Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Kebersyukuran dengan Resiliensi terhadap Mahasiswa/I

Universitas Islam Indonesia


Wika Kurnia1, Raisa Safira2, Permata Ayunda1*, Rifat Novita Sari2*, Fuad Anshori1**
1
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
2
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
1*
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
2*
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
19320052@students.uii.ac.id

Abstrak
Rasa syukur merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki manusia.
Kebersyukuran didefinisikan oleh Gumilar & Uyun (2009) sebagai rasa takjub dan
apresiasi terhadap nikmat yang diperoleh meskipun hanya sedikit. Dengan rasa syukur
yang dimiliki, manusia dapat lebih mudah merasakan kepuasan dan berterimakasih
atas nikmat yang dirasakan. Oleh karena itu, adanya hubungan antara kebersyukuran
dan resiliensi sangat berpengaruh dalam mengatasi berbagai permasalahan. Resiliensi
merupakan bentuk dari kemampuan bertahan, menyesuaikan diri dan memulihkan diri
ketika berada pada kondisi yang buruk (Taormina, 2015) (dalam Nandiwardana,
2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebersyukuran
dengan resiliensi pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Partisipan pada
penelitian ini adalah 106 mahasiswa Universitas Islam Indonesia dari hasil sebaran
kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan metode analisis statistik korelasi
Product Moment. Hasil uji normalitas pada penilitian ini menunjukkan bahwa skala
Kebersyukuran mempunyai nilai p=0.172 dan Resiliensi mempunyai nilai p=0.200.
Kemudian Hasil uji Linieritas menunjukkan bahwa korelasi antara Kebersyukuran
dan Resiliensi pada Linieritas F=128.487 dengan p=0.000 (p<0.05) dan pada
Deviation from Linearity diperoleh F=1.931 dengan p=0.016 (p>0.05).
Kata kunci : Kebersyukuran, resiliensi, mahasiswa

PENDAHULUAN
Rasa syukur merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki manusia.
Kebersyukuran didefinisikan oleh Gumilar & Uyun (2009) sebagai rasa takjub dan apresiasi
terhadap nikmat yang diperoleh meskipun hanya sedikit. Disamping itu, bersyukur diartikan
sebagai reaksi emosi positif sebagai respon terhadap penerimaan karunia atau keuntungan
dari seseorang (Lambert, Graham, & Fincham, 2009). Dengan rasa syukur yang dimiliki,
manusia dapat lebih mudah merasakan kepuasan dan berterimakasih atas nikmat yang
dirasakan. Sehingga, tidak mudah bagi manusia untuk merasa sombong. Oleh karena itu,
penting bagi setiap orang untuk memiliki rasa syukur demi terciptanya masyarakat yang
rendah hati dan tidak merasa lebih dari yang lainnya.

Secara umum, mahasiswa juga perlu untuk menanamkan rasa bersyukur dalam
kehidupannya. Di Indonesia sendiri, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di
Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Reformasi
Birokrasi dan Pendidikan Mohamad Nasir baru mencapai angka 34,58% (Fathurrohman,
2019). Artinya, kurang dari separuh penduduk Indonesia yang dapat menjalani pendidikan
tinggi dan menjadi mahasiswa.

Fakta tersebut sudah selayaknya menjadi salah satu pendorong bagi mahasiswa untuk
merasa bersyukur. Idealnya, rasa syukur dapat diwujudkan dengan menunjukkan beberapa
hal (Akhmad, 2019). Diantaranya yakni apresiasi dan dedikasi secara penuh terhadap apa
yang dijalani. Dalam konteks ini, hal tersebut dilakukan dengan menjalankan pendidikan
dengan apresiasi dan dedikasi yang menunjukkan tanggung jawab dan rasa syukur akan
kesempatan yang diterima. Selain itu, menunjukkan niat baik untuk membantu pihak yang
tidak dapat memperoleh kesempatan yang sama serta mewujudkan niatan untuk
menggunakan ilmu dan pengalaman yang diperoleh demi kebaikan diri dan masyarakat juga
merupakan perilaku yang merefleksikan rasa syukur mahasiswa.

Berdasarkan Penelitian Sari, dkk (2020) tentang resiliensi mahasiswa dalam


menghadapi pandemi covid-19 dan implikasinya terhadap proses pembelajaran, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa skor tertinggi mahasiswa berada pada kriteria sedang
dengan nilai 53%, dilanjutkan dengan kriteria rendah 24% dan tinggi 23%. Gambaran
resiliensi mahasiswa di kota Palembang berada di kategori sedang, artinya mahasiswa masih
gelisah dalam menghadapi masalah-masalah selama menjalankan proses pembelajaran dari
rumah, mereka masih memiliki rasa empati yang rendah terhadap lingkungannya akan tetapi,
mereka mempunyai keinginan untuk memaksimalkan kemampuannya agar mendapatkan
hasil yang bagus. Resiliensi tetap harus ditingkatkan agar mereka harus tenang dapat
mengendalikan emosi sehingga mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik. Kaitan
antara kebersyukuran dengan kasus diatas adalah bersyukur mempunyai peran dalam
resiliensi. Dengan adanya rasa bersyukur yang tinggi akan membuat mahasiswa mampu
bertahan dalam menghadapi keadaan yang sulit. Adapun faktor yang mempengaruhi
kebersyukuran dan resiliensi:
a) Kebersyukuran
Fitri (2020) mengatakan bahwa kebersyukuran merupakan suatu perasaan positif
dalam diri seseorang sebagai bentuk terima kasih terhadap karunia, sehingga mampu
mengubah cara berpikir manusia dengan baik. Berdasarkan pernyataan Hambali, dkk (2015)
(dalam Fitri, 2020). faktor – faktor yang mempengaruhi kebersyukuran antara lain:
1. Penerimaan diri akan keadaan merupakan sebuah takdir dan rencana baik dari Allah SWT
2. Menerima segala kondisi yang dihadapi
3. Adanya bentuk rasa apresiasi kepada orang disekitarnya, seperti cinta dan kasih sayang
4. Niat baik dalam bentuk apapun yang ditunjukkan kepada seseorang
5. Selalu berkeinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
6. Merasakan ketenangan jiwa/kepuasan batin dan berpikir positif

b) Resiliensi
Resiliensi adalah bentuk dari kemampuan bertahan, menyesuaikan diri dan
memulihkan diri ketika berada pada kondisi yang buruk (Taormina, 2015) (dalam
Nandiwardana, 2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi antara lain
1. Kemampuan coping,
2. Locus of control,
3. Regulasi emosi,
4. Optimisme,
5. Gender,
6. Life responsibility
7. Dukungan sosial,

Pada dasarnya setiap individu mengalami yang namanya permasalahan dalam


kehidupan. Variabel bebas pada pembahasan ini yaitu resiliensi. Resiliensi merupakan proses
untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif dari paparan resiko-resiko kehidupan,
keberhasilan menghadapi pengalaman- pengalaman traumatik dan kemampuan menghindari
lintasan-lintasan negatif yang berhubungan dengan resiko-resiko kehidupan. Istilah resiliensi
muncul sebagai pengganti istilah istilah sebelumnya seperti invulnerable (kekebalan),
invincible (ketangguhan), dan hady (kekuatan), karena itu dalam proses menjadi resilien
tercakup pengenalan rasa sakit, perjuangan, penderitaan, (Henderson, Nan dan Mike M.
Milstein, 2003). Maka, dapat di artikan bahwa resiliensi merupakan adalah kemampuan atau
kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan,
atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk
diatasi.

Secara global resiliensi dapat dipengaruhi oleh dua hal; pertama kemampuan adaptasi,
kedua, besarnya resiko yang dihadapi. Karena itu, kedua faktor tersebut harus ada
balansitasnya, berjalan seiring dan bersamaan untuk bisa risilien. Grotberg menjelaskan
faktor faktor resiliensi yang dapat membantu individu mengatasi berbagai adversities,
(Grotberg, 2003)
Dari Ibnu Amrra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua watak yang apabila keduanya
terdapat dalam diri seseorang, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang sabar dan
bersyukur. Yakni, seseorang yang jika melihat orang lain lebih pintar atas dirinya dalam
masalah agama, ia mengikutinya. Dan jika melihat orang lain lebih sulit dari dirinya, lalu ia
memuji Allah SWT atas karunia yang diterimanya. Orang seperti inilah yang dicatat oleh
Allah sebagai orang yang bersabar dan bersyukur." (HR. Tirmidzi).

Hadist ini tepat terkait dengan variabel bebas dan variabel tergantung yang telah
tertera. Yakni hadist ini menjelaskan tentang orang-orang yang bersabar dan bersyukur, yