Anda di halaman 1dari 42

Nama : Nisa Noventya Hanifah

NIM : A410190069
Matkul : Kemuhammadiyahan
Tugas Rangkuman

Rangkuman 1
Materi Pertemuan 1 : PEMBAHARUAN DALAM ISLAM (GERAKAN TAJDID)

PEMBAHARUAN DI DUNIA ISLAM

A. Pengertian Tajdid
 Secara kebahasaan (lughawi) berarti pembaharuan, yakni proses memperbaharui sesuatu yang
dipandang usang atau rusak.
 Secara istilah, sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Syatibi, seperti dikutip oleh Syaikh
Alawi, Tajdid berarti menghidupkan ajaran Quran dan Sunnah yang telah banyak
ditinggalkan umatnya, dan memurnikan pemahaman dan pengamalan agama Islam dari hal-
hal yang tidak berasal dari Islam. Dari segi istilah, tajdid memiliki dua arti, yakni:
(1) Pemurnian, dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan
dan bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah Shahihah (Maqbulah).
(2) Peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya. Dalam arti ini,
tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam
dengan tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah Shahihah.
 Pengertian atau batasan makna tajdid ala Muhammadiyah tersebut sesuai dengan pesan yang
terkandung dalam hadits Rasulullah yang berbunyi : Dari Abu Hurairah ia berkata :
Rasulullah bersabda; "Sesungguhnya Allah mengutus bagi umat ini (Islam) pada setiap
penghujung seratus tahun seseorang yang akan memperbaharui (mengadakan pembaharuan)
bagi agamanya" (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud) (Muhammad Syamsul Haq al-
Azhim, 1979 : 380).

B. Tujuan Tajdid
 Tajdid dengan pengertian diatas, bertujuan untuk memfungsikan Islam sebagai hudan, furqan
dan rahmatan Iil'alamin, termasuk mendasari dan membimbing perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Dengan demikian, tajdid, bagi Muhammadiyah, harus senantiasa berpijak dari Al-Qur'an dan
Al-Sunnah, dan selanjutnya juga bermuara pada implementasi atas nilai-nilai ajaran Al-
Qur'an dan Al-Sunnah.

C. Dimensi Tajdid
(1) Pemurnian aqidah dan ibadah, serta pembentukan akhlak mulia (alakhlaq al-karimah);
(2) Pembangunan sikap hidup dinamis, kreatif, progressif, dan berwawasan masa depan;
(3) Pengembangan kepemimpinan organisasi dan etos kerja dalam Pesyarikatan Muhammadiyah
Putusan Muktamar Tarjih ke XXII, 1989 di Malang di atas menjadi pijakan Muhammadiyah
dalam merespon perubahan masyarakat yang semakin kompleks, baik di bidang nilai-nilai
kehidupan, sosial budaya, sosial ekonomi, politik dan sebagainya, dengan pesan pengarahan
risalah Islam, yang dipahami secara dinamis dan konsisten terhadap pemurnian ajaran Islam.

D. Makna Tajdid dalam Sejarah Islam


 Istilah tajdid atau pembaharuan juga sering digunakan dalam konteks gerakan Islam modern.
Istilah ini juga mempunyai akar yang kuat pada Islam klasik (pra modern). Tajdid pada masa
klasik biasanya dihubungkan dengan upaya purifikasi untuk memperbaharui iman dan praktik
Muslim.
 Tajdid mempunyai makna memperkuat dimensi spiritual iman dan praktik, seperti terlihat
dalam karya al-Ghazali Ihya' 'Ulum al-Din dan karya Ibnu Taimiyah al-Radd 'ala al-Hululiyah
wa al-Ittihadiyah.
 Di masa modern, tajdid adalah upaya para salafi dan modernis Islam untuk memperkenalkan
pengaruh Islam dalam kehidupan Muslim. Dengan demikian, ada dua kecenderungan di sini,
yakni kecenderungan salafi dan reformis modernis (Khalil, 1995: 431).
1) Kecenderungan gerakan salafi (seperti Muhammad Ibn Abdul Wahhab).
Gerakan salafi sama sekali tidak berkaitan dengan pengaruh Barat. Gerakan ini lebih
mengutamakan upaya pemurnian aqidah Islam dari bahaya tahayul dan khurafat; juga
pemurnian ibadah dari bahaya bid'ah.
2) Kecenderungan gerakan reformis/modernis (seperti: Jamaluddin al-Afghani dan
Muhammad Abduh).
Gerakan ini memandang masyarakat muslim gagal menangkap spirit kemajuan dan
perkembangan dalam seluruh aspek kehidupan yang telah dicapai Eropa. Para reformis
tidak bermaksud mengundang westernisasi. Mereka justru mengkritik kebutaan dunia
Muslim dalam melihat cara-cara Barat memperoleh kemajuan, mereka berusaha
memperbaiki martabat kebesaran Muslim, dan Arab melalui peremajaan pemikiran dan
praktik Islam (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993: 42). Dengan demikian, gerakan
reformis/modernis berkaitan erat dengan Barat; berusaha merespon tantangan sebagai
akibat kontak dengan Barat. Umat Islam sadar akan keterbelakangan dan stagnasi budaya
dunia Islam. Reformis juga memandang keyakinan bahwa ulama tidak harus tunduk pada
penguasa politik, kecuali dalam hal-hal yang berbahaya bagi kepentingan Muslim

Rangkuman 2

Materi Pertemuan 2 : GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM PERIODE KLASIK SAMPAI MODERN

E. TOKOH PEMBAHARU PADA PERIODE KLASIK SAMPAI MODERN.

1. Ibnu Taimiyah (1263-1328)


 Nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad
 Lahir di Harran, Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328. la
berasal dari keluarga cendekiawan.
 Ayahnya bernama Shihabuddin Abdul Halim seorang ahli hadits dan ulama terkenal di
Damascus; demikian juga kakeknya, Syekh Majuddin Abdul Salam, adalah ulama
terkemuka. Mereka semua adalah pernuka dalam mazhab Hambali. Ibnu Taimiyah belajar
al-Qur'an dan Hadits dari ayahnya, kemudian sekolah di Damascus.
 Pada usia 10 tahun ia telah mempelajari kitab-kitab hadits utama, hafal al-Qur'an, belajar
ilmu hitung dan sebagainya. Kemudian ia tertarik mendalami ilmu kalam dan filsafat yang
menjadi keahliannya. Karena penguasaannya di bidang kalam, filsafat, hadits, al-Qur'an,
tafsir dan fikih.
 Pada usia 30 tahun ia sudah menjadi ulama besar pada zamannya.
 Ibnu Taimiyah kuat memegang ajaran kaum salaf.
 la juga seorang penulis yang tekun dan produktif. Karyanya berjumlah 500 jilid.
 Corak pemikiran Ibnu Taimiyah bersifat empiris sekaligus rasionalis,
- Empiris dalam arti bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam kenyataan, bukan dalam
pemikiran (al-haqiqah fi al-a'yan la fi al-adhhan). Materi keislaman empiris hanya dapat diketahui
melalui eksperimen dan pengamatan langsung (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993: 169).
- Rasionalis dalam-arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengan naqi (alQur'an dan hadits)
yang sahih. la menolak logika sebagai metode berpikir deduktif yang tidak dapat digunakan untuk
mengkaji materi keislaman secara hakiki.
- Beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut.
 Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan paham tauhid. Ia
menentang segala bentuk bid'ah, takhayid dan khurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang
benar adalah aqidah salaf, aqidah yang bersumber dari teks al-Qur'an dan Hadits, bukan
diambil dari dalildalil rasional dan filosofis.
 Kedua, ia menggatakkan umat Islam agar bergairah kembali menggali ajaran-ajaran al-Qur'an
dan hadits, serta mendorong mereka melakukan ijtihad dalam menafsirkan ajaran-ajaran
agama. Menurutnya, metode penafsiran al-Qur'an yang terbaik adalah tafsir al-Qur'an dengan
al-Qur'an. Jika tidak didapati dalam al-Qur'an, baru dicari dalam hadits. Jika penjelasan ayat
tidak dijumpai dalam hadits, dicari dari perkataan shahabat. Kalau juga tidak didapati, maka
dicari dalam perkataan tabi'm. Ayat al-Qur'an harus ditafsirkan menurut bahasa al-Qur'an dan
hadits. Ibnu Taimiyah adalah pembaharu yang mempergunakan metode berpikir kaum salaf.
 Ketiga, karena untuk kembali pada al-Qur'an dan hadits diperlukan ijtihad, maka ia
menentang taklid. Menolak sikap umat Islam yang mengekor pada para mujtahid yang telah
mendahului mereka, sementara pokok persoalan sudah berubah. Taqlid adalah sikap yang
membuat umat Islam mundur, sebab taqlid berarti menutup pintu ijtihad, membuat otak
menjadi beku.
 Keempat, di dalam berijitihad tidak terikat pada madzhab atau imam. Menurut Ibnu
Taimiyah, pendapat siapa saja yang lebih tepat dan kuat argumennya, itulah yang diambil.
Pengambilan pendapat dan argumen itu bukan didasarkan atas kemauan nafsu. Semua
pendapat harus mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kelima, dalam bidang
hukum Islam, Ibnu Taimiyah menawarkan suatu metode baru. la tidak mendasarkan
keputusan hukum berdasarkan pada 'illat, tetapi berdasarkan hikmah.
2. Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1730-1791)
 Nama : Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn All Ibn Muhammad Ibn
Ahmad Ibn Rashid alTamimi.
 Lahir di Uyaynah pada 1730 M/1115 H.
 Ayah dan kakeknya adalah ulama terkenal di Najd.
 Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang keagamaan dan mengembangkan
minatnya di bidang tafsir, hadits, dan hukum madzhab Hanbaliyah. Untuk
meningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan perjalanan mencari ilmu. Ia juga
membaca karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qay-yim al-Jauziyah, sehingga ia
benar-benar menjadi seorang ulama, ahli hukum dan pembaharu ternama.
 Proses pembahamannya dimulai dengan banyak menyampaikan ceramah dan khutbah
dengan berani dan antusiasme.
 Pada permulaan ini pula ia melahirkan karya terkenal berjudul Kitab al-Tauhid.
 Setelah kematian ayahnya pada 1740, Muhammad Ibn Abdul Wahhab semakin
populer dan gerakannya mendapat dukungan dari pemerintah Kerajaan Ibn Saud. Inti
gerakan pembaharuannya adalah:
- Pertama, pembaharuan Islam yang paling utama disandarkan pada persoalan
tauhid. Dalam hal ini, Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya
membedakan tauhid menjadi tiga macam; tauhid -rububiyah, tauhid uluhiyah dan
tauhid al-asma' wa al-sifat (C.M.Helm, 1981: 88-89). Menurut Abdul Wahhab,
Allah adalah Tuhan alam semesta yang maha kuasa, dan melarang penyifatan
kekuasaan Tuhan pada siapapun kecuali Dia. Dialah yang menciptakan manusia
dan alam dari tiada. Eksistensi Allah dapat dirasakan melalui tanda-tanda dan
ciptaan-Nya yang tersebar di seluruh alam, seperti siang dan malam, matahari
dan bulan, gununggunung dan sungai-sungai, dan seterusnya. Allah adalah
Tuhan yang berhak disembah. Segala urusan manusia seharihari harus didasarkan
pada al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Tuhan sama sekali tidak dapat dibandingkan
dengan apapun (QS. Asy-Syura/42:11).
- Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan para pendukung tawashshul.
Menurutnya, ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan. Usaha
mencari perlindungan kepada batu, pohon dan sejenisnya merupakan perbuatan
syirik. Demikian juga bertawassul kepada orang yang sudah mati atau kuburan
orang suci sangat dilarang dalam Islam dan Allah tidak akan memberikan
ampunan bagi mereka yang melakukan perbuatan demikian. Ini bukan berarti
ziyarah kubur tidak diperkenankan, namun perbuatan perbuatan bid’ah, takhayul
dan khurafat yang mengiringi ziyarah semestinya dihindarkan agar iman tetap
suci dan terpelihara (Ayman al-Yassini, 1995: 307-308).
- Ketiga, sumber-sumber syari'ah Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah. Menurutnya,
Al-Qur'an adalah firman Allah yang tak tercipta, yang diwahyukan pada
Muhammad melalui malaikat Jibril; ia merupakan sumber paling penting bagi
syari'ah. Ia hanya mengambil keputusan berdasarkan ayat-ayat muthkamat dan
tidak berani mempergunakan akal dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat.
Maka, ia menyarankan agar kaum Muslim mengikuti penafsiran alQur'an
generasi al-salaf al-shalih. Sunnah Nabi adalah sumber terpenting-kedua.
Sedangkan ijma' adalah sumber ketiga bagi syari'ah dalam pengertian terbatas; ia
hanya mempercayai kesucian ijma' yang berasal dari tiga abad pertama Islam,
karena hadits yang memuat Sunnah Nabi sebagai jawaban atas setiap masalah,
dikembangkan Muslim selama 3 abad pertama (D.S. Margouliouth,t,th.: 661). Ia
menolak ijma' dari generasi belakangan.
- Keempat, serupa dengan Ibn Taimiyah, Wahhab menyatakan pentingnya negara
dalam memberlakukan secara paksa syari'ah dalam masyarakat yang otoritas
tertinggi ada di tangan khalifah atau imam yang harus bertindak atas dasar saran
ulama dan komunitasnya. Wahhab juga memuji pentingnya jihad untuk
melaksanakan syari'ah sekaligus menyebarkan syiar Allah ke seluruh penjuru
dunia (R.B. Winder, 1965:12). Pembaharuan Muhammad Ibn Abdul Wahhab
memurnikan Islam dari segala hid'ah, takhayzd dan khurafat, tampaknya menjadi
inspirasi bagi gerakan-gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Muslim dari
waktu ke waktu. Di negara Arab sendiri ajaran-ajaran Wahhab kemudian menjadi
Wahhabi karena dukungan Ibn Saud dan putranya Abdul Aziz.

3. Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897)


 Nama: Jamaluddin al-Afghani lahir di Asadabad
 Lahir: Di Afghanistan pada 1838/1839.
 Meskipun lahir di Afghanistan, ia berasal dari keluarga Syi'ah Iran. Namun, tidak ada
bukti yang menguatkan bahwa ia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Syi'ah.
Pendidikan dasarnya diperoleh di tanah kelahirannya, yakni Asadabad. Kemudian ia
melanjutkan pendidikan di kota-kota suci kaum Syi'ah pada 1805. Di sini ia banyak
dipengaruhi para filosof rasionalis Islam seperti Ibnu Sina dan Nasir al-Din al-Tusi.
Perjalanan hidup Jamaluddin sebenarnya lebih mirip seorang politik dari pada
pembaharu Islam (L. Stoddard, 1921: 21). Hal ini terbukti dari aktivitas yang ia
lakukan.
 Pada umur 22 tahun ia menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di
Afghanistan. Pada 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
kemudian diangkat menjadi perdana menteri oleh Muhammad Azam Khan.
Jamaluddin pernah tinggal di India meskipun tidak lama. Setelah itu menetap di Mesir
dari 1871 hingga 1879 dengan bantuan dana Riyad Pasha. Di kota ini, ia
menghabiskan waktunya untuk mengajar dan memperkenalkan penafsiran filsafat
Islam.
1) Ketika Mesir berada dalam krisis politik dan keuang-an pada akhir 1870,
fcokoh ini mendorong para pengikutnya untuk menerbitkan surat kabar
politik. Ia banyak memberikan ceramah dan melakukan aktivitas politik
sebagai pemimpin gerakan bawah tanah. Para pengikutnya antara lain
Muhammad Abduh, Abdullah Nadim, Sa'ad Zaghlul, dan Ya'kub Sannu.
Pada 1889 Ia membentuk partai Hizbul Wathani dan berhasil
menggulingkan Raja Mesir Khedewi Ismail, meskipun kemudian ia diusir
oleh penguasa baru Tawfik (Harun Nasution, 1975: 54-55).
2) Kemudian, Jamaluddin pergi ke Paris dan bersamasama muridnya yang
bernama Muhammad Abduh, menerbitkan majalah al-'Urwah at Wutsqa.
Pada tahun 1884 pergi ke Inggris untuk berunding dengan Sir Henry
Drummond Wolff tentang masalah Mesir.
3) Dua tahun kemudian, pergi ke Iran untuk membantu penyelesaian sengketa
Rusia dan Iran. Akhirnya diusir keluar Iran oleh penguasa Syah Nasir al-Din
karena perbedaan faham. Sultan Ottoman Abdul Hamid II mengundang
Jamaluddin ke Istambul untuk membantu pelaksanaan politik Islam yang
direncanakan Istambul. Pengaruh Jamaluddin yang cukup besar, membuat
Abdul Hamid khawatir jika posisinya akan terongrong. Di kota inilah
Jamaluddin tinggal hingga akhir hayatnya, meninggal pada 1897 karena
penyakit kanker.
 Pemikiran pembaharuannya didasarkan pada keyakinan bahwa Islam adalah agama
yang sesuai untuk semua bangsa, zaman, dan keadaan. Jika ada pertentangan, perlu
dilakukan penyesuaian dengan mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran Islam.
Kemunduran umat Islam, menurutnya, disebabkan karena mereka statis, taqlid dan
fatalis. Umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya, al-Islam
mahjubun bi al-Muslim. Umat Islam juga terbelakang dari segi pendidikan dan kurang
pengetahuan mengenai dasa-rdasar ajarannya, serta lemah rasa persaudaraan akibat
perpecahan internal. Untuk mengatasi keterbelakangan dan kemunduran tersebut,
Jamaluddin mengemukakan dan memperjuangkan gagasan pembaharuannya meliputi:
- pertama, dari sudut pandang Islam tradisional, Jamaluddin mengemukakan
pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam, yang tidak bertentangan
dengan kepercayaan pada Tuhan. Jamaluddin mengajarkan hal yang dibela
oleh para filosof, mendakwahkan agama dan rasionalisme kepada massa, serta
hukum alam pada para elite Muslim. la berusaha mengelaborasi interpretasi
Islam modernis dan pragmatis (Nikki R. Keddie, 1995: 25-27).
- Kedua, Jamaluddin berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir
dan India. Lebih luas dari itu, juga menawarkan gagasan dan gerakan Pan-
Islam sebagai antiimperialisme dan mempertahankan kemerdekaan Negara-
negara Muslim. Pan-Islam dalam pengertian kesatuan politik atau lebih umum
kesatuan Negara-negara Gerakan Muslim tersebut, semakin menguat dan
mampu menggalang solidaritas Muslim untuk menentang Kristen dan
penjajah Barat. Dikombinasikan dengan aktivitas antiInggris inilah yang
membuat Jamaluddin semakin populer di dunia Islam saat itu. Maka jasanya
adalah memberikan kontribusi pemikiran Islam modern khususnya berkenaan
dengan politik (Nikki R. Keddie, 1995: 25-27).
- Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan wanita
dalam beberapa hal. Wanita dan pria sama kedudukannya, keduanya
mempunyai akal untuk berpikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk
bekerja di luar rumah, jika situasi menuntut semacam itu. Dengan demikian,
Jamaluddin menginginkan agar wanita juga meraih kemajuan dan
bekerjasama dengan pria untuk mewujudkan umat Islam yang maju dan
dinamis ( Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993: 300).

4. Muhammad Abduh (1848-1905)


 Nama: Muhammad Abduh
 Lahir: pada 1848 M di sebuah desa di Propinsi Gharbiyyah, Mesir.
 Ayahnya bernama Abduh Ibn Hasan Khair Allah, dan nama lengkapnya adalah
Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah. Abduh berasal dari keluarga petani yang
sederhana, taat dan cinta ilmu. Ia belajar membaca dan menulis dari orang tuanya.
Dalam waktu dua tahun telah mampu menghafal seluruh isi AlQur'an (Muhammad
Abduh, t.th.:28).
 Pendidikan selanjutnya di Thanta. Namun tidak puas karena metode pengajaran di
Thanta diutamakan hafalan tanpa pengertian, sama halnya dengan metode pengajaran
yang umum diterapkan di dunia Islam ketika itu, kemudian kembali ke kampungnya.
Orang tuanya memerintahkan Abduh agar kembali ke Masjid Ahmadi di Thanta, dan
berguru kepada Syekh Darwisy Bimbingan dari Syekh yang dengan tekun untuk
menumbuhkan kembali sikap cintanya pada ilmu dan mengarahkannya pada
kehidupan sufi. Kemudian melanjutkan studi di al-Azhar, namun hanya mendapatkan
pelajaran agama saja. Di Universitas ini ditemukan metode pengajaran yang sama
dengan di Thanta. Pada 1871, Abduh bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani dan
memperoleh pengetahuan filsafat, ilmu kalam dan ilmu pasti (Albert Hourani,
1962:108). Pertemuannya dengan Jamaluddin membuatnya semakin kecewa terhadap
metode pengajaran al-Azhar, dengan mengungkapkan pernyataannya yang penuh
dengan rasa kekecewaan, bahwa metode pengajaran yang verbalis itu merusak akal
dan daya nalar. Rasa kecewa itulah yang menyebabkannya menekuni berbagai
masalah agama, sosial, politik, dan kebudayaan. Ada tiga pranata yang menjadi
sasaran pembaharuannya, yaitu:
 Pertama, pembaharuan di bidang pendidikan dipusatkan di al-Azhar. Ia
beralasan bahwa al-Azhar adalah pusat pendidikan Mesir dan dunia Islam.
Memperbaharui perangkat pendidikan berarti memperbaharui lembaga
pendidikan Islam keseluruhan. Sebaliknya, membiarkannya dalam keadaan
demikian, berarti membiarkan Islam menemui kehancuran. Cita-cita yang
demikian mungkin dilaksanakan karena kedudukannya sebagai wakil
pemerintah Mesir dalam Dewan Pimpinan al-Azhar yang dibentuk atas
usulnya. Pembaharuan yang dilakukannya menyangkut sistem pengajaran,
seperti metode, kurikulum, administrasi dan kesejahteraan para guru, bahkan
juga mencakup sarana fisik, seperti asrama mahasiswa, perpustakaan, dan
peningkatan pelayanan kesehatan bagi mahasiswa (Harun Nasution, 1987:
20-21).
 Kedua, pembaharuan di bidang hukum. Sebagai mufti di tahun 1899,
menggantikan Syekh Hasunah al-Nadawi, memberi peluang baginya untuk
mengadakan pembaharuan di bidang tersebut. Usahanya yang pertama adalah
memperbaiki kesalahan pandangan masyarakat, bahkan pandangan para
mufti sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim. Para mufti
berpandangan bahwa sebagai mufti yang ditunjuk negara tugas mereka hanya
sebagai penasihat hukum bagi kepentingan negara. Mereka melepaskan diri
dari orang yang mencari kepastian hukum. Pandangan ini diluruskan oleh
Abduh denganjalan memberi kesempatan kepada siapa pun yang memerlukan
jasanya.
 Ketiga, wakaf juga merupakan institusi yang menjadi perhatiannya. Wakaf
merupakan sumber dana yang sangat berarti pada masa itu, sedangkan dalam
pengelolaan administrasi sangat tidak efektif. Untuk itu ia membentuk
Majelis Administrasi Wakaf dan duduk sebagai anggota. Abduh berhasil
memasukkan perbaikan masjid sebagai salah satu sasaran rutin penggunaan
dana wakaf, maka mulailah memperbaiki perangkat masjid, pegawai masjid
sampai kepada para imam dan khatib. Perhatian Abduh terhadap perbaikan
masjid ini dilatarbelakangi oleh situasi masjidmasjid di Mesir. Misalnya
dalam penyampaian khutbah yang tidak bersifat mendidik, tetapi tebih
menjurus kepada penyuguhan masalah-masalah hukum yang kurang
beralasan dan tidak dapat dipegangi (Al-Manar, Vol. VIII:491). Itulah
sebabnya ia menetapkan beberapa persyaratan bagi para khatib, antara lain
mengharuskan mereka yang dari al-Azhar, agar salah paham terhadap ajaran
agama dapat dikurangi.
5. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa periode yang paling penting dalam
perjalanan hidup Muhammad Abduh adalah periode setelah kembali dari
pengasingan. J. Adams (1933: 18) melukiskannya sebagai periode berada di puncak
karir, karena pada masa itu dapat merealisasi cita-cita pembaharuan, mengemukakan
ide, dan pemikirannya tentang Islam, yang mengangkat namanya ke permukaan dan
dikenal ke hampir seluruh penjuru dunia Islam.
6. Penghalang utama yang dihadapi adalah para ulama yang berpikiran statis beserta
orang awam yang dapat mereka pengaruhi. Khedewi sendiri pun akhirnya tidak
menyetujui pembaharuan fisik yang dibawanya, terutama tentang institusi wakaf,
yang menyangkut dengan masalah keuangan.. Dengan mengundurkan diri tersebut
beberapa rencana yang telah disusunnya tidak dapat lagi dilaksanakan. Beberapa
bulan kemudian jatuh sakit pada suatu malam ketika berangkat ke Eropa. Seminggu
kemudian wafat, tepat pada 11 Juli 1905.

5. Muhammad Rasyid Ridha


 Nama : Muhammad Rasyid Ridha
 Lahir di Suriah pada tahun 1865 dan wafat tahun 1935.
 Seorang pemikir dan ulama pembaru dalam Islam di Mesir pada awal abad ke-20. Ia
dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat dan taat beragama.
 Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Muhammad Rasyid Ridha berasal dari
keturunan Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan Husein bin Ali bin Abi
Talib. Itulah sebabnya ia memakai gelar sayyid.
 Pendidikannya diawali dengan membaca al-Qur'an, menulis dan berhitung di
kampungnya, Qalamun, Suriah. Berbeda dengan anak-anak seusianya, Muhammad
Rasyid Ridha lebih senang menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku
dari pada bermain. Sejak kecil ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan. Setelah lancar membaca dan menulis, Muhammad
Rasyid Ridha masuk ke Madrasah ar-Rasyidiyah, yaitu sekolah milik pemerintah di
kota Tripoli. Di sekolah itu ia belajar ilmu bumi; ilmu berhitung; ilmu bahasa, seperti
nahwu dan saraf (ilmu tata bahasa Arab); dan ilmu-ilmu agama, seperti akidah dan
ibadah. Hanya setahun ia belajar di sini, karena ternyata sekolah itu khusus
diperuntukkan bagi mereka yang ingin menjadi pegawai pemerintah, sedangkan ia
tidak berminat mengabdi untuk pemerintah. Ketika berumur 18 tahun, Ridha kembali
melanjutkan studinya dan sekolah yang dipilihnya adalah Madrasah al-Wathaniyyah
al-Islamiyyah yang didirikan Syekh Husain Jisr. Di sini belajar mantiq, matematika,
dan filsafat, di sampingjuga ilmu-ilmu agama.
 Selain menekuni pelajarannya di Madrasah alWathaniyyah al-lslamiyyah, Raayid
Ridha juga tekun mengikuti berita perkembangan dunia Islam melalui surat kabar
al-'Urwah al-Wutsqa (Ikatan Yang Kuat; surat kabar berbahasa Arab yang dipimpin
oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, diterbitkan di pengasingan
mereka di Paris.
 Setibanya di Mesir, ia mengusulkan kepada gurunya, Muhammad Abduh, agar
menerbitkan sebuah majalah yang akan menyiarkan ide-ide dan pikirannya. Atas
dasar ini terbitlah sebuah majalah yang diberi nama al-Manar, nama yang diusulkan
Rasyid Ridha dan disetujui Muhammad Abdul. Dalam terbitan perdananya dijelaskan
bahwa tujuan al Manar sama dengan al-'Urwah al-Wutsqa, yaitu untuk memajukan
umat Islam dan menjernihkan ajaran Islam dari segala paham yang menyimpang.
Setahun setelah al-Manar terbit, ia mengajukan saran kepada gnrunya agar
menafsirkan al-Qur'an dengan tafsiran yang relevan dengan tuntutan zaman, Ketika
itu Muhammad Abduh aktif mengajar tafsir al-Qur'an di al-Azhar. Sebagai murid,
Rasyid Ridha mencatat kuliah-kuliah gurunya, lalu catatannya itu diserahkan kepada
gurunya untuk dikoreksi Selesai diperiksa, catatan itu diterbitkan dalam majalah al
Manar. Kumpulan tulisan mengenai tafsir yang termuat dalam majalah al-Manar
inilah yang kemudian dibukukan menjadi Tafsir al-Manar. Sampai wafatnya,
Muhammad Abduh hanya sempat menafsirkan hingga surah an-Nisa' ayat 125.
 Penafsiran ayat-ayat selanjutnya dilakukan oleh Kasyid Ridha sendiri. Rasyid Ridha
juga seorang pengikut tarekat, yaitu Thareqat Naqsyabandiyah. Ide-ide pembaharuan
penting yang dibawa Rasyid Ridha adalah dalam bidang agama, bidang pendidikan,
dan bidang politik. Dalam bidang agama ia berpendapat bahwa umat Islam lemah
karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang murni seperti
yang dipraktekkan pada masa Rasulullah SAW dan sahabatsahabatnya, melainkan
ajaran-ajaran yang sudah banyak bercampur dengan bid'ah dan khurafat. Selanjutnya
ia menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada
al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW dan tidak terikat dengan pendapat-pendapat
ulama terdahulu yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan hidup modern. Mengenai
ajaran Islam, Rasyid Ridha membedakan antara masalah peribadatan (yang
berhubungan dengan Tuhan) dan masalah muamalah (yang berhubungan dengan
manusia). Yang pertama telah tertuang dalam teks Al-Qur'an yang qath'i
(tunjukannya jelas, pasti) dan hadits mutawatir.
 Rasyid Ridha melihat fanatisme madzhab yang tumbuh di kalangan umat Islam
mengakibatkan perpecahan dan kekacauan. Oleh karena itu, perlu dihidupkan
toleransi bermadzhab, bahkan dalam bidang hukum perlu diupayakan penyatuan
madzhab, walaupun ia sendiri pengikut setia Madzhab Hanbali. Dalam bidang
pendidikan Rasyid Ridha mengikuti gurunya, Muhammad Abduh.
 Dalam bukunya al-Khilafah, Rasyid Ridha menjelaskan secara panjang lebar
mengenai khilafah, antara lain disebutkan bahwa fungsi khalifah adalah menyebarkan
kebenaran, menegakkan keadilan, memelihara agama, dan bermusyawarah mengenai
masalah-masalah yang tidak dijelaskan dalam nash. Khalifah bertanggung jawab atas
segala tindakannya di bawah pengawasan alil alhall wa al-'aqd yang anggota-
anggotanya terdiri atas para ulama dan pemuka-pemuka masyarakat. Tugas alil al-hall
wa al-'aqd, selain mengawasi jalannya roda pemerintahan, juga mencegah terjadinya
penyelewengan oleh khalifah. Lembaga ini berhak menindak khalifah yang berbuat
dhalim dan sewenang-wenang.
 Pengaruh pemikiran pembaharuan Rasyid Ridha dan gurunya, Muhammad Abduh,
terasa sampai ke Indonesia. Ide-idenya yang terkandung dalam majalah al-Manar,
khususnya mengenai pemberantasan bid'ah dan khurafat, banyak mengilhami
timbulnya gerakan pembaharuan di Indonesia. Bukti-bukti yang dapat dikemukakan
sebagai adanya pengaruh ide-ide Rasyid Ridha di Indonesia, antara lain, terbitnya
majalah al-Munir di Padang yang dikelola oleh ulama-ulama yang pernah belajar di
Mekah.

Rangkuman 3

Materi Pertemuan 3 : Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

1. Jami'atul Khair dan Al-Irsyad


 Gerakan pembaharuan di Indonesia mulai berakar pada permulaan abad 20, yang
berkembang dari waktu ke waktu selama empat dasawarsa. Perkembangan dan
penyebarannya pun semakin luas. Satu hal penting, pembaharuan Islam di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh pembaharuan yang terjadi Timur Tengah dan Mesir, terutama
pemikiran-pemikiran para tokoh yang telah disebut di depan, yaitu Ibnu Taimiyah,
Muhammad ibn Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid
Ridha.
 Dalam hal pemurnian, gerakan pembaharuan Islam di Indonesia banyak diilhami oleh Ibnu
Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab; gerakan pendidikan dipengaruhi oleh
Muhammad Abduh; sedangkan gerakan politik dipengaruhi oleh Jamaluddin al-Afghani.
Buku ini bukan tempatnya menunjukkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari
gerakan-gerakan tersebut.
 Organisasi pembaharuan pertama yang didirikan di Indonesia adalah
1. Jami'atul Khair, pada 15 Juli 1905.
Pendirinya bernama Sayid Muhammad al-Fateh ibn Abdurrahman al-Masjhur, Sayid
Muhammad ibn Abdullah ibn Sjihab, Sayid Idms ibn Ahmad ibn Sjihab dan Sayid
Sjehan ibn Sjihab. Meskipun organisasi ini mayoritas anggotanya adalah orang-orang
Arab, tetapi terbuka untuk aetiap Muslim tanpa diskriminasi. Kegiatan yang menjadi
perhatian organisasi ini meliputi dua bidang; pendirian dan pcmbinann sekolah pada
tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
Pentingnya Jami'atul Khair terletak pada kenyataan bahwa organisasi inilah yang
memulai organisasi modern dalam masyarakat Islam (yaitu dengan adanya anggaran
dasar, daftar anggota tercatat, dan rapat-rapat berkala) dan mendirikan sekolah yang
menerapkan sistem modern (adanya kurikulum, sistem klasikal, dan perlengkapan
kolas). Namun demikian, umur organisasi ini tidak panjang Setelah kedatangan Ahmad
Soorkati dan kawan-kawannya sebagai guru di sekolah Jami'atui Khair, di samping
mengajarkan pelajaran-pelajaran umum, juga menekankan daya kritik dan pemikiran
kembali kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Mereka memperkenalkan ide-ide mengenai
persamaan sesama Muslim. Ide yang terakhir inilah yang menyebabkan kedudukan para
Sayid merasa terancam. Dari sinilah benih perpecahan mulai muncul. Akhirnya Ahmad
Soorkati keluar dari Jami'atul Khair dan merintis berdirinya organisasi al-Irsyad Al-
Irsyad sendiri merupakan organisasi Islam yang secara resmi menekankan perhatian
pada bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab meskipun anggotanya ada dari
non-Arab.

 Secara lebih luas sikap dan tujuan organisasi ini adalah:


1. Menjalankan dengan sungguh-sungguh agama Islam sebagaimana
ditetapkan Al-Qur'an dan sunnah; memajukan hidup dan kehidupan secara
Islam dalam arti kata luas dan dalam;
2. membantu menghidupkan semangat untuk bekerja. sama di antara berbagai
golongan dalam setiap kepentingan bersama (Pengurus Besar AJ-Irsyad,
1938: 3-7).
2. Al-Irsyad berjasa dalam mendirikan banyak lembaga sekolah dari tingkat dasar hingga
sekolah guru. Ada juga sekolah takhasus dengan spesialisasi dalam bidang agama,
pendidikan atau bahasa. Al-Irsyad juga memberikan beasiswa untuk beberapa
lulusannya guna belajar ke luar negeri, terutama ke Mesir. Organisasi ini juga
mempergunakan tabligh dan pertemuan-pertemuan sebagai cara untuk menyebarkan
pahamnya. Ia juga menerbitkan buku-buku dan pamflet-pamflet.
a. Sarekat Islam
Sarekat Islam (SI) berdiri di Solo pada tanggal 11 Nopember 1912. Sarekat Islam
tumbuh dari organisasi yang mendahuluinya, bernama Sarekat Dagang Islam atau
disingkat dengan SDI. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Samanhoedi, M.
Asmodimedjo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdojo dan M.Hadji Abdulradjak. SDI
terkenal dipimpin Samanhoedi, sedangkan Sarekat Islam (SI) terkenal di tangan H.
Oemar Said Cokroaminoto. Pada awalnya, organisasi ini lahir karena adanya
kompetisi yang meningkat dalam perdagangan batik terutama dengan golongan Cina,
dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang Indonesia sehubungan dengan
berhasilnya revolusi Cina pada 1911. Dengan perubahan nama menjadi Sarekat Islam,
organisasi ini mengubah haluan menjadi organisasi yang bergerak di bidang politik.

b. Persatuan Islam Persatuan Islam (Persia)


Didirikan di Bandung, 17 September 1923 oleh KH. Zamzam, seorang ulama asal
Palembang. Persatuan Islam bertujuan mengembalikan kaum Muslimin kepada
pimpinan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, dengan jalan mendirikan madsarah-madrasah,
pesantren dan tabligh melalui ceramah-ceramah, menerbitkan majalah, brosur dan
buku. Majalah yang menonjol terbitan Persis adalah "Pembela Islam" dan majalah al-
Muslimun, yang banyak membahas masalahmasalah hukum agama. Seperti kedua
saudaranya yang telah lahir lebih dahulu (Al-Irsyad dan Muhammadiyah), Persis
sangat getol dalam usahanya memberantas segala bentuk takhayul, bid'ah dan
khurafat (TBC). Kegetolannya memberantas TBC semakin menonjol setelah Persis
dipimpin oleh A. Hasan. Perjuangan A. Hasan dalam memberantas TBC dengan cara
yang radikal dan tidak tanggung-tanggung. Di bawah kepempinan A. Hasan, Persis
berkembang pesat terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur. Di antara kader hasil
tempaan pendidikan Persis, adalah ulama terkemuka Dr. Muhammad Natsir, yang
pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan penting dalam lembaga
Islam Internasional, seperti Rabithah Alam Islami dan Muktamar Alam Islami.

c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhyjah 1330
H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah menghembuskan jiwa
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, memberantas TBC, mengusahakan umat
Islam kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah, dan bergerak di berbagai bidang
kehidupan umat.

Rangkuman 4
Materi Pertemuan 4: LATAR BELAKANG MUHAMMADIYAH DIDIRIKAN
LATAR BELAKANG MUHAMMADIYAH DIDIRIKAN
A. Intelektualitas & Religiusitas

Menurut M. Jindar Tamimi (1990), latar belakang berdirinya Muhammadiyah yaitu :


1. Faktor subjektif yang berkaitan langsung dengan perjalanan biografi pribadi Ahmad Dahlan.
2. Faktor objektif yang berkaitan dengan kondisi internal & eksternal bangsa Indonesia.

Menurut Saifullah (1997), latar belakang berdirinya Muhammadiyah yaitu :


1. Faktor aspirasi pendiri yaitu Ahmad Dahlan
2. Faktor realitas sosio-Agama di Indonesia
3. Faktor realitas sosio-Pendidikan di Indonesia
4. Faktor realitas sosio-Islam Hindia-Belanda

KH. Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tidak secara kebetulan,
melainkan didorong oleh aspirasi yang besar tentang masa depan Islam di Indonesia. Aspirasi ini
tidak dapat dilacak dari perjalanan intelektual, spiritual, dan sosial Ahmad Dahlan ada 2 fase dari
biografi kehidupannya yaitu :
1. Setelah menunaikan ibadah haji pertama (1889)
2. Setelah menunaikan ibadah haji kedua(1903) Pada haji yg kedua ini, beliau memasuki usia 34
th. Disamping untuk menunaikan haji sebagai rukun islam yg ke 5 untuk ke 2 kalinya, beliau
juga ingin memperdalam islam lebih dalam lagi. Pada ibadah haji yg pertama, beliau masih
berumur 20th. Motivasi berhaji lebih didorong oleh upaya peningkatan spiritual pribadi dan
untuk menimba ilmu keislaman.
Dari biografi kehidupan Ahmad Dahlan, dapat disimpulkan bahwa setelah menunaikan ibadah
haji yang pertama & kedua, beliau mempunyai obsesi besar tentang masa depan Islam yang
mampu membebaskan masyarakat. Islam harus dipahami dari sumber utamanya yaitu al-Qur’an
& al-Sunnah. Dalam pandangan Ahmad Dahlan, Islam sebagai agama maupun Islam sebagai
tradisi pemikiran yang terjadi di Indonesia boleh dikatakan macet total. Ajaran-ajaran Islam
banyak dipengaruhi oleh budaya lokal yang sebelumnya memang telah berkembang di Indonesia.
Banyak praktek-praktek keagamaan yang tidak lagi didasarkan pada sumber utama islam, yakni
al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbulah. Pola pemahaman keislaman umat Islam Indonesia hanya
dibatasi pada madzhab tertentu. Akibatnya muncul pengamalan ajaran Islam yang bid’ah,
khurafat, dan takhayyul. Realitas Islam sebagai agama dan Islam sebagai tradisi pemikiran di
Indonesia yang mengalami kemacetan mempengaruhi latar belakang kelahiran Muhammadiyah.
Oleh karena itu, telaah realitas sosio-agama Islam di Indonesia dibutuhkan untuk menjelaskan
tentang maksud Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
B. Realitas Sosio-Agama di Indonesia

1. Keberadaan Umat Islam

Dalam pandangan Ahmad Dahlan, Islam sebagai agama maupun Islam sebagai tradisi
pemikiran yang terjadi di Indonesia boleh dikatakan macet total. Ajaran-ajaran Islam banyak
dipengaruhi oleh budaya lokal yang sebelumnya memang telah berkembang di Indonesia. Banyak
praktek-praktek keagamaan yang tidak lagi didasarkan pada sumber utama islam, yakni al-Qur’an
dan al-Sunnah al-Maqbulah. Pola pemahaman keislaman umat Islam Indonesia hanya dibatasi
pada madzhab tertentu.
Akibatnya muncul pengamalan ajaran Islam yang bid’ah, khurafat, dan takhayyul. Realitas
Islam sebagai agama dan Islam sebagai tradisi pemikiran di Indonesia yang mengalami kemacetan
mempengaruhi latar belakang kelahiran Muhammadiyah. Oleh karena itu, telaah realitas sosio-
agama Islam di Indonesia dibutuhkan untuk menjelaskan tentang maksud Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah.

Sebelum kehadiran Islam, penduduk Nusantara mempunyai tiga kepercayaan, yaitu:

a) Dinamisme
Dinamisme muncul dalam bentuk adanya kepercayaan bahwa setiap benda yang ada, seperti
sungai yang mengalir, air bah, matahari, pohon beringin, gunung-gunung yang tinggi dan
sebagainya mempunyai kekuatan ghaib.
b) Animisme
Animisme adalah kepercayaan tentang arwah nenek moyang mereka. Arwah mereka pada
suatu saat masih akan menjumpanya.
c) Totemisme adalah kepercayaan tentang adanya orang yang telah meninggal yang kemudian
menjelma menjadi harimau, babi, dan sebagainya yang kesemuanya itu diyakini sebagai
penjelmaan orang yang baru meninggal dunia.

Pengaruh agama Hindu dan Budha terhadap masyarakat Indonesia sangat kental,
khususnya masyarakat Jawa tempat Muhammadiyah didirikan. Hindu dengan kekuatan
politiknya telah menanamkan akar-akar kebudayaannya ke dalam masyarakat Jawa. Dalam
tingkat tertentu agama Hindu menjadi agama kerajaan, dan kerajaan Mataram (Yogyakarta
dan Surakarta) merupakan kerajaan yang paling dalam terkena pengaruh Hindu. Para wait
mengislamkan Jawa dengan menggunakan dua pola. Pola pertama, menggunakan lambang-
lambang dan simbol budaya Jawa. Dalam pola ini, para wali ke daerah-daerah pedesaan
dengan menggunakan metode akulturasi dan singkretisasi. Dalam bidang kepercayaan dan
ibadah, muatannya menjadi :
1. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dan al-Qur'an dan Sunnah, hanya
ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Bid'ah biasanya muncul karena ingin
memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan
adalah sebenarnya bukan bersumber pada ajaran Islam.
Contoh khurafat:
• Mohon kepada yang mbaurekso
• Penghormatan kuburan orang-orang suci (berziarah)
2. Bid'ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya
kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah sebenarnya bukan bersumber pada ajaran
Islam.
Contoh bid’ah : Selamatan dengan kenduri dan tahlil yang menggunakan lafal Islam.
Peristiwa selamatan : kelahiran, khitan, perkawinan, kematian, pindah rumah, panen,
ganti nama, dan sejenisnya.

Pengamalan Islam yang dilakukan orang Jawa banyak yang menyimpang dari ajaran
aqidah Islamiyah dan harus diluruskan. Akibatnya, ajaran Islam tidak murni, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Realitas sosio-agama yang dipraktekkan masyarakat mendorong
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Gerakan pemurniannya baru dilakukan pada
tahun 1916, empat tahun setelah Muhammadiyah berdiri, saat Muhammadiyah mulai
berkembang ke luar kota Yogyakarta. Dalam konteks realitas sosio-agama, Muhammadiyah
adalah gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua unsur sinkretis
dan daki-daki tidak Islami lainnya.

C. Realitas Umat Non-Islam


Aiwi Shihab dalam bukunya yang berjudul Membendung Arus Respons Gerakan
Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, menjelaskan bahwa perkembangan
kegiatan misi Kristen di Jawa merupakan faktor menentukan yang menyebabkan lahirnya
Muhammadiyah. Penetrasi Kristen ini berawal ketika para penguasa Keraton Yogyakarta, atas
desakan pemerintah kolonial Belanda, menyetujui pencabutan larangan penginjilan terhadap
masyarakat Jawa. Sejak saat itu, Jawa, wilayah konsentrasi kebanyakan kaum Muslim ini terbuka bagi
kegiatan misionaris Kristen.
Menjelang didirikannya Muhammadiyah, Islam Indonesia tengah mengalami krisis karena
keterbelakangan para pemeluknya akibat sistem pendidikan yang statis. Baik kegiatan misi Kristen
maupun organisasi yang tidak berbasis Islam tampak menempati posisi terdepan. Fenomena ini
sebagian disebabkan oleh makin besarnya pengaruh lobi Kristen pemerintah koionial yang bertujuan
mengebiri peranan Islam di Indonesia. Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia,
yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan Barat.
D. Realitas Sosio-Pendidikan
Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren dan
pendidikan Barat.
1. Pendidikan Pesantren
Pendidikan pesantren mengajarkan studi keislaman tradisional, sementara ilmu modern tidak
diajarkan karena ilmu itu termasuk ilmu Barat yang haram hukumnya dipelajarioleh orang Islam.
Menurut Ahmad Dahlan ada masalah mendasar dalam pesantren, misalnya, guru dianggap
sebagai sumber kebenaran yang tidak boleh dikritisi yang membuat pengajaran nampak tidak
demokratis.

2. Pendidikan Barat

Pendidikan Barat hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di dunia Barat serta
menggunakan metode pengajaran modern. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah
umum pertama kali di Batavia pada tahun 1617 (khusus bagi anak-anak Belanda). Sedangkan
sekolah bagi anak-anak orang Jawa baru didirikan pada tahun 1849. Meskipun dalam
kenyataannya sangat sedikityang bisa masuk karena kesulitan memenuhi persyaratan yang
diajukan.
Pada tahun 1848, muncul gagasan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan bagi
pribumi. Pada tahun 1864, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan baru bahwa anak
bupati diperbolehkan untuk masuk sekolah. Pada tahun 1871, ditetapkan beberapa aturan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi juga dinyatakan bahwa pendidikan ini
bersifat sekuler, karena agama tidak diajarkan sebagai mata pelajaran. Sejak tahun 1889 setelah C.
Snouck Hurgronje menjadi penasihat urusan Islam dan pribumi di Indonesia, pemerintah kolonial
Belanda mengubah kebijakan pendidikan yang terdiri dari;
1. Politik asosiasi adalah bagian dari politik de-Islamisasi Belanda yang dilakukan dengan
mendirikan banyak sekolah untuk menjauhkan siswa Muslim dari keyakinan agama Islam.
2. Politik etis adalah kebijakan pemerintah kolonial Belanda untuk balas budi kepada yang
dijajah. Namun, sebenarnya politik ini bertujuan untuk menghantam sistem pendidikan
pesantren. Politik etis baru berjalan secara efektif setelah Menteri Urusan Tanah Jajahan
dijabat oleh D. Fockpada tahun 1905.
Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah selain bersifat sekuler, dalam pelajaran umum
juga bermuatan Belanda sentris, sehingga menjauhkan siswa dari jati diri bangsanya sendiri.
Sekolah tersebut melahirkan golongan baru yang disebut golongan intelek yang umumnya
berpandangan negatifterhadap Islam dan alam pikirannya terlepas dari bangsanya sendiri. Bahkan
alumni sekolah-sekolah ini menjadi antek-antek Belanda (Tamimi, 1990: 9). Hal tersebut
mendorong Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Melalui Muhammadiyah, Ahmad
Dahlan ingin mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan kedua sistem pendidikan serta
menginginkan pendidikan ini menghasilkan ulama yang maju,yaitu ulama yang dapat mengikuti
perkembangan zaman. Oleh sebab itu, selain ilmu agama, ulama harus melengkapi dirinya dengan
ilmu pengetahuan.

Rangkuman 5
Materi Pertemuan 5: LATAR BELAKANG MUHAMMADIYAH DIDIRIKAN [BAGIAN 2]
Latar Belakang Muhammadiyah Didirikan [Bagian 2]

4. Realitas Politik Islam di Indonesia


Dalam tataran teoritis, politik Islam Hindia Belanda sebetulnya ingin menerapkan kebijakan
netralitas terhadap agama, tidak memihak kepada agama tertentu dan tidak memandang agama
tertentu pula sebagai sesuatu yang berbahaya (Saifullah, 1997:56). Namun, kebijakan netralitas itu
hanya strategi semata untuk mengelabuhi umat Islam agar umat Islam bisa menerima kehadirannya
sebagai penjajah. Kebohongan publik itu harus dilakukan karena pemerintah Hindia Belanda
mempunyai kepentingan untuk melanggengkan eksistensi kolonialismenya di bumi Nusantara ini
selama mungkin, sementara pemerintah Hindia Belanda menyadari bahwa negara yang dijajah mi
adalah masyarakat Indonesia, yang mayoritas beragama Islam.
Setidaknya dapat dibagi menjadi dua periode dalam melihat politik Islam Hindia Belanda.
1. Periode pertama
Belanda menerapkan dua strategi, yaitu di satu pihak, Belanda membuat kebijakan-
kebijakan yang sifatnya membendung, misalnya memantau dan membatasi berbagai
kegiatan pengamalan ajaran Islam, dan di pihak lain, Belanda melakukan kristenisasi bagi
penduduk Indonesia. Di antara pengamalan Islam yang dibatasi Belanda adalah ibadah
haji. Meskipun dipersulit, namun hal itu tidak menjadi hambatan bagi umat Islam untuk
menunaikan ibadah haji. Berdasarkan laporan residen Batavia pada tahun 1825, setiap
tahun jumlah haji terus meningkat (Saifullah, 1997: 57).

2. Periode kedua
Kebijakan pemerintah Belanda terhadap Islam banyak mengalami perubahan setelah
penasehat urusan pribumi dijabat oleh Snouck Hurgronje. Secara umum, kebijakan Islam
yang disarankan Hurgronje didasarkan atas tiga prinsip utama. 1. Dalam semua masalah
ritual keagamaan, misalnya ibadah, rakyat Indonesia harus dibiarkan bebas
menjalankannya. 2. Sehubungan dengan lembaga-lembaga sosial Islam, atau aspek
mu'amalah dalam Islam, seperti perkawinan, waris, wakafdan hubungan-hubungan sosial
lainnya, pemerintah harus bempaya mempertahankan dan menghormati keberadaannya.
3. Bahwa dalam masalah politik, pemerintah dinasehatkan untuk tidak menoleransi
kegiatan apa pun yang dilakukan oleh kaum Muslimin yang dapat menyebarkan seruan-
seruan Pan-lslamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang
pemerintah kolonial Belanda
5. Proses Berdirinya Muhammadiyah.
Empat Faktor yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah:
1. Faktor Aspirasi Pendiri yakni Ahmad Dahlan
2. Faktor Realitas Sosio-Agama di Indonesia
3. Faktor Realitas Sosio-Pendidikan di Indonesia
4. Faktor Realitas Politik Islam Hindia-Belanda
Setelah mencermati empat realitas seperti yang dipaparkan sebelumnya, Ahmad Dahlan
mempersiapkan berbagai hal untuk mendeklarasikan Muhammadiyah. Sebagai tahapan yang perlu
dipersiapkan, Ahmad Dahlan melakukan kontak dengan Budi Utomo untuk belajar tentang
manajemen organisasi. Kontak pertama dengan Budi Utomo melalui Djojosumarto. Lewat Djojo
ini, Ahmad Dahlan menyampaikan maksudnya untuk bertemu dengan dr. Wahidin dan dr.
Sutomo, pendiri Budi Utomo sekaligus bergabung dengan perkumpulannya. Setelah bertemu dan
melakukan dialog, akhirnya Ahmad Dahlan diterima dan bisa bergabung dengan Budi Utomo
sekaligus dijadikan sebagai penasihat untuk masalah-masalah agama.
Kedudukan Ahmad Dahlan di Budi Utomo dimanfaatkan untuk belajar tentang dua hal, yaitu:
1. Belajar ilmu organisasi
Ahmad Dahlan berkeyakinan bahwa untuk mendirikan Muhammadiyah diperlukan
manajemen organisasi yang baik. Dari Budi Utomo ini, Ahmad Dahlan memperoleh ilmu
tentang cara membentuk persyarikatan, menyusun anggota-anggota penguruan dan lain-
lain yang bersangkutan dengannya.
2. Belajar ilmu Sosialisasi
Sosialisasi ajaran Islam Sosialisasi ajaran Islam ini diterima para cendekiawan Budi
Utomo yang sebelumnya takut dengan Islam. Bahkan guru-guru Kweekschool
menyarankan kepada Dahlan untuk menularkan kepada siswa-siswanya. Penerimaan ini
tidak bisa dilepaskan dari penguasaan dan kedalaman ilmu keislaman serta metodologi
baru yang tidak seperti metode-metode lain yang dipakai dalam menerangkan Islam.
Pada tahun 1911, Ahmad Dahlan mendirikan sekolah rakyat, yang diberi nama
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang menggabungkan dua sistem pendidikan, yaitu
sistem pesantren dan sistem pendidikan Barat. Dengan memadukan dua sistem pendidikan
yang berkembang waktu itu, Ahmad Dahlan berharap bisa mencairkan pembagian masyarakat
yang selama ini terpilah secara dikotomis. Model sekolah yang baru didirikan Ahmad Dahlan
ini mendapat reaksi minor dari masyarakat sekitar karena dianggap menyimpang dari pakem,
bahkan menyimpang dari ajaran Islam yang selama ini berkembang di kalangan kaum
Muslim. Suatu kali, dalam salah satu pengajian Ahad pagi, Ahmad Dahlam mendapatkan
usulan dari peserta pengajian tentang perlunya pengelolaan sekolah dikelola oleh sebuah
organisasi supaya bisa hidup selama-lamanya.
Berdasarkan usulan tersebut, Ahmad Dahlan melakukan lima langkah sebagai
persiapan untuk mewujudkan organisasi yang dikemudian hari organisasi ini diberi nama
Muhammadiyah.
1. Langkah pertama
Menemui dan berdiskuai dengan Budihardjo dan R. Dwijosewojo, guru Kweekschool
di Guperment Jetis. Setelah para santri menyetujui berdirinya persyarikatan dengan
melibatkan juga sumber daya manusia dari kalangan cendekiawan.
2. Langkah Kedua
Mengadakan pertemuan dengan orang-orang dekat. Agenda pertemuan membahas
tentang nama perkumpulan, maksud dan tujuan, serta tawaran siapa yang bersedia
menjadi anggota. Untuk nama perkumpulan, Ahmad Dahlan memberi nama
"Muhammadiyah".
3. Langkah Ketiga
Mengajukan permohonan kepada Hoofdbestuur Budi Utomo supaya mengusulkan
berdirinya Muhammadiyah kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pada 18 November
1912 bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah permohonan dikabulkan.
4. Langkah Ke-empat
Mengadakan rapat pengurus pertama kali guna mempersiapkan proklamasi berdirinya
Muhammadiyah. Diputuskan bahwa proklamasi bersifat terbuka untuk masyarakat
umum. Untuk tempat berada di gedung pertemuan Loodge Gebuw, Malioboro, pada
Desember 1912.
5. Langkah Kelima
Memproklamirkan berdirinya Muhammadiyah. Acara diawali oleh Ahmad Dahlan
dengan membaca beberapa ayat Al-Qur'an dan surat al-Fatihah, pembacaan surat izin
sebagai legalitas berdirinya Muhammadiyah, dan ditutup dengan doa, sebagai kata
akhir dibacakan surat al-Fatihah.

Susunan pengurus Muhammadiyah:


1. Presiden/Ketua: K.H. Ahmad Dahlan
2. Sekretaris: H. Abdullah Siradj.
3. Anggota:
a. H. Ahmad
b. H. Abdur Rahman
c. H. Muhammad R.
d. H. Djailani
e. H. Anies
f. H. Muhammad Fakih

6. Tujuan Muhammadiyah dan Perkembangannya


Sejak didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke 44 di
Jakarta tahun 2000, rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah mengalami tujuh kali
perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Meski demikian,
perubahan itu tidak merubah substansi awal berdirinya Muhammadiyah.

 Rumusan Pertama:
1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra, di
dalam residen Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
 Rumusan Kedua:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia
Belanda.
2. Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-
sekutunya.
 Rumusan Ketiga:
1. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya,
2. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum, 3. Hendak memajukan pengetahuan dan
kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.
 Rumusan Keempat: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarya.
 Rumusan Kelima: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
 Rumusan Keenam: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama, Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
 Rumusan Ketujuh: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Rangkuman 6
Materi Pertemuan ke-6 : IDENTITAS PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
Identitas Perjuangan Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah dinyatakan sebagai generasi islam dan dakwah amar ma’ruf
nahi munkar serta gerakan tajdid yang beraqidah islam dan bersumber Al-Qur’an dan Sunnah.
Identitas perjuangan muhammadiyah ada 3, yaitu:
1. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Muhammadiyah selalu mendasarkan keyakinan dan cita-
cita hidup pada perinsip-prinsip ajaran islam, karena hanya islam-lah ajaran yang mampu
mengatur tata kehidupan manusia dapat membawa pada kesejahtraan hidup dunia dan akhirat.
Keyakinan ini berdasar pada firman Allah dalam ayat-ayat berikut:

‫ب اِالَّ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َما َج ۤا َءھُ ُم‬


َ ‫اخ تَلَفَ الَّ ِذ ْینَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬ ٰ ‫اِ َّن ال ِّد ْینَ ِع ْن َد‬
ْ ‫هللاّ ِ ا‬
ْ ‫ال ِ ْسالَ ُم ۗ َو َما‬

‫هللاّ َ َس ِر ْی ُع ْال ِح َساب‬


ٰ ‫هللاّ ِ فَاِ َّن‬
ٰ ‫ت‬ ِ ‫ْال ِع ْل ُم بَ ْغی ًۢا بَ ْینَھُ ْم ۗ َو َم ْن یَّ ْكفُرْ بِ ٰا ٰی‬

Terjemah Kemenag 2002 19: Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih
orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian
di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.(QS. Ali ‘imran/3:19).

ْ ‫ال ِ ْسالَ ِم ِد ْینًا فَلَ ْن ُّی ْقبَ َل ِم ْن ۚھُ َوھُ َو فِى ا‬


َ‫ال ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْین‬ ْ ‫َو َم ْن یَّ ْبت َِغ َغی َْر ا‬

Terjemah Kemenag 2002 85: Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan
diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (QS. Ali ‘imran/3:85).
Terjemah Kemenag 2002 3: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah
Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi
barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah/5:3)
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah. Muhammadiyah melakukan dakwah islam melalui
amar ma’ruf nahi munkar, berupa seruan dan ajakan kepada seluruh umat manusia untuk
memahami dan mengamalkan ajaran islam.
Sasaran:
• Untuk Perseorangan, yang telah beragama islam (bersifat permunian) dan belum beragama islam
(seruan/ajakan untuk memeluk agama islam)
• Untuk Masyarakat, dalam rangka perbaikan hidup, bimbingan, peringatan untuk amar ma’ruf
dan nahi munkar.
Terjemah Kemenag 2002 104. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali ‘imran/3:104).
Terjemah Kemenag 2002 110. Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di
antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.(QS. Ali
‘imran/3:110).
Terjemah Kemenag 2002 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. QS. An-Naml/16:125)
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid. Muhammadiyah selalu berupaya melakukan
korelasi dan evaluasi terhadap berbagai pemikiran dan pengamalan keagamaan dalam rangka
“kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah”. Muhammadiyah juga selalu berusaha untuk melakukan
pembaharuan dalam bidang kehidupan sesuai perkembangan jaman tanpa meninggalkan perinsip-
prinsip islam.
Hal ini dilakukan Muhammadiyah karena memahami pesan tersirat dalam firman Allah
berikut:
ّ ٰ ‫هللاّ َ الَ یُ َغیِّ ُر َما بِقَ——وْ ٍم َح‬
‫ت ى یُ َغیِّرُوْ ا َم——ا بِا َ ْنفُ ِس — ِھ ۗ ْم َو اِ َذآ اَ َرا َد‬ ٰ ‫ت ِّم ۢ ْن بَ ْی ِن یَ َد ْی ِھ َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖھ یَحْ فَظُوْ نَھٗ ِم ْن اَ ْم ِر‬
ٰ ‫هللاّ ِ ۗاِ َّن‬ ٌ ‫لَھٗ ُم َعقِّ ٰب‬
ۤ
ٍ ‫هللاّ ُ بِقَوْ ٍم سُوْ ًءا فَالَ َم َر َّد لَھٗ ۚ َو َما لَھُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖھ ِم ْن َّو‬
‫ال‬ ٰ
Terjemah Kemenag 2002 11. Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. .(QS. Ar Ra’d/13:11)

Rangkuman 7
Materi Pertemuan 7: LANDASAN IDEAL MUHAMMADIYAH
LANDASAN IDEAL MUHAMMADIYAH
Landasan normatif bagi pelaksanaan dan aktivitas Muhammadiyah meliputi tiga hal, yaitu
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Ketiga landasan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
a. Sejarah Perumusannya
Kegelisahan Ki Bagus Hadikusumo dalam melihat perkembangan zaman yang terus
maju membawa konsekuensi logis terhadap cita-cita perjuangan Muhammadiyah. Untuk
itulah Ki Bagus merumuskan konsep Muqaddimah Anggaran Dasar untuk dibahas dalam
Muktamar Darurat tahun 1946 di Yogyakarta.
Latar Belakang disusunnya Muqaddimah Angaran Dasar oleh Ki Bagus Hadikusumo
dan kawan-kawannya tersebut, adalah:
(a) Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah;
(b) Adanya kecenderungan kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah yang menampakkan
gejala menurun sebagai akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi;
(c) Semakin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsung atau tidak
langsung berhadapan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah; dan (d) Dorongan
disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI tahun 1945.

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) merupakan rumusan


konsepsi yang bersumberkan AI-Qur'an dan Al-Sunnah Eentang pengabdian manusia kepada
Allah, amal, dan perjuangan setiap manusia muslim.

b. Matan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


Secara lengkap tertuang pada Q.S Al-Fatihah, yang artinya :
Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Penyayang segala puji bagi Allah yang
mengasuh semua alam; yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, yang memegang
pengadilan pada hari kemudian. Hany a kepada Engkazi, hamba menyembah dan hanya
kepada Engkau, hamba mohon pertolongan. Berilah petunjzik kepada hamba akan jalan yang
lempang; jalan orang-orang yang telah Engkan beri kenikmatan; yang tidak dimzirkai dan
tidak tersesat”.
2. Kepribadian Muhammadiyah
a. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian adalah ciri dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan
manifestasi dari jiwa dan semangat Muhammadiyah, yang mewarnai setiap gerak dan langkah
perjuangan Muhammadiyah, harus dimiliki dan dipelihara oleh setiap warga Muhammadiyah.
Upaya penggalian dan perumusan Kepribadian Muhammadiyah berawal dari suatu
Kursus Pimpinan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada
bulan Ramadhan 1381 H, yang diikuti oleh utusan-utusan dari seluruh Pimpinan
Muhammadiyah Daerah (sekarang Pimpinan Daerah Muhammadiyah) se-Indonesia. Salah
satu pembicara dalam kursus itu adalah KH Fakih Oesman, menyampaikan materi tentang
"Apakah Muhammadiyah itu?" Dari sinilah muncul kesadaran akan kebutuhan persyarikatan
terhadap Rumusan Kepribadian Muhammadiyah yang dapat dijadikan sebagai pedoman
perjuangan Muhammadiyah. Oleh karena itu PP Muhammadiyah meminta kepada beberapa
anggotanya untuk membuat rancangan rumusan kepribadian Muhammadiyah. Di samping
KH. Fakih Oesman, beberapa anggota PP Muhammadiyah yang diminta tersebut adalah Prof.
KH. Faried Ma'ruf, Djarnawi Hadikusuma, M. Djindar Tamimy, Dr. Hamka, K. Mh. Wardan,
dan M. Saleh Ibrahim.

b. Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyah


Kepribadian Muhammadiyah memuat 4 (empat) hal yaitu :
1) Apakah Muhammadiyah Itu?
2) Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
3) Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah; dan
4) Sifat Muhammadiyah. Isi dan masing-masing keempat hal tersebut akan diuraikan dalam
paparan berikut:
a. Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksud
geraknya adalah dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua
bidang: perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang
yang pertama terbagi kepada dua golongan, kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan
(tajdzd), yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni. Yang kedua
kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun
dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan dan
bimbingan serta peringatan.
b. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata,
Muhammadiyah mendasarkan gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul
dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu :
1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah;
2) Hidup manusia bermasyarakat;
3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia
dan akhirat;
4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan;
5) Ittiba' kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW; dan
6) Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

c. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan


Muhammadiyah Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka pada apapun yang
diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan
tunggalnya harus berpedoman: "Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya,
bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta
menempuh jalan yang diridlai Allah."

d. Sifat Muhammadiyah
Memperhatikan uraian tersebut di atas tentang:
(a) Apakah Muhammadiyah Itu?,
(b) Dasar Amal Usaha Muhammadiyah, dan
(c) Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah,
maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya, terutama yang
terjalin di bawah ini:
a) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
b) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah;
c) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam;
d) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan;
e) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah
negara yang sah;
f) Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang
baik;
g) Aktif dalam perkembangan masyarakat, dengan maksud: ishlah pembangunan sesuai
dengan ajaran Islam;
h) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya;
i) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan
membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah; dan
j) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
3. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) Muhammadiyah ditetapkan
dalam sidang Tanwir tahun 1969 di Ponorogo. Pada tahun 1970, tepatnya pada Tanwir di
Yogyakarta, rumusan tersebut direvisi dengan sistematika berikut : Bismillahirrahmanirrahim
Rumusan Matan "Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah terdiri dari 5 angka". 5
(lima) angka tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok:
a. Kelompok kesatu: mengandung pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, ialah
angka 1 dan 2, yang berbunyi: Muhammadiyah adalah gerakan Islam, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah SWT
untuk melaksanakan fungsi dan missi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.

b. Kelompok kedua: mengandung persoalan mengenai faham agama menurut


Muhammadiyah, ialah angka 3 dan 4, yang berbunyi : Muhammadiyah dalam
mengamalkan Islam berdasarkan: al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW; Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran al-Qur'an
yang diberikan Nabi Muhammad SAW; dengan menggunakan akal fikiran sesuai jiwa
ajaran Islam.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang:
a) Aqidah;
b) b) Akhlak;
c) c) Ibadah;
d) d) Mu'amalat duniawiyah.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang mumi, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid'ah dan khurafat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi
menurut ajaran Islam.
c. Kelompok ketiga: mengandung persoalan mengenai fungsi dan missi Muhammadiyah
dalam masyarakat Negara Republik Indonesia, ialah angka 5 yang berbunyi :
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk bersama-sama
menjadikan suatu Negara yang adil, makmur dan diridlai Allah SWT baldatun
thayyibatun wo, rabbun ghafur. Lima pokok pikiran MKCH Muhammadiyah di atas dapat
ditempatkan sebagai modifikasi berbagai rumusan sebelumnya yang merupakan
rekonseptualisasi seluruh pemikiran Muhammadiyah yang pernah disusun sebagaimana
telah diuraikan di depan. Kelima pokok pikiran tersebut sebenarnya merupakan kesadaran
beragama dan berbangsa di kalangan Muhammadiyah.

Rangkuman 8
Materi Pertemuan 8: LANDASAN OPERASIONAL MUHAMMADIYAH
LANDASAN OPERASIONAL MUHAMMADIYAH
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perjuangan Muhammadiyah tersebut
dilaksankan melalui gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di seluruh lapangan kehidupan dengan
sasaran umat dakwah dan umat ijabah baik pada level perseorangan maupun masyarakat, sebagaimana
yang menjadi misi persyarikatan sesuai firman Allah dalam surat Ali Imran Ayat 104 .
Muhammadiyah merupakan gerakan umat islam yang lahir di Yogyakarta 18 November 1912.
Yang perkembangannya, terutama sejak tahun 1920 menunjukkan grafik meningkat. Dengan melihat
perkembangan Muhammadiyah ini ada sebagian yang menyebutkan sejarah Indonesia 1925 -1945
adalah sejarah Muhammadiyah.Pernyataan ini menyatakan betapa besar peranan gerakan
Muhammadiyah atau kader-kader Muhammadiyah dalam dinamika sejarah umat dan bangsa ini.
Dalam aspek sosial gerakan Muhammadiyah banyak memberikan kontribusi perkemba ngan umat dan
bangsa. Misalnya Muhammadiyah mempelopori pendirian panti.
A. Landasan Operasional Muhammadiyah
1. AD/ART Muhammadiyah
Anggaran dasar merupakan anggaran pokok yang menyatakan dasar, maksud dan
tujuan organisasi Muhammadiyah, peraturan-peraturan pokok dalam menjalankan organisasi,
dan usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Maksud
dan tujuan yang akan dicapai Muhammadiyah sebagaimana yang dicantumkan dalam AD
pasal 2, Sedangkan usaha -usaha yang harus dilakukan untuk mencapai maksuddan tujuan
tersebut meliputi 17 subsistem sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3, yaitu:
a. Menyebarkan Agama Islam terutama dengan mempergiat dan
menggembirakan tabligh.
b. Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk
mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
c. Memperteguh iman, mempergiat ibadah, mempergiat semangat jihad, memper tinggi
akhlaq.
d. Memajukan dan memperbarui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni serta mempergiat penelitian menurut Islam.
e. Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf serta membangun dan
memelihara tempat ibadah.
f. Meningkatkan harkat dan martabat manusia menurut tuntutan Islam.
g. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia muslim yang
berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
h. Membimbing masyarakat kearah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi
sesuai ajaran Islam.
i. Memelihara, melestarikan,dan memberdayakan kekayaan alam untuk kesejahteraan
masyarakat.
j. Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
k. Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha.
l. Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan wakaf.
m. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong-menolong dalam kebajikan dan
taqwa dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan masyarakat, dan keluarga sejahtera.
n. Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam
Muhammadiyah.
o. Menanamkan kesadaran agar tuntutan dan peraturan Islam diamalkan dalam masyarakat.
p. Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran serta dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
q. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Persyarikatan.6
2. Khittah Perjuangan Muhammadiyah
A. Pengertian Khittah Perjuangan Muhammadiyah
 Khittah artinya garis.
 Khittah Perjuangan Muhammadiyah artinya garis besar perjuangan.
 Khittah mengandung pemikiran perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan
arah perjuangan sebagai landasan berpikir dan landasan amal usaha bagi semua
pimpinan dan anggota Muhammadiyah.
B. Sejarah atau Latar Belakang Pembentukan
Dari setiap periode kepemimpinan Muhammadiyah telah terlahir khittah. Setiap khittah
disusun mengikuti perkembangan masa periode tertentu. Oleh karenanya isi khittah
menyesuaikan dasar dan tujuan Muhammadiyah saat itu. Khittah yang pernah ada dari
sejak Muhammadiyah didirikan sampai sekarang sebagai berikut:
1. Khittah Langkah Duabelas (tahun 1938)
2. Khittah Palembang (tahun 1959)
3. Khittah Perjuangan / Khittah Pnorogo (tahun 1969)
4. Khittah Ujung Pandang (tahun 1971)
5. Khittah Perjuangan / Khittah Surabaya (tahun 1978)
6. Khittah Denpasar (tahun 2002)
C. Maksud dan tujuan
Sebagai tuntunan, pedoman, dan arahan untuk berjuang bagi anggota Muhammadiyah.
D. Fungsi
 Khittah landasan berfikir bagi semua pimpinan dan anggota Muhammadiyah.
 Juga menjadi landasan setiap amal usaha Muhammadiyah. Khittah
Muhammadiyah kemudian dinyatakan oleh persyarikatan yakni merujuk pada
keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 40 di Surabaya tahun 1978,

3. Khittah Muhammadiyah
dirumuskan sebagai berikut:
a. Hakekat Muhammadiyah
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya dinamik dari
dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah menyebabkan
perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidupan masyarakat,
diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, yang menyangkut perubahan
strukturil dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan itu,
senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma„ruf nahi-munkar, serta
menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya
ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya:
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip
gerakannya, seperti yang dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah. Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa menjadi
landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan hubungannya
dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama dengan
golongan Islam lainnya.
b. Muhammadiyah dan Masyarakat Sesuai dengan khittahnya,
Muhammadiyah sebagai Persharikatan memilih dan menempatkan diri sebagai
Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam masyarakat, dengan maksud yang
terutama ialah membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah
Jamaah. Selain itu Muhammadiyah menyeleng-garakan amal-usaha seperti tersebut pada
Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya.
Penyeleng-garaan amal-usaha tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk
mencapai Keyakinan dan Cita-cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan bagi usaha
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
c. Muhammadiyah dan Politik
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya. Dakwah
amar ma ma'ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya,
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil
dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara
Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang
diridhai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang
teguh pada kepribadiannya. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut
merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan
dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.

B. Visi dan Misi Muhammadiyah Visi


Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al – Qur’an dan As –
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin menuju terciptanya / terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar –
benarnya.
Misi Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
memiliki misi :
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan – persoalan kehidupan.
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al – Qur ’ an sebagai kitab
Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia. 4.
Mewujudkan amalan – amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.

Rangkuman 9
Materi 9 : SISTEM GERAKAN MUHAMMADIYAH (IDEOLOGI, SISTEM, DAN STRUKTUR DALAM
MUHAMMADIYAH
SISTEM GERAKAN MUHAMMADIYAH
(IDEOLOGI, SISTEM, DAN STRUKTUR DALAM MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Singkat Muhammadiyah


Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Darwisy atau yanglebih dikenal dengan
K.H. Ahmad Dahlan21 di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November
1912 sebagai tanggapan terhadap berbagaisaran dari sahabat dan murud-muridnya untuk mendirikan
sebuah lembaga yang bersifat permanen Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah
bermula dari beberapa kegelisahan dan keprihatinan sosial religius dan moral. Kegelisahan sosial ini
terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan dari organisasi ini, Muhammadiyah bermaksud untuk mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di mana dibicarakan masalah-
masalah Islam,mendirikan lembaga wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-
brosur, surat-surat kabar dan majalahmajalah.Setelah Muhammadiyah berdiri, selanjutnya pada
tanggal 20 Desember 1912 K.H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk mendapatkan badan hukum (recthtspersoom) bagi Muhammadiyah, namun
permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914 dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 18, tanggal
22 Agustus 1914, izin ini hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh
bergerak di daerah Yogyakarta pula. Untuk menyiasati Pembatasan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta berdiri dengan menggunakan nama
lain, seperti Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Makassar, Ahmadiyah di Garut, dan
perkumpulan SATF (Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah) di Surakarta.Daerah operasi organisasi
Muhammadiyah mulai berkembang pada tahun 1917 setelah Budi Utomo mengadakan kongres di
Yogyakarta. K.H. Ahmad Dahlan sebagai tuan rumah mampu mempesona peserta kongres melalui
pidatonya, dalam kongres itu banyak permintaan untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di Jawa,
pengurus Muhammadiyah menyikapinya dengan menerima permintaan dari beberapa daerah untuk
mendirikan cabang-cabangnya.
Sejak saat itu, Muhammadiyah mulai menampakkan pengaruh yang cukup kuat di Indonesia.
Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyahtidak hanya menangani masalah-masalah
pendidikan saja, tetapi juga melayani berbagai usaha pelayanan masyarakat seperti kesehatan,
pemberian hukum (fatwa), panti asuhan, penyuluhan dan lain-lain. Ini terbukti dengan berdirinya
banyak sekolah, rumah sakit, masjid, rumah yatim, rumah miskin, rumah jompo dan lain sebagainya
yang diprakarsai oleh Muhammadiyah. Selain itu, di dalamkeorganisasian Muhammadiyah sendiri,
banyak pula berdiri majelis, lembaga serta organisasi otonom yang menangani masalah-masalah
keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
B. Ideologi gerakan Muhammadiyah

Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide ataugagasan”. Kata ideologi
berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan“logos” (ilmu logika), seorang filsuf Prancis,
yang menyebut ideologi tentang “ilmutentang ide-ide” yaitu sebagai suatu cara berpikir dalam
memandang kehidupan, yang dibedakannya dengan cara berfikir metafisika dan agama. Ali Syari’ati
mengatakan bahwa ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita - cita yang dianut oleh kelompok
tertentu, kelas sosial tertentu atau suatu bangsa, dan ras tertentu.

