Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal

dengan bangsa lain. Maka dari itu, pendidikan harus mampu menjamin

pemerataan pendidikan, peningatan kualitas pendidikan, serta relevan dan

efisiensi pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan

perubahan kehidupan lokal, nasional, global, sehingga diperlukan

pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu, perlu adanya

peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua,

guru, dan peserta didik.

Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang berlangsung

seumur hidup dan terencana untuk mendidik manusia secara aktif, untuk

mengembangan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak. Dari hal

tersebut menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada ranah

kognitif, tetapi juga psikomotorik dan afektif. Dalam pembelajaran, guru

mempunyai strategi dan model dalam pembelajaran. Selain strategi dan

model guru juga sering menggunakan metode yang dapat disesuaikan

dengan perkembangan kurikulum di Indonesia. Dengan demikian, harapan

I1
2

dalam pendidikan yakni dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas, cerdas, memiliki intelektual yang tinggi sehingga dapat

mengisi kemerdekaan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu kurikulum

2013. Kurikulum 2013 ini sebagai pengganti dari kurikulum sebelumnya

yaitu kurikulum 2006 atau sering disebut KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan). Kurikulum ini menuntut peserta didik untuk aktif,

inovatif, dan kreatif. Selain peserta didik dituntut untuk aktif, inovatif,

serta kreatif, pendidik juga dituntut untuk dapat mengkontruksikan

pengetahuan peserta didik melalui pendekatan, model, serta strategi di

dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik sesuai dengan

penilaian kurikulum 2013 yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Pembelajaran di SD dengan kurikulum k13 telah menggunakan tematik

terpadu. Pembelajaran tematik terpadu ini merupakan suatu proses

pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran satu dengan yang

lain. Harapannya, dengan adanya kurikulum 2013 saat ini dapat

mempermudah peserta didik memahami suatu konsep dengan satu konsep

lainnya, sehingga peserta didik mampu melihat pengetahuan kesatuan

yang utuh.

Pada kurikulum 2013 ini telah diterapkan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang menggunakan

kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan

data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasu atau


3

data kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014). Pada

pendekatan saintifik sendiri terdapat model pembelajaran yaitu model

pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL),

model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL),

model pembelajaran penemuan atau Discovery Learning dan mode

pembelajaran inkuiri atau pembelajaran yang menekankan penemuan pada

jawaban sendiri. Pada kurikulum 2013, hasil belajar difokuskan pada

afektif, psikomotor, dan kognitif.

Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat

perbuatan dan dapat diamati memlalui penampilan siswa. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang dapat

dikatergorikn menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal berupa sarana prasarana, metode yang digunakan guru dan

lingkungan sosial, sedangkan faktor internal dapat berupa minat, motivai,

gaya berpikir, intelegensi, serta perhatian peserta didik (Heri Susanto,

dkk :2017). Menurut David A. Jacobsen, dkk (2009: 93), jenis-jenis tujuan

pengajaran yang paling umum diterapkan dalam sekolah-sekolah adalah

ranah kognitif. Hal ini disebabkan ranah kognitif fokus pada tranmisi

(penyebaran) , pengetahuan, dan strategi-strategi yang merupakan

pandangan paling umum mengenai peran sekolah, baik dimasa lalu

maupun masa kini. Tingkatan-tingkatan dalam ranah kognitif ada 6 yakni


4

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan

menciptakan.

Dalam sebuah pembelajaran, guru harus dapat memahami dan

menguasai dari beberapa inovasi model pembelajaran yang digunakan

sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan secara lancar dan kondusif

serta peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan. Ketika guru

menggunakan model pembelajaran dalam sebuah pembelajaran, maka

perlunya mempertimbangkan alokasi waktu.

Dari hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas IV di SDN

02 Gadingan Sukoharjo, di SDN 02 Gadingan Sukoharja ini terutama

dikelas IV guru sudah menggunakan model-model pembelajaran dalam

proses belajar-mengajar, tetapi dari beberapa model yang digunakan tidak

semuanya berjalan dengan lancar, seperti ada beberapa sintak dalam

pembelajaran yang tidak terlaksana karena keterbatasan dalam waktu.

Pada sebuah pembelajaran dengan menggunakan model Example

Non Example, ketika guru menjelaskan dengan menggunakan model ini

tidak semua peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga

dalam hal ini memerlukan waktu untuk mengkondisikan perserta didik

tersebut. Adapun ketika harus berdiskusi dengan teman sebangku juga

tidak dilakukan oleh beberapa peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan menggunakan model ini belum optimal dalam pencapaian.

Pembelajaran ini juga dianggap belum sepenuhnya menciptakan


5

pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif, pembelajaran ini

cenderung membosankan untuk sebagian peserta didik yang hanya

ditugaskan untuk membaca materi dan apabila ada yang belum paham baru

peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya, dalam hal bertanya pun

masih banyak peserta didik yang masih malu atau tidak berani untuk

bertanya.

Selain model Example Non Example tersebut, guru juga

menggunakan model pembelajaran inkuiri, dimana model pembelajaran ini

merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

menemukan rumusan masalah dengan caranya sendiri serta

menyimpulkannya. Sehingga, peserta didik memiliki kesempatan untuk

mengkontruksi pengetahuan yang ia miliki.

Maka dalam hal ini terdapat kesenjangan yaitu dimana dalam

pembelajaran dan penggunaan mode pembelajaran guru harus mampu

menguasai serta memahami model yang digunakan untuk menunjang

proses pembelajaran, guru juga harus mampu mengelola pembelajaran

terutama pada alokasi waktu pembelajaran yang telah ditentukan. Selain

itu, guru juga dituntut untuk kreatif, inovatif dalam melakukan

pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan pembelajaran

pun berlajaran secara kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik, guru

juga harus melibatkan peserta didik agar aktif ketika pembelajaran

berlangsung, dengan begitu pembelajaran tersebut akan lebih bermakna

bagi peserta didik.


6

Untuk melibatkan keatifak pesera didik dalam kegiatan belajar

mengajar, guru menggunakan model pembelajaran inkuiri yang dimana

model ini menuntut peserta didik untuk menyelesaikan tugas dengan

hasilnya penemuannya sendiri, hal ini dirasa dapat memberikan dorongan

kepada peserta didik serta memberikan pengalaman belajar yang berkesan

karena peserta didik dapat mencapai hasil dengan hasil kerja kerasnya

sendiri, tetapi dalam hal ini guru tidak boleh lepas tangan dalam artian

guru harus tetap memberikan arahkan.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Model Pembelajaran

Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 02

Gadingan Sukoharjo Tahun 2019/2020”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu.

2. Dalam menggunakan model pembelajaran ada beberapa sintak yang

tidak terlaksana oleh guru.

3. Model pembelajaran yang belum melibatkan peserta didik secara aktif,

dirasa pembelajaran tersebut belum mencapai hasil yang optimal.

4. Pemilihan model yang belum tepat dapat membuat peserta didik cepat

bosan.
7

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan indetifikasi masalah tersebut, maka pembatasan

masalah dalam penelitian ini yaitu analisis model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo

Tahun 2019/2020. Dimana dalam penelitian ini difokuskan pada subjek

yaitu peserta didik kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo, dan objek

penelitian yaitu model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran

matematika di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo Tahun 2019/2020.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan mode pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran matematika di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo

Tahun 2019/2020?

2. Mengapa model pembelajran inkuiri yang digunakan dalam

pembelajaran matematika di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo

Tahun 2019/2020?

3. Apa saja hambatan guru dalam menggunakan model pembelajran

inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas IV

SDN 02 Gadingan Sukoharjo Tahun 2019/2020?


8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajran inkuiri yang

digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN 02

Gadingan Sukoharjo Tahun 2019/2020.

2. Untuk mengetahui pendapat guru dalam penggunaan model

pembelajran inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran matematika

di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo Tahun 2019/2020.

3. Untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh guru dalam

penggunaan model pembelajran inkuiri yang digunakan dalam

pembelajaran matematika di kelas IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo

Tahun 2019/2020.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teroritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek

terutama tentang model ikuiri terhadap peserta didik di sekolah dasar.

b. Manfaat Praktis

1) Peserta Didik
9

Mampu meningkatkan motivasi belajar, memberikan

pengalaman belajar yang berkesan dan bermakna dengan cara

melibatkan peserta didik dalam sebuah pembelajaran.

2) Pendidik

Meningkatakan motivasi guru agar kreatif dan inovatif

khususnya dalam pemilihan mode pembelajaran yang tepat.

3) Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

serta dapat menjadi bahan evaluasi khususnya dalam mode

pembelajaran.

4) Peneliti lain

Sebagai landasan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

bagi peneliti lain khususnya mengenai model pembelajaran

inkuiri.
BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Inkuiri

Menurut Ahmad Yani & Mamat Ruhimat (2018:66) Kata inkuiri

berasal dari kata to inquire yang artinya menanyakan atau mengajukan

pertanyaan. Seseorang yang mengajukan pertanyaan tentu saja karena

ada sesuatu yang ingin diketahuiya. Salah satu cara untuk mengetahui

sesuatu yang ingin diketahui adalah melalui penyelidikan. Dengan

latar belakang tersebut, arti inkuiri dimaknai sebagai aktivitas

penyelidikan dan atau pencarian untuk memuaskan rasa ingin tahu

peserta didik.

Ahmad Yani & Mamat Ruhimat (2018:67) mengatakan,

pembelajaran inkuiri seolah-olah membongkar kebiasaan lama dalam

pembelajaran. Peserta didik bukan hanya menerima isian pengetahuan

dari gurumya. Pembelajaran inkuiri memberi peluang kepada peserta

didik untuk mengajukan pertanyaan dari sesuatu yang ingin

diketahuinya dan mencari jalan untuk menemukan tambahan

pengetahuannya. Pembelajaran inkuiri mengklaim dirinya sebagai

model yang lebih berorientasi pada peserta didik dan lebih demokratis

daripada pendekatan behavioristik yang cenderung otoriter.

I10
11

Menurut Ni Wayan Manik Hermawati (2012: 6), model

pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang mengutamakan

keterlibatan siswa dalam membangun pengetahuannya. Model

pembelajaran inkuiri/penyelidikan diyakini cocok diterapkan. Belajar

dengan model inkuiri memanfaatkan keingintahuannya untuk

mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan/masalah yang dimilikinya.

Menurut C. J. Wenning (2012), model pembelajaran levels of

inquiry merupakan serangkaian pembelajaran yang berupa spektrum

inkuiri yang didalamnya terdiri dari tahapan discovery learning,

interactive demonstrations, inquiry lessons, inquiry leabs (guided,

bounded, dan free), real word aplications dan hypothetical inquiry

(pure dan applied).

Dari paparan diatas, dapat diartikan pembelajaran inkuiri

merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

menemukan rumusan masalah dengan caranya sendiri serta

menyimpulkannya. Sehingga, peserta didik memiliki kesempatan

untuk mengkontruksi pengetahuan yang ia miliki.

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik

untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan

berpikir dengan memberika pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan

jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Selain itu, inkuiri juga
12

dapat mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan peserta

didik agar mampu berpikir ilmiah, seperti (Suyadi, 2013:116) :

a. Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan, dan

pengorganisasian data.

b. Kemandirian belajar, baik individu maupun kolektif.

c. Kemampuan mengekspresikan rasa ingin tahu secara verbal.

d. Kemampuan berpikir kritis, logis, dan analitis.

e. Kesadaran ilmiah bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif

(sementara).

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran inkuiri ini mendorong peserta didik agar mampu

merumuskan serta mencari jawaban berdasarkan pemikirannya sendiri.

Peserta didik juga di beri kesempatan untuk mengkonstruksikan

pengentahuan yang mereka miliki.

3. Ciri-Ciri pembelajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri yang dinyatakan oleh

Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2017: 80), di antaranya :

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk

mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang

dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap

percaya diri (self belief).


13

c. Tujuan dari pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagaian dari

proses mental.

Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri peserta didik

tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi mereka

juga harus dapat mengkonstruksikan potensi yang dimilikinya.

4. Prinsip Penggunaan Model Inkuiri

Atas dasar penjelasan diatas, pembelajaran inkuiri mengacu pada

prinsip-prinsip yang dinyatakan oleh Trianto Ibnu Badar Al-Tabany

(2017: 81), di antaranya :

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama

dari pembelajaran inkuiri yaitu pengembangan kemampuan

berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini bukan hanya

berfokus pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar.

b. Prisip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya ialah

proses interaksi, baik interaksi atara siswa maupun interaksi

siswa dengan guru.

c. Prinsip bertanya. Peran guru harus dilakukan dalam

menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya.

Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan

pada dasarnya sudah menurupakan sebagian dari proses

berpikir.
14

d. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat

sejumlah fakta, melainkan belajar adalah proses berpikir

(learning how to think), yakni “proses mengmbangkan potensi

seluruh otak”. Pembelajaran adalah pemanfaatan dan

penggunaan otak secara maksimal.

e. Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah

pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan

sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas

guru ialah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan

kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka

membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

5. Tahapan Model Inkuiri

Terdapat beberapa definisi atau pengertian mengenai model

pembelajaran inkuiri ini. Akan tetapi, secara umum model

pembelajaran ikuiri adalah model pembelajaran yang mendorong

peserta didik untuk menemukan rumusan masalah dengan caranya

sendiri serta menyimpulkannya. Sehingga, peserta didik memiliki

kesempatan untuk mengkontruksi pengetahuan yang ia miliki.

Ketika guru melaksanakan pembelajaran yag menggunakan model

inkuiri, guru dapat menerapkan tahapan yang telah terdapat pada

model inkuiri tersebut. Berikut bentuk dari tahapan model

pembelajaran inkuiri.
15

Tabel 1. Tahapan Model Inkuiri

No Fase Perilaku Guru

.
1. Menyajikan pertanyaan  Guru membimbing siswa

atau masalah mengidentifikasi masalah

dan masalah ditulis di

papan tulis.

 Guru membagi siswa

dalam kelompok
2. Membuat hipotesis  Guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk curah pendapat

dalam merumuskan

hipotesis.

 Guru membimbing siswa

dalam menentukan

hipotesis yang relevan

dengan permasalahan

dan memprioritaskan

penyelidikan

3. Merancang percobaan  Guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk menentukan

langkah – langkah yang


16

sesuai dengan hipotesis

yang akan digunakan.

 Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah –

langkah percobaan

4. Melakukan percobaan  Guru membimbing siswa

untuk memperoleh untuk memperoleh

informasi informasi melalui

percobaan

5. Mengumpulkan dan  Guru memberi

menganalisis data kesempatan kepada tiap

kelompok untuk

menyampaikan hasil

pengolahan data yang

terkumpul

6. Membuat kesimpulan  Guru membimbing siswa

dalam membuat

kesimpulan

6. Keunggulan dan KelemahanModel Inkuiri


17

Menurut Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2017: 82-83), menyatakan

keunggulan dari pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

a. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran

melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.

b. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa

untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap seduai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang

menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku,

berkata dan pengalaman.

d. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa

yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa

yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Menurut Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2017: 83), menyatakan

kelemahan dari pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilansiswa.

b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.


18

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,

memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka

strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.

Dilihat dari kekurangan model pembelajaran inkuiri diatas, dapat

disimpulkan bahwa mode pembelajaran ini tidak dapat berjalan dengan

lancar atau maksimal tanpa adanya bantuan media pembelajaran.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Ahmad

Susanto (2019: 7), hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik sebagai hasil kegiatan belajar. Secara

sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald

Kauchak (2009: 93), jenis-jenis tujuan pengajaran yang paling

umum diterapkan dalam sekolah-sekolah adalah ranah kognitif. Hal

ini disebabkan ranah kognitif fokus pada transmisi (penyebaran)

pengetahuan dan strategi-strategi, yang merupakan pandangan


19

umum mengenai peran sekolah, baik di masa lalu maupun masa

kini.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa hasil belajar sering kali

digunakan sebagai acuan pendidik untuk menilai seberapa paham

peserta didik dalam sebuah pembelajaran. Didalam hasil belajar

terdapat 3 ranah yaitu afektif, psikomotor, dan kognitif, tetapi yang

paling umum digunakan disekolah-sekolah yaitu hasil belajar

kognitif.

8. Pembelajaran Matematika Di SD

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan sumber ilmu pengetahuan yang

sangat penting bagi kehidupan. Matematika juga memberikan

kontribusi yang sangat besar, mulai dari yang sederhana sampai

yang kompleks, dari yang abstrak sampai konkrit dalam

pemecahan masalah. Menurut Karso (2014: 4), matematika itu

adalah ilmu deduktif yang abstrak, sedangkan anak usia SD relatif

berada pada pemikiran konkret dengan kemampuan bervariasi

sehingga strategi dan pendekatan psikologis sebagai jembatan

sementara adalah salah satu alternatifnya.

Pengertian matematika menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) menyatakan matematika yaitu ilmu tentang

bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan


20

(Depdikbud, 1991: 19). Sedangkan pembelajaran matematika di

SD sendiri merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk

dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya

antara hakikat anak dan han hakikat matematika.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika merupakan proses pembelajaran antara

guru dan peserta didik dalam memahami konsep serta karakteristik

yang saling berkaitan serta memahami dan mengaplikasikan

konsep secara efisien, akurat, dan tepat dalam pemecahan masalah

sehingga pembelajaran matematika tersebut berjalan dengan baik.

Adapun jenis-jenis konsep dalam pembelajaran matematika

di SD menurut Karso (2014: 43) sebagai berikut:

a. Konsep dasar. Konsep dasar pada pembelajaran

matematika merupakan materi-materi atau bahan-bahan

dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan

umumnya merupakan materi baru untuk para siswa yang

mempelajarinya.

b. Konsep yang berkembang. Konsep yang berkembang dari

konsep dasar merupakan sifat atau penerapan dari

konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang ini

merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam

mempelajarinya memerlukan pengetahuan tentang konsep

dasar.
21

c. Konsep yang harus dibina keterampilannnya. Konsep

yang termasuk kedalam konsep jenis ini dapat merupakan

konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang

berkembang.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Di

SD

Tabel 1. SK dan KD Matematika

Standar Kompetensi Materi Indikator

Kompetensi Dasar Pokok

3. Melakukan 3.1 Melakukan Operasi Mengenal

perkalian dan perkalian hitung perkalian

pembagian bilangan yang bilangan sebagai

bilangan sampai hasilnya dua penjumlahan

dua angka angka berulang.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Rosmidar, Syarifah Habibah, Tursinawati 92018) dengan judul “

Implementasi Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Tematik Subtema Iii

Pekerjaan Orang Tuaku Di Kelas Iv Sd Negeri 69 Banda Aceh ”. Hasil

penelitian ini yaitu Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri

69 Kota Banda Aceh ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah,

yang diakibatkan penyampaian materi dengan metode konvensional dan

tanpa media yang mendukung dalam penyampaian materi pembelajaran.


22

Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, sehingga keaktifan dan

kekreatifan siswa sama sekali tidak terlihat. Proses pembelajaran sebelum

tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi

respon yang menantang, siswa masih bekerja secara individual, tidak

tampak kekreatifan siswa maupun gagasan yang muncul dan siswa terlihat

jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran yang dilakukan guru

tidak menunjukkan proses pembelajaran aktif dan dibuat aktif, sehingga

nilai rata-rata pelajaran siswa rendah. Dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran di SD adalah siswa dituntut berinteraksi langsung dan kritis

mengembangkan keterampilan proses dan memecahkan masalah dalam

kehidupan yang dialami. Untuk itu peneliti mencoba mengatasi masalah

belajar kelas IV SD Negeri 69 Banda Aceh menggunakan model Inkuiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmidar dalam skripsi yang

berjudul “Implementasi Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Tematik

Subtema III Pekerjaan Orang tuaku Di Kelas IV SD Negeri 69 Banda

Aceh”. Peneliti menggunakan model pembelajaran yang menekankan

mengamati proses mengajar guru dengan melihat langkah model

pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan.

2. Abdurrahman (2017) dengan judul “Efektivitas dan Kendala

Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri terhadap Capaian Dimensi

Kognitif Siswa: Meta Analisis”. Hasil penelitian ini yaitu Meta analisis

terhadap sejumlah hasil kajian tentang pembelajaran sains berorientasi

inkuiri di seluruh pelosok negeri, menunjukkan bahwa pendekatan


23

pembelajaran ini memberikan peluang tinggi pada upaya reformasi

implementasi kurikulum pendidikan sains. Efek positif pembelajaran

berbasis inkuiri yang ditunjukkan dengan rata-rata ukuran efek yang

cukup tinggi dibeberapa hasil studi memberikan penguatan filosopis

bahwa keterlibatan secara aktif siswa, kesiapan guru, dan ketesediaan

lingkungan serta bahan ajar yang memadai merupakan faktor-faktor

penting keberhasilan pengembangan pembelajaran sains. Disamping

itu meta analisis ini juga memberikan gambaran yang penting bagi

guru bagaimana menerapkan inquiry based teaching, sehingga guru

sains mampu berinovasi secara baik di kelas-kelas sains. Beberapa

kendala yang terjadi di negara-negara berkembang bagaimana

membelajarkan sains terletak pada budaya belajar siswa yang masih

membutuhkan bimbingan yang cukup ketat dari guru. Inkuiri

terbimbing merupakan strategi pembelajaran yang sangat

memungkinkan memiliki peluang yang tinggi dalam melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran sains di negara berkembang.

3. Puji Ayurachmawati dan Ari Widodo (2016) dengan judul “Analisis

Kemampuan Inkuiri Siswa Di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini

yaitu kemampuan inkuiri siswa di SDN 21 Palembang telah mulai

terlihat dimulai dari tingkatan Kelas I hingga tingkatan Kelas VI.

Kesimpulan ini didasarkan pada 2 temuan utama penelitian yaitu : 1.

Terdapat lima kemampuan yang muncul pada penelitian ini. Kelima

kemampuan inkuiri yang muncul tersebut memiliki perbedaan pada


24

setiap jenjang dimulai dari Kelas I hingga Kelas VI Sekolah Dasar.

Kemampuan yang muncul adalah (1) kemampuan mengajukan

pertanyaan yang memiliki perbedaan dari jumlah siswa yang

mengajukan pertanyaan dan jumlah variasi jenis pertanyaan, (2)

kemampuan merencanakan penyelidikan yang memiliki perbedaan dari

kelengkapan siswa menentukan variabel penelitian, (3) kemampuan

menggunakan perlengkapan sederhana dan alat untuk mengumpulkan

data yang memiliki perbedaan dari ragam alat dan bahan serta

kelengkapan menuliskan langkah percobaan, (4) kemampuan

menggunakan data untuk mengkonstruksi penjelasan yang memiliki

perbedaan komposisi penjelasan hasil penelitian, dan (5) kemampuan

mengkomunikasikan yang memiliki perbedaan jenis dan bentuk

penyampaian hasil penelitian. 2. Terjadi perkembangan pada

kemampuan inkuiri yang telah muncul dimulai dari tingkatan Kelas I

hingga Kelas VI Sekolah Dasar. Perkembangan dapat terlihat dari

jumlah siswa yang mampu menguasai kemampuan inkuiri, serta

komposisi isi pada setiap kemampuan semakin meningkat di setiap

tingkatan kelas. Namun secara klasikal siswa Kelas I dan Kelas II

dinilai belum menguasai kemampuan inkuiri yang telah muncul.

4. Ramdhan Witarsa (20110 dengan judul “Analisis kemampuan Inkuiri

Guru Yang Sudah Tersertifikasi Dan Belum Tersertifikasi Dalam

Pembelajaran SAINS SD”. Hasil penelirian ini yaitu Pertama,

pemahaman guru tentang inkuiri dari tiga kelompok guru yang diteliti
25

bervariasi, rata-rata pemahaman tiga kelompok guru tentang inkuiri

termasuk dalam kategori sangat baik, dengan persentase rata-rata 81%.

Kedua, kemampuan memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam RPP

sains dari tiga kelompok guru sangat bervariasi, persentase rata-rata

kemunculan aspek-aspek inkuiri dalam RPP sains termasuk dalam

kategori kurang, dengan persentase rata-rata 27%. Ketiga, kemampuan

guru memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam pelaksanaan

pembelajaran sains dari tiga kelompok guru sangat bervariasi,

persentase rata-rata kemunculan aspek-aspek inkuiri dalam

pelaksanaan pembelajaran sains termasuk dalam kategori kurang,

dengan persentase rata-rata 31%. Keempat, kemampuan membuat

soal-soal inkuiri untuk mengevaluasi pembelajaran sains dari tiga

kelompok guru sangat bervariasi, persentase rata-rata kemampuan

membuat soal-soal inkuiri termasuk dalam kategori sangat kurang,

dengan persentase rata-rata 3%. Kelima, persentase rata-rata

kemampuan inkuiri secara keseluruhan dari ketiga kelompok guru

(tersertifikasi portofolio, tersertifikasi diklat, dan belum tersertifikasi)

berada pada kategori kurang.

5. Yoggy Febriawan, Subanji, dan Syamsul Hadi (2016) dengan judul

“Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas V SDN

Balonggembek 1 Jombang”. Hasil penelitian ini yaitu Peneliti

menggunakan prosedur pengumpulan data berupa observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati


26

segala sesuatu yang ada di sekolah mulai dari siswa, guru, dan

lingkungan sekolah. Selain itu, observasi juga digunakan untuk

mengamati guru mengajar dalam menerapkan pembelajaran inkuiri

terbimbing. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan langsung kepada guru kelas V. Selain wawancara dengan

guru kelas, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa kelas V.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu seperti mencatat

atau mengambil data-data yang sudah ada di sekolah, menyalin atau

meminta rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru pada

saat mengajarkan matematika dengan menggunakan pendekatan

matematika realistik dan mengambil dokumentasi benda-benda yang

digunakan guru dalam menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pengecekan keabsahan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1)

ketekunan pengamatan/pengamatan penuh, kegiatan ini dilakukan pada

saat pelaksanaan pengamatan di lapangan sehingga menemukan ciri–

ciri dan unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah yang diteliti,

(2) pemeriksaan sejawat, berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan

rekan lainnya yang memiliki pengetahuan umum, dalam hal ini adalah

guru V SDN Balonggmek 1 Jombang.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis data yaitu

reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Tahap-tahap dalam


27

penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu dimulai dari tahap

penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya

sampai pada penulisan laporan. Pembelajaran inkuiri terbimbing

sudah diterapkan cukup baik oleh guru kelas V SDN Balonggemek 1

Jombang, walaupun dalam penerapannya itu masih ada yang belum

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing.

Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran

inkuiri terbimbing dalam implementasinya perlu dilakukan pembuatan

perencanaan pembelajaran yang baik. Pembuatan perencanaan

pembelajaran dalam menanamkan konsep matematika pada materi

yang akan diajarkan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri

terbimbing harus menggunakan konteks yang benar-benar telah

dikenal baik oleh siswa serta merupakan aplikasi dalam kehidupan

nyata yang dijadikan sebagai titik tolak proses pembelajaran sehingga

dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami konsep

materi matematika yang telah diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing di

kelas V dirasakan sangat menarik oleh siswa sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih baik. Selain itu, penarikan kesimpulan

dalam proses pembelajaran tidak diberikan oleh guru secara langsung,

namun kesimpulan tersebut diutarakan oleh siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing tidak

hanya dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa,


28

namun juga membelajarkan siswa untuk berani mengemukakan

pendapatnya sendiri. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan

oleh Mosik (2010), yang membuktikan bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat mengatasi kesulitan belajar siswa yang berdampak

pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, penelitian yang

dilakukan Budiada (2010) juga membuktikan bahwa pembelajaran

inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio lebih baik daripada

hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan

bahwa guru kelas V di SDN Balonggemek 1 Jombang sudah

menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran

Matematika dengan cukup baik, walaupun dalam penerapannya

langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing belum berjalan

secara maksimal. Sesuai hasil wawancara, penerapan pembelajaran

inkuiri terbimbing pada pelajaran Matematika bahwa tidak semua

materi dapat diajarkan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri

terbimbing.

6. Kerangka Berpikir

Di dalam sebuah pembelajaran tentunya terdapat sebuah kurikulum

yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menjadi


29

pribadi yang kreatif, inovatif serta beriman. Pada saat ini kurikulum yang

digunakan yaitu kurikulum 2013, di dalam kurikulum ini menuntut peserta

didik untuk aktif, inovatif, dan kreatif. Selain peserta didik, guru juga

harus dapat berinovasi pada saat pembelajaran berlangsung seperti

menggunakan beberapa model pembelajaran serta media pembelajaran

agar menunjang saat proses belajar mengajar berlangsung.

Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan guru saat ini dengan

caramenggunakan model permbelajaran yang dapat meningkatkan kualitas

berlajar yaitu model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri

merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

menemukan rumusan masalah dengan caranya sendiri serta

menyimpulkannya. Sehingga, peserta didik memiliki kesempatan untuk

mengkontruksi pengetahuan yang ia miliki.

Dalam sebuah model pembelajaran inkuiri ada beberapa kriteria yang

terdapat dalam model yaitu sintak, interaksi sosial, dan dampak. Sintak

ialah sebuah tahapan atau langkah yang sudah tercantum di dalam setiap

model, didalam model pembelajaran inkuiri terdapat 6 tahapan yaitu

menyajikan pertanyaan atau masalah,membuat hipotesis, merancang

percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data,

dan membuat kesimpulan. Interaksi sosial ialah terjadinya sebuah

komunikasi antara guru dan peserta didik sehingga menghasilkan interaksi

atau timbal balik dari guru ke peserta didik ataupun sebaliknya. Sedangan
30

dampak ialah hasil akhir dari proses pembelajaran yang menggunakan

model inkuiri terhadap peserta didik.

Dalam hal ini, guru sangat berperan penting dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran sendiri dapat dikatakan berhasil

apabila ada peningkatan dalam keaktifn serta hasil belajar peserta didik.

Apabila hal tersebut belum adanya peningkatan, maka dapat dikatakan

pembelajaran tersebut belum optimal. Maka dari itu, diperlukannya sebuah

upaya dari seorang guru yang diharapkan dapat mencapai peningkatan

tersebut. Berdasarkan paparan tersebut, maka kerangka berpikir dapat

disajikan sebagai berikut :

Model Pembelajaran Inkuiri


31

Sintak Interaksi Dampak

Guru

Analisis Model Pembelajaran


Inkuiri Dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV SDN 02
Gadingan Sukoharjo

Gambar 1. Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 Gadingan Sukoharjo, karena di

SD tersebut sudah menerapkan model yang akan saya teliti.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2019/2020. Penelitian dilaksanakan kurang lebih 5 bulan dari bulan

Januari sampai Mei 2020, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli

2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020

1. Obsevasi

awal

2. Pengajua

n judul

3. Menyusu

proposal

4. Menyusu

I32
33

instrume

5. Validitas

uji coba

6. Pengump

ulan data

7. Mengola

h data

8. Penyusu

nan

laporan

akhir

9. Hasil

akhir

B. Bentuk dan strategi penelitian

Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Sugiyono (2016: 1) metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara


34

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2017: 22) penelitian

kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi

sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyatan secara benar, dibentuk

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang

relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Menurut Sugiyono (2017: 9) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau

enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi(gabungan observasi, wawancara,

dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data

bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat

untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkontruksi fenomena,

dan menemukan hipotesis.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat diartikan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian tidak menggunakan prosedur

analisis statistik, melainkan penelitian tersebut menggunakan data-data

yang bersifat kualitatif yang berupa hasil wawancara, obeservasi, dan

dokumentasi.

C. Sumber data
35

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan sumber data untuk

memperkuat dala hasil penelitian nantinya. Sumber data ialah subyek

dimana data itu diperoleh. Data tersebut dibagi menjadi 2 yaitu primer dan

sekunder, data primer ialah data yang diperoleh dari sumbernya langsung

sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah

ada. Ketika mencari sumber data dalam penelitian, maka diperlukannya

referensi dari buku maupun jurnal yang harus disesuaikan dengan

kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Selain itu selama

penelitian juga mendapatkan informasi secara langsung maupun tidak

langsung, karena informasi ini adalah syarat penting dalam mengolah

data.Informasi yang diperoleh selama penelitian seperti tempat dan

peristiwa yang terjadi dalam lingkungan tersebut serta kajian dokumen

yang dilakukan dalam penelitian. Berikut penjabarannya:

1. Informasi : Guru kelas IV, serta beberapa peserta didik kelas

IV.

2. Tempat/lokasi : SDN 02 Gadingan Sukoharjo tepatnya di ruang

kelas IV.

3. Peristiwa : Proses pembelajaran dan diluar proses

pembelajaran.

4. Dokumentasi : Foto, RPP, Silabus

D. Subyek dan obyek penelitian

1. Subyek Penelitian.
36

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas kelas

IV SDN 02 Gadingan Sukoharjo.

2. Obyek Penelitian.

Obyek dari penelitian ini adalah rencana pelasanaan pembelajaran,

pelaksanaan KBM, serta evaluasi pembelajaran.

E. Teknik pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2016: 62), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar yang ditetapkan.

Dalam sebuah penelitian perlunya menggunakan teknik dalam

pengumpulan data. Teknik tersebut anatara lain sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Sugiyono (2016:138) wawancara dapat dilakukan

secara tersetruktur maupun tidak tersetruktur, dan dapat

dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan

telepon. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu wawancara semi terstruktur karena dalam pelaksanaanya

bebas dan bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih dalam,

lebih terbuka dan narasumber dapat memberikan ide atau

gagasan kepada peneliti. Narasumber dari wawancara ini yaitu


37

guru kelas IV, peserta didik kelas IV, dan orang tua peserta

didik kelas IV.

2. Dokumentasi

Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2017: 149)

dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaakah secara

intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan

dan pembuktian seuatu kejadian. Didalam penelitian ini

dokumentasi didapat dari gambar maupun data seperti RPP,

silabus, foto, dan pendukung lainnya. Dokumentasi tersebut

diguakan untuk penunjang penelitian yang dilakukan sehingga

dokumentasi berperan penting dalam sebuah penelitian.

F. Keabsahan data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian sangatlah penting untuk

memperoleh kepercayaan dari data yang sudah diperoleh.Menurut

Sugiyono (2017: 184-189), pada pengecekan keabsahan data ada beberapa

uji yaitu uji kredibilitas data, uji transferability, uji depenability, dan uji

konfirmability.Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk mengecek

keabsahan data yaitu uji kredibilitas, karena didalam uji kredibilitas

tersebut terdapat uji triangulasi. Hal ini dapat di gambarkan sebagai

berikut :

Uji kredibilitas data


38

Uji Uji transferability


Keabsah
an Data

Uji depenability

Uji confirmability

(Sugiyono, 2017:185)

Gambar 2. Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif

Uji Keabsahan data terdiri dari uji kreadibilitas data, uji

transferability data, uji depenability, dan uji confirmability.Uji

kreadibilitas terdiri dari perpanjang pengamatan, peningkatan

ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, membercheck.Uji transferability merupakan validitas eksternal

yang menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil

penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.Untuk itu

peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uiraian yang

rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Uji depenability dilakukan

dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Uji

confirmability ini mirip dengan uji dependability, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.


39

Untuk melakukan pengecekan data dalam penelitian kualitatif

memakai triangulasi.Menurut Sugiyono (2017:125) triangulasi adalah

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

1. Triangulasi Sumber

Guru

Triangulasi Sumber
Peseta Didik

Orang Tua
(Sugiyono, 2017:126)

Gambar 3. Triangulasi

Wawancara dilakukan oleh tiga sumber tersebut, lalu dikumpulkan

hasilnya.Setelah dikumpulkan hasil wawancara tersebut kemudian di deskripsikan

oleh peneliti secara cermat dan teliti.Perbedaan dan persamaan dari hasil

wawancara tersebut pasti ada, tugas yang dilakukan oleh peneliti adalah

menemukan persamaan dan perbedaan yang diperoleh dari sumber tersebut.

G. Analisis data
40

Menurut Sugiyono (2017: 131), analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah

(2017: 134-141) di dalam analisis data terdapat beberapa teknik yaitu :

Pengumpulan Penyajian Data


data

Reduksi Data Kesimpulan/

verifikasi

(Sugiyono, 2017:134)

Gambar: 5. Model Analisis Miles dan Huberman (1992)


41

1. Data collection (pengumpulan data), yaitu mengumpulkan data. Dalam

penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi, wawancara

mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (trianggulasi).

2. Data reduction (reduksi data), yaitu data yang diperoleh dari lapangan

yang jumlahnya cukup banyak maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

3. Data display (penyajian data). Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

4. Conclusion Drawing/Verification, yaitu penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
42

Dr. Ahmad Yani, M.Si dan Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd, 2018. Terori Dan

Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Bandung. PT

Refika Aditama

Heri Susanto, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Metode Guide Inquiry Dan

Gaya Berpikir Terhadap Belajar Kognitif Kelas V. Jurnal Pendidikan.

Vol.2 No.9

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2018. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Azhar Arsyad, 2017. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Hujair AH. Sanaky. 2013. Media pembelajaraninteraktif-inovatif. Yogyakarta :

Kaukaba Dipantara.

Natalia Rosalina Rawa, Yosefina Uge Lawe, dan Maria Yunsiana Ninu .

2019.“Pengaruh Model Inquiry Learning Terhadap Hasil Belajar

Matematika Pada Siswa Kelas IV Sd”. Vol 6 no 1 Tahun 2019

Kandita Kurniasari Ayu Asriningsih, Kasmadi Imam Supardi, Sri Wardani.2015.

“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis

Lingkungan Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan

Karakter Pada Siswa Kelas V Sd”. Journal of Primary Education 4 (2)

(2015)
43

N.L.Santiasih, A.A.I.N. Marhaeni, I.N.Tika.“ Pengaruh Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Ipa

Siswa Kelas V Sd No. 1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten

Badung Tahun Pelajaran 2013/2014”. e-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar

(Volume 3 Tahun 2013)

Prima Nataliya.2015. “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Permainan

Tradisional Congklak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Pada Siswa Sekolah Dasar”. Vol 3, no 2 (2015)

Ni Luh Putu Ekayani. “pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa”. Jurnal PGSD (2017)

Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai