Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA (F207)


”UJI DISOLUSI – PENGARUH SUHU”
Disusun oleh :
Kelompok 2

Eldina Wahyuni Pratiwi P17335120027 Luthfiyah Aristawidya P17335120041


Endah Miski Shofiah P17335120029 Mochamad Bayu Aji Santika P17335120043
Fitriyani P17335120031 Nabila Anugratul Diva P17335120045
Intan Khoirotunnisa P17335120033 Nadia Nursaa’dah P17335120047
Irma Ayu Winarni P17335120035 Nanda Kirani Nabila P17335120049
Jua Rismawati P17335120037 Nisa Nurfadilah P17335120052
Lisma Fitria Amalia P17335120039

Kelas : 1A
Dosen Pembimbing :
Apt. Agus Rusdin, M.Farm.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2021
A. JUDUL PRAKTIKUM
UJI DISOLUSI PENGARUH SUHU

B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM


Hari : Senin
Tanggal : 28 Juni 2021

C. Tujuan Praktikum
a. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat dengan menggunakan alat
b. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi suatu zat

D. Dasar Teori
Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yangmenghasilkan
transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari
permukaan padat. Teori disolusi yang umum adalah:
1. Teori film (model difusi lapisan) 2.
2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3. Teori Solvasi terbatas/Inerfisial (Amir, 2007).
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuksediaan utuh/
pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. Kecepatan disolusi zat aktif
dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah zat aktif yang
terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi
media yang dibakukan. Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses
pelarutan persatuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes dan
Whitney dandiformulasikan secara matematik sebagai berikut (Martin,2006).
𝑑𝑀 𝐷𝑆
= (𝐶𝑠 − 𝐶)
𝑑𝑡 ℎ

dM / dt = kecepatan disolusi massa ( massa/waktu )

D = koefisien difusi zat terlarut dalam larutan

S = luas permukaan padatan yang terpanjang


Cs = kelarutan padatan

C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan bulk untuk waktu t

h = tebal lapisan difusi (Martin,2006)

Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis


darikelayakan sistem penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting padazat
aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh terhadapkecepatan
dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh. Jika disolusi makin cepat, maka absorbsi
makin cepat. Zat aktif dari sediaan padat (tablet, kapsul,serbuk, seppositoria), sediaan
system terdispersi (suspensi dan emulsi), atau sediaan-sediaan semisolid (salep, krim,
pasta) mengalami disolusi dalammedia/cairan biologis kemudian absorbsi zat aktif ke
dalam sirkulasisistemik (Voigt, 1995).

Kecepatan disolusi dalam berbagai keadaan dapat menjadi tahap pembatasankecepatan


zat aktif ke dalam cairan tubuh. Apabila zat padat ada dalam salurancerna, mama terdapat
dua kemungkinan tahap pembatasan kecepatan zat aktif tersebut, yaitu:

a. Zat aktif mula-mula harus larut


b. Zat aktif harus dapat melewati membrane saluran cerna (Voigt, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993):

1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zatyang bersifat
endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusisuatu zat sesuai
dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan viskositas dan
memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifatasam atau basa
lemah.
Untuk asam lemah : Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zatakan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat jugameningkat.
Untuk basa lemah : Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zatakan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. Ukuran Partike
lJika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga
kecepatan disolusi meningkat.
5. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika pengadukan
berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme struktur internal zat
yang berlainan dapat memberikan tingkat Kelarutan yang berbeda pula. Kristal meta
stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan
disolusinya besar.
7. Sifat permukaan zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan
adanya Surakarta di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat dengan
pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya
bertambah.

E. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Magenic stirrer dan pengaduk Aquadest
2 Beaker glass 500 mL Asam Benzoat
3 Pipet volume 5 mL Fenolftalein
4 Vial 10 mL Naoh
5 Labu Erlenmeyer
6 Buret
7 Klem
8 Standar buret
9 Termometer
10 Stopwatch
F. Prosedur Kerja
1. Diisi beaker glass dengan 100 ml aquadest dan diletakkan di atas pengaduk
magnetik yang dilengkapi dengan pengatur suhu.

2. Diatur suhu pada 40oC dan 50oC.

3. Jika suhu larutan telah mencapai 40oC (Kel 1), asam benzoat dimasukan 0.25
g danpengaduk magnetik dihidupkan pada kecepatan 50 rpm. Dicatat waktu
saat asam benzoate dimasukkan.
4. Pada rentang waktu 1, 5, 10,15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan,
larutan dalam beaker glass diambil 5 ml menggunakan pipet volume dan
dimasukan ke dalam erlenmeyer. Setiap selesai diambilnya sampel, segera
digantikan dengan 5 ml aquadest.
5. Asam benzoat yang terlarut dalam masing-masing larutan ditentukan kadar
dengan cara titrasi sebagai berikut.
• Larutan sampel 5 ml dan ditambahankan 3 tetes fenolftalein dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda.
• Dilakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu
terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan
dengan aquadest.

6. Prosedur 1 – 5 dilakukan untuk suhu 50oC (Kel 2).


7. Hasil yang diperoleh dibuat tabel.
8. Buat kurva kadar asam benzoat yang diperoleh terhadap waktu untuk setiap
kecepatan pengadukan (dalam satu grafik).

G. Data Hasil Pengamatan


Standarisasi NaOH

Larutan V1 V2 V3 V rata rata


Asam Oksalat 4,9 mL 5,1 mL 5,0 mL 4,9 + 5,1 + 5,0
(titran) 3
15
= = 5,0 mL
3
Perhitungan Normalitas :

N1 × V1 = N2 × V2
0,1 N × 5 mL = N2 × 5,0 mL
0,1 𝑁 ×5 𝑚𝐿
N2 =
5,0 𝑚𝐿

N2 = 0,1 N

Perhitungan Kadar Asam Benzoat – 40℃

Waktu
Volume Konsentrasi Asam Benzoat Faktor Koreksi
(menit)
3 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar = × 100 % = 0.7327 % 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 0.7327%
5 𝑚𝑙×1000
1 = 0.0366 %
3 ml
Ct = co = 0.7327 %

4.5 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙


Kadar= × 100 % = 1.0991% 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 1.1357%
5 𝑚𝑙×1000
= 0.0568%
5 4.5 ml
Ct = 0.0366 + 1.0991 %
= 1.1357 %
6.2 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar= × 100 % = 1.5143% 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 1.5711%
5 𝑚𝑙×1000
= 0.0785 %
10 6.2 ml
Ct = 0.0568 + 1.5143 %
= 1.5711 %
7.8 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar= × 100 % = 1.9051% 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 1.9836%
5 𝑚𝑙×1000
= 0.0992 %
15 7.8 ml
Ct = 0.0785 + 1.9051 %
= 1.9836 %
9.3 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar = × 100 % = 2.2714% 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 2.3706%
5 𝑚𝑙×1000
= 0.1185 %
20 9.3 ml
Ct = 0.0992 + 2.2714 %
= 2.3706 %
10.5 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar = × 100 % = 2.5645% 𝐹𝐾 = 𝑥 2.6830%
5 𝑚𝑙×1000 100 𝑚𝑙

= 0.1342 %
25 10.5 ml
Ct = 0.1185 + 2.5645 %
= 2.6830 %
12 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar = × 100 % = 2.9309% 𝐹𝐾 = 100 𝑚𝑙 𝑥 3.0651% =
5 𝑚𝑙×1000
= 0.1536 %
30 12 ml
Ct = 0.1342 + 2.9309 %
= 3.0651 %

Perhitungan Kadar Asam Benzoat – 50℃

Waktu Volume Konsentrasi Asam Benzoat Faktor Koreksi


5 𝑚𝑙
𝐹𝐾 = × 1.4654 %
100 𝑚𝑙

1 6 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2
Kadar = × 100 % = 1.4654% = 0.0733 %
5 𝑚𝑙×1000
6 ml

Ct = co = 1.4654 %
5 𝑚𝑙
𝐹𝐾 = × 1.9051 %
100 𝑚𝑙
7.5 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2
Kadar= × 100 % = 1.8318% = 0.0953 %
5 𝑚𝑙×1000
5 7.5 ml

Ct = 0.0733 + 1.8318 %
= 1.9051 %
5 𝑚𝑙
𝐹𝐾 = × 2.3423 %
100 𝑚𝑙
9.2 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2
Kadar = × 100 % = 2.2470% = 0.1171 %
5 𝑚𝑙×1000
10 9.2 ml

Ct = 0.0953 + 2.2470 %
= 2.3423 %

5 𝑚𝑙
𝐹𝐾 = × 2.7549 %
100 𝑚𝑙
10.8 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2
Kadar= 5 𝑚𝑙×1000
× 100 % = 2.6378 % = 0.1377 %
15 10.8 ml

Ct = 0.1171 + 2.6378 %
= 2.7549 %
5 𝑚𝑙
𝐹𝐾 = × 3.1419 %
100 𝑚𝑙
12.3 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2
Kadar= × 100 % = 3.0042% = 0.1571 %
5 𝑚𝑙×1000
20 12.3 ml

Ct = 0.1377 + 3.0042 %
= 3.1419 %
13.5 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar= × 100 % = 3.2972 % 𝐹𝐾 =
100 𝑚𝑙
× 3.4543 % =
5 𝑚𝑙×1000

= 0.1727 %
25 13.5 ml Ct = 0.1571 + 3.2972 %
= 3.4543 %
15 𝑚𝑙 × 0.1 𝑁 × 122.2 5 𝑚𝑙
Kadar= × 100 % = 3.6636% 𝐹𝐾 = × 3.8363 %
5 𝑚𝑙×1000 100 𝑚𝑙

= 0.1918 %
30 15 ml
Ct = 0.1727 + 3.6636 %
= 3.8363 %
Tabel Hasil Pengamatan Perhitungan Konsentrasi dan Faktor Koreksi

Kecepatan Waktu Konsentrasi Faktor Koreksi


Putaran
1’ 0,7327 % 0,0366 %
5’ 1,1357 % 0,0568 %
10’ 1,571 % 0,0785 %
40°𝐶 15’ 1,9836 % 0,0992 %
20’ 2,3706 % 0,1185 %
25’ 2,683 % 0,1392 %
30’ 3,0651 % 0,1536 %
1’ 1,4654 % 0,0733 %
5’ 1,9051 % 0,0953 %
10’ 2,3423 % 0,1171 %
50°𝐶 15’ 2,7549 % 0,1371 %
20’ 3,1419 % 0,1571 %
25’ 3,4543 % 0,1727 %
30’ 3,8363 % 0,1918 %

Kurva Antara Konsentrasi Asam Benzoat Yang Diperoleh Terhadap Waktu Untuk Setiap
Suhu Pengadukan

4,5
4
Konsentrasi Asam Benzoat (%)

3,5
3
2,5
2 40ºC
1,5 50ºC

1
0,5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
H. Pembahasan

Disolusi adalah proses pelepasan senyawa obat dari sediaan dan melarut dalam media pel-
arut. Disolusi mengacu pada proses ketika fase padat (misalnya tablet atau serbuk) masuk ke dalam
fase larutan, seperti air. Intinya, ketika obat melarut, partikel-partikel padat memisah dan molekul
demi molekul baercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan tersebut. (Santi,
2016).

Kecepatan Disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat melarut dalam waktu tertentu pada
kondisi antar permukaan cair-padat, suhu dan komposisi media yang dibakukan. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan disolusi bentuk sediaan padat dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori
utama yaitu : sifat fisika kimia obat, formulasi produk obat, proses pembuatan sediaan, dan kondisi
uji disolusi.

Uji Disolusi yang diterapkan pada sediaan obat bertujuan untuk mengukur serta menge-
tahui jumlah zat aktif yang terlarut dalam media pelarut yang diketahui volumenya pada waktu
dan suhu tertentu, menggunakan alat tertentu yang didesain untuk uji disolusi.

Pada praktikum uji disolusi ini bertujuan untuk menentukan kecepatan disolusi suatu zat
dengan menggunakan alat serta mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan Disolusi suatu zat.
Zat yang digunakan dalam penentuan kecepatan disolusi ini adalah Assam Benzoat dalam medium
aquadest dan alat yang digunakan adalah magnetic stirrer.

Proses percobaan yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan kemudian mengukur aquadest sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur. Aquadest
yang telah dituangkan ke dalam beaker glass dipanaskan di atas magnetic stirrer hingga mencapai
suhu ruang sebelum dimasukkan Asam Benzoat ke dalamnya. Asam Benzoat yang dibutuhkan
dalam percobaan kali ini berjumlah 0,50 gram. Masing-masing perlakuan dibutuhkan Asam Ben-
zoat sebanyak 0,25 gram.

Dalam percobaan ini, dilakukan dua perlakuan. Perlakuan yang pertama adalah dengan
mengatur suhu pada 40° C dan perlakuan kedua adalah dengan mengatur suhu pada 50° C. Dengan
kecepatan pengadukan pada magnetic stirrer sebesar 50 rpm. Perbedaan perlakuan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan Disolusi. Sampel sejumlah 5 ml diambil
dalam rentang waktu 1, 5,10,15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Sampel yang diambil
diganti dengan medium Disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium Disolusi
tetap (Siswanto, 2014)

Kemudian sampel 5 ml ditambahkan 3 tetes fenolftalein, lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai timbul warna merah muda. Setelah diketahui kadar masing-masing sampel, dilakukan
koreksi karena telah dilakukannya penmabahan aquadest setelah pengambilan sampel. Faktor
koreksi bertujuan untuk membandingkan nilai konsentrasi yang didapat dengan nilai koreksi.

Kelarutan Asam Benzoat menurut Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 halaman 154
adalah “ Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform,dan dalam eter”. Sebe-
lum menentukan kadar Asam Benzoat harus distandarisassi terlebih dahulu dengan Asam Oksalat
karena NaOH merupakan zat yang bersifat higroskopis yaitu zat yang dapat menyerap air dari
udara sehingga konsentrasinya bias berubah-ubah, tidak stabil, sukar dimurnikan, dan tidak tahan
lama dalam bentuk larutannya oleh karena itu harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan. NaOH merupakan basa kuat maka titratnya harus asam lemah oleh sebab itu digunakan
Asam Oksalat yang memiliki kemurnian yang tinggi dan mudah diperoleh dalam keadaan murni,
serta stabil (Fatimah, dkk., 2015)

Selanjutnya dilakukan faktor koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu
terhadap pengenceran yang dilakukan karena pergantian larutan dengan aquadest. Faktor koreksi
ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan nilai konsentrasi yang didapat dengan nilai
koreksi.

Semakin tingginya suhu akan mempengaruhi koefisien difusi sehingga disolusi atau
melarutnya suatu zat akan semakin cepat, semakin tingginya suhu juga akan mempengaruhi
kelarutan asam benzoat semakin tinggi, akibatnya konsentrasi asam benzoat dalam larutan juga
semakin tinggi pula. Dilihat pada hasil pengamatan, didapatkan hasil asam benzoat yang larut
sebesar 3,0651% pada waktu 30 menit dengan suhu 40°c, sedangkan pada suhu 50°c dengan waktu
yang sama, asam benzoat yang larut sebesar 3,8363% sehingga dapat dikatakan bahwa antara suhu
dengan kecepatan disolusi berbanding lurus.
Kesimpulan

1. Kecepatan disolusi asam benzoate dalam suhu 40°C dalam 1 menit larut sebesar 0,7327%
, dalam waktu 5 menit larut sebesar 1,1357%, dalam waktu 10 menit larut sebesar 1,571%
, dalam waktu 15 menit larut sebesar 1,9836%, dalam waktu 20 menit larut sebesar
2,3706%, dalam waktu 25 menit larut sebesar 2,683%, dan dalam waktu 30 menit larut
sebesar 3,0651%.
2. Kecepatan disolusi asam benzoate dalam suhu 50°C dalam 1 menit larut sebesar 1,4654%
, dalam waktu 5 menit larut sebesar 1,9051%, dalam waktu 10 menit larut sebesar 2,3423%
, dalam waktu 15 menit larut sebesar 2,7549%, dalam waktu 20 menit larut sebesar
3,1419%, dalam waktu 25 menit larut sebesar 3,4543%, dan dalam waktu 30 menit larut
sebesar 3,8363%.
3. Semakin tingginya suhu akan mempengaruhi koefisien difusi sehingga disolusi atau
melarutnya suatu zat akan semakin cepat
Daftar Pustaka

M Ghalib, Rizky Sadat, Ghaida shopihatul widya, dkk. 2017. Uji difusi. Farmasi fisika. Diploma
tiga Farmasi. Poltekkes Kemenkes Bandung.
Santi, Sinila. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta:Pusdik SDM Kesehatan
Nasution, Elis Suryani. 2016. Uji Disolusi Tablet Parasetamol dengan Metode Dayung. Medan :
Universitas Sumatera Utara
Shargel. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya : Airlangga University
pres

Anda mungkin juga menyukai