Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. ( Farmakope Indonesia
edisi III halaman 32)

Adapun persyaratan dari suspensi :

1. Suspensi obat suntik harus mudah disuntikan dan tidak boleh menyumbat jarum
suntik
2. Suspensi obat mata harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus. Jika disimpan
dalam wadah dosis ganda, harus mengandung bakterisida
3. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk
4. Penandaan pada etiket harus juga tertera “kocok dahulu”
5. Suspensi yang dibuat segar dengan mencampurkan bahan padat dengan cairan
pembawa sebelum digunakan, harus memenuhi syarat diatas.

(Farmakope Indonesia edisi III halaman 32)

Sediaan ini dibuat sediaan suspensi rekonstitusi yang digunakan untuk penggunaan oral.
Untuk golongan penicillin yang termasuk didalamnya amoxicillin tidak stabil dalam bentuk
sediaan sirup. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan mendegradasi
cincin beta laktam yang diproduksi. Sehingga untuk mengatasi masalah ini dibuat sedian
amoxicillin dalam bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan bentuk sediaan ini adalah
stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14 hari, sehingga dengan dibuat dalam
bentuk sirup kering maka kemungkinan degradasi cincin betalactam yang ada dapat dihindari.
(Jurnal awal formulasi sediaan non steril sediaan sirup kering amoxicillin I-MOX diambil
dari; Drug Informations Hands Book 12th edition)

Adapun efek farmakologi amoxicillin yaitu antibiotikum (farmakope Indonesia halaman 96).
Obat ini merupakan penicillin semisintetik yang rentan terhadap penicilinase absorpsi dari
saluran grastoin testinal lebih cepat dan lebih sempurna daripada ampisilin. Konsentrasi
puncuh amoxicillin daam plasma darah adalah 2 – 21/2 x lebih tinggi daripada ampisilin
setelah pemberian oral dengan dosis yang sama. Konsentrasi tersebut dicapai dalam waktu 2
jam dan rata-rata sekitar 4mg/ml. jika diberikan 250mg. adanya makanan tidak
mempengaruhi absorpsinya. Sekitar 20% amoxicillin terikat oleh protein plasma. Sebagian
besar dosis antibiotik ini dieksresikan dalam bentuk aktif dalam urin. (Dasar Farmakologi dan
Terapi edisi 10 volume 3 halaman 1177). Adapun dosis untuk anak-anak usia 3 sampai 10
tahun, bobot dibawah 40 kg 20mg – 40mg/kgbb. (martindale 36, halaman 203)

Amoxicillin merupakan derivate penicillin spectrum luas yang kerjanya meliputi banyak
kuman gram positif dan gram negatif yang tidak peka terhadap penisilin-G. mekanisme
kerjanya adalah merintangi atau menghambat sintesa dinding sel bakteri sehingga bila sel
bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air
yang terserap dengan jalan osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri
menjadi musnah. (Buku Farmakologi 1 tahun 2010, hal 50 – 51)

Amoxicillin dibuat suspensi karena mengandung zat aktif yang sukar larut dalam bentuk
halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Sediaan suspensi ini juga diperuntukan untuk anak-
anak umur 3-10 tahun karena lebih mudah untuk memberikannya dan suspensi lebih
mudahditambahakan pewarna maupun perasa yang cocok untuk anak-anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi sirup kering

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Pembuatan
kecuali dinyatakan lain, sirop dibuat sebgai berikut: buat cairan untuk sirop, panaskan,
tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya
hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. (FI ed III hal. 31)

Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan
larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol atau polialkohol yang lain
dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi
pembentukan hablur sakarosa. Kadar sakarosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali
dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi
dan bakteri. (Moh Anief 2007). Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. (Ansel, 1989)

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan,
sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut
dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoxicillin (Ofner et al, 1989). Sirup kering adalah
suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut
dibuat padat umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoxicillin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air
membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis,
pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna. Sirup kering adalah sediaan
berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah sediaan yang mengandung
campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan
pengaroma yang sesuai (Depkes RI,1995).

Keuntungan Sirup

a. Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran kurang pemisahan, debu


b. Campuran serbuk dan granul mengurangi biaya penggunaan komponen peka panas
c. Baik untuk pasien yang sulit menelan
d. Campuran serbuk lebih ekonomis, resiko ketidakstabilannya rendah
e. Sediaan suspensi kering lebih ringan sehingga lebih menguntungkan dalam
pendistribusian
Kekurangan Sirup

a. Masalah campuran, pemisahan serbuk dan kehilangan obat


b. Campuran serbuk dan granul menjamin tidak ada pemisahan campuran granul dan
non-granul
c. Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, penggranulasi pada obat dan
excipients
d. Setelah dilarutkan 7–12 hari, harus dibuang walaupun masih bersisa karena terdapat
bahan obat yang tidak stabil dalam larutan berair, misalnya antibiotik. Sirup kering
biasanya diresepkan untuk habis sebelum 7–12 hari.
e. Harus menjelaskan dengan rinci cara pemberian sediaan kepada pasien
BAB III

CARA KERJA

3.1 Tempat dan Jadwal Praktikum : Laboratorium STTIF, 02 Januari 2021

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat :

 Timbangan
 Anak timbangan
 Mortir dan Stamper
 Gelas ukur

3.2.2 Bahan :

 Amoxicilin 125 mg/5 ml


 Tragakan 3 %
 Sorbitol (serbuk) 10% dan 15 %
 Erithromycin 200 mg/5 ml
 CMC 1,5 %
 PVP 3%

3.3 Prosedur Praktikum

Cara kerja 1 (tanpa granulasi)

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang bahan
3. Dimasukan tragakan dan amoxicilin kedalam mortir, digerus hingga homogen
4. Dimasukan sorbitol digerus hingga homogen
5. Dimasukan serbuk kedalam botol lalu ditambahkan air 50 ml kocok hingga homogen

Cara kerja 2 (granulasi)

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Di Kalibrasi botol 100 ml
3. Di larutkan PVP dengan Alkohol, lalu ditambahkan CMC gerus hingga homogen
4. Dimasukan sorbitol dan erithromycin gerus hingga homogen
5. Setelah terjadinya gumplan disaring dengan ayakan 14 mesh (metode granulasi basah)
6. Di timbang bahan yang telah disaring
7. Dimasukan bahan kedalam botol yang telah di kalibrasi lalu di tambahkan aquadest
sampai batas kalibrasi
8. Lalu di kocok hingga homogen.
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN


BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

https://pdfslide.net/documents/laporan-praktikum-suspensi.html

https://www.academia.edu/19550758/Amoxillin_dry_syrup

Anda mungkin juga menyukai