Anda di halaman 1dari 2

BAB V

AUDIT RESPONSIBILITIES AND OBJECTIVES

Tujuan audit laporan keuangan adalah agar auditor dapat memberikan opininya bahwa laporan keuangan tidak
terdapat kesalahan material dan telah sesuai dengan standar yang berlaku secara umum.

Tanggung Jawab Auditor

Manajemen bertanggun jawab atas kebenaran laporan keuangan yang disusun oleh entitas ybs. Jadi Auditor tidak menjamin
kebenaran atas suatu laporan keuangan, namun Auditor bertanggung jawab dalam melaksanakan audit sesuai aturan yang
berlaku umum / GAAS yaitu :
1. Melakukan verifikasi atas laporan keuangan yaitu untuk mendeteksi salah saji material
2. Menemukan kekeliruan, ketidakberesan dan unsur pelanggaran hukum yang material . Kekeliruan/ salah saji terdapat dua
macam yaitu :
 Errors adalah kekeliruan salah saji yang tidak disengaja.
 Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti kecurangan manajemen dan kecurangan pegawai atau
penggelapan.

Siklus Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibagi menjadi komponen yang lebih kecil untuk memudahkan pelaksanaan audit. Pembagian biasanya
berdasarkan transaksi yang erat hubungannya satu dengan lainnya ( pendekatan siklus ).
Contohnya siklus penjualan dan penerimaan kas, siklus perolehan dan pembayaran, siklus penggajian dan pembayaran, siklus
persediaan dan pergudangan, dll.

Asersi Manajemen

Merupakan sebuah pernyataan dari manajemen tentang transaksi dan akun dalam laporan keuangan. Asersi manajemen terdiri
dari :
 Keberadaan atau keterjadian
 Kelengkapan
 Hak dan Kewajiban
 Penilaian dan Alokasi
 Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan Audit Transaksi

Tujuan audit dimaksudkan sebagai kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup yang
disyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan dan memutuskan bahan bukti yang pantas dikumpulkan sesuai dengan
penugasan .

Tujuan audit tersebut dapat dibedakan menjadi :


 Tujuan audit umum transaksi. Terdiri dari eksistensi, kelengkapan, akurasi, klasifikasi serta posting dan perkiraan .
 Tujuan audit khusus transaksi. Menerapkan tujuan umum pada kelompok transaksi /siklus.

Tujuan Audit Untuk Saldo

a. Tujuan umum :
 Eksistensi - angka-angka yang dicantumkan memang ada ( eksis ).
 Kelengkapan - angka -angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya .
 Akurasi - jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.
 Klasifikasi - angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat .
 Pisah batas (Cut Off ) - transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat pada periode yang tepat .
 Kecocokan rincian (detail tie in) - rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar tambahan ,
dijumlah kebawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku besar .
 Nilai realisasi - aset dinyatakan dalam jumlah yang diestimasi dapat direalisasi.
 Hak dan Kewajiban - Kewajiban harus menjadi milik suatu entitas berkaitan dengan hutang , sedangkan hak selalu
dikaitkan dengan aktiva .
 Penyajian dan Pengungkapan - saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan
dengan pantas dalam laporan keuangan.
b. Tujuan khusus :
Tujuan khusus bagi setiap saldo perkiraan dapat dikembangkan setelah tujuan umum dipahami paling sedikit harus ada satu
tujuan, khusus untuk setiap tujuan umum kecuali jika auditor menganggap tujuan itu tidak relevan.

Pencapaian Tujuan Audit

Audit merupakan suatu proses dimana dalam pelaksanaanya harus mengikuti tahap-tahap sesuai dengan standar yang berlaku.
Proses Audit adalah metodologi pelaksanaan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti
pendukung yang kompeten.

Tahap-tahap dalam proses Audit:


1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
 Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien .
 Memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko pengendalian intern.
2. Pengujian pengendalian dan transaksi .
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo .
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit .

Direktorat Dana Pensiun - Departemen Keuangan Republik Indonesia


2
BAB VI
AUDIT EVIDENCE

Dalam audit, bahan bukti merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif yang
sedang diaudit disajikan sesuai kriteria yang ditetapkan.
Perbandingan untuk membedakan bahan bukti:
 Tujuan penggunaan bahan bukti
 Sifat bahan bukti yang digunakan
 Pihak yang mengevaluasi bahan bukti.
 Kepastian dari kesimpulan berdasarkan bahan bukti
 Sifat kesimpulan
 Konsekuensi yang timbul akibat kesimpulan yang salah dari bahan bukti

Bahan Bukti Yang Menyimpulkan

Suatu bahan bukti dapat memberikan kesimpulan apabila :


1. Relevan, berkaitan terhadap tujuan pengujian auditor
2. Kompeten, menunjukkan tingkat dapat dipercayainya suatu bahan bukti
Kompetensi dapat diperbaiki dengan :
 Independensi penyedia data
 Efektifitas struktur pengendalian intern
 Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditor
 Kualifikasi orang yang menyediakan informasi
 Tingkat objektivitas
3. Kecukupan, jumlah bahan bukti yang diperoleh dibandingkan dengan besar sampel .
4. Ketepatan waktu, saat bahan bukti dikumpulkan, sedekat mungkin dari tanggal neraca.

Jenis Bahan Bukti Audit

Bahan bukti yang digunakan oleh auditor dalam prosedur audit terdiri dari :
 Pemeriksaan fisik .
 Konfirmasi .
 Dokumentasi .
 Pengamatan .
 Tanya jawab dengan klien .
 Pelaksanaan Ulang (Reperformance) .
 Prosedur analitis .
Efektifitas struktur pengendalian intern klien mempunyai pengaruh yang besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti.
Jenis bahan bukti tertentu jarang mencukupi sendirian untuk memberikan bahan bukti yang kompeten untuk memenuhi satu
tujuan

Prosedur Analitis

Adalah evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non
keuangan termasuk perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Pelaksanaan prosedur analitis dapat
dilakukan pada seluruh tahap, baik tahap perencanaan, tahap pengujian dan tahap penyelesaian
Alasan yang terpenting penggunaan prosedur analitis :
 Memahami bidang usaha klien.
 Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
 Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
 Mengurangi pengujian audit yang terinci.
 Saat.

Jenis Prosedur Analistis

1. Membandingkan data klien dengan industri sejenis.


2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
 Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.
 Membandingakan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun sebelumnya.
 Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun sebelumnya.
3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.
4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non keuangan.

Direktorat Dana Pensiun - Departemen Keuangan Republik Indonesia


2

Anda mungkin juga menyukai