TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Banjir
ditangani agar akibat yang timbulkannya tidak banyak merusak dan merugikan
melebihi ketika normalnya atau dalam pengertian umum adalah meluapnya air
melewati batas kapasitas saluran normal. Banjir juga didefinsikan sebagai aliran
air yang besar, yaitu air yang menggenangi dan meluapi daratan yang biasanya
kering. Banjir luapan terjadi apabila air meluap dan melewati tanggul sungai,
sementara banjir genangan terjadi akibat air hujan yang turun tidak memiliki
saluran pembuang atau tertahan air untuk langsung meresap cepat kedalam tanah.
Banjir timbul karena alur sungai tidak memiliki kapasitas cukup tinggi
debit aliran yang lewat, timbul luapan-luapan ke daerah dikanan atau kiri sungai
dibeberapa tempat. Selain disebabkan dari sungai banjir dapat ditimbulkan oleh
hujan yang intensitasnya tinggi dengan durasi yang lama, yang alur drainasenya
6
7
mengakibatkan kerugian yang secara kuantitatif jauh lebih besar dari masa lalu.
Rusaknya jalan dan infrastruktur serta terhalangnya arus lalu lintas berpotensi
untuk memperlambat aktifitas ekonomi. Sehingga banjir dimasa kini yang akan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banjir pada suatu wilayah atau
kawasan yaitu :
1. Tata letak geografis dan prasarana umum seperti jalan, jembatan, industri,
dan sebagainya.
2. Besar dan durasi debit sungai yang dipengaruhi oleh intensitas hujan.
Debit rencana (QT) adalah debit dengan periode ulang tertentu (T) yang
diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air. Periode ulang sendiri
adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu, debit rencana
misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka waktu hipotetik
tersebut. Curah hujan itu sesuatu yang bersifat tidak pasti (probabilitas), otomatis
kejadian (debit) yang terjadi pada kurun waktu tertentu bukan berarti akan
8
berulang secara teratur setiap periode ulang tersebut. Misalnya, debit rencana
dengan periode ulang 5 tahun (Q5) = 10 m3/detik, tidak berarti debit sebesar 10
m3/detik akan terjadi secara periodik 1 kali dalam setiap 5 tahun. Dalam 5 tahun
ada kemungkinan 1 kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari 10
m3/detik. Dalam 10 tahun ada kemungkinan 2 kali terjadi debit yang besarnya
akan menentukan besar kecilnya dimensi hidrolis suatu bangunan air. Dimensi
hidrolis suatu bangunan air yang lebih besar akan lebih aman dalam mengalirkan
debit tertentu, namun dimensi yang lebih besar akan berdampak pada
pembengkakan biaya. Sebaliknya dimensi hidrolis bangunan air yang lebih kecil
akan menjadi kurang aman dalam mengalirkan debit tertentu. Muara dari
yang minimal harus ada dan sangat dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, kelembapan dan
temperatur dari stasiun BMKG terdekat. Data tersebut minimal data dalan
c. Peta-peta yang representatif, seperti peta tata guna lahan, peta topografi, peta
Cara yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata adalah dengan Rata-
rata Aljabar, Polygon Thiessen dan Ishohyet, biasa digunakan untuk daerah-
daerah dimana titik-titik dari pengamat hujan tersebar merata dan hasilnya pun
rata – rata arimatik (aljabar) dari rerata presipitasi yang diperoleh dari seluruh alat
penakar hujan yang digunakan. Cara ini dianggap cukup memadai sepanjang
digunakan di daerah yang relative landai dengan variasi curah hujan yang tidak
terlalu besar serta penyebaran alat penakar hujan diusahakan seragam. Keadaan
seperti ini sering tidak dapat dijumpai sehingga perlu cara lain yang lebih
memadai.
1
R= ¿1 + R2 + R3 +¿ ..... Rn ¿ .......................................................................(2.1)
n
Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan ( mm )
n = Jumlah stasiun yang digunakan
R1 + R2 + R3 +Rn = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)
memberikan data presipitasi yang lebih akurat, karena setiap bagian wilayah
tangkapan hujan diwakili secara proposional oleh suatu alat penakar hujan.
10
Dengan cara ini, pembuatan gambar polygon dilakukan sekali saja, sementara
perubahan data hujan per titik dapat diproses secara cepat tanpa menghitung lagi
A1 R1 + A 2 R 2+ … … .+ A n R n
R=
A 1+ A 2 +… … .+ An
A 1 R1 A 2 R 2+ … … .+ A n R n
¿ .................................................................................
A
(2.2)
R=W 1 R1 +W 2 R2 +… … .+W n Rn
Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
R1,R2,R3 = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1,A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A = Luas daerah penelitian
A1 A2 A3
W 1 ,W 2= + + ................................................................................(2.3)
A A A
c. Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang membagi dua sama persis dan
d. Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga sehingga membuat titik berat
hujan (interval 10 – 20 mm) pada titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah
11
yang dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis isohyets yang berdekatan
diukur dengan planimeter. Harga rata – rata dari garis – garis isohyets yang
berdekatan yang termasuk bagian – bagian daerah itu dapat dihitung. Curah hujan
A1 R1 + A 2 R 2+ … … .+ A n R n
R= ..............................................................................
A 1+ A 2 +… … .+ An
(2.4)
Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan
A1, A2 = Luas bagian antar dua garis isohyets
R1, R2, Rn = Curah hujan rata – rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An
Cara ini adalah cara rasoinal yang terbaik jika garis – garis isohyets dapat
digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik – titik pengamatan itu banyak
sekali dan variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada
bentang lahan dan tipe hujan yang terjadi, sehingga dapat menunjukkan besarnya
(biasanya dengan jarak 2 – 5 km) berupa kotak digambar pada peta isohyets.
Curah hujan pada titik perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik ke garis
–garis isohyet yang terdekat. Rata–rata jarak curah hujan titik–titik perpotongan
12
diambil sebagai curah hujan daerah. Ketelitian cara ini agak kurang apabila
elevasi, sehingga dapat dibuat diagram mengenai hubungan elevasi titik – titik
pengamatan dan curah hujan. Kurva ini (biasanya berbentuk garis lurus) dapat
dibuat dengan cara kuadrat terkecil ( Least square method) skala 1/50.000 atau
yang lainnya, luas bagian antara garis kontur selang 100m sampai 200m dapat
diukur. Curah hujan untuk setiap elevasi rata – rata dapat diperoleh dari diagram
A1 R1 + A 2 R 2+ … … .+ A n R n
R= ...............................................................................
A 1+ A 2 +… … .+ An
(2.5)
Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan
A1, A2 = Luas bagian antar dua garis isohyets
R1, R2, Rn = Curah hujan rata – rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An
Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis Isohyet dapat
digambar dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak sekali
dan variasi curah hujan didaerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta
1. Distribusi Normal
3. Distribusi Gumbel
parameter statistik, seperti rata-rata hitung data curah hujan (Ri), Standar deviasi
1
Ŕi = Σ Ri ………..………………………………………………………(2.6)
n
1 2
S2 = Σ ( Ri − Ŕi ) …………………………………………….…(2.7)
n−1
Sx =
√(Xi−Xa) ² ……………………………………………………………....
n−1
(2.8)
n( Ri− Ŕi)3
Cs= ………………………………………………………..
( n−1 ) ( n−2 ) S3
(2.9)
n2 ( Ri− Ŕi)4
Ck = ………………………………………………...
( n−1 ) ( n−2 ) (n−3)S 3
(2.10)
S
Ck = ……………………………………………………..…......……...
Ŕi
(2.11)
Keterangan :
Ri = Nilai curah hujan maksimum (mm)
Ŕi = Nilai curah hujan maksimum rata-rata (mm)
s = Standar deviasi
n = Jumlah data pengamatan
1. Distribusi Normal
Keterangan :
Ri = Nilai curah hujan maksimum (mm)
Ŕi = Nilai curah hujan maksimum rata-rata (mm)
s = Standar deviasi
n = Jumlah data pengamatan
Distribusi log pearson type III digunakan untuk analisis variabel hidrologi
n −0,5
S= [ ∑ ( LogRi−Log { R̄i )2 ¿
i=1
n−1 ] .................................................. (2.14)
2. Distribusi Gumbel
S
Rix= Ŕi+ (Ytr-Yn) ………………………………………………...
Sn
(2.17)
16
Keterangan :
Rix = Nilai curah hujan untuk periode ulang (tahun)
Ytr = Nilai Reduced Variete
Yn = Nilai Reduced Mean
Sn = Nilai Reduced Standard Deviation
n = Jumlah data pengamatan
Keterangan :
Xtr = Besarnya curah hujan untuk periode tahun tahun berulang, T
tahun (mm)
Xa = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahunpengamatan (mm)
Sa = Standar devisi
K = Faktor frekuensi
(Ytr−Yn)
K= ……………………………….................…......................
Sn
(2.19)
Keterangan :
Ytr = Fungsi dari periode ulang (untuk kolam retensi dengan
Periode ulang 10 Tahun)
Yn = Fungsi dari banyakanya data pengamatan
Sn = Fungsi dari banyaknya data pengamata
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalam air hujan per satuan waktu.
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya, makin tinggi pula
intensitasnya. Dengan kata lain intensitas hujan merupakan tinggi curah hujan
17
yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi.
1. Rumus Mononobe
2/ 3
R 24 24
I =
24 ( )
tc
........................................................................................
(2.20)
Dimana :
a
I = ..................................................................................................
t+b
(2.21)
Dimana:
a
I= ....................................................................................................(2.22)
tn
Dimana:
a
I = ................................................................................................
√ t +b
(2.23)
Dimana:
Pada peristiwa hujan, bilamana curah hujan yang turun itu mencapai
permukaan tanah, maka seluruh atau sebagian akan diaborsi ke dalam tanah.
Dalam beberapa hal tertentu, infiltrasi itu berubah sesuai intensitas curah
intensitas curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi maksimum
yang terjadi pada suatu lokasi tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Kapasitas
infiltrasi dari curah hujan dari permukaan tanah ke dalam sangat berbeda-beda
suatu daerah dapat diambil salah satu pendekatan yang paling sederhana dengan
menggunakan koefisien rum off atau koefisien pengaliran, yaitu rasio besarnya
∑ Ci . Ai
C= l=1 n ........................................................................................
∑ Ai
i=1
(2.24)
Untuk besarnya nilai koefisien aliran permukaan dapat dilihat pada tabel 2.2
sebagai berikut:
20
Persawahan 0,45-0,55
Sumber : Syarifudin, Drainase Perkotaan
banjirnya dihitung dengan metode yang sederhana dan praktis, dimana dalam
debit perhitungannya dengan memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan
buangan limbah domestik, dan kapasitas saluran. Debit yang dihitung dalam
pengaliran yang ditinjau tidak luas dan curah hujan dianggap seragam untuk suatu
luas daerah pengaliran yang kecil. Metode rasional mempunyai persamaan dasar.
Q=0,278.C . I . A.................................................................................(2.25)
Dimana:
Untuk mengetahui debit air kotor atau limbah rumah tangga diperkirakan
berdasarkan jumlah air bersih yang digunakan. Standar pemakaian air bersih
perkembangan dimasa yang akan datang. Debit air limbah rumah tangga/domestic
Dimana:
1
Q= A . V = A . . R2 /3 . S1 /2..................................................................(2.27)
n
Dimana:
Aliran dasar (Base Flow) aliran dalam suatu saluran dapat berupa aliran-
aliran terbuka (open channel flow), maupun aliran pipa (pipe flow). Kedua jenis
aliran tersebut sama dalam banyak hal, namun berbeda dalam satu hal yang
penting. Aliran saluran terbuka harus memiliki permukaan bebas (free syrface),
sedangkan saluran pipa tidak demikian, karena air harus mengisi seluruh saluran.
Aliran bebas dipengaruhi oleh tekanan udara. Aliran pipa yang terkurung dalam
saluran tertutup, tidak terpengaruh langsung oleh tekanan udara, kecuali oleh
a. Aliran Laminer
inersia. Butir-butir air bergerak menurut lintasan yang tidak teratur, tidak
lancer, dan tidak tetap. Aliran saluran terbuka dapat digolongkan menjadi
kedalaman aliran tidak berubah atau dianggap konstan selama satu jangka
tetap.
contoh khas untuk aliran tidak tetap. Aliran tidak tetap terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
24
a. Aliran tak tetap berubah lambat laun (unsteady gradually varied flow),
panjang.
b. Aliran tak tetap berubah tiba-tiba (unsteady rapidly varied flow), yaitu
pendek.
2.3 Drainase
sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi
2003).
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Tujuan saluran drainae adalah mengalirkan air, baik air hujan maupun limbah
rumah tangga melalui satu jaringan dan secepat mungkin disalurkan, dibuang atau
25
dikeringkan. Sehingga air tidak tergenang dan dapat menyebabkan banjir yang
bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang
dan lain-lain.
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
a. Saluran Terbuka
flow) atau aliran saluran terbuka (open chanel flow). Permukaan bebas
mengalirkan air limpasan permukaan atau air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan cukup, ataupun drainase air non-hujan yang tidak
b. Saluran Tertutup
dan aliran dalam pipa (pipe flow) atau aliran tertekan (pressurized flow).
27
tertekan pada saat yang berbeda. Saluran ini bertujuan mengalirkan air
pipa). Hal ini dikarenakan tuntutan artistik atau tuntutan fungsi permukaan
lapangan sepak bola, lapangan terbang dan lain-lain. Saluran ini umumnya
sering dipakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan /
1. Pola Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada
di tengah kota.
2. Pola Paralel
4. Pola Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Pola Radial
(konservasi air).
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani
sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air
dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan
yang dialirkan.
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.
aliran air berdasarkan besar kecilnya dari curah hujan tersebut. Curah
hujan ini adalah curah hujan wilayah atau daerah dinyatakan dalam
milimeter.
2. Bentuk Saluran
Bentuk saluran drainase tidak terlampau jauh dengan saluran irigasi pada
tapi juga dimungkinkan dari pasangan batu bata. Adapun persamaan dari
Keterangan :
W = Tinggi Jagaan
h = Tinggi Muka Air
b = Lebar Saluran
m = Kemiringan Dinding
A..................................................................................................(2.28)
= (B + mh) h
P = B + 2h (m2 + 1)0.5
.............................................................................................................(2.29)
A ......................................................................................(2.30)
R=
P
Dimana :
untuk saluran air hujan, air buangan rumah tangga, maupun sebagai
saluran irigasi, saluran bersedimentasi ini dari batu bata namun biasa juga
dibuat dari beton. Adapun persamaan dari bentuk saluran persegi panjang
adalah :
34
Keterangan :
W = tinggi jagaan
h = tinggi muka air
B = Lebar saluran
Q = V x A.............................................................................................(2.31)
Q
A=
V
Dimana :
A = b x h..............................................................................................(2.32)
Dimana :
P = b + 2 x h ........................................................................................(2.33)
35
Dimana :
A
R= ....................................................................................................
P
(2.34)
Dimana :
1
V= (R)2/3(S)1/2 ...................................................................................(2.35)
n
Dimana :
Kondisi tanah setempat sengat tergantung dari letak geografi areal tanah
semakin tinggi dan kemungkinan untuk tergenang oleh air semakin besar.
drainase, agar areal tanah yang rendah ini dapat selalu kering dan bebas
4. Kebersihan Drainase
air, sebab oleh itu diperlukan sekali kesadaran masyarakat setempat agar
5. Ukuran
suatu drainase. Karena ukuran yang sesuai dengan kondisi lahan akan
informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah
tadahannya. Data topografi yang tersedia biasanya adalah peta kontur. Pemetaan
kontur disuatu daerah urban dilakukan pada skala 1:5000 atau skala 1:10000,
dengan beda kontur 0,50 meter pada area datar dan beda kontur 1,00 pada area
curam (Halim Hasmar, 2002). Pemetaan kontur dengan skala 1:50.000 atau
1:100.000 juga mungkin diperlukan untuk menentukan luas DAS (Daerah Aliran
menimbulkan debit limpasan yang harus ditampung oleh saluran untuk dialirkan
menjadi bagian-bagian kecil (sistem grid) pada peta kontur dengan skala tertentu,
biasanya 1:5000 peta kontur dibagi menjadi bagian-bagian kecil berukuran 2cm x
2cm, didapatkan luas per grid 100m x 100m dilapangan. Luas daerah didapat
sebenarnya atau dapat juga dengan cara planimetri. Daerah pengaliran dapat juga
lainnya yang berkaitan dengan daerah pengaliran antara lain kemiringan daerah
a. Kemiringan lahan
kontur. Dari peta kontur dapat diketahui arah aliran pada suatu daerah
dari perbandingan beda ketinggian titik dan titik terendah pada peta kontur
dengan jarak yang ditempuh dari tempat elevasi tertinggi sampai ketempat
H
S= ……………………………………………………..….(2.36)
L
H=H 1 −H 0………………………………………..……….(2.37)
Dimana :
b. Waktu Konsentrasi
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari titik yang
paling jauh dalam daerah aliran untuk mengalir menuju ke suatu titik
kontrol atau profil melintang saluran tertentu yang ditinjau dibagian hilir
kecil terpenuhi (Ir. Suripin, 2003). Pada saat air hujan jatuh pada suatu
paling jauh lokasinya dari titik tinjau, maka waktu konsentrasi mulai
⊥²
tc= ( 0,87
1.000 . S )
0,385
.....................................................................(2.38)
Dimana :
yang terdekat disebut waktu limpasan t1. Dari sini air mengalir menuju
pembuangan atau muara daerah aliran dan waktu yang diperukan untuk
t c = t 1 – t 2 ..................................................................................(2.39)
Dimana :