Anda di halaman 1dari 7

APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY

DAN LOST AND GRIEVING KUBLER-ROSE PADA KASUS


IBU HAMIL DENGAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)

Aryanti Wardiyah1, Yati Afiyanti2, Imami Nur Rachmawati3


e-mail: aryanti.wardiyah@gmail.com

ABSTRAK

Karya ilmiah akhir ini disusun sebagai laporan dari praktik residensi spesialis
keperawatan Maternitas yang berfokus pada penerapan teori keperawatan adaptasi Roy
dan lost and grieving Kubler-Rose pada asuhan keperawatan ibu hamil yang mengalami
intra uterine fetal death (IUFD).
Tujuan penulisan laporan ini untuk memberikan gambaran pelaksanaan praktik
Spesialis Keperawatan Maternitas dalam menjalankan perannya sebagai pemberi
pelayanan keperawatan, edukator, konselor, advokat, pengelola, kolaborator,
komunikator dan koordinator, agen perubah dan peneliti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada perempuan sepanjang periode kehidupannya dengan menerapkan
teori keperawatan serta pencapaian target kompetensi. Aplikasi teori keperawatan
adaptasi Roy dan lost and grieving Kubler-Rose efektif dilakukan pada lima kasus ibu
hamil dengan IUFD. Aplikasi teori tersebut berhasil membantu menyelesaikan masalah
keperawatan dan meningkatkan adaptasi klien.

Kata kunci:
Asuhan keperawatan, intra uterine fetal death (IUFD), teori Roy, Kubler-Rose

PENDAHULUAN Spesialis Keperawatan Maternitas


Angka kejadian kematian janin merupakan lulusan dari program
dalam rahim secara berturut-turut di pendidikan spesialis keperawatan yang
Iran mulai bulan April 2011 sampai 2013 disiapkan untuk dapat berkontribusi
sebanyak 88,7 per 1000 kelahiran hidup, dalam membantu pasien beradaptasi
di Asia Selatan 25 sampai 40 kasus per terhadap kondisinya. Peran ners spesialis
1000 kelahiran hidup, selanjutnya di keperawatan maternitas tersebut
Asia Tenggara lebih dari 30 kasus per diwujudkan sebagai pemberi pelayanan
1000 kelahiran hidup (Safarzadeh, keperawatan, edukator, konselor,
Ghaedniajahromi, Ghaedniajahromi, Rigi, advokat, pengelola, kolaborator,
& Massori, 2014; Stanton, 2006). komunikator dan koordinator, agen
Kematian janin di Indonesia, tahun perubah dan peneliti (Reeder, Martin &
2010-2011 sebanyak 250 kasus terjadi Griffin. 2003). Salah satu bentuk
di di RSUD Cut Meutia, Aceh, kemudian pelaksanaan peran sebagai pemberi
33 kasus mulai bulan Januari sampai pelayanan keperawatan adalah
Oktober 2013 di RSUD Bekasi (Rekam melakukan asuhan keperawatan pada
Medis RSUD Bekasi, 2013) dan di RSUPN ibu hamil yang mengalami intra uterine
Cipto Mangunkusumo Jakarta, terdapat fetal death (IUFD).
delapan kasus ibu dengan IUFD mulai
bulan Maret sampai April 2014 (Rekam METODE
Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo Metode yang digunakan adalah
Jakarta). study kasus dengan fokus aplikasi teori
Penatalaksanaan ibu dengan IUFD adaptasi roy dan lost and grieving
dari segifisik dan psikologis menjadi kubler-rose pada kasus ibu hamil dengan
perhatian khususnyasemua pihak intra uterine fetal death (iufd)
terutama tenaga kesehatan. Ners

1) Dosen Akademi Keperawatan, Lampung,


2,3) Dosen Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia

10 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017


HASIL bergerak beberapa hari ini ternyata telah
Pengkajian menggunakan teori meninggal. Klien sangat dekat dengan
adaptasi Roy dilakukan dengan suaminya, mereka sangat
mengidentifikasi stimulus fokal, mengharapkan kehamilan dan kelahiran
kontekstual, residual serta menggali bayinya supaya dapat memberikan adik
respon ibu terhadap kematian janin. bagi anak pertamanya.
Teori berduka Kubler-Rose merupakan Pengkajian tahap I, dalam hal ini
teori yang digunakan untuk perawat mulai mengkaji adaptasi
mengidentifikasi tahapan berduka klien fisiologis klien. Keadaan klien tampak
dalam melakukan asuhan keperawatan. lemah, kesadaran kompos mentis,
Pengkajian telah dilakukan berdasarkan tekanan darah 110/80mmHg, nadi
format pengkajian teori adaptasi Roy 84x/menit, suhu 36,6oC, pernafasan
dan Kubler- Rose pada kasus pertama. 22x/menit, capillary refill time< 3 detik,
ekspansi dada maksimal, pernapasan
GAMBARAN KASUS regular. Perut nampak ada striae,
Ny D (28 tahun) G2P1A0 hamil 24 palpasi fundus uteri 26 cm, letak janin
minggu, status menikah dengan tuan S, memanjang, punggung sebelah kanan,
agama: islam, pekerjaan: ibu rumah presentasi kepala, denyut jantung janin
tangga, pendidikan terakhir: SMA, suku tidak terdengar.
sunda, bahasa yang digunakan sehari-
hari adalah bahasa sunda. Suami Tn. S Oksigenasi: suara nafas
(30 tahun), pendidikan terakhir: SMA, bronkhovesikuler, wheezing tidak ada,
pekerjaan: wiraswasta, suku Sunda, ronkhi tidak ada, kesulitan nafas tidak
alamat: Bekasi. Klien datang ke poli ada, pergerakan dinding dada teratur,
kebidanan atas saran dari bidan tempat pernafasan 22 kali permenit. Nutrisi:
klien memeriksakan kehamilannya. Berat badan klien mengalami penurunan
HPHT 6 April 2013, taksiran partus sebulan terakhir (BB awal 55 kg, BB
tanggal 13 Januari 2014. Klien sekarang 54,5 kg), frekuensi makan
mengalami menarche usia 14 tahun, hanya sekali dalam satu hari, klien
lama haid tujuh hari. Anak pertama klien belum makan sejak tadi malam karena
sudah berumur tiga tahun, jenis kelamin cemas akan kondisinya, nafsu makan
laki-laki, berat saat lahir 2800 gram. menurun sejak didiagnosa kematian
Klien datang ke RS tanggal 20 janin. Cairan & elektrolit: jumlah
September 2013. Klien mengeluh cairan yang dikonsumsi tiap hari kurang
janinnya tidak bergerak beberapa hari lebih delapan gelas air putih, mukosa
belakangan ini, bahkan satu hari warna merah muda, Eliminasi: klien
sebelumnya saat periksa di bidan detak mengatakan tidak ada masalah dalam
jantung janinnya tidak terdengar. Klien buang air kecil, klien buang air kecil 4-6
merasa sangat cemas atas kondisinya. kali sehari. BAB terakhir klien sebelum
Klien juga sempat bertanya pada dukun pergi ke rumah sakit.
yang memberi tahu bahwa sebenarnya
klien tidak hamil namun ada yang hidup Aktivitas dan istirahat: klien mengaku
di dalam rahimnya. Tekanan darah hanya melakukan aktivitas ringan
(TD): 120/80 mmHg, nadi: 80x/mnt, selama hamil seperti menyapu, mencuci
pernafasan: 22x/mnt, suhu: 36,70C, piring, klien tidak memakai obat tidur,
berat badan (BB): 54,5 kg, tinggi badan tidak ada keluhan tidur. Integritas
(TB): 155 cm. Pemeriksaan kehamilan kulit: kulit klien nampak bersih dan
hasilnya tinggi fundus uteri (TFU) 26 cm, kering, keluhan gatal tidak ada, keluhan
letak janin memanjang, posisi punggung luka tidak ada. Fungsi Penginderaan:
sebelah kanan, presentasi kepala, belum klien tidak memakai kacamata,
masuk pintu atas panggul, DJJ tidak gangguan fungsi pendengaran,
terdengar (negatif). Berdasarkan hasil penciuman, pengecapan tidak ada.
USG diketahui bahwa janin tunggal mati, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
DJJ tidak ditemukan, ibu didiagnosis ikterik. Neurologi: riwayat kejang tidak
IUFD. Klien mengatakan sangat sedih ada, nyeri tidak ada, kesulitan berjalan
dengan kejadian kematian janinnya, tidak ada, perubahan konsentrasi tidak
tidak menyangka bahwa bayi tidak ada, GCS: 15, reflex fisiologis ada,

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017 11


kontraksi belum ada. Fungsi endokrin: tidak berguna tidak dapat menjaga
riwayat DM tidak ada, pembesaran tiroid janinnya.
tidak ada, pembesaran payudara ada. Diagnosa kedua: dukacita
Adaptasi konsep diri: physical berhubungan dengan kematian janin.
mode diperoleh data: klien mengatakan Data subyektifnya klien mengatakan
merasa lemas, tidak kuat berjalan lagi sangat sedih dengan kejadian kematian
saat dokter mengatakan janinnya telah janinnya, tidak menyangka bahwa bayi
meninggal. Personal self: klien tidak bergerak beberapa hari ini ternyata
mengatakan bayi ini sangat diharapkan. telah meninggal. Data obyektif: hasil
Adaptasi fungsi peran, peran klien saat USG diketahui bahwa janin tunggal mati,
ini adalah seorang ibu dan istri. Klien DJJ tidak ditemukan, ibu didiagnosis
bingung bagaimana cara mengatakan IUFD. Klien nampak lemah, pucat dan
kepada anak sulungnya jika calon menangis, nadi 110 kali permenit.
adiknya sudah meninggal. Adaptasi Masalah berduka muncul pada klien
interdependensi, hubungan klien dengan karena klien mengalami kehilangan
keluarga baik juga dengan tetangga. akibat kematian janin dan klien berada
Orang yang paling dekat saat ini adalah pada tahap berduka Kubler-Rose yaitu
suami dan ibu. tahap pengingkaran.
Pengkajian tahap II terdiri dari Diagnosa ketiga: ansietas
stimulus fokal: klien datang ke poli berhubungan dengan ketidakpastian
kebidanan karena merasa janinnya tidak terhadap kondisi kehamilannya. Data
bergerak. Ternyata setelah diperiksa subyektif: klien mengatakan klien
dokter, bayi yang dikandung klien telah merasa sangat cemas atas kondisinya,
meninggal. Klien mengatakan sangat bahkan klien juga sempat bertanya pada
sedih, belum percaya jika janinnya dukun yang memberi tahu bahwa
sudah meninggal.. Klien dan suami sebenarnya klien tidak hamil namun ada
merasa sangat kehilangan. Tahap yang hidup di dalam rahimnya. Data
berduka Kubler-Rose diperoleh tanda- obyektif: TTV: 120/80 mmHg, N:
tanda fisik seperti klien nampak lemah, 110x/mnt, RR: 22x/mnt, T: 36,70C, klien
pucat, dan menangis. Detak jantung nampak gelisah.
klien cepat yaitu 110 kali per menit. Tindakan keperawatan pada
Stimulus kontekstual: Ny D (28 tahun) diagnosa pertama yaitu harga diri
G2P1A0 hamil 24 minggu dengan anak rendah situasional berhubungan dengan
pertama usia tiga tahun laki-laki. Ny D kehilangan akibat kematian janin
tidak memiliki riwayat hipertensi, asma bertujuan membantu klien untuk
maupun diabetes. Ny D mengalami meningkatkan penilaian tentang harga
kehamilan dengan IUFD pada kehamilan dirinya. Kriteria hasil: dalam waktu satu
kedua, yang mana kehamilan ini sangat kali 24 jam klien mampu
diharapkan klien, suami dan juga mengungkapkan penerimaan atas
anaknya. Stimulus residual: Ny D pernah kondisinya, klien mampu
memiliki pengalaman di rawat di rumah mengidentifikasi kekuatan dan sumber-
sakit saat dirawat akibat jatuh dari sumber yang ada seperti usia masih
motor. Pengalaman tersebut produktif, suami yang setia, keluarga
menimbulkan trauma pada Ny D karena yang selalu menyayangi klien. Tindakan
takut masuk rumah sakit. keperawatan yaitu 1) menentukan
Diagnosa pertama: harga diri persepsi pasangan sebagai individu dan
rendah situasional berhubungan dengan orang tua, 2) membantu klien
kehilangan akibat kematian janin. Data beradaptasi dengan persepsi stressor,
subyektifnya: klien mengatakan merasa perubahan yang terjadi, 3) memberikan
sedih karena tidak bisa menjaga kesempatan klien mengungkapkan
janinnya, klien mengatakan tidak perasaan sedihnya dengan menangis, 4)
sanggup menghadapi situasi seperti ini. memberikan penguatan positif untuk
Data obyektif: wajah klien nampak sedih mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
dan bimbang, klien menundukkan yang dihadapi dan 5) menganjurkan
kepalanya saat berbicara. Masalah harga klien untuk mengidentifikasi hal-hal
diri rendah dapat muncul pada Ny D positif yang dimilikinya, 6) memberikan
karena klien merasa sedih dan merasa reinforcement positif pada ibu untuk

12 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017


setiap pencapaian kemampuan seperti mendiskusikan tentang cara-cara pada
perawatan diri. pasangan untuk membicarakan dengan
Tindakan keperawatan pada cara-cara pada pasangan untuk
diagnosa kedua dukacita berhubungan membicakan dengan sibling, anjurkan
dengan kematian janin bertujuan supaya pasangan untuk menggunakan kata-kata
klien mampu menyesuaikan diri dengan yang dapat dipahami anak.
kehilangan janin. Kriteria hasil: dalam Tindakan keperawatan pada
waktu satu kali 24 jam klien mampu diagnosa ketiga ansietas berhubungan
memperlihatkan penyelesaian dukacita dengan ketidakpastian terhadap kondisi
yaitu: pulih dari perasaan kehilangan, kehamilan bertujuan supaya klien dapat
mengungkapkan secara verbal realitas mengendalikan diri terhadap ansietas.
kehilangan, berbagi kehilangan dengan Kriteria hasil: dalam waktu satu kali 24
orang terdekat, kemajuan dalam jam klien mampu menunjukkan
melewati tahap dukacita. Tindakan pengendalian diri terhadap ansietas
keperawatannya 1) mengkaji seperti: menggunakan tehnik relaksasi
pengalaman masa lalu klien tentang untuk meredakan ansietas,
kehilangan, keberadaan system menunjukkan kemampuan untuk
pendukung, dan penyelesaian dukacita berfokus pada pengetahuan dan
saat ini. 2) memberikan kesempatan bila keterampilan yang baru. Tindakan
klien menginginkan kontak yang sering keperawatana yang dilakukan: 1)
dengan suami, keluarga maupun mengkaji kondisi kecemasan yang
perawat. 3) Mengajarkan fase-fase dirasakan klien meliputi tingkat dan
proses dukacita, 4) menganjurkan klien respon yang ditimbulkan, 2)
untuk mengekspresikan perasaan memberikan informasi tentang
tentang kehilangan, 5) menganjurkan kemungkinan adanya efek secara fisik
klien mengidentifikasi perasaan yang dan emosi jangka pendek dari berduka
paling dalam tentang kehilangan, 6) seperti susah tidur, mimpi buruk, mimpi
menggunakan kata-kata yang jelas, tentang kehamilan, rasa hampa,
seperti “sudah meninggal” bukan kehilangan nafsu makan, 3) memberikan
eufemisme. informasi pada klien dan keluarga
Tindakan selanjutnya 7) memberi tentang kemungkinan terjadi IUFD
dorongan pada klien dan keluarga untuk dengan bahasa yang mudah dipahami
saling mendukung satu sama lainnya 8) dan sesuaikan dengan tahap berduka
melibatkan pasangan dalam klien, 4) menyiapkan pasangan terhadap
perencanaan keperawatan, 9) reaksi teman dan keluarga tentang
meningkatkan upaya berduka pada kematian janin.
setiap respon: pengingkaran; Implementasi yang dilakukan
menjelaskan manfaat tehadap untuk mengatasi diagnosa keperawatan
pengingkaran kenyataan, jangan harga diri rendah situasional
memaksa klien untuk terlalu cepat berhubungan dengan kehilangan akibat
melewatinya, marah: menjelaskan pada kematian janin ditekankan pada
klien bahwa dengan perasaan marah pengembalian harga diri klien secara
tetap belajar untuk mengontrol positif. Perawat menganjurkan pada
kehilangan, dorong klien ungkapkan klien untuk melihat sisi positif yang ada
kemarahannya, tawar-menawar: pada diri klien dan berupaya untuk
anjurkan klien mengungkapkan rasa ikhlas. Memberikan kesempatan klien
bersalah, dengarkan ungkapan klien untuk menangis saat mengungkapkan
dengan penuh perhatian, fokuskan pada perasaannya kepada suami, keluarga
keadaan sekarang dan pertahankan maupun perawat. menganjurkan klien
keamanan dan perlindungan lingkungan, untuk mengidentifikasi hal-hal positif
tahap depresi: bantu klien yang dimilikinya seperti suami yang
mengidentifikasi rasa bersalah dan selalu menyayangi klien, usia yang
takut, libatkan keluarga agar ketakutan masih muda serta masih ada
klien berkurang; tahap penerimaan: kesempatan untuk hamil lagi.
bantu klien menerima kehilangan yang Memberikan reinforcement positif pada
dialaminya, libatkan keluarga dalam ibu untuk setiap pencapaian
memberikan dukungan sosial. 10) kemampuan. Perawat juga

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017 13


mengingatkan pada klien bahwa masih dengan baik. Data obyektif (O) keadaan
memiliki satu anak yang sehat di rumah. umum klien cukup tenang, TD: 120/80
Implementasi yang dilakukan mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu 36,7oC,
perawat pada Ny D, dukacita pernapasan 20 kali/menit. Analisa (A)
berhubungan dengan kematian janin klien mulai mengungkapkan harga diri
antara lain difokuskan pada bagaimana positif dan perencanaan (P) berikan
klien beradaptasi terhadap perasaan reinforcement positif pada klien terhadap
berduka. Perawat mengkaji pengalaman kemajuan yang dicapai hari ini.
masa lalu klien apakah pernah Evaluasi keperawatan dilakukan
mengalami kehilangan seseorang yang untuk diagnosa keperawatan kedua yaitu
disayangi, memberikan kesempatan bila dukacita berhubungan dengan kematian
klien menginginkan kontak yang sering janin. Data subyektif (S) klien
dengan suami, keluarga maupun mengatakan berusaha ikhlas dan
perawat. Perawat tidak membatasi mungkin ini yang terbaik bagi dirinya.
keluarga untuk berkunjung, hanya saja Klien mengatakan merasa lebih tenang
disesuaikan dengan jam kunjung dan karena sudah berada di rumah sakit dan
selama tidak mengganggu pasien lain. bertemu dengan perawat, dokter dan
Menganjurkan klien untuk petugas kesehatan yang akan
mengekspresikan perasaan tentang menolongnya. Data obyektif (O) wajah
kehilangan, seperti apakah klien ingin klien nampak lebih segar, rileks dan
sendiri atau ingin ditemani perawat, didampingi oleh suami. Klien dapat
mengajarkan fase-fase proses dukacita. menjawab pertanyaan petugas dengan
Perawat memberikan penguatan bahwa lebih santai dibandingkan saat di ruang
berduka adalah normal, karena setiap periksa dokter. Analisa (A) respon
orang akan memiliki respon yang berduka klien memasuki tahapan
berbeda-beda dalam menghadapi bargaining dan perencanaan (P)
masalah kematian pertahankan intervensi yang telah
janin. direncanakan, evaluasi respon berduka
Implementasi yang dilakukan klien, tetap libatkan social support
pada diagnosa ansietas berhubungan (suami dan keluarga).
dengan ketidakpastian terhadap kondisi Evaluasi keperawatan dilakukan
kehamilan adalah mengkaji kondisi untuk diagnosa keperawatan ansietas
kecemasan yang dirasakan klien meliputi berhubungan dengan ketidakpastian
tingkat dan respon yang ditimbulkan, terhadap kondisi kehamilan. Data
memberikan informasi tentang subyektif (S) klien mengatakan
kemungkinan adanya efek secara fisik cemasnya berkurang, sudah mengetahui
dan emosi jangka pendek dari berduka kemungkinan penyebab janinnya
seperti susah tidur, mimpi buruk, mimpi meninggal. Suami Ny D mengatakan
tentang kehamilan, rasa hampa, sudah paham tentang penjelasan klien
kehilangan nafsu makan. Perawat juga tentang kematian janin dan akan
menjelaskan tentang respon berduka. berusaha menyampaikannya pada
Menganjurkan pada klien untuk anaknya. Ny D juga mengatakan masih
mengikhlaskan janinnya kembali kepada teringat janinnya jika melihat orang lain
pemiliknya. Menganjurkan pada klien menggendong bayi, namun akan
untuk mengungkapkan perasaannya berusaha ikhlas. Data obyektif (O) klien
pada suami, keluarga atau petugas nampak tenang, dan senang saat
kesehatan jika itu membuat klien dijelaskan tentang penanganan serta
merasa nyaman. lama hari rawat. Analisa (A) kecemasan
Evaluasi untuk diagnosa klien berkurang dan perencanaan (P)
keperawatan pertama yaitu harga diri rencana tindakan dilanjutkan dengan
rendah situasional berhubungan dengan menganjurkan ibu tetap rileks mengikuti
kehilangan akibat kematian janin. Data prosedur pengobatan.
subyektif (S) klien mengatakan
seharusnya tidak perlu merasa bersalah PEMBAHASAN
terhadap suami karena suami sudah Kondisi ibu hamil yang
ikhlas. Klien mengatakan akan merawat mengalami kematian janin beresiko
anak sulungnya yang masih balita terjadi post traumatic stress

14 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017


disorder(PTSD). Angka kejadian post kehidupan. Kehilangan terjadi ketika
traumatic stress disorder pada ibu yang seseorang tidak dapat lagi ditemui,
mengalami IUFD mulai dari 0,0 sampai diraba, didengar. Setiap individu
5,9% terjadi pada satu bulan sampai berespon terhadap kehilangan secara
enam bulan setelah melahirkan. berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh
Karakteristik klien yang mengalami PTSD dukungan sosial, koping yang digunakan
seperti merasa ketakutan, tidak memiliki oleh individu dalam menghadapi
harapan lagi, gangguan aktivitas sehari- masalah (Perry & Potter, 2005).
hari, dan seringkali gejala PTSD muncul Dukungan sosial paling diperlukan
bersamaan dengan gangguan psikiatri oleh ibu hamil dengan IUFD seperti
antara lain depresi (Adewuya, Ologun, & kehadiran suami menemani klien periksa
Ibigbami, 2006). kandungan ke dokter, dukungan
Faktor resiko terjadinya IUFD keluarga diperlukan guna membantu
selain adanya riwayat IUFD pada klien beradaptasi terhadap situasi krisis
kehamilan sebelumnya adalah ibu tidak yang dialami. Dukungan keluarga
melakukan antenatal care secara teratur. memberikan pengaruh yang signifikan
Hasil pengkajian pada ibu hamil dengan terhadap kecemasan wanita hamil.
IUFD ditemukan satu dari lima kasus Kebutuhan lain yang tidak kalah
merupakan ibu hamil yang tidak pernah pentingnya dengan dukungan sosial
memeriksakan kehamilannya. Antenatal adalah discharge planning bagi klien
care (ANC) yang berkualitas merupakan yang mengalami IUFD. Materi-materi
salah satu faktor yang berkontribusi yang dapat diberikan seperti pengertian
pada pencegahan terjadinya intra IUFD, penyebab, faktor resiko, cara
uterine fetal death Ibu yang tidak pencegahan IUFD salah satunya dengan
melakukan pemeriksaan prenatal secara kunjungan antenatal care yang teratur
teratur memiliki resiko mengalami IUFD dan melakukan konseling dengan
(Kadri & Tamin, 2012). Umumnya anc petugas kesehatan, melakukan
yang dilakukan ibu hamil hanya berfokus pemeriksaan USG minimal sekali selama
pada pemeriksaan tekanan darah ibu kehamilan. Selanjutnya tentang
dan pengecekan denyut jantung janin perencanaan kehamilan setelah IUFD.
tanpa melakukan pemeriksaan yang
lebih advance lagi seperti pemeriksaan KESIMPULAN DAN SARAN
USG oleh dokter spesialis kebidanan Praktik residensi ners spesialis
maupun konseling pemantauan keperawatan maternitas meningkatkan
kesejahteraan janin oleh spesialis kemampuan perawat dalam memberikan
keperawatan maternitas. Hal ini asuhan keperawatan baik di masyarakat
memungkinkan terjadinya kesalahan maupun di tatanan rumah sakit.
pada monitoring kesejahteraan janin jika Dukungan dan fasilitas yang diperoleh
pemeriksaan hanya dilakukan oleh dari lahan praktek maupun masyarakat
tenaga kesehatan yang belum membantu proses pelaksanaan residensi
berpengalaman dan hanya dan pencapaian target kompetensi yang
menggunakan cara manual seperti diwajibkan serta dapat menerapkan
menggunakan monoaural yang masih konsep model dan teori
ditemukan pada klinik-klinik di keperawatan.Ners spesialis maternitas
pedesaan. Alasan yang dikemukakan perlu terus menerapkan teori
diatas menjadi salah satu penyebab keperawaran dalam melakukan asuhan
keterlambatan deteksi dini IUFD pada keperawatan pada pasien. Bagi lahan
beberapa kasus kelolaan yang rata-rata praktek diharapkan mampu
baru mengetahui jika janinnya memfasilitasi residen dalam menerapkan
meninggal setelah sampai di rumah konsep model keperawatan dan
sakit. pelaksanaan proyek-proyek inovasi,
Pada semua ibu hamil dengan sehingga adanya kerjasama antara
IUFD pada kasus ini menunjukkan residen dan lahan praktik maka
kesedihan dan berduka terhadap diharapkan klien akan mendapatkan
kematian janin yang ia kandung. pelayanan keperawatan yang
Kehilangan dan kematian merupakan berkualitas.
kenyataan yang sering terjadi dalam

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017 15


Daftar Acuan Djuwitaningsih. (2011).
Adewuya, A. O,, Ologun, Y.A., Ibigbami, Keperawatan maternitas:
O.SPost-traumatic stress disorder kesehatan wanita, bayi & keluarga,
after childbirth in Nigerian women: ed. 18 vol 1. Jakarta: EGC. Buku
prevalence and risk factors. asli ditaerbitkan tahun 1997.
BJOG.2006;113(3):284-8. Rekam Medis RSUD Bekasi. (2013).
Kadri, A., & Tamin, H. Factors Rekam medis RSUD Bekasi.
contributing to intra-uterine fetal Bekasi: RSUD Bekasi
death.Gynecology and obstetric Rekam Medis RSUPN CM. (2014). Rekam
journal. 2012; 286(5):1109-16. Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo
doi: 10.1007/s00404-012-2426-z Jakarta. Jakarta: RSUPN CM
Perry, P.A., & Potter, A. G. (2005). Safarzadeh, A., Ghaedniajahromi, M.,
Fundamental of nursing: Concept Ghaedniajahromi, M., Rigi, F., &
process practice. (4th. ed.). Massori, N. Intra uterine fetal
(Yasmin Asih,…(et al.), death and some related factors: A
Penerjemah); Jakarta: EGC. Buku silent tragedy in southeastern
asli diterbitkan tahun 1997 iran.Journal of Pain Relief. 2014;3
Reeder, S.J., Martin, L.L & Koniak- (1): 1-3
Griffin, D. (2011). Maternity Stanton C, Lawn JE, Rahman H,
Nursing: Family, Newborn, and Wilczynska-Ketende K, Hill K.
Women’s Health Care, 18th edition. Review Stillbirth rates: delivering
Alih bahasa Yati Afiyanti, Imami estimates in 190 countries. Lancet.
Nur Rachmawati & Sri 2006; 367: 1487-1494.

16 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 1. Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai