Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA UNSUR

“Titanium dan Zirkonium”

DOSEN PENGAMPU:
EDI MIKRIANTO, S.Si., M.Si
NIP 197005101995121001
DWI RASY MUJIYANTI, S.Si., M.Si
NIP 198105162008012023

Disusun Oleh Kelompok 4:

ANNISA HAMDAN RAMADHANI (1811012320017)


BERTHA AMELIA CLORINDA (1811012220006)
MARWA ADE YASRIFA (1811012320015 )
NASRULLAH HAMDANI (1811012110001)
NADYA SHASA ROSADA (1811012120008)
NABILA KALISTA FADILLAH PUTRI (1811012320002)
SITI FATIMAH (1811012220017)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Titanium dan Zirkonium. Diharapkan makalah ini nantinya dapat memberikan
manfaat serta masukkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswi lainnya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Banjarbaru, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


1. KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
2. DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II ISI

2.1.Titanium .................................................................................................... 3
2.1.1. Sumber Titanium .............................................................................. 3
2.1.2. Sifat Kimia Titanium ........................................................................ 4
2.1.3. Sifat Fisika Titanium ........................................................................ 5
2.1.4. Cara Ektraksi Titanium .................................................................... 5
2.1.5. Manfaat Titanium ............................................................................. 9
2.2. Zirkonium ................................................................................................. 10
2.2.1. Sumber Titanium ............................................................................. 10
2.2.2. Sifat Kimia Titanium ....................................................................... 10
2.2.3. Sifat Fisika Titanium ....................................................................... 11
2.2.4. Cara Ektraksi Titanium .................................................................... 12
2.2.5. Manfaat Titanium ............................................................................ 13

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zirkonium (Zr) dan titanium (Ti) termasuk unsur golongan IVB. Zirkonium
memiliki nomor atom 40 dengan berat atom 91,22 g/mol dan konfigurasi elektron
[Kr]4d25S2. Sumber utama Zr adalah Zircon (ZrSiO4) yang umumnya terdapat
dalam pasir dengan mineral berat seperti ilmenite dan rutile yang merupakan
mineral titanium (Gambogi, 2009). Titanium merupakan logam yang paling
banyak di dunia setelah aluminium, besi, dan magnesium. Logam titanium tidak
pernah ditemukan sendirian, keberadaannya selalu berkaitan dengan mineral
lainnya seperti rutilee, ilmenite, leucoxene, anatase, brookite, perovskite, dan
sphene yang ditemukan dalam titanat dan beberapa besi ore. Titanium juga
ditemukan dalam batu-bara, abu, tanaman dan dalam tubuh manusia (Carp et al.,
2004).
Zirkonium banyak terdapat dalam mineral seperti zirkon dan baddelyit.
Baddeleyit sendiri merupakan oksida zirkonium yang tahan terhadap suhu yang
sangat tinggi sehingga dimanfaatkan sebagai pelapis tanur. Zirkonium merupakan
bahan yang baik untuk industri nuklir maupun non nuklir karena tahan korosi dan
tidak menyerap neutron. Zirkonium carbide (ZrC) pada industri nuklir digunakan
sebagi bahan pelapis kernel UO2 untuk bahan bakar suhu tinggi (RST) sebagai
pengganti SiC (Silikon Carbide). Aplikasi Zr pada industri non nuklir digunakan
untuk penstabil warna cat atau tinta, bahan coating, katoda unuk fuel cell, katalis
dan bahan konstruksi (Setyadji, 2010).
Material yang mengandung titanium dan paling sering dimanfaatkan oleh
manusia adalah rutile dan anatase. Rutile merupakan bentuk paling stabil dari
titania dan paling banyak ditemukan pada sumber titanium. Titanium dioksida
dapat dibuat dari bahan-bahan alam yang ada di alam, umumnya berasal dari
ilminate yang berasal dari China, Norwegia, Uni Soviet, Australia, Kanada dan
Afrika Selatan (Carp et al, 2004).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimana sumber dari unsur titanium dan zirkonium?

1
2. Bagaimana cara mengekstraksi unsur titanium dan zirkonium?
3. Apa saja sifat fisik dan kimia dari unsur titanium dan zirkonium?
4. Apa saja manfaat dari unsur titanium dan zirkonium?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sumber dari unsur titanium dan zirkonium.
2. Untuk mengetahui cara mengekstraksi unsur titanium dan zirkonium.
3. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari unsur titanium dan
zirkonium.
4. Untuk mengetahui manfaat dari unsur titanium dan zirkonium.

2
BAB II

ISI

2.1. Titanium

2.1.1. Sumber Titanium


Dilansir dari sainskimia.com, Titanium adalah logam paling banyak
kesembilan di kerak Bumi. Titanium tidak ditemukan secara bebas di alam
tetapi ditemukan dalam mineral seperti rutile, ilmenite dan sphene. Secara
komersial, logam diisolasi menggunakan proses Kroll yang awalnya di buat
dari titanium oksida dari mineral ilmenite. TiO2 oksida kemudian diubah
menjadi klorida (TiCl4) melalui karboklorinasi. Ini kemudian dikondensasi
dan dimurnikan dengan distilasi fraksional dan kemudian direduksi dengan
magnesium cair dalam atmosfer argon.
Sumber utama titanium yaitu berupa mineral ilmenite (FeTiO3) dan
rutile (TiO2). Ilmenit merupakan produk yang terdiri dari kombinasi mineral
titanium, besi dan mineral lainnya. Ilmenit memiliki kandungan TiO2 dalam
kisaran 35% sampai 65%. Pemanfaatan ilmenit yang paling berpotensi
adalah untuk TiO2, logam titanium dan produksi besi. Ilmenit adalah salah
satu potensi sumber daya alam yang sangat melimpah yang dimiliki
Indonesia yang mana penyusun utamanya adalah unsur Fe dan Ti. Perlakuan
terhadap mineral (ilmenit) Indonesia akan dapat meningkatkan nilai
ekonomi mineral tersebut dan dapat meningkatkan kegunaannya dalam
energi alternatif yang mendukung program ketahanan energi. Pada
umumnya ilmenit dapat ditemukan dalam dua kondisi yaitu ilmenit
ditemukan bersama dengan mineral lain atau bijih timah dan ilmenit sebagai
mineral tunggal. Ilmenit yang ditemukan bersama dengan bijih timah
merupakan hasil samping dari pengolahan bijih timah (Sumardi, 1999).
Rutile juga merupakan salah satu bahan dalam pembuatan titanium. Rutile
alam ditemukan di sungai, pantai dan bukit pasir yang memiliki kandungan
TiO2 dari 90%-98%. Rutile alam diperkirakan akan habis dalam 100 tahun,
sehingga persediaan titanium dalam bentuk rutile cepat atau lambat mulai
terbatas. Alternatif lain untuk mendapatkan rutile, yaitu dengan

3
mengekstraksi ilmenit dan titomagnetik. Ilmenit dan titomagnetik
merupakan mineral di alam yang mengandung besi dan titanium, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan rutile. Rutile yang berasal mineral
ini disebut sebagai rutile sintetik dan mengandung TiO2 sebanyak 85%-
90%. Senyawa ini diproduksi dengan menghilangkan besi dari ilmenite dan
titanomagnetik. Pengunaan ilmenite sebagai bahan baku banyak digunakan
dikarenakan jumlah ilmenite di alam sangat banyak, contohnya terdapat
pada pasir mineral (Tauffany, 2007).

2.1.2. Sifat Kimia Titanium


Titanium merupakan unsur yang tidak reaktif namun dapat bereaksi
dengan unsur-unsur non logam seperti H2, Halogen, O2, N2, karbon, boron,
silikon dan sulfur pada temperatur tertentu. Contohnya seperti Nitrida (TiN),
Karbida (TiC), Borida (TiB dan TiB2). Adapun sifat dari senyawaan ini
yaitu sangat stabil, keras, dan tahan panas/api. Reaksi-reaksi yang dapat
terjadi pada unsur titanium yaitu
1. Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan
hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
2. Reaksi dengan Udara
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida
dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen
murni akan menghasilkan Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
3. Reaksi dengan Halogen
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi
dengan Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)

4
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
4. Reaksi dengan Asam
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur
normal tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk
kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF (aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)
5. Reaksi dengan Basa
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi
pada keadaan panas.

2.1.3. Sifat Fisika Titanium


Adapun sifat fisika dari unsur titanium yaitu sebagai berikut
a. Keras dan ringan
b. Berwarna putih keperakan
c. Tahan terhadap korosi / karat
d. Sekuat baja
e. Penghantar panas dan listrik yang baik
f. Titik lebur : 1668oC
g. Titik didih : 3287oC
h. Massa jenis (sekitar pada suhu kamar) : 4.506 g/cm3
i. Massa jenis cair pada titik lebur : 4.11 g/cm3
j. Kalor peleburan : 14.15 kJ/mol
k. Kalor penguapan : 425 kJ/mol
l. Kapasitas kalor : (25 °C) 25.060
J/(mol·K)

2.1.4. Cara Ekstraksi Titanium


Titanium dialam terdapat dalam bentuk bijih seperti rutil (TiO 2) dan
ilmenit ( FeTiO3). Walau melimpah dibumi, namun untuk mendapatkan
unsur ini membutuhkan proses yang panjang dan dengan biaya yang mahal.
Salah satu metode yang digunakan dalam proses pembuatan titanium adalah

5
Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan karbon. Hasil reaksinya
adalah titanium tetraklorida yang kemudian dipisahkan dengan besi
triklorida dengan menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam murni.
Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur
oksigen dan nitrogen. Sisa reaksi adalah antara magnesium dan magnesium
diklorida yang kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan
asam klorida sehingga meninggalkan spons titanium. Spon ini akan mencair
dibawah tekanan helium atau argon yang pada akhirnya membeku dan
membentuk batangan titanium murni. Berikut adalah tahapan dari proses
metode Kroll.
(a) Klorinasi bijih untuk titanium (IV) klorida
Titanium dioksida adalah stabil dengan pengaruh suhu dan sangat tahan
terhadap serangan kimia. Tidak dapat direduksi dengan menggunakan
karbon, karbon monoksida atau hidrogen, dan reduksi oleh logam lebih
elektropositif tidak lengkap. Jika oksida diubah menjadi titanium (IV)
klorida, maka pembuatan titanium menjadi mungkin, karena klorida yang
lebih mudah direduksi. Bijih kering dimasukkan ke chlorinator bersama
dengan kokas dibentuk bedfluida. Setelah bed telah dipanaskan, panas
reaksi dengan klorin cukup untuk mempertahankan suhu di 1300 K

(b) Pemurnian titanium (IV) klorida


Titanium (IV) klorida mentah dimurnikan dengan distilasi, setelah
perlakuan kimia dengan hidrogen sulfida atau minyak mineral untuk
menghilangkan vanadium oksiklorida (VOCl3) yang mendidih pada suhu
yang sama seperti titanium (IV) klorida. Produk akhir mempunyai
kemurnian (>99,9%) titanium (IV) klorida yang dapat digunakan baik untuk
membuat titanium atau dioksidasi untuk memberikan titanium dioksida
untuk pigmen. Tangki penyimpanan harus benar-benar kering karena produk
mengalami hidrolisis cepat dengan adanya air, menghasilkan asap putih
padat hidrogen klorida:

6
(c) Reduksi titanium (IV) klorida menjadi titanium spons
Titanium (IV) klorida adalah cairan yang mudah menguap. Dipanaskan
untuk menghasilkan uap yang akan dilewatkan ke dalam reaktor stainless
steel mengandung magnesium cair (berlebih), dipanaskan sampai sekitar 800
K dalam suasana argon. Reaksi eksotermik akan menghasilkan titanium (III)
dan titanium (II) klorida yang menyebabkan kenaikan suhu yang cepat ke
sekitar 1100 K. klorida ini menjalani pengurangan perlahan, sehingga suhu
dinaikkan ke 1300 K untuk menyelesaikan proses reduksi. Meski begitu, itu
adalah proses yang panjang:

Setelah 36-50 jam reaktor dihilangkan dari tungku dan dibiarkan dingin
selama setidaknya empat hari. Magnesium yang tidak bereaksi dan
campuran klorida/ titanium diperoleh, kemudian dihancurkan dan dicuci
dengan asam klorida encer untuk menghilangkan magnesium klorida. Dalam
metode alternatif yang digunakan di Jepang, magnesium klorida, bersama-
sama dengan magnesium yang tidak bereaksi akan dihilangkan dari titanium
dengan destilasi vakum suhu tinggi. Magnesium klorida dielektrolisa untuk
menghasilkan magnesium untuk tahap reduksi dan klorin didaur ulang untuk
tahap bijih klorinasi. Titanium yang dimurnikan dengan distilasi vakum
suhu tinggi. Logam titaniumnya adalah yang dalam bentuk granul berpori
yang disebut spons. Ini yang dapat diproses dipabrik, atau dijual ke
perusahaan lain untuk konversi ke produk titanium.
(d) Pengolahan titanium spons
Titanium spons mudah bereaksi dengan nitrogen dan oksigen pada suhu
tinggi, spons harus diproses dalam vakum atau suasana inert seperti argon.
Pada tahap ini titanium dapat dimasukkan, dan logam lainnya dapat
ditambahkan jika paduan titanium diperlukan. Sebuah metode yang umum
adalah untuk memampatkan bahan bersama-sama untuk membuat blok besar
yang kemudian menjadi elektroda dalam wadah mencair busur listrik.
Sebuah bentuk busur antara wadah dan elektroda, menyebabkan elektroda
mencair ke dalam wadah di mana didinginkan dan membentuk ingot besar.

7
Ini dapat diulang untuk menghasilkan “lelehan kedua” ingot kualitas yang
lebih tinggi.
Proses pembuatan titanium lainnya adalah dengan menggunakan proses FFC
Cambridge. Penelitian di Cambridge (Inggris) telah menghasilkan
pengembangan metode elektrolisis untuk mereduksi titanium dioksida
langsung ke titanium. Titanium dioksida (biasanya rutil) adalah bubuk dan
kemudian dibuat menjadi pelet untuk bertindak sebagai katoda. Mereka
ditempatkan di dalam bak cair kalsium klorida dan terhubung ke sebuah
batang logam yang bertindak sebagai konduktor. Sel dilengkapi dengan
anoda karbon. Pada menerapkan tegangan, titanium oksida direduksi
menjadi titanium dan ion oksida tertarik ke anoda karbon, yang dioksidasi
menjadi karbon monoksida dan karbon dioksida.

Jika tegangan yang lebih tinggi diterapkan dengan mekanisme yang berbeda.
Kalsium akan mengumpul pada katoda dan bereaksi dengan titanium
dioksida untuk membentuk titanium dan ion kalsium ion diperbarui. Proses
ini jauh lebih sederhana daripada metode yang ada, yang beroperasi pada
suhu yang lebih rendah (hemat biaya energi), dan memiliki dampak
lingkungan yang lebih rendah. Ini memiliki potensi untuk mengurangi biaya
produksi secara signifikan, sehingga memungkinkan akan memberi
keuntungan dari logam titanium untuk diterapkan pada produk akhir yang
lebih luas.

2.1.5. Manfaat Titanium

8
Titanium semakin sering digunakan (atau dipertimbangkan untuk
digunakan) dalam aplikasi industri dan komersial lainnya, seperti pemurnian
minyak bumi, bahan kimia pembuatan kalori, implantasi bedah, pulp dan
kertas, pengendalian polusi, penyimpanan limbah nuklir, pengolahan
makanan, elektrokimia (termasuk proteksi katodik dan metalurgi ekstraktif)
dan aplikasi kelautan yang tersedia dalam berbagai paduan dan dalam semua
bentuk tempa, seperti billet, batang, pelat, lembaran, strip, cekungan,
ekstrusi, kawat, dan lain-lain. (Ezugwu & Wang, 1997). Beberapa aplikasi
dari unsur titanium yaitu sebagai berikut.
a. Militer
Oleh karena kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan
perang (tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa.
b. Industri
Beberapa mesin pemindah panas (heat exchanger) dan bejana bertekanan
tinggi serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.
c. Kedokteran
Titanium memiliki biokompatibilitas dengan tubuh manusia sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan implan gigi, penyambung tulang,
pengganti tulang tengkorak, struktur penahan katup jantung.
d. Mesin
Sebagai material pengganti untuk batang piston.
e. Perikanan
Karena sifat titanium yang kuat, ringan, dan tahan korosif air laut jadi
untuk pembuatan pancingan.
f. Olahraga
Di bidang olah raga, titanium dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuat sepeda dan peralatan-peralatan olah raga lainnya seperti raket
tenis, stik golf, kursi roda bagi penyandang disabilitas untuk kebutuhan
olah raga, dan lain sebagainya.
Salah satu senyawa dari titanium yang paling umum adalah Titanium dioksida
(TiO2). TiO2 merupakan suatu material yang memiliki berbagai keunggulan
baik dari segi sifat fisika maupun sifat kimia. Keunggulan sifat yang dimiliki

9
TiO2 ini menjadikannya memiliki aplikasi yang sangat luas dalam berbagai
bidang. Dengan berbagai keunggulan tersebut, TiO2 banyak diaplikasikan
sebagai Pewarna dalam industri cat, kertas dan plastik, sebagai penjernih air,
penghasil hidrogen dari pemutusan ikatan air, digunakan dalam degradasi
senyawa organik, digunakan dalam degradasi senyawa beracun, pembersih
dan desinfektan pada permukaan material, sebagai aditif pada banyak aplikasi
senyawa, sebagai antibakteri dan fotokalis (Rahman et al., 2014).

2.2. Zirkonium
2.2.1. Sumber Zirkonium
Dilansir dari laboratuar.com, Unsur zirkonium ditemukan di alam
terutama dalam mineral zirkon dan baddeleyit. Bijih ini adalah sumber nilai
ekonomi. Senyawa zirkonium dioksida yang diperoleh dari mineral zirkon
silikat dikenal di pasaran sebagai zirkonia. Logam zirkon dasar disebut
zirkonium.
Sumber utama zirkonium yaitu berupa mineral zirkon (zirkonium silikat,
ZrSiO4). Zirkon diproduksi secara komersial dengan mereduksi klorida
dengan magnesium dalam proses Kroll. Umumnya ditemukan dalam pasir
dengan mineral berat seperti ilmenite dan rutile yang merupakan mineral
titanium (Gambogi, 2009). Zirkon merupakan mineral ikutan pada batuan
beku, terutama pada batuan beku dalam (plutonik) yang kaya akan sodium
seperti granit dan syenit. Pasir zirkon sebelumnya dianggap limbah dari
pengolahan emas dan bijih timah, namun seiring perkembangan teknologi,
ternyata mineral tersebut saat ini banyak digunakan oleh berbagai industri
hilir, antara lain industri keramik, frit, bata tahan api dan pengecoran logam
(Suseno et al., 2015).

2.2.2. Sifat Kimia Zirkonium


Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada unsur zirkonium yaitu
1. Reaksi dengan Air
Zirkonium tidak bereaksi dengan air pada keadaan di bawah
normal.

10
2. Reaksi dengan Udara
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka
akan membentuk Zirkonium oksida.
Zr(s) + O2(g) → ZrO2(s)
3. Reaksi dengan Halogen
Zirkonium bereaksi dengan Halogen membentuk Zirkonium (IV)
Halida.
Zr(s) + 2F2(g) → ZrF4(s)
Zr(s) + 2Cl2(g) → ZrCl4(s)
Zr(s) +2Br2(g) → ZrBr4(s)
Zr(s) + 2I2(g) → ZrI4(s)
4. Reaksi dengan Asam
Hanya terdapat sedikit kemungkinan logam Zirkonium bereaksi
dengan asam. Zirkonium tidak dapat bercampur dengan asam
hidrofluorik, HF, membentuk kompleks fluoro.

2.2.3. Sifat Fisika Zirkonium


Adapun sifat fisika dari unsur zirkonium yaitu sebagai berikut
a. Logam kuat, bisa ditempa, ulet
b. Berwarna perak abu-abu
c. Sangat tahan terhadap panas dan korosi
d. Lebih ringan dari baja dan kekerasannya mirip dengan tembaga
e. Titik lebur : 1855 oC
f. Titik didih : 4409 oC
g. Kepadatan : 6.52 g/cm3
h. Kepadatan saat cair : 5.8 g/cm3
i. Kalor peleburan : 14 kJ.mol−1
j. Kalor penguapan : 573 kJ.mol−1
k. Kapasitas kalor : 25.36 J.mol−1 K−1
2.2.4. Cara Ekstraksi Zirkonium
Proses pengolahan mineral zirkon terbagi menjadi beberapa cara,
diantaranya klorinasi zirkon, alkali fusion, dan fluosilicate fusion. Klorinasi

11
zirkon dilakukan dengan mengubah pasir zirkon ke dalam bentuk zirkonium
karbida dengan menggunakan graphite pada graphite lined arcfurnace
dengan temperatur proses 1800C.
ZrSiO4 + 4C  ZrC + SiO + 3CO
Silicon monoxide menguap pada temperatur 1800°C. Setelah itu ZrC diubah
menjadi ZrCl dengan cara klorinasi pada temperatur 500°C.
ZrC + 2Cl2 ZrCl4 + C
Pada perkembangannya, Zirkon dan karbon dicampurkan dan diklorinasi
pada temperatur 1200C dan menghasilkan ZrCl, pada satu proses saja.
ZrSiO4 + 4C + 4Cl2 ZrCl4 + SiCl4 + 4CO

Karna dalam mineral zirkon sering terkandung bersama Hafnium, maka


setelah proses klorinasi dilakukan pemisahan antara zirkon dan hafnium
dengan menggunakan solvent extraction. Proses tersebut dinamakan alkali
fusion. Setelah berhasil dipisahkan, kemudian ZrCl4 di proses lebih lanjut
untuk menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, yakni
Zr ingots. Terdapat beberapa proses yang dapat dilakukan yakni, proses
kroll, proses hot wire, dan elektrolisis dari double potassium floride yang
dilarutkan dari lelehan garam. Proses kroll merupakan proses reduksi ZrCl4
dengan menggunakan Magnesium sehingga didapatkan hasil berupa Zr ingot
dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Gambar berikut akan menjelaskan
proses kroll secara umum.

12
2.2.5. Manfaat Zirkonium
Zirkonium banyak digunakan dalam industri High-tech karena sifat
mekanik, termal, elektrik, kimia, dan optiknya yang mendukung. Unsur ini
banyak digunakan dalam produksi keramik dan reaktor nuklir sebagai
pelapis bahan bakar nuklir. Reaktor nuklir memerlukan material tahan
korosi, daya serap neutron yang rendah, sifat mekanik yang sesuai, dapat
digunakan sebagai bahan pendukung struktur, serta permukaan untuk
perpindahan panas yang baik. Zirkonium juga digunakan untuk pembuatan
pompa, katup, dan penukar panas. Berdasarkan sifat ketahanan terhadap api,
zirkonium sering digunakan sebagai komposisi utama peralatan perang,
kotak sekring, dan terdapat pada peluru pyrophoric pembuka vakum, serta
sebagai eksitasi laser pada photografi. Penerapan perpaduan zirkonium
murni, seperti perpaduannya dengan niobium akan menghasilkan super
konduktor, perpaduannya dengan titanium digunakan pada pesawat terbang,
dan perpaduannya dengan tembaga akan memperbaiki sifat zirkonium
tersebut (Sajima, 2008). Zirkonium merupakan bahan yang mempunyai
peran yang sangat strategis dalam berbagai industri karena keunggulannya

13
jika dibandingkan dengan bahan lain. Beberapa aplikasi zirkonium pada
industri adalah sebagai berikut.
a. Zirkon dalam Industri Keramik
Keramik adalah produk industri kimia yang dihasilkan dari proses
pengolahan bahan tambang seperti clay, feldspar, pasir silika dan kaolin
melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi. Untuk menghasilkan
keramik yang baik diperlukan bahan pasir zirkon yang berfungsi sebagai
glasir opak (opacifier glazes) karena zirkon mempunyai indeks refraksi
cukup tinggi. Zirkon menggantikan peranan Sn-oksida untuk
menghasilkan keramik putih dan keramik berwarna yang bermutu tinggi
untuk memberikan sinar dan kecerahan, khususnya keramik untuk
keperluan rumah tangga, keramik ubin, saniter, genteng keramik dan
keramik dekoratif lain.
b. Zirkon dalam Industri Bahan Tahan Api (Refraktori)
Zirkon dapat dibuat menjadi bahan tahan api yang digunakan untuk
melapisi tungku peleburan baja dan gelas. Zirkon yang digunakan ada
dua jenis, yaitu AZS refraktori dan zirkonia-mullit. Pemakaian kedua
bahan ini sebagai refraktori karena secara kimia mempunyai sifat netral
serta ketahanan terhadap panas mendadak yang sangat baik. Zirkonia-
mullit digunakan dalam bentuk batangan dan nodul yang disusun secara
beraturan. Pemakaian zirkon secara langsung untuk refraktori pada
umumnya digunakan sebagai ladle brick (Suseno et al., 2015).

14
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Zirkonium (Zr) dan titanium (Ti) termasuk unsur golongan IVB.


Zirkonium memiliki nomor atom 40 dengan berat atom 91,22 g/mol dan
konfigurasi elektron [Kr]4d25S2. Sumber utama Zr adalah Zircon (ZrSiO4) yang
umumnya terdapat dalam pasir dengan mineral berat seperti ilmenite dan rutile
yang merupakan mineral titanium. Zirkonium banyak digunakan dalam industri
High-tech karena sifat mekanik, termal, elektrik, kimia, dan optiknya yang
mendukung. Unsur ini banyak digunakan dalam produksi keramik dan reaktor
nuklir sebagai pelapis bahan bakar nuklir. Reaktor nuklir memerlukan material
tahan korosi, daya serap neutron yang rendah, sifat mekanik yang sesuai, dapat
digunakan sebagai bahan pendukung struktur, serta permukaan untuk perpindahan
panas yang baik. Zirkonium juga digunakan untuk pembuatan pompa, katup, dan
penukar panas. Berdasarkan sifat ketahanan terhadap api, zirkonium sering
digunakan sebagai komposisi utama peralatan perang, kotak sekring, dan terdapat
pada peluru pyrophoric pembuka vakum, serta sebagai eksitasi laser pada
photografi.
Titanium merupakan logam yang paling banyak di dunia setelah
aluminium, besi, dan magnesium. Logam titanium tidak pernah ditemukan
sendirian, keberadaannya selalu berkaitan dengan mineral lainnya seperti rutilee,
ilmenite, leucoxene, anatase, brookite, perovskite, dan sphene yang ditemukan
dalam titanat dan beberapa besi ore. Titanium juga ditemukan dalam batu-bara,
abu, tanaman dan dalam tubuh manusia. Sumber utama titanium yaitu berupa
mineral ilmenite (FeTiO3) dan rutile (TiO2). Titanium merupakan unsur yang
tidak reaktif namun dapat bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti H2,
Halogen, O2, N2, karbon, boron, silikon dan sulfur pada temperatur tertentu.
Contohnya seperti Nitrida (TiN), Karbida (TiC), Borida (TiB dan TiB2). Titanium
semakin sering digunakan (atau dipertimbangkan untuk digunakan) dalam aplikasi
industri dan komersial lainnya, seperti pemurnian minyak bumi, bahan kimia
pembuatan kalori, implantasi bedah, pulp dan kertas, pengendalian polusi,

15
penyimpanan limbah nuklir, pengolahan makanan, elektrokimia (termasuk
proteksi katodik dan metalurgi ekstraktif) dan aplikasi kelautan yang tersedia
dalam berbagai paduan dan dalam semua bentuk tempa, seperti billet, batang,
pelat, lembaran, strip, cekungan, ekstrusi, kawat, dan lain-lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Carp, O., C.L. Huisman, & A. Reller. 2004. Photoinducet Reactivity of Titanium
Oxide. Progress in Solid State Chemistry. 32: 33-177.
Ezugwu, E.O., & Z.M. Wang. 1995. Titanium Alloys and Their Machinability.
Journal of Materials Processing Technology. 68: 262-274.
Gambogi, J. 2009. Titanium, 2007 Minerals Year Book. US Geological Surv.
176–178.
Https://bilangapax.blogspot.com/2011/02/titanium-dan-paduannya_09.html?m=1
diakses pada tanggal 23 Februari 2021.
Https://www.laboratuar.com/id/testler/maden/zr-zirkonyum-cevher-mineral-
analizi/ diakses pada tanggal 23 Februari 2021.
Https://sainskimia.com/sifat-pembuatan-kegunaan-dan-sumber-dari-unsur-
titanium/ diakses pada tanggal 23 Februari 2021.
Rahman, T., M.A. Fadhlulloh, A.B.D. Nandiyanto, & A. Mudzakir. 2014. Sintesis
Titanium Diokasida Nanopartikel. Jurnal Integrasi Proses. 5(1): 15-29.
Sajima. 2008. Pengoperasian Reaktor Pelindian. PTAPB-BATAN, Yogyakarta.
Setyadji, M. 2010. Rencana Pelaksanaan Penelitian Rancang Bangun Reaktor
Annular Kromatografi untuk Pemisahan Zr-Hf. PTAPB-BATAN,
Yogyakarta.
Sumardi, C. 1999. Pembuatan Rutil (TiO2) Sintesis dari Ilmenit Hasil Samping
Penambangan Timah Bangka. Prosiding Lokakarya Eksploitasi,
Eksplorasi dan Pengolahan Sumberdaya Mineral. Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suseno, T., M. Suciyanti, & I. Suherman. 2015. Analisis Prospek Pemanfaatan
Zirkon dalam Industri Keramik, Frit, Bata Tahan Api dan Pengecoran
Logam. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. 11(2): 93-106.
Taufanny, L. 2007. Tingkat Perolehan TiO2 dari Pasir Mineral Melalui Proses
Leaching HCl dengan Reduktor Fe. Skripsi S1 Fisika, FMIPA UI.

Anda mungkin juga menyukai