Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (Apar) Dan Jalur Evakuasi Serta Penanggulangan Kebakaran Di Rsud Dr.R.Soetijono Kabupaten Blora
Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (Apar) Dan Jalur Evakuasi Serta Penanggulangan Kebakaran Di Rsud Dr.R.Soetijono Kabupaten Blora
Skripsi
Oleh
6411409069
2015
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................................... i
PERNYATAAN................................................................................................................ ii
ABSTRAK ....................................................................................................................... vi
iv
2.3 Jenis Media Pemadam Kebakaran ................................................................... 20
5.1 Analisis penerapan sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan ................ 54
v
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 62
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Persembahan
Adekku tersayang
Sahabat – sahabatku
Almamaterku, Unnes
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul “ Penerapan Alat Pemadam Api
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu saya
xi
6. Dosen Penguji, Bapak Eram Tunggul Pawenang S.KM, M.Kes., yang telah
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
staf TU FIK Unnes yang telah membantu dalam segala urusan administrasi
11. RSUD dr.R. SOETIJONO Kabupaten Blora atas pemberian ijin melkasanakan
penelitian.
12. Papa, Mama, adek dan keluarga tercinta yang telah memberikan doa,
skripsi ini.
13. Sahabat – sahabatku ( Radit, Dewangga, Dedy, Doni, Syaifudin, Dani, Deka,
Poundra, Aal, Shyta ) dan teman-teman kost “B-cozt”, andro, fala atas
dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.
14. Teman – teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2009 atas
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
xii
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipay ganda dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
bekepentingan.
Semarang, 2015
Peneliti
xiii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Maret 2015
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit
mempunyai potensi kebakaran yang dapat merugikan rumah sakit atau penghuninya, jadi
penerapan APAR dan jalur evakuasi sangat dibutuhkan. Permasalahan yang timbul adalah
cara penerapan alat pemadam api ringan (APAR) dan penanggulangan kebakaran di RSUD
dr.R.Soetijono Kabupaten Blora.
Jenis metode yang akan dilakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
observasional, karena metode ini bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan observasional.
Dari hasil penelitian ini didapatkan data yaitu dari 36 tabung APAR 10 diantaranya
tidak sesuai dengan perarturan PERMENAKER No.04/MEN/ tahun 1980 dan juga jalur
evakuasi yang ada tidak sesuai dengan peraturan SNI No. 03-1746-2000. Selain itu dari
hasil wawancara didapatkan kalau alat untuk memadamkan kebakaran hanya tersedia APAR.
Saran dari peneliti yaitu melakukan pengecekan dan pemeliharaan APAR,
memindahkan hambatan yang ada di jalur evakuasi dan menambah peralatan untuk
memadamkan kebakaran.
xiv
Public Health Science Departement
Faculty of Sport Science
Semarang State University
March 2015
ABSTRACT
The hospital is an institution for the public health service. The hospital has a potential
fire that could harm for hospital or its occupants, so the application fire extinguisher and
evacuation paths are needed. The problem that arises is how the application of a fire
extinguisher (APAR) and fire prevention in hospitals dr.R.Soetijono Blora.
This type of method to be performed is an observational descriptive method, because
this method aims to create and description a situation objectively with observational
approach.
From the results of this study found that of the 36 tube of fire extinguisher ,10 are not
in accordance with PERMENAKER No.04 / MEN / 1980 and also that there was no
evacuation route in accordance with the rules SNI No. 03-1746-2000. In addition, the
results of interviews obtained if the tool is only available to extinguish a fire extinguisher.
Suggestions from researchers that checking and maintenance of portable fire
extinguisher, remove existing obstacles in the path of evacuation and add equipment to
extinguish the fire.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan yang antara lain didukung oleh sarana kesehatan yang memadai
yang merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan salah
satu hak dasar manusia. Salah satu sarana kesehatan yang banyak
1
2
pelayanan. (B) pelayanan medis, (C) pelayanan gawat darurat, (D) kamar
operasi, (E) pelayanan intensif, (F) pelayanan perinatal resiko tinggi, (G)
medis, (M) pelayanan gizi, (N) rekam medic, (O) pengendalian infeksi di
potensi kebakaran adalah kelistrikan, ruang incinerator, dapur dan juga bahan
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para
juga mengatur bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100
orang atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan
kerja wajib diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Hal itu
4
tersebut .
Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit sampai saat ini belum
menjadi prioritas penting bagi rumah sakit, rumah sakit masih lebih
kebakaran, karena apabila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang drugikan,
antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas.
perusahaan.
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
yang terlibat seperti pihak perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Hal ini
Prasarana Rumah Sakit yang dimaksud dalam pasal tersebut salah satunya
standart. Hal ini berdasarkan dengan undang-undang Nomer 1 tahun 1970 pada
pemadam api ringan (APAR) ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
6
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran, pada saat api
Beberapa kasus kebakaan di rumah sakit antara lain pada tanggal 3 juli
Selatan akibat arus pendek listrik yang menyebabkan ruang radiologi di rumah
sakit tersebut terbakar habis. Kebakaran lain juga terjadi pada tanggal 29 juli
2009 di Rumah Sakit Sari Asih Serang Banten akibat hubungan pendek arus
listrik, meskipun tidak ada korban tetapi tujuh pasien sempat dievakuasi ke
RSUD Serang. Dan pada tanggal 6 agustus 2007 juga terjadi kebakaran di
rusaknya lingkungan.
Kabupaten Blora ini termasuk dalam tipe C yang juga memiliki Layanan
Medis (Medical Check Up, Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis),
24 jam, Rawat Inap, Rawat Jalan, Kamar Bedah), dan Rujukan. Salah satunya
Dari hasil observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 27 agustus
2014, penulis menemukan jalur evakuasi yang ada pada RSUD dr.R. Soetijono
7
terdapat beberapa orang yang duduk dipinggir jalur evakuasi tersebut. Dan
juga penerapan letak APAR yang seharusnya setiap APAR berjarak 15 meter
malah kurang dari 5 meter. Tanda – tanda untuk jalur evakuasi dan APAR
kurang jelas.
dan fire detector masih kurang. Setelah wawancara dengan salah satu anggota
kabupaten Blora terjadi kebakaran di ruang incinerator, hal ini dikarenakan ada
datang 2 unit truck damkar. Setelah 2 unit truck damkar itu datang baru api
dr.R.Soetijono berkisar 300 juta. Pada saat observasi awal yang penulis
yang dimiliki RSUD dr.R.Soetijono pada saat ini berjumlah 36 buah dengan
tersebut.
Dalam hal ini sarana proteksi yang perlu diperhatikan pada RSUD
(APAR) yang ada di RSUD tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
Blora
Penelitian ini melingkupi tentang penerapan alat pemadam api ringan (APAR)
TINJAUAN PUSTAKA
tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah
Sakit dapat didirikan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau swasta. Persyaratan
teknis bangunan rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
association), dipergunakan untuk tujuan medis atau perawatan untuk seseorang yang
menderita sakit fisik ataupun mental, menyediakan fasilitas untuk istirahat, tidur
untuk 4 atau lebih penghuni. Penghuni ini (orang yang dirawat) karena
bagian dari jenis hunian untuk perawatan kesehatan, per definisi menurut NFPA,
11
12
code baik untuk pencegahan kebakaran ( NFPA 1 fire prevention code) maupun
untuk keselamatan jiwa (NFPA 101 life safety code) sangat memperhatikan masalah
(evacuation plan), latihan penyelamatan darurat kebakaran (fire exit drill), prosedur
baku dalam kasus kebakaran, pemeliharaan sarana jalan ke luar (exit), pembatasan
dalam aktifitas merokok, pengaturan tempat tidur, tingkat bahaya dari bahan
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan
sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit akibat
kerja.(abrar.blogspot.com)
ksehatan fisik, mental dan social yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jeis
13
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari resiko akibat
factor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh
asset produksi agar terhindar dari kecelakan kerja atau kerugian lainnya.
kesehatan para pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
dan rehabilitasi.
tenaga kerja, cara atau metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultant dari tiga komponen
akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor
kimia ( antiseptic, gas anestasi), faktor ergonomic (cara kerja yang salah), faktor
fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial ( kerja
faktor biologi (kuman pathogen yang berasal dari pasien), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptic pada kulit, tegangan tinggi
pada system reproduksi, radiasi pada system pemroduksi darah), faktor psikologis
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat, dan bangsal penyakit
jiwa).(soehatman ramli,2010)
2.2 Kebakaran
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang kala tidak
dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan dalam udara dan
mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses pembakaran adalah suatu reaksi
15
eksotermis, yaitu suatu reaksi yang mengeluarkan panas. Bila api yang terjadi sangat
terbatas maka gejala tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api
kebakaran.
penyimpangan perilaku.
Keamanan dan keselamatan manusia maupun asset bangunan perlu dijaga dari
lingkungan.
Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling berhubungan,
yaitu adanya bahan bakar, adanya oksigen dan adanya sumber panas atau nyala.
Panas penting untuk nyala api tetapi bila api telah timbul dengan sendirinya
menimbulkan panas untuk menyala, karena kebakaran tidak akan menyala apabila
tidak terdapat bahan bakar, tidak ada sama sekali oksigen, dan sumber panas yang
tidak cukup untuk menimbulkan api. Unsure pokok terjadinya api dalam teori segitiga
Bahan bakar adalah semua jenis bahan yang mudah terbakar. Dilihat
1. Bahan bakar padat : kayu, kertas, karet, plastic, dan lain sebagainya
2. Bahan bakar cair : bensin, spirtus, solar, oli, dan lain sebagainya
2.2.2.2 Oksigen
normal, bahan bakar mudah bergabung dengan oksigen. Karena oksigen adalah
pembakaran, bila kadar oksigen lebih dari 15%. Sedangkan pembakaran tidak
akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang dari 12%. Oleh karena itu salah
17
satu teknik pemadaman api yaitu dengan cara menurunkan kadar oksigen di
2.2.2.3 Panas
atau jenis usaha ditinjau dari potensi bahaya kebakaran dibagi dalam tingkatan
terbakar dengan tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran
dalam klasifikasi ini adalah tempat parker, pabrik roti, pabrik minuman, dll.
18
terbakar dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran
kedalam klasifikasasi bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik ban, bengkel mobil,
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api cepat. Yang termasuk
kedalam klasifikasi bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik kimia, pabrik bahan
agar dapat ditentukan system pemadaman api yang tepat, sehingga dapat
dipilih alat-alat atau bahan-bahan pemadam yang cocok untuk kelas kebakaran
tersebut.
2.2.4.1 Kelas A
dengan sendirinya. Kebakaran kelas A ini diakibatkan panas yang dating dari
luar, molekul-molekul benda padat berurai dan membentuk gas lalu gas inilah
yang terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas baik sekali. Bahan-bahan yang
jenis plastic dan serat alam. Prinsip pemadaman jenis ini adalah dengan cara
menurunkan suhu dengan cepat. Jenis media yang cocok adalah menggunakan
air.
2.2.4.2 Kelas B
pelumas, produk minyak bumi, pengencer cat, bensin dan cairan yang mudah
terbakar lainnya. Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang
dapat terbakar pada bahan bakar cair ini suatu bunga api yang akan
2.2.4.3 Kelas C
tidak lain dari kebakaran kelas A atau B atau kombinasi dimana ada aliran
listrik. Jika aliran listrik dipuuskan maka akan berubah menjadi kebakaran
2.2.4.4 Kelas D
inggi dan akan menimbulkan temperature yang sangat tinggi pula. Untuk
memadamkan pada kebakaran logam ini perlu dengan alat atau media khusus.
menjadi 3 macam :
yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi.
sebagai berikut :
Tepung kimia kering (khusus), tepung kimia khusus atau tepung kimia kering
uap bahan bakar. Semua tepung mempunyai cara kerja fisik seperti ini.
partikel tepung kimia tersebut akan menyerap radikal hidroksil dari api.
22
Media pemadam jenis cair terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
2.3.2.1 Air
Dalam pemadaman kebakaran air adalah media pemadam yang paling banyak
Harganya murah
Dapat dipancarkan
Mendinginkan
Air mempunyai daya penyerap panas yang cukup tinggi, dalam hal ini
Menyelimut
Air yang terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang
menyelimuti bahan bakar yang terbakar. Dalam penyelimutan ini air cukup
efektif.
2.3.2.2 Busa
antara lain :
23
Busa regular
Busa serbaguna
Busa ini juga sebagai busa anti alcohol yang dapat memadamkan
kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti : alcohol, either, atau zat
Busa kimia
Busa ini terjadi karena adanya roses kimia, yaitu percampuran bahan-
bahan kimia.
Busa mekanik
Busa ini terjadi karena proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-
bahan pembuat busa yang terjadi dari caian busa dan udara. Untuk
Media pemadam jenis gas akan memadamkan api secara fisi yaitu:
pembakaran dan mendesak udara atau memisahkan zat asam. Nama umum
media ini adalah halon yaitu suatu ikatan methan dan halogen
Setiap media pemadam menuntut teknik pemadaman berbeda, agar pemadam berhasil
Pemadaman harus dilakukan searah dengan arah angina tau dari samping
sebelah kanan kirinya agar saat pemadaman tidak terhalang oleh asap atau
terbakar. Bau dari asap juga dipakai sebagai pedoman untuk mengenal benda
yang terbakar.
25
dihasilkan asap panas, nyala dan gas-gas beracun yang dapat menyebar ke
segala arah.
Apar jenis air, berisi cairan air biasa yang umumnya bervolume sekitar
Apar jenis debu kering, jenis ini terdiri atas sodium bikarbonat 97%,
Apar jenis gas, terdiri dari cairan karbondioksida dan BCF dalam
tekanan dan berukuran berat 2-5 ibs. Jarak semprotan bias mencapai 8-
Apar jeis buih atau busa (foam), alat ini biasanya terdiri atas 2 tabung
semprotan alat ini berkisar antara 20 inci dengan lama semprotan 30-
Penempatan APAR
terkunci
2.5.2 Sprinkler
System sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yag dilengkapi dengan ujung
penyemprot yang kecil dan ditempatkan dalam suatu bangunan. Jika terjadi
kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau
System sprinkler pipa basah, merupakan jaringan pipa yang berisi air
demikian system ini hanya bekerja di area yang terbakar dan tidak di
Jingga : 53C
Merah : 68C
Kuning : 79C
Hijau : 93C
Biru : 141C
Ungu : 182C
Hitam : 201-206C
28
System sprinkler pipa kering, sprinkler ini pada jalur pipa tidak berisi
air, air akan mengalir dengan membuka katup pengalir yang terpasang
kebakaran, maka seluruh sprinkler yang ada dalam satu jaringan akan
langsung menyembur.
2.5.3 Hydrant
pipa dan selang. Dan terdiri dari air, pompa perpipaan, kopling outler dan inlet
Klasifikasi hydrant
2.5.3.1 Hydrant gedung, hydrant yang terletak disuatu bangunan dan instalasi
tegak 4 inci, panjang selang minimum 15 M diameter 1,5 inci serta mampu
yang dilindungi
dilindungi.
namanya, fungsi alat ini adalah untuk mendeteksi terjadinya api sedini
2.5.4.1 Detector asap, system deteksi yang mendeteksi adanya asap. Menurut
tidak sempurna. Keberadaan ini digunakan untuk membuat suatu alat deteksi
asap. Salah satu alat deteksi asap bekerja dengan prinsip ionisasi dengan
suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang secara otomatis akan mendeteksi
2.5.4.3 Detector nyala, api juga akan mengeluarkan nyala yang nyebar ke
sekitarnya. Api mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultra violet.
Keberadaan sinar ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam
Detector UV
orang dapat menyelamatkan diri, jalur ini harus tidak terhadang oleh barang-
barang, mudah terlihat dan diberi tanda yang jelas, sedangkan menurut
(soedharto) ada 3 tipe jalur penyelamatan diri yang dapat digunakan untuk
tahan api dan termasuk didalamnya lantai dan atap atau ujung atas struktur
luka-luka pada waktu evakuasi. Dalam pemasangan jalan keluar atau jalan
yaitu:
mudah terbakar dan tidak licin susuran tangan terbuat dari besi
2.6.1.2.6 Untuk anak tangga lebar minimum injakan tangga 27,9 cm,
tinngi minimum 10,5 cm tinggi maksimum 17,8 cm dan jumlah 2r+g < 70
cm
penunjuk arah.
benar
34
Aspek ini adalah yang paling langsung dan efektif dalam mencegah
yang kompeten serta untuk melatih penghuni beradaptasi bila hal yang tidak
kebersihan atau teknisi dan lain-lain perlu untuk secara regular mengawasi
bangunan.
2.6.4 Prosedur
staf yang berkompeten. Semua pihak yang terlibat dalm hal ini (penghuni,
Prinsip pemadaman ini dengan cara menghilangkan salah satu unsur atau
peralatan. Hal ini dapat dijabarkan lagi menjadi upaya-upaya pemerintah dalam
pelatihan evakuasi.
kebakaran yang baik. Secara umum system proteksi yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
2.8.2 System air pemadam, seperti penampungan air dan jaringan pipa
lantai.
2.8.3 System pemadam kebakaran rumah sakit harus dilengkapi dengan apar
rumah sakit karena kondisi pasien yang sedang dirawat. Perlu sarana ruangan
evakuasi pasien dengan cepat. Dan ruang evakuasi harus kedap asap dan
daya dan prosedur penangananya. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan bagi
Peralatan DamKar
APAR Resiko
Sprinkler Kebakaran
Hydrant
Fire detector
Jalur Evakuasi
METODE PENELITIAN
PERMENAKER
APAR Sistem No.04/MEN/ tahun 1980
Sprinkler Penanggulangan KEPMENAKER
Hydrant Kebakaran dan No.186 tahun 1999 tentang
Fire detector
kualitas APAR di penanggulangan kebakaran
Jalur Evakuasi
Rumah Sakit di tempat kerja
SNI No. 03-1746-2000
38
39
”penerapan alat pemadam api ringan (apar) dan jalur evakuasi serta
peneliti amati atau lihat di lokasi, dalam penilitian ini peneliti akan
pertanyaan terkait apa saja kebijakan yang ada di rumah sakit dalam bidang
penanggulangan kebakaran.
Checklist berisi tentang daftar list yang akan peneliti observasi saat
Kuesioner, yang berisi pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan pihak
jalur evakuasi.
6.1 Simpulan
disimpulkan :
No.04/MEN/1980
KEPMENAKER No.186/MEN/1999
6.2 Saran
penyedia layanan isi ulang APAR, agar APAR yang diambil untuk di
64
65
PERMENAKER.No.04/MEN/1980.
mengandalkan APAR.
lagi.
tulisan yang lebih jelas supaya mudah terlihat oleh semua orang.
66
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot.Com/2010.
Rumah Sakit.
National Fire Protection Association, NFPA 101,2002 edition “life safety code”
Jakarta.
67
gedung”
Kerja.
LAMPIRAN
69
dr.R.SOETIJONO)
70
Kondisi
No Elemen Yang Dianalisa Standar Acuan
SESUAI TIDAK
1 APAR harus
dengan jelas
2 APAR dilengkapi
pemasangan
PERMENAKER
3 Tinggi pemasangan
No.04/MEN/ tahun 1980
APAR adalah 125 cm
4 Penempatan APAR
lainnya berjarak 15
meter
berwarna merah
dinding
9 Terdapat keterangan
penunjuk penggunaan
dengan jelas
pemeriksaan
75
Kondisi
No Elemen Yang Dianalisa Standar Acuan
SESUAI TIDAK
5 Menyatu dengan
bangunan
SNI No. 03-1746-2000
6 Lebar min 120 cm
1
2
3
4 _
5
6 _
7
8
9
10
76
77
11
12 _
13
14
15
16
17
18
19
20 _
21
22
23
24
25 _
26 _
27 _
28 _
29 _
30
31
78
32
33
34
35 _
36
79
Pernyataan Checklist
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ada sarana Bebas Terdapat Tidak ada Menyatu Lebar Tinggi Penerangan Berhubungan
No
jalan hambatan penanda penghalang dengan minimal ruangan penandaan jalur langsung dengan
keluar yang jelas bangunan 120 cm minimal evakuasi ruang terbuka
230 cm
1 - -
2 - -
3 -
4
Lampiran 4. Hasil wawancara
HASIL WAWANCARA
PENERAPAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN JALUR
Jawaban
No Pertanyaan
YA TIDAK
80
81
HASIL WAWANCARA
PENERAPAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN JALUR
Jawaban
No Pertanyaan
YA TIDAK
HASIL WAWANCARA
PENERAPAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN JALUR
Jawaban
No Pernyataan
YA TIDAK
HASIL WAWANCARA
PENERAPAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN JALUR
84
85
TENTANG
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN
ALAT PEMADAM API RINGAN.
Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka untuk mensiap-siagakan pemberantasan pada mula
terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi syarat-
syarat keselamatan kerja;
b. Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Peraturan Menteri yang mengatur tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan tersebut.
Mengingat :
1. Pasal 2 dan pasal 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
2. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 158 Tahun 1972 Tentang Program
Operasionil, serentak, singkat, padat, untuk pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang
Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
BAB I
KETERANGAN UMUM
Pasal 1
(1) Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
(2) Menteri ialah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
(3) Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.
(4) Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk mengawasi ditaatinya peraturan ini.
(5) Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagian yang berdiri sendiri.
93
Pasal 2
(1) Kebakaran dapat digolongkan:
a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam (Golongan D).
(2) Jenis alat pemadam api ringan terdiri:
a. Jenis cairan (air);
b. Jenis busa;
c. Jenis tepung kering;
d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);
(3) Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam api ringan tersebut ayat (1) dan ayat
(2) dapat diperluas sesuai dengan perkembangan tehnologi.
Pasal 3
Tabung alat pemadam api ringan harus diisi sesuai dengan jenis dan
konstruksinya.
BAB II
PEMASANGAN
Pasal 4
(1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan.
(2) Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan
lampiran I.
(3) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
(4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam lampiran 2.
(5) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
Pasal 5
Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang
didapati sudah
berlubang-lubang atau cacat karena karat.
Pasal 6
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
(2) Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat
bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2
94
mm.
Pasal 7
(1) Sengkang atau konstruksi penguat lainnya seperti tersebut pasal 6 ayat (1) tidak
boleh dikunci atau digembok atau diikat mati
(2) Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) tersebut pasal 6 ayat (2)
harus disesuaikan dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari
atau peti (box) sehingga mudah dikeluarkan.
Pasal 8
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai
kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dan permukaan lantai.
Pasal 9
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat
pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut
diatas.
Pasal 10
Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terkuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman.
BAB III
PEMEIHARAAN
Pasal 11
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
(2) Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang
tidak cacat.
Pasal 12
(1) Pemeriksaan jangka 6 (enam) bulan seperti tersebut pasal 11 ayat (1)
meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung,
rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan
dan mekanik penembus segel;
b. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label
95
karat;
g. untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya
harus dalam keadaan baik;
h. untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak
dengan baik;
i. lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik;
j. tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
(3) Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan pemeriksaan
dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam
posisi berdiri tegak, kemudian diteliti menurut ketentuan sebagai berikut;
a. isi tabung harus diisi dengan berat yang telah ditentukan;
b. pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat
atau buntu;
c. ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh tersumbat;
d. peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, harus dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan luas penekan harus da!am
keadaan baik;
e. gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik;
f. lapiran pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik;
g. tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
(4) Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical) dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya
tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a. isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung
keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir;
b. ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh buntu
atau tersumbat;
c. peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai rusuk dan sisi yang tajam;
d. gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik;
e. bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat;
f. lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik;
g. tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya
yang diperiksa dengan cara menimbang.
(5) Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC (Carbon Tetrachiorida)
harus diadakan pemeriksaan lebih lanjut sebagai benikut:
a. peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan bahwa pompa
tersebut dapat bekerja dengan baik;
b. tuas pompa hendaklah dikembalikan lagi pada kedudukan terkunci sebagai
semula;
c. setelah pemeriksaan selesai, bila dianggap perlu segel diperbaharui.
Pasal 14
97
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca
dengan jelas.
Pasal 15
(1) Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala
dengan jangka waktu tidak melebihi 5 (lima) tahun sekali dan harus kuat menahan
tekanan coba menurut ketentuan ayat (2),(3), dan ayat (4), pasal ini selama 30
(tiga puluh) detik.
(2) Untuk alat pemadam api jenis busa dan cairan harus tahan terhadap tekanan coba
sebesar 20 kg per cm2.
(3) Tabung gas pada alat pemadam api ringan dan tabung bertekanan tetap
(stored pressure) harus tahan terhadap tekanan coba sebesar satu setengah kali
tekanan kerjanya atau sebesar 20 kg per cm2 dengan pengertian. kedua angka
tersebut dipilih yang terbesar untuk dipakai sebagai tekanan coba.
(4) Untuk alat pemadam api ringan jenis Carbon Dioxida (CO2) harus dilakukan
percobaan tekan dengan syarat:
a. percobaan tekan pertama satu setengah kali tekanan kerja;
b. percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja;
c. jarak tidak boleh dari 10 tahun dan untuk percobaan kedua tidak lebih dari 10
tahun dan untuk percobaan tekan selanjutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.
(5) Apabila alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) setelah diisi dan oleh sesuatu
hal dikosongkan atau dalam keadaan dikosongkan selama lebih dan 2 (dua)
tahun terhitung dan setelah dilakukan percobaan tersebut pada ayat (4),
terhadap alat pemadam api tersebut harus dilakukan percobaan tekan ulang
sebelum diisi kembali dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya tidak boleh
lebih dari 5 (lima) tahun.
(6) Untuk tabung-tahung gas (gas containers) tekanan cobanya harus memenuhi
ketentuan seperti tersebut ayat (4) pasal ini.
(7) Jika karena sesuatu hal tidak mungkin dilakukan percobaan tekan terhadap tabung
alat pemadam api dimaksud pasal 15 ayat (6) di-atas, maka tabung tersebut tidak
boleh digunakan sudah 10 (sepuluh) tahun terhitung tanggal pembuatannya dan
selanjutnya dikosongkan.
(8) Tabung-tabung gas (gas containers) dan jenis tabung yang dibuang setelah
digunakan atau tabungnya telah terisi gas selama 10 (sepuluh) tahun tidak
diperkenankan dipakai lebih lanjut dan isinya supaya dikosongkan.
(9) Tabung gas (tahung gas containers) yang telah dinyatakan tidak memenuhi
syarat untuk dipakai lebih lanjut harus dimusnahkan.
Pasal 16
Apabila dalam pemeriksaan alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2)
sesuai dengan ketentuan dalam pasal 12 terdapat cacat karena karat atau beratnya
berkurang 10% dari berat seharusnya, terhadap alat pemadam api tersebut harus
dilakukan percobaan tekan dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya tidak
boleh lebih dari 5 (lima tahun).
Pasal 17
98
Pasal 19
Alat pemadam api ringan jenis cairan dan busa diisi kembali dengan cara:
(1) Bagian dalam dari tabung alat pemadam api jenis cairan dan busa (Chemical Harus
dicuci dengan air bersih)
(2) Saringan, bagian dalam tabung, pipa pelepas isi dalam tabung dan alat-alat expansi
tidak boleh buntu atau tersumbat.
(3) Pengisian ulang tidak boleh melewati tanda batas yang tertera.
(4) Setiap melakukan penglarutan yang diperlukan, harus dilakukan dalam bejana
yang tersendiri.
(5) Larutan sodium bicarbonat atau larutan lainnya yang memerlukan penyaringan
pelaksanaannya dilakukan secara menuangkan kedalam tabung melalui saringan.
(6) Timbel penahan alat lainnya untuk menahan asam atau larutan garam asam
ditempatkan kembali ke dalam tabung.
(7) Timbel penahan yang agak longgar harus diberi lapisan tipis/petroleum jelly
sebelum dimasukan.
(8) Tabung gas sistim dikempa harus diisi dengan gas atau udara sampai pada batas
tekanan kerja, kemudian ditimbang sesuai dengan berat isinya termasuk lapisan
zat pelindung.
Pasal 20
Alat pemadam api ringan jenis hydrocarbon berhalogen harus diisi kernbali
dengan cara:
(1) Untuk tabung gas bertekanan, harus diisi dengan gas atau udara kering sampai batas
tekanan kerjanya.
(2) Tabung gas bertekanan dimaksud ayat (1) harus ditimbang dan lapisan cat pelidung
dalam keadaan baik.
(3) Jika digunakan katup atau pen pengaman, katup atau pen pengaman tersebut harus
sudah terpasang sebelum tabung dikembalikan pada kedudukannya.
99
Pasal 21
(1) Alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical) harus diisi
dengan cara:
a. Dinding tabung dan mulut pancar (nozzle) dibersihkan dan tepung
kening (dry
chemical) yang melekat;
b. Ditiup dengan udara kering dan kompressor;
c. Bagian sebelah dalam dari tabung harus diusahakan selalu dalam
keadaan kering;
(2) Untuk tabung gas bertekanan harus ditimbang dan lapisan cat perlindungan
harus dalam keadaan baik.
(3) Katup atau pen pengaman harus sudah terpasang sebelum tabung dikembalikan
pada kedudukannya.
Pasal 22
(1) Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali sebagaimana dimaksud
pasal 18, 19, 20 dan pasal 21, harus dilakukan pemeriksaan sesuai ketentuan pasal
12 dan pasal 13 dan kemungkinan harus dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Isinya dikosongkan secara normal;
b.Setelah seluruh isi tabung dialihkan keluar, katup kepala dibuka dan tabung serta
alat-alat diperiksa.
(2) Apabila dalam pemeriksaan alat-alat tersebut ayat (1) terdapat adanya cacat
yang rnenyebabkan kurang amannya alat pemadam api dimaksud, maka segera
harus diadakan penelitian.
(3) Bagian dalam dan luar tabung, harus diteliti untuk memastikan bahwa tidak terdapat
tubang-lubang atau cacat karena karat.
(4) Setelah cacat-cacat sebagaimana tersebut ayat (3) yang mungkin
mengakibatkan kelemahan konstruksi diperbaiki, alat pemadam api harus diuji
kembali dengan tekanan sebagaimana yang disyaratkan dalam pasal 15.
(5) Ulir tutup kepala harus diberi gemuk tipis, gelang tutup ditempatkan
kembali dan tutup
kepala dipasang dengan mengunci sampai kuat.
(6) Apabila gelang tutup seperti tersebut ayat (5) terbuat dari karet, harus dijaga gelang
tidak terkena gemuk.
(7) Tanggal, bulan dan tahun pengisian, harus dicatat pada badan alat pemadam
api ringan tersebut.
(8) Alat pemadam api ringan ditempatkan kembali pada posisi yang tepat.
(9) Penelitian sebagaimana tersebut ayat (2) dan ayat (3) berlaku juga terhadap jenis
yang kedap tumpah dan botol yang dipecah.
Pasal 23
Pengisian kembali alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan pasal 22 tersebut diatas.
Pasal 24
Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini.
100
BAB IV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25
Pengurus yang tidak mentaati ketentuan tersebut pasal 24 diancam
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah) sesuai dengan pasal 15
ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Alat pemadam api ringan yang sudah dipakai atau digunakan sebelum
Peraturan Menteri ini ditetapkan, pengurus diwajibkan memenuhi ketentuan
peraturan ini dalam waktu satu tahun sejak berlakunya Peraturan ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 14 April 1980
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
HARUN ZAIN