkisar 12-50%. Faktor risiko pada kematian yang tidak dapat dijelaskan
ini juga berbeda dibandingkan dengan IUFD dengan kausa yang spesifik.
Menurut Froen dkk, IUFD mendadak ini cenderung meningkat seiring usia
rendah dan obesitas. Asap rokok telah terbukti menyebabkan bayi lahir
IUFD sebelumnya tidak berhubungan dengan IUFD ini dalam studi tersebut.
D. KLASIFIKASI
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian janin
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal
death)
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan
di atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan -
1. Rigor mortis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian
lemas kembali.
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-
mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah dan mulai
mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) Kulit mengelupas luas, efusi cairan
serosa di rongga toraks dan abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
E. MANIFESTASI KLINIS10
5. Test kehamilan menjadi negatif (-), terutama setelah janin mati 10 hari.
F. DIAGNOSIS2,11,12
1. Anamnesis
c. Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin melahirkan
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
gerakan janin.
c. Auskultasi
hari setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada
G. PENATALAKSANAAN 4,13,14,15
janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
udara didalam jantung dan edema scalp. USG merupakan sarana penunjang
menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin,
kandungan. Jika kelahiran spontan tidak terjadi dalam 3-4 minggu resiko
yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
1. Indikasi janin
c. Janin mati
2. Indikasi Ibu
1. Malposisi janin
2. Insufisisensi plasenta
3. Disporposi sefalopelvik
5. Grande multipara
6. Gemelli
8. Plasenta previa
Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi,
diantaranya:
1. Hendaknya serviks uteri sudah “matang”, yaitu serviks sudah mendatar dan
menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks
menghadap ke depan.
Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop. Jika skor Bishop
kurang atau sama dengan 3 maka angka kegagalan induksi mencapai lebih dari
20% dan berakhir pada seksio sesaria. Bila nilai lebih dari 8 induksi persalinan
serviks.
pematangan servik sebelum induksi persalinan. Jika ada tanda infeksi, berikan
antibiotika untuk metritis. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit
Non-Interferensi
2 minggu
Gagal gagal
a. Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah
botol infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang
pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan
menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi
harus dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol
pada waktu yang sama. Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang
b. Prostaglandin
posterior sangat efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum
6 jam
2) Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali
Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus
yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak
lintang.
3. Embriotomi
melukai ibu. Embriotomi diindikasikan kepada janin mati dimana ibu dalam
keadaaan bahaya ataupun janin mati yang tak mungkin lahir pervaginam.
H. PENCEGAHAN2,4
aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau
adanya solusio plasenta. Pada gemelli dengan T+T (twin to twin transfusion)
yang baik. Ibu perlu menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman
tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test fetal elektronik dapat digunakan
I. KOMPLIKASI
(kada fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD. Kadar
mati.
2. Ensefalomalasia multikistik17
masih hidup dengan yang salah satu janinnya meninggal. Dalam hal ini
sering kali mengakibatkan kematian segera janin lainnya. Jika janin kedua
masih dapat bertahan hidup, maka janin tersebut memiliki risiko tinggi
terkena ensefalomalasia multikistik. Bila salah satu bayi kembar ada yang