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, dapat diketahui bahwa ideologi merupakan sistem
paham seseorang atau sekelompok orang yang mengandung konsep, cara berpikir, dan cita-cita
perjuangan mengenai kehidupan. Dari berbagai pendapat itu pulalah disimpulkan bahwa Unsur pokok
ideologi ada tiga, yaitu:
1. Adanya suatu realitas hidup yang diyakini kebenarannya secara mutlak
2. Adanya tujuan hidup yang dicita-citakan
3. Adanya cara atau program aksi yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diyakininya guna
mewujudkan terealisasinya tujuan hidup yang dicita-citakan.
Dilihat dari fungsinya yang diperankannya, sebenarnya ideologi tidak lebih dari suatu
instrumental, adalah alat penjelas yang ketat, yang dibutuhkan guna mengarahkan pikiran dan
tindakan secara efisien bagi para pendukungnya.Dalam Muhammadiyah, ideologi dapat dipahami
sebagai sistem paham atau keyakinan dan teori perjuangan untuk mengimplementasikan ajaran Islam
dalam kehidupan umat melalui gerakan sosial-keagamaan.
Konsep ideologi dalam Muhammadiyah bersifat mendasar, yaitumenyangkut dan diistilahkan
dengan “Keyakinan dan Cita-cita Hidup”. IdeologiMuhammadiyah bukan sekedar seperangkat paham
atau pemikiran belaka, tetapijuga teori dan strategi perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut
dalamkehidupan. Ideologi Muhammadiyah ialah “sistem keyakinan, cita-cita, danperjuangan
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mewujudkanmasyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Adapun isi atau kandungan ideolog I Muhammadiyah tersebut ialah :
a. Paham Islam atau paham agama dalamMuhammadiyah
b. Hakikat Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, dan
c. Misi, fungsi, dan Strategi perjuangan Muhammadiyah. Jadi tidak perlu membahas
d. ideologi dipisahkan dari strategi perjuangan, yang dalam Muhammadiyah dikenal
e. Khittah Perjuangan Muhammadiyah.

C. Struktur Organisasi Muhammadiyah

Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah Jaringan kelembagaan Muhammadiyah terdiri dari Pimpinan


Pusat, Pimpinaan Wilayah, Pimpinaan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan Jama'ah
Muhammadiyah.
a. Pembantu Pimpinan Persyarikatan
b. Majelis Sebagai pembantu pimpinan
Maka dibentuklah beberapa majelis yang bertugas sebagai penyelenggara amal usaha,
program, dan kegiatan pokok dalam bidang tertentu sesuai dengan kebijakan Pimpinan
Persyarikatan masing-masing tingkat. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat masing-masing sesuai dengan
kebutuhan. ini berarti bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap jenjang organisasiMuhammadiyah
(tingkat pusat sampai pada tingkat cabang). Saat ini Muhammadiyah telah memiliki 13 majelis,
antara lain: Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh, Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah, Majelis Pendidikan Kader, Majelis Pelayanan Sosial, Majelis
Ekonomi dan Kewirausahaan, Majelis Pemberdayaan Masyarakat Majelis PembinaKesehatan
Umum, Majelis Pustaka dan Informasi, Majelis Lingkungan Hidup, Majelis Hukum Dan Hak
Asasi Manusia, Majelis Wakaf dan Kehartabendaan.

c. Lembaga
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung yang tidak
operasional atau tidak langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan Muhammadiyah.
Lembaga berkedudukan di tingkat pusat dan dibentuk oleh Pimpinan Pusat, apabila dipandang
perlu, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah dapat membentuk Lembaga dengan persetujuan
Pimpinan Persyarikatan setingkat di atasnya. Adapun lembaga yang telah dimiliki oleh
Muhammadiyah, antara lain: Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting, Lembaga Pembina
dan Pengawasan Keuangan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Penanganan
Bencana, Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah, Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Lembaga
Seni Budaya dan Olahraga, Lembaga Hubungan dan Kerjasama International.

d. Organisasi Otonom
Organisasi Otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki
wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan
Muhammadiyah. Organisasi otonom diberi hak mengatur rumahtangganya sendiri untuk membina
bidang-bidang tertentu dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah. Setiap
organisasi otonom memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) masing-
masing, mempunyai anggota dan struktur vertical, serta mempunyai tata cara atau prosedur kerja
dan hubungan organisasi sendiri. Tujuan dibentuknya organisasi otonom adalah untuk:
e. Efisiensi Persyarikatan
f. Dinamika Persyarikatan
Pengembangan persyarikatan Adapun organisasi otonom yang telah dimiliki oleh
Muhammadiyah, antara lain: Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiyatul Aisyiyah, Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Hizbul Wathan dan Tapak Suci

Rangkuman 10
Materi 10: MAJELIS - MAJELIS DALAM MUHAMMADIYAH
MAJELIS - MAJELIS DALAM MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Majelis
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
muhammadiyah. Majelis sendiri dbentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang ditingkat masing - masing sesuai dengan kebutuhan. Majelis dapat
dibentuk pada tiap jenjang organisasi Muhammadiyah (tingkat Pusat samapai pada tingkat
Daerah).

B. Majelis - Majelis Muhammadiyah

i. Macam - Macam Majelis Muhammadiyah diantaranya


1. Majelis Tabligh
2. Majelis Tarjih dan Tajdid
3. Majelis Pendidikan Tinggi
4. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Majelis Pendidikan Kader
6. Majelis Pembina Kesehatan Umum
7. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
8. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
9. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
10. Majelis Pustaka dan Informasi
11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
12. Majelis Pelayanan Sosial
13. Majelis Lingkungan Hidup

a. Fungsi dan Tugas Majelis Muhammadiyah

1. Majelis Tabligh

Majelis Tabliqh dan Dakwah Khusus memiliki rencana strategis untuk: Meningkatkan
kuantitas dan kualitas peran Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah kemasyarakatan yang
berpengaruh langsung dalam menciptakan masyarakat Islami sebagai perwujudan dari partisipasi
aktif Muhammadiyah dalam pembangunan umat dan bangsa untuk mencapai tujuan
Muhammadiyah.Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok untuk :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas dakwah dalam segala dimensi kehidupan sesuai dengan
prinsip gerakan Muhammadiyah.
b. Meningkatkan mutu dan kompetensi mubaligh Muhammadiyah.
c. Memperluas jangkauan dakwah agar mampu menyentuh berbagai level dan jenis kelompok
masyarakat.
d. Mengembangkan dan menerapkan dakwah multimedia baik media lokal, maupun media
dengan muatan teknologi baru.
e. Melakukan evaluasi dan memperbaiki konsep dan implementasi proyek-proyek dakwah
Muhammadiyah, seperti dakwah jamaah, dakwah kultural dan sebagainya, agar kembali
berjalan secara efektif.
f. Mengembangkan metode dan praktek pembinaan kehidupan Islami dalam masyarakat.

2. Majelis Tarjih dan Tajdid

Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan tarjih, tajdid, dan
pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-dinamis dalam
kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan perkembangan
sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi sumber pemikiran,
moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat
kompleks.

Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok:


a. Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam
kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks.
b. Mensistematisasi metodologi pemikiran dan pengalaman Islam sebagai prinsip gerakan
tajdid dalam gerakan Muhammadiyah.
c. Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan pemikiran Islam untuk
selalu proaktif dalam menjawab masalah riil masyarakat yang sedang berkembang.
d. Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan pemikiran keislaman
Muhammadiyah ke seluruh lapisan masyarakat.
e. Membentuk dan mengembangkan pusat penelitian, kajian, dan informasi bidang tajdid
pemikiran Islam yang terpadu dengan bidang lain.

3. Majelis Pendidikan Tinggi


Sebagai pelaksanaan dari geras besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama Majelis
Dikdasmen, Majelis Dikti memiliki tugas untuk:
a. Membngaun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab
ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi
masa depan pendidikan yang lebih kompleks.
b. Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan, dan kaderisasi dalam
seluruh sistem pendidikan Muhammadiyah.
c. Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat
keunggulan dengan menyusun standar mutu.
d. Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha
pendidikan Muhammadiyah.
e. Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program
pengembangan masyarakat.
f. Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-Qur’an dan Sunnah.
g. Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai
basis bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan Persyarikatan.
h. Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga serta pusat-pusat penelitian dan
pengembangan di lingkungan Persyarikatan.

4. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah


Sebagai pelaksanaan dari garis besar program bidang pendidikan, maka bersama-sama dengan
Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis Dikdasmen memiliki tugas untuk:
a. Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan
pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan
pendidikan yang lebih kompleks.
b. Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan, dan kaderisasi dalam
seluruh sistem pendidikan Muhammadiyah.
c. Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat
keunggulan dengan menyusun standar mutu.
d. Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan
Muhammadiyah.
e. Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program
pengembangan masyarakat.
f. Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-Qur’an dan Sunnah.

5. Majelis Pendidikan Kader


Rencana strategis bidang Kaderisasi adalah membangun kekuatan dan kualitas pelaku
gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi
yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan. Berdasarkan garis besar program, MPK memiliki
tugas-tugas antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek, meliputi materi, pengelolaan, metode,
strategi, dan orientasi perkaderan agar lebih relevan dan kompatibel dengan kepentingan dan
kebutuhan para kader.
b. Meningkatkan kompetensi kader yang meliputi kompetensi akademis dan intelektual, kompetensi
keberagamaan, dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna menghadapi tantangan organisasi masa
depan.
c. Melaksanakan transformasi kader secara terarah dan kontinyu guna memberi peluang bagi kader
dalam mengaktualisasikan potensi dan kompetensinya di Muhammadiyah, serta memperluas
akses ke berbagai bidang dan profesi di luar Persyarikatan.
d. Melakukan pemberdayaan AMM yang terdiri dari tiga unsur, yaitu anggota organisasi-organisasi
otonom angkatan muda Muhammadiyah, anggota keluarga warga Muhammadiyah dan pelajar /
mahasiswa serta lulusan lembaga pendidikan Muhammadiyah.
e. Melaksanakan penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah.
f. Melaksanakan pemantapan dan peningkatan pembinaan dan ideologi gerakan di kalangan kader,
pimpinan, dan anggota Persyarikatan sebagai basis solidaritas dan kekuatan perjuangan dalam
mewujudkan tujuan Muhammadiyah.

6. Majelis Pembina Kesehatan Umum


Rencana strategis bidang Kesehatan, Kesejahteraan, dan Pemberdayaan Masyarakat adalah
Mengembangkan dan memperluas kekuatan basis gerakan Muhammadiyah yang terletak pada pusat
“Penolong Kesengsaraan Oemoem” sehingga menjadi tenda besar bagi pelayanan dan keberpihakan
sosial Muhammadiyah secara terpadu dan lebih luas. Berdasarkan garis besar program, Majelis ini
mempunyai tugas-tugas antara lain sebagai berikut:
a. Mendorong pelayanan terpadu bidang kesehatan yang menekankan pada kesehatan fisik, jiwa,
iman, hukum dan sosial.
b. Mengembangkan konsep jalinan dan keterpaduan antara pelayanan sosial kesehatan
Muhammadiyah dengan masyarakat dalam rangka mengembangkan misi Islam dan
Muhammadiyah.
c. Membangun jaringan pelayanan sosial dan kesehatan Muhammadiyah yang mendorong bagi
terciptanya daya dukung kekuatan pelayanan yang kuat, strategis dan cepat kepada masyarakat.
d. Membuat dan mengembangkan pusat penelitian, pengembangan, data, informasi dan crisis center
kesejahteraan masyarakat sebagai peta dasar dan tindakan strategis dalam memberikan pelayanan
sosial Muhammadiyah di masyarakat.
e. Menghidupkan suasana ke-Islaman dan dakwah dalam setiap memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
7. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
MPM adalah “produk baru” sebagai hasil keputusan Muktamar ke-45 di Malang tahun
2005.Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas-tugas antara lain sebagai
berikut:
a. Membuat prioritas penanganan masalah dalam memberikan pelayanan kesejahteraan masyarakat
berdsarkan kebutuhan masyarakat.
b. Mengembangkan alternatif-alternatif baru program pengembangan masyarakat untuk berbagai
level dan jenis kelompok masyarakat.
c. Mengintegrasikan kerja Persyarikatan dan Amal Usaha dalam program pengembangan
masyarakat.
d. Mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat untuk komunitas buruh, tani, nelayan,
dan kaum marjinal di perkotaan maupun pedesaan.
e. Meningkatkan dan memperluas jangkauan program pemberdayaan masyarakat di lingkungan
komunitas petani, buruh, nelayan, dan mereka yang mengalami marjinalisasi sosial perkotaan
maupun pedesaan.
f. Madukan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan dakwah yang membawa
kemajuan.

8. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

Rencana strategis bidang Wakaf, ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah), dan Pemberdayaan Ekonom
adalah: Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas problem
kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan pada masyarakat bawah melalui berbagai program yang
dikembangkan Muhammadiyah.Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok
antara lain:
a. Peningkatan pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) dan akuntabilitasnya sehingga
menjadi penyangga kekuatan gerakan pemberdayaan umat.
b. Peningkatan mutu pengelolaan wakaf dan perkuasan gerakan sertifikasi tanah-tanah wakaf di
lingkungan Persyarikatan.
c. Pengembangan bentuk wakaf dalam bentuk wakaf tunai dan wakaf produktif.

9. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan

Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Menciptakan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi sebagai usaha untuk mengevaluasi
dan merancang program pemberdayaan ekonomi ummat yang efektif.
b. Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai
wujud cita-cita kemandirian ekonomi ummat.
c. Menegaskan keberpihakan Muhammadiyah terhadap usaha-usaha ekonomi dalam membangun
kekuatan masyarakat kecil yang dhu’afa dan mustadh’afin melalui kegiatan-kegiatan ekonomi
alternatif.
d. Mengupayakan terlaksananya ekonomi syariah yang lebih kuat, terorganisasi dan tersistem.

10. Majelis Pustaka dan Informasi


Berdasarkan garis besar program, majelis ini mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Mengoptimalkan pemanfaatan multimedia dan teknologi informasi untuk menopang aktivitas
Persyarikatan meliputi media elektronik, dalam hal ini radio dan televisi, media internet dan
mobile devices, media cetak, dan lain-lain.
b. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan yang berfungsi untuk pengembangan
pengetahuan dan informasi warga Persyarikatan dan masyarakat luas.
c. Melaksanakan pelatihan pustakawan dan public relations dalam menunjang pelayanan dan fungsi-
fungsi tugas Persyarikatan.
d. Meningkatkan pelayanan publikasi baik yang bersifat cetak maupun elektronik sebagai bagian
penting dalam pengembangan syi’ar Persyarikatan.

11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia

Berdasarkan garis besar program, majelis ini mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang hak asasi manusia dan demokrasi, termasuk
lewat jalur pendidikan.
b. Mengupayakan advokasi publik yang menyangkut kebijakan yang bersentuhan dengan
kepentingan rakyat banyak.

12. Majelis Pelayanan Sosial

13. Majelis Lingkungan Hidup

Berdasarkan garis besar program, majelis ini mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Mengembangkan aktivitas pendidikan dan dakwah lingkungan yang dimotori oleh majelis terkait,
guna memberi pengertian tentang pengelolaan lingkungan yang benar dan membangun kesadaran
tentang pentingnya kelestarian lingkungan hidup.
b. Mendorong tumbuhnya kesadaran baru etika lingkungan di kalangan masyarakat luas, termasuk
dunia usaha, yang cenderung mengabaikan etika lingkungan.
c. Melakukan kampanye sadar lingkungan secara luas bekerjasama dengan berbagai instansi, baik
pemerintah maupun swasta.

Rangkuman 11
Materi: LEMBAGA-LEMBAGA DALAM MUHAMMADIYAH

LEMBAGA-LEMBAGA DALAM MUHAMMADIYAH


A. Pengertian Lembaga
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung yang tidak
operasional atau tidak langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan Muhammadiyah.

B. Lembaga-Lembaga Dalam Muhammadiyah


1. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
Lembaga ini di bentuk untuk melakukan penguatan kembali Ranting sebagai basis gerakan
melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ranting baru menuju
kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah. Lembaga Pengembangan Cabang dan
Ranting adalah lembaga fasilitator yang bertugas melakukan pengondisian bagi pengembangan
Cabang dan Ranting.
2. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
 Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK) memiliki fungsi dan tugas yaitu ;
 Menyusun dan memasyarakatkan sistem pengelolaan keuangan Persyarikatan, Pembantu
Pimpinan dan Amal Usahanya.
 Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan Persyarikatan, Pembantu Pimpinan dan
Amal Usahanya.
 Melakukan kajian tentang sistem keuangan umum sebagai pertimbangan bagi Pimpinan
Persyarikatan dalam kebijakan keuangan.

3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan


 Fungsi dan tugas lembaga penelitian dan pengembangan adalah :
 Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kemajuan dan pengembangan
jaringan penelitian di dalam dan luar negeri
 Mendorong inovasi, kreativitas, dan penemuan program baru di bidang IPTEK yang
bermanfaat
 Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang Muhammadiyah

4. Lembaga Penanggulangan Bencana


 Lembaga yang bertugas mengkoordinasikan sumber daya Muhammadiyah dalam kegiatan
penanggulangan bencana oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pasca Muktamar tahun
2010.
 Penanggulangan bencana baik pada kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan , tanggap darurat
dan juga rehabilitasi

5. Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah


LAZISMUH berugas membantu Pimpinan Persyarikatan dalam penerimaan, penampungan,
dan penyaluran dana dari zakat. Infaq dan shadaqah dari masyarakat Islam dan warga
Muhammadiyah.

6. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik


 Fungsi dan tugas dari lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik adalah:
 Mengembangkan lembaga khusus sebagai kelompok pemikir
 Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam upaya penguatan masyarakat sipil serta
penegakan demokrasi dan hak asasi manusia
 Meneruskan gerakan anti korupsi dengan memanfaatkan kerjasama yang telah dirintis
selama ini.
 Membangun jalinan yang sinergis sengan kader dan simpatisan Muhammadiyah yang
berada di lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif.
 Meluaskan pendidikan kewarganegaraan (civic education).
7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
 Fungsi dan tugas dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga adalah:
 Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan dan pariwisata yang Islami dan
memberikan nuansa kehalusan budi dan spiritual Islami dalam kehidupan warga
Persyarikatan, umat dan masyarakat luas.
 Memproduksi film, buku dan seni pertunjukkan yang membawa pesan kerisalahan dan
peradaban Islami.
 Melakukan kajian dan kritik terhadap praktik-praktik kesenian dan berbagai publikasi yang
bertengtangan dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islami serta merusak akhlak dan
peradaban manusia.
8. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
 Berdasarkan garis besar program, Lembaga ini mempunyai tugas pokok antara lain:
 Mengembangkan kerjasma yang harmonis dan saling menguntungkan dengan berbagai
instansi, baik pemerintan maupun swasta, serta dalam maupun luar negeri, untuk
mendukung gerak Persyarikatan.
 Berperan aktif dalam upaya membangun tata dunia baru yang adil dan beradaban
 Mengembangan kerjasama dengan berbagi pihak, baik dalam maupun luar negeri, dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan umat islam guna mengejar ketertinggalan dalam
berbagai bidang.
 Mengefektifkan kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam maupun luar negeri,
guna meningkatkan peran Muhammadiyah dan umat Islam secara lebih luas.

Rangkuman 12
Materi: ORGANISASI OTONOM DALAM MUHAMMADIYAH

ORGANISASI OTONOM DALAM MUHAMMADIYAH

A. Aisyiyah
Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam,
dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid yang berasas Islam serta bersumber kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
 VISI IDEAL
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
 VISI PENGEMBANGAN
Tercapainya usaha-usaha ‘Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar
ma’ruf nahi munkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani.

Misi ‘Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan, meliputi:
a. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan
serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
b. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai dengan ajaran Islam.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
d. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak.
e. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, membangun dan
memelihara tempat ibadah serta amal usaha yang lain.
f. Membina Angkatan Muda Muhammadiyah Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan ‘Aisyiyah.
g. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menggairahkan penelitian.
Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
h. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan
masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
i. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran, serta memupuk
semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
j. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat
baik dalam dan luar negeri.
k. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi.

B. Tapak Suci Putra Muhammadiyah


Berdirinya Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Sekitar tahun 1925 s/d 1951 di kampong Kauman banyak berkembang aliran pancake silat
yang berbau ajaran Islam maupun yang menyimpang dari ajaran Islam. Kemudian bermula dari
desakan anak, murid perguruan Kasedu kepada Pendekar Moh.Barie Irsjad, agar dapat didirikan satu
perguruan yyang menggabungkan semua perguruan yang sejalur.
Dengan pengertian bahwa kekuatan dapat disatukan dan tidak ada lagi lahirnya perguruan
dari aliran yang sama, pendekar Moh. Barie dapat menerima itu.
Dalam menyiapkan segala sesuatunya untuk berdirinya perguruan, dibentuk 2(dua) tim, yaitu:
 Tim Organisasi diketuai oleh Irfan Nadjam.
 Tim perguruan diketuai oleh Moh. Rustam Djunda.
Lahirnya Tapak Suci secara resmi pada tanggal 31 Juli 1963 bertepatan dengan tanggal 10 Rabi’ul
Awwal 1383 H. Kelahiran perguruan Tapak Suci ditandai dengan sebuah pertemuan terbuka yang
dihadiri segenap tokoh-tokoh persilatan dari masyarakat umum, yang bertempay di Gedung Pesantren
Aisyiyah Kauman Yogyakarta.
C. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
o Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di
bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan.
o Tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia
dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
o Susunan organisasi IMM dibuat secara berjenjang dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat,
Dewan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Komisariat. Dewan Pimpinan Pusat adatah
tingkat pimpinan tertinggi di IMM yang menjangkau ruang lingkup nasional. Dewan
Pimpinan Daerah adatah pimpinan organisasi yang menjangkau suatu kesatuan wilayah
tertentu yang terdiri dari cabang-cabang IMM. Pimpinan Cabang adalah pimpinan organisasi
yang menjangkau satu kesatuan komisariat IMM. Komisariat IMM adatah kesatuan anggota-
anggota IMM dalam sebuah perguruan tinggi atau kelompok tertentu. Saat ini, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai
berikut:
a. Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa.
b. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
c. Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah.
d. Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
e. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa,
ummat, dan persyarikatan.

D. Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang
merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pemuda, beraqidah Islam,
dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasul. Organisasi ini didirikan dengan maksud dan tujuan
untuk menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta meningkatkan
perannya sebagai  kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.
Awal berdirinya yaitu berasal dari “Hizbul Wathan” yaitu tentara tanah air yang dipelopori
oleh KH. Muhtar tahun 1920, Anggotanya adalah angkatan muda dan remaja yang dididik
ketrampilan kepanduan, keagamaan, kemasyarakatan, dan social pendidikan. Dalam
perkembangannya, tahun 1932 atas keputusan konggres ke-21 di Makasar ditetapkan berdirinya
“Pemuda Muhammadiyah”, dan baru diberi otonomi ppenuh sejak Muktamar ke-37 di Yogyakarta
tahun 1968.
Pemuda Muhammadiyah Persyarikatan Muhammadiyah diberi tugas sebagai berikut:
1. Menanamkan kesadaran dan pentingnya peranan putra putri muhammadiyah sebagai
pelangsung gerakan
2. Muhammadiyah serta kesadaran organisasi.Mendorong terbentuknya organisasi/gerakan
pemuda sebagai tempat bagi putra putri Muhammadiyah yang berdiri sendiri dalam
pengayoman Muhammadiyah yang berbentuk pengkhususan.
3. Memberi bantuan bimbingan dan pengayoman kepada organisasi-organisasi tersebut serta
menjadi penghubung aktif secara timbal balik.
4. Memimpin dan menyelenggarakan musyawarah kerja.

E. Nasyiyatul Aisyiyah
Berdirinya Nasyiatul Aisyiyah bermula dari ide Somodirjo dalam usahanya untuk memajukan
Muhammadiyah dengan mengadakan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra
putri Standar School Muhammadiyah denagn nama Siswa Praja (SP) pada tahun 1919.
Tujuan terbentuknya Siswa Praja adalah:
a. Menanamkan rasa persatuan
b. Memperbaiki Akhlak; dan
c. Memperdalam agama.
Nasyiah Aisyiyah sendiri adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan
gerakan putri Islam bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.
Dalam melaksanakan usahanya menuju terbentuknya pribadi putri Islam yang berarti bagi agama,
bangsa, dan negara, serta menjalankan fungsinya sebagai kader umat, Nasyiah mendasarkan usaha
dan perjuangannya diatas prinsip-prinsip yang terkandung didalam Angggaran Dasarnya, yaitu:
1. Hidup manusia berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT.
2. Menunaikan kewajiban terhadap agama, bangsa, dan negara serta rumah tangga,
agar terwujud masyarakat yang indah, bersih, suci, dan makmur dibawah lindungan Allah yang
Maha pengampun.
3. Berakhlak mulia, memurnikan agama, suka dan ikhlas bekerja karena Allah serta
senantiasa berjuang dengan gembira.
4. Melancarkan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.
5. Melancarkan amal usaha dan perjuangan, serta meningkatkan fungsi dan peran
Nasyiah Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung Muhammadiyah/Aisyiyah.
F. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah telah dirintis sejak


tahun 1919. Akan tetapi selalu saja mendapat halangan dan rintangan dari berbagai pihak, termasuk
oleh Muhammadiyah sendiri. Aktivitas pelajar Muhammadiyah untuk membentuk kader organisasi
Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mendapat titik –titik terang dan mulai menunjukkan
keberhasilannya, yaitu ketika pada tahun 1958, Konferensi Pemuda Muhammdiyah di garut
menempatkan organisasi pelajar Muhammmadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah.
Maksud dan Tujuan IPM “Terbentuknya pelajar muslim yang berakhlaq mulia,berilmu
dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam
sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya”.

G. Hizbul Wathan

Hizbul Wathan yang artinya pembela tanah air adalah suatu gerakan kepanduan dalam
Muhammadiyah. Pandu HW didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1918, denagn nama
Padvinder Muhammadiyah. Tokoh perintisnya yang terkenal adalah Siraj Dahlan dan Sarbini. Atas
usul KH. Agus Salim istilah Belanda, Padvinder di Indonesiakan menjadi “Kepanduan
Muhammadiyah”. Pada tahun 1920, atas usul KH. R. Hajid kepanduan Muhammadiyah dinamakan
Pandu Hizbul Wathan (Pandu HW0.

Sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, maka struktur HW sejalan denagn struktur organisasi
Persyarikatan yang disusun berjenjang dari tingkat pusat sampai ke ranting.

Identitas Kepanduan Hizbul Wathon:


a. Kepanduan Hizbul Wathon adalah system pendidikan anak, remaja, dan pemuda diluar
lingkungan keluarga dan sekolah, dalam membentuk warga masyarakat Islami yang berguna
dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
b. Gerakan kepanduan Hizbul Wathon adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang
mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda agar menjadi warga masyarakat yang
mandiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang Islami.
Sifat Kepanduan Hizbul Wathon (HW):
a. Terbuka, artinya dapat menerima siapa saja yang memenuhi syarat menjadi anggota.
b. Sukarela, artinya tidaka da paksaan atau perintah untuk menajdi anggota.
c. Nasional, artinya diperuntukan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam rangka
mencerdaskan bangsa.
d. Islami, sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan
visi Persyarikatan.
Rangkuman 13
Materi: MUHAMMADIYAH DAN KIPRAH SOSIAL KEMASYARAKATAN
MUHAMMADIYAH DAN KIPRAH SOSIAL KEMASYARAKATAN
A. MUHAMMADIYAH DAN KIPRAH SOSIAL KEMASYARAKATAN

Muhammadiyah adalah organisasi Islam tertua di Indonesia yang hingga sekarang masih tetap berdiri
kokoh. Muhammadiyah juga telah menunjukkan kiprahnya dalam membangun masyarakat Indonesia
di seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, banyak atribut yang di alamatkan kepada
Muhammadiyah. Antara lain, adalah bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis,
gerakan pendidikan, gerakan ekonomi, gerakan sosial-keagamaan, gerakan pembaharu; dan bahkan
sebagai gerakan politik. Muhammadiyah juga diberiatribut sebagai gerakan pembaharu yang berarti
senantiasa melakukan pembaharuan-pembaharuan terhadap ajaran Islam, sehingga Islam selalu sesuai
dengan perkembangan zaman.
Muhammadiyah juga disebut sebagai gerakan politik meskipun bukan sebagai organisasi politik dan
tidak membentuk partai politik, namun memiliki pengaruh dalam kebijakan politik di Indonesia.

B. Muhammadiyah dan Pendidikan


Menurut Ahmad Dahlan, nilai dasar pendidikan yang perlu ditegakkan dan dilaksanakan untuk
membangun bangsa yang besar adalah:
1. Pendidikan Akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan al-
Qur'an dan Sunnah;
2. Pendidikan Individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh,
yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, keyakinan dan inteiek, perasaan
dan akal, dunia dan akhirat; dan
3. Pendidikan Sosial, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup
bermasyarakat.
Lembaga pendidikan yang didirikan Muhammadiyah terus berkembang. Bahkan boleh dikatakan
sebagai "raksasa pendidikan" dan yang bisa mengimbangi jumlah pendidikan milik
Muhammadiyah hanya negara.

C. Muhammadiyah dan Sosial-Budaya


Pada tahun 1917, Muhammadiyah mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama "Pengajian
Malam Jumat". Pengajian ini merupakan forum dialog dan tukar pikiran antar keluarga dan warga
Muhammadiyah sendiri dengan anggota masyarakat yang menaruh simpati terhadap gerakan dan
tujuan Muhammadiyah.
Pendidikan kaum dhu'afa yang selama ini telah dilaksanakan oleh Muhammadiyah perlu ditingkatkan
dan diitensifkan yang ditujukan kepada prinsip "memberi kail, bukan memberi ikan" terbadap
individu dan atau kelompok masyarakat dengan mengusahakan faktor-faktor produksi yang terdiri
dari: (1) lahan, (2) modal, (3) managemen, dan (4) teknologi.
1. Menyantuni Anak Yatim
2. Mengembangkan Seni Budaya

D. Muhammadiyah dan Ekonomi


Kegiatan ekonomi untuk memperkuat finansial bagi sebuah organisasi. Seperti Muhammadiyah, pada
hakikatnya merupakan bagian terpenting untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah dalam
mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi Persyarikatan Muhammadiyah juga akan
berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan
mengatasi problem pengangguran yang semakin besar, dan angka kemiskinan yang makin
membengkak yang dapat mengancam eksistensi iman.
Program pembinaan ekonomi umat merupakan kepedulian sejak lama, karena memang konstituen
Muhammadiyah sejak dahulu adalah kaum pengusaha, pedagang, dan kalangan Islam kota. Kaum
wirausahawan reformis malah sejak lama merupakan perintis perdagangan dan industri di katangan
pribumi.
Pada dasarnya, Majelis Pembina Ekonomi membina ekonomi umat melalui tiga jalur,
yaitu :
1. Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang merepresentasikan kekuatan ekonomi
organisasi Muhammadiyah;
2. Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah; dan
3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang ekonomi dengan mengembangkan usaha-
usaha milik anggota Muhammadiyah.
Dalam mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki aset atau sumberdaya yang bisa
dijadikan modal. Aset pertama, adalah sumber daya manusia, yaitu anggota Muhammadiyah sendiri,
baik sebagai produsen, distributor maupun konsumen. Kedua, kelembagaan amal usaha yang telah
didirikan, yaitu berupa sekolah, universitas, lembaga latihan, poliklinik, rumah sakit dan panti asuhan
yatim piatu. Ketiga, organisasi Muhammadiyah itu sendiri sejak dari pusat, wilayah, daerah, cabang
dan ranting.

E. Muhammadiyah dan Politik


Pembicaraan mengenai relasi dakwah dan politik bukanlah hal baru di Muhammadiyah. Bahkan dapat
dikatakan bahwa "perdebatan" ini telah muncul di awal-awal kelahiran Muhammadiyah itu sendiri.
Pembuktiannya secara otentik dapat ditelusuri dalam penuturan KRH Hadjid yang sanad-nya
muttashil kepada KH Ahmad Dahlan.
Dalam Khitthah Perjuangan Muhammadiyah berdasarkan Keputusan Muktamar ke-40 di Surabaya
menerangkan sebagai berikut :
1. Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: Dengan dakwah amar
ma'ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya
2. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam
masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan Muhammadiyah.

Rangkuman 14
Materi: MUHAMMADIYAH DAN KIPRAH SOSIAL KEMASYARAKATAN (BAGIAN 2)

MUHAMMADIYAH DAN TANTANGAN GHAZWUL FIKRI


A. Ghazwul Fikri : Mitos atau Realitas ?
Ghazwul Fikri berasal dari kata “al-ghazw” dan “al-fikr” diartikan sebagai perang pemikiran. di
kalangan Islam terdapat perbedaan dalam menyikapi istilah Ghazwul Fikri.
 Ghazwul Fikri adalah mitos belaka, karena perbedaan pemikiran adalah sesuatu yang lumrah
terjadi, yang tidak perlu dipersoalkan, sehingga terjadinya saling mempengaruhi antara
pemikiran yang satu dengan yang lain merupakan hal yang biasa, karena semua pemikiran
manusia memiliki kesamaan dan kesetaraan.
 Ghazwul Fikri adalah benar adanya. Hal itu disebabkan oleh sebuah pandangan bahwa
pemikiran seseorang tidak bisa lepas dari pandangan hidupnya. Pandangan hidup adalah refleksi
kehidupan manusia yang bersumber dari kultur, agama, kepercayaan, filsafat, ras dan
sebagainya.
B. Benturan Peradaban Barat dan Islam
Skenario clash of civilisation dari Samuel Huntington merupakan mata rantai dari upaya hegemoni
peradaban dan pandangan hidup Barat atas peradaban Timur, termasuk dan terutama Islam. Semakin
menguatkan hegemoni Barat tersebut pada abad ini, menunjukkan bahwa yang terjadi saat ini adalah
perang pemikiran antara peradaban Islam dan kebudayaan Barat, atau pandangan hidup Islam dan
pandangan hidup Barat.
Tests dan skenario Huntington merupakan pengakuan dan legitimasi bahwa antara peradaban Barat
dan Islam terdapat perbedaan. perbedaan yang diasumsikan mengakibatkan ketegangan, benturan,
konflik, atau pun peperangan di masa depan, sebenarnya telah terjadi di masa lalu dan masa kini.
bukan sekedar ramalan dan khayalan, tetapi realitas konkret yang perlu diantisipasi atau setidaknya
direduksi dampaknya. Eksposisi Huntington yang mengatakan bahwa konflik yang terjadi bukanlah
konflik agama dan ideologi, tetapi konflik kultur dan peradaban. Akan tetapi, harus disadari bahwa
konflik peradaban adalah konflik pandangan hidup. Maka istilah ghazwul fikri adalah lebih relevan,
karena saat ini peradaban Barat dengan pandangan hidupnya. begitu gencar mempengaruhi,
menyerang atau menghegemoni peradaban Islam dengan seluruh seginya.
C. Perbedaan Paradigma Pandangan Hidup Islam Dan Barat
1. Pandangan Hidup Islam
 Asas : Wahyu (Al-Our'an dan al-hadits) akal pengalaman dan intuisi.
 Pendekatan : Tauhid.
 Sifat : oritentasi dan finalitas.
 Makna realitas dan kebenaran : berdasar pada kajian metafisir atas dasar wahyu.
 Objek Kajian : invisible dan visible.
 Elemen-elemen : konsep Tuhan, konsep wahyu, manusia, ilmu, agama, kebebasan
(ikhtiyar) nilai-nilai moralitas.
AGAMA SEBAGAI ASAS SELURUH ELEMEN PERADABAN

2. Pandangan Hidup Barat


 Asas : Rasional, spekulatif, filosofis.
 Pendekatan : Dichotomis (materialisme dan idelisme).
 Sifat : Rasionalitas, terbuka dan selalu berubah.
 Makna realitas dan kebenaran : Pandangan sosial, kultural, empiris, rasional.
 Objek Kajian : Tata nilai masyarakat.
 Elemen-elemen : Agama, moraltias, filsafat, politik, kebebasan (hurriyat) persamaan,
individualisme.
AGAMA SEBACAI SALAH SATU ELEMEN DARI SELURUH ELEMEN PERADABAN
D. Pokok-pokok Pikiran Liberalisasi Pemikiran Islam
§ Bangunan utama pemikiran Islam terdiri dari konsep dan terminologi Islam, sumber-sumber
pemikiran Islam, persoalan metodologis mengenai masalah al-tsawabit (masalah-masalah agama yang
baku), masalah al-mutaghayyirat (masalah- masalah agama yang dinamis), dan hubungan dengan
keyakinan dan agama yang berbeda (pluralitas dan pluralisme agama).
1. Konsepsi dan terminologi Islam.
 Konsepsi dan terminologi islam telah menjadi komoditas yang begitu menarik bagi kaum
liberalis untuk menyebarkan virus-virus pemikiran yang membahayakan aqidah dan
keyakinan Islam. Upaya ini dilancarkan dengan melakukan reduksi pemahaman terhadap
terminologi Al-Islam dan mengaburkan antara konsep "islam" dengan "Al-Islam“.
 Dengan pengertian tersebut, seseorang dapat mengabaikan aspek-aspek aqidah dan
syari'ah, yang dipandang sebagai aspek-aspek artifisial dari agama. Dan ujungnya semua
umat beragama selama memiliki kepasrahan kepada Tuhan yang diyakininya adalah Islam.
• Jadi, ayat yang berbunyi “inna al-dina indallah Al-Islam”, bukan untuk menyatakan
bahwa al-Islam adalah satu-satunya agama Allah, tetapi semua agama dan pemeluk agama
memiliki dan mengandung makna Islam, yang implikasi berikutnya tidak boleh ada truth
claim.
2. Sumber-sumber ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan al-Sunnah.
 Generasi Muslim liberal, termasuk beberapa oknum dalam tubuh Muhammadiyah
mencoba untuk melepaskan dan membebaskan diri dari ikatan-ikatan kaidah dalam
memahami sumber ajaran Islam sebagai dirintis oleh Rasulullah, Sahabat dan Tabi'in, serta
ulama-ulama berikutnya, baik salaf maupun khalaf.
 Contoh: Modus operandi yang dilakukan adalah dengan mencoba membongkar ittifaq al-
ulama' dan ijma' al-ummah, seperti bahwa al-Qur'an adalah yang mutlak kebenarannya,
dan otentik eksistensinya. Kalau al-Qur'an sebagai sumber pertama dan utama ajaran Islam
telah digugat eksistensinya, terlebih-lebih al-Hadits al-Nahawi, yang "hanya" merupakan
sumber sekunder. Mereka berpandangan bahwa terlalu banyak nashnash hadits yang harus
dibuang sebagai sampah, karena hanya mempersempit gerak hidup manusia. Penolakan itu
dilakukan dengan berbagai macam dalih dan isu, misalnya isu gender, HAM,
demokratisasi, wacana pluralisme multikulturalisme dan sebagainya.
3. Persoalan metodologi pemikiran dan pemahaman Islam.
Wacana tentang metodologi pemikiran Islam, termasuk sebagian kecil di kalangan
Muhammadiyah, menggugat masalah al- tsawabit (masalah-masalah baku) dan masalah al-
mutaghayyirat (masalah-masalah yang berubah) Misalnya:
 Gugatan terhadap keyakinan bahwa Al-Islam adalah satu-satunya agama yang
diterima oleh Allah, yang selanjutnya dimunculkan aqidah pluralisme, multifaith dan
sejenisnya.
 Gugatan tentang batas-batas aurat wanita, yang sudah baku batas-batasnya
berdasarkan sabda Rasulultah SAW dalam hadits Bukhari-Muslim.

4. Wacana pluralisme agama


Tema utama yang diangkat dalam masalah ini adalah pandangan tentang:
i. kebenaran agama,
ii. keselamatan dan
iii. kebahagiaan dalam kehidupan akhirat.
Kecenderungan pluralisme adalah membawa manusia untuk memandang bahwa semua
agama adalah sama. Sama benarnya, sama selamatnya. Perbedaan agama satu dengan yang
lain hanyalah pada tataran lahir saja, sementara esensi semua agama hanya satu, yakni
penghambaan kepada Tuhan.

 Munculnya paham pluralisme saat ini mengemukakan dengan dua model, yaitu:
1. spiritualisme sufistik, yang dikenal dengan konsep transcendent unity of religion,
kesatuan agama-agama, yang dalam dunia tasawuf dikenal dengan konsep wahdat
aladyan, yaitu karena Tuhan itu satu, maka esensi agama adalah satu.
2. perubahan sosial sebagai akibat dari globalisasi dan globalisme, muncul-lah
konsep world theology atau global theology. Konsep yang diusung oleh John
Hick ini memandang dengan adanya arus globalisasi dan paham globalisme tidak
ada lagi sekat-sekat budaya, ideologi, termasuk agama. Semuanya harus
berkumpul dalam rumah pluralisme.
Persoalan kebenaran dan keselamatan dalam wacana pluralisme merupakan wacana tahap
awal, yang diikuti sikap apatisme terhadap kaidah-kaidah agama dan tujuan akhirnya
adalah paham sekularisme liberal, ini dapat dilihat pada diseminasi wacana keislaman yang
didukung oleh Barat-Sekuler sebagai berikut :
DISEMINASI WACANA KEISLAMAN VERSI BARAT-SEKULER
A. Liberalisme/ Liberalisasi Pemikiran Islam
• Ciri-ciri Umum:
1. Kebenaran ditentukan semata-mata oleh manusia dengan akal pikirin dan
penginderaannya. (empiris-rasional).
2. Agama/ajaran agama hanya dapat diterima apabila dapat dibenarkan secara akal
pikiran.
3. Kebenaran pikiran manusia bersifat absolutely relative.
4. Tidak ada otoritas dalam kehidupan, termasuk otoritas agama.
5. Qaidah-qaidah yang dirintis para Ulama sudah out of date.
• Isu-isu Islam Liberal:
1. Henneneiutika al-Quran, dengan implikasi:
a) Penggugatan atas otentisitas al-Qur'an dan al-Sunnah, bahkan perlu
dimunculkan Qur'an Edisi Kritis (jiplakan pemikiran orientalis Arthur
Jeffrey).
b) Quran merupakan Produk Budaya Lokal, yang relative (Zhanni, seluruh isi
Qur'an Zhanni) dan
c) Hukum Allah tidak ada semua diserahkan kepada manusia.

2. Dekonstruksi Syari’ah Pengaburan masalah al-tsawabit dan almutaghayyirat


seluruh isi Qur'an Zhanni, dan Hukum Allah tidak ada, semua diserahkan kepada
manusia.
3. Dekonstruksi Syari’ah Pengaburan masalah al-tsawabit dan almutaghayyirflt,
semua unsnr Islam adalah almutaghayyirat.
4. Masalah Pluralisme, Gender, HAM. Demokratisasi, dsb.

B. Pluralisme
Agama Pluralisme agama memiliki dua aliran yang ujungnya tetap sama:
1) Aliran kesatuan transenden agama-agama (transcendent unity of religion)
versi W.C. Smith yaitu protes terhadap arus globalisasi.
2) Teologi global (global theology) ver.si John Hick yaitu kepanjangan tangan
dari gerakan globalisasi. Ujung dari paham ini adalah Other religions are
equally valid ways to the same truth, yaitu:
a. Kecenderungan merubah makna konsep-konsep Al-Qur'an yang
berkaitan dcngan konsep ahlul kitab, murtad dan sejenisnya.
b. Nikah antar agama, seperti munculnya buku Fiqh Lintas Agama,
Counter Legal Draft KHI.
c. Doktrin relativiame yang akhirnya mengarah kepada kebenaran
agama adalah relatif.
C. Sekularisme
 Al-Immaniyyah
a) Pemisahan antara agama dengan Lembaga-lembaga lain, seperti politik,
negara, budaya, ekonomi dan sebagainya.
b) Agama hanyalah urusan invidu dan hanya dalam masalah ritual yang tidak
berkaitan dengan kehidupan keduniaan.
c) Tidak ada hukum berdasar agama.
d) Desakralisasi, Profanisasi.
 Al-Ladiniyyah:
1. Kehidupan manusia tidak memerlukan agamu. wahyu, karena akal adalah sentral
kehidupan manusia.
2. Agama adalah candu masyarakat.Strategi Muhammadiyah Menghadapi Ghazwul
Fikri.
Ø Konsistensi Agama dan Ideologi Konsistensi Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdidfil Islam, yang mencakup:
a. Gerakan pemurnian pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
Islam,yang berdasar kepada al-Qur'an dan al-Sunnah serta pemahaman
salafal-shalih.
b. Modemisasi dan pembahaman bidang manajemen dan gerakan keumatan
dengan tetap berlandaskan orientas ajaran Islam Konsistensi dalam bidang
diniyah ini meniscayakan Muhammadiyah membentengi diri dari unsur -
unsur yang mengotori pemahaman,pemikiran, baik yang bernuansa TBC
(Tahayul, Bid'ah, dan Khuffarat).
Ø Konsistensi Sosial Budaya
a. Muhammadiyah memahami bahwa kebudayaan merupakan pemikiran,
karya, dan penghayatan hidup yang merupakan refleksi umat Islam atas
ajaran agamanya yang bersumber pada otentisitas ajaran islam.
b. Segala potensi budaya baik budaya lokal maupun budaya global, selama
sejalan dan tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam pasti diterima
bahkan dikukuhkan sebagai khazanah budaya Islam.
Ø Konsistensi Sosial Politik
a. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah, yang bergerak dalam bidang
sosial pendidikan dan kesejahteraan sosial, serta sebagai organisasi
kemasyarakatan, yang tidak berafiliasi kepada partai politik tertentu.
b. Gerakan politik Muhammadiyah adalah politik untuk dakwah, sehingga
Muhammadiyah memang harus aktif dan proaktif memberikan kontribusi
pemikiran strategis-Islami bagi pengembangan dan pembangunan bangsa,
tanpa harus terjebak pada politik kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai