Disusun oleh:
Nama : Rahmatilla
NIM : 2005101050006
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kesehatan dan kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum
genetika dasar ini. Laporan ini disusun sebagai hasil kerja dari kegiatan praktikum
mahasiswa yang mengambil mata kuliah genetika dasar, serta acuan nilai praktikum mata
kuliah genetika dasar jurusan agroteknologi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing praktikum beserta asisten
laboratorium, saya berharap laporan saya dapat bermanfaat baik untuk saya maupun untuk
orang lain, disamping itu saya sangat mengharapkan saran agar dimasa yang akan datang
akan dapat ditinjau kembali.
Rahmatilla
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
ABSTRAK
Praktek ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi dominasi parsial atau gamet
dominan melihat langsung melalui foto hasil persilangan dominan parsial dalam tidak
semua pasangan alel gen dapat dipisahkan secara bebas dan tidak semua dominan atau
resesif masing-masing sifat tidak hanya dikendalikan oleh gen seperti sifat dominan tidak
sempurna dominansi yang tidak sempurna adalah dua alel yang menghasilkan hasil yang
sama kecuali dalam keadaan tertentu alel resesif tidak menghasilkan apa-apa sifat
heterozigot F1 mempertahankan sifat individualnya
iv
ABSTRACT
v
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Suatu persilangan atau perkawinan tidak selamanya yang dominan menutupi yang
resesif, hal ini dikarenakan karena terjadi dominan tak penuh (Ariyanti,2011).
Karena itu dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi.
Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis
kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi
telah diketahui pada awal sejarah penelitian gen. Perubahan dominasi ini timbul karena
interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang
berbeda.Dominan DUA alele menghasilkan hasil yang sama, kecuali dalam keadaan
tertentu, allele resesip tidak manghasilkan sesuatu. Heterosigot menghasilkan jumlah yang
lebih sedikit darupada homosigot dominan, tetapi lebih banyak dari pada homosigot resesif
(campbell,2008).
Dominan tak penuh disebut juga sebagai pastial dominan atau incomplete
dominance. Pada acara 1 dan 2 (Mendel I dan Mendel II), prinsip Mendel dipraktekkan
secara simulasi menggunakan kancing genetika dengan ekspresi gen dominan penuh
(complete dominance). Incompolete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen
pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan
tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil,
merah ; putih, dsb).
Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilangkan
dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merh muda (pink). Disini terlihat
bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah diekspresikan
sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak
penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, maka F2
mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( 1 merah : 2 pink : 1 putih) (Dotti
suryati.2012)
1
2
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui persilangan tidak dominan maupun resesif dan dapat mengetahui keturunan
dari generasi makhluk hidup.
II. TINJAUAN PUSTAKA
The dominance of an allele over another does not always occur. The appearance of a
gene can be influenced by environmental factors, age, sex, species, physiology, genetics
and other factors. The absence of dominance was noted early in the history of den's
research. This change in dominance arises due to allele interactions, both between alleles at
the same locus and at different loci. The dominance of an allele over another allele does
not always occur. The appearance of a gene can be influenced by environmental factors,
age, sex, species, physiology, genetics and other factors. The absence of dominance was
noted early in the history of den's research. This change in dominance arises due to allele
interactions, both between alleles at the same locus and at different loci. (Porter, 2017)
Incomplete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan
berdasarkan pengamatan fenotipe yang intermediet (antara) dari hasil silangan tetua
dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti, panjang-pendek; besar-kecil; merah-
putih; dsb). Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilang
dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merah muda (pink). Disini terlihat
bahwa baik merah maupun putih tidak dominan. Oleh karena warna merah diekspresikan
sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka domonan muncul sebagai partial atau tak
penuh. Fenotipe ini diikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, dan hasil
silangan pink x pink pada F2 dapat diprediksi. Oleh karena tidak ada yang dominan, maka
F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( merah : 2 pink : 1 putih). (Suryati,
2011).
Incomplete dominance is also known as pastial dominant or incomplete dominance.
In events 1 and 2 (Mendel I and Mendel II), Mendel's principles were practiced in a
simulation using genetic buttons with complete dominance gene expression. Incompolete
or partial dominant incomplete, namely the expression of genes in derivatives based on
observations of intermediate phenotypes (intermediate) from the results of crossing parents
with different and contrasting characters (such as long; short, large; small, red; white, etc.).
For example, four o'clock flowers and red carnations crossed with white flowers, the F1
will be pink (pink). Here it is seen that it is either red or white (not dominant). Since red is
expressed as pink (pink) in F1, dominance appears as partial or incomplete. This
phenotype is controlled by an allele pair, both of which are not dominant, so F2 has the
same ratio as the genotype ratio (1 red: 2 pink: 1 white) (Miller,1997)
3
4
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang beda-beda satu
sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu
kedua varietas induk sebab salah satu alel dalam pasangan tersebut menunjukkan
dominansi sempurna (complete dominance) terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi
semacam itu fenotipe heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan
(Campbell dkk, 2008).
Dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu
gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies,
fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada
awal sejarah penelitian den. Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar
alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang berbeda.Dominan suatu alel terhadap
alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor –
faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor
lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah penelitian den.
Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama
maupun pada lokus yang berbeda. (Ariyanti, 2011)
Incomplete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan
berdasarkan pengamatan fenotipe yang intermediet (antara) dari hasil silangan tetua
dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti, panjang-pendek; besar-kecil; merah-
putih; dsb). Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilang
dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merah muda (pink). Disini terlihat
bahwa baik merah maupun putih tidak dominan. Oleh karena warna merah diekspresikan
sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka domonan muncul sebagai partial atau tak
penuh. Fenotipe ini diikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, dan hasil
silangan pink x pink pada F2 dapat diprediksi. Oleh karena tidak ada yang dominan, maka
F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( merah : 2 pink : 1 putih). (Suryati,
2011).
Dominan tak penuh disebut juga sebagai pastial dominan atau incomplete
dominance. Pada acara 1 dan 2 (Mendel I dan Mendel II), prinsip Mendel dipraktekkan
secara simulasi menggunakan kancing genetika dengan ekspresi gen dominan penuh
(complete dominance). Incompolete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen
pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan
tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil,
merah ; putih, dsb). Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah
5
disilangkan dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merh muda (pink).
Disini terlihat bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah
diekspresikan sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai
partial atau tak penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak
dominan, maka F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( 1 merah : 2 pink : 1
putih) (Dotti suryati.2012)
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang beda-beda satu
sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu
kedua varietas induk sebab salah satu alel dalam pasangan tersebut menunjukkan
dominansi sempurna (complete dominance) terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi
semacam itu fenotipe heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan
(Campbell dkk, 2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan
4.2.Pembahasan
Pada persilangan buga merah dominan yang di simbolkan dengan RR disilangkan
dengan bunga warna putih yang bersifat resesif yang disimbolkan dengan rr. Sifat dominan
ini selalu terekspresikan dan menutupi sifat resesif yang tidak terekspresikan. Pada
generasi F1 nya menghasilkan bunga warna pink yang disimbolkan dengan Rr yang
merupakan kombinasi dari sifat induknya, dan bersifat heterozigot. Selanjutnya bunga
warna pink(Rr) selama proses pembentukan gamet, alel berpisah sehingga sel telur
membawa satu alel dan sel sperma membawa satu alel. Pada keturunan F2 nya
menghasilkan perbandingan ratio fenotipe 3 merah : 1 putih dan perbandingan ratio
genotipe 1RR:2Rr:1rr.
7
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai ekstraksi DNA berupa Buah dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, umur, jenis
kelamin, species, fisiologis, dan faktor lainnya
2. Alel-alel yang tidak sempurna adalah alel-alel yang tidak memiliki hubungan dominasi
dan menghasilkan heterozigot dengan fenotipe intermediet yang berbeda dari kedua
induknya yang homozigot
3. Sifat dominan dari bunga merah akan menutupi sifat resesif dari bunga putih yang
tidak nampak
4. Setiap organisme akan mewarisi satu alel pada setiap individu sehingga sel telur dan
sel sperma akan membawa satu alel dari induknya
5.2.Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan praktikum para praktikan lebih memperhatikan materi
yang diberikan oleh para sisten praktikum.
8
9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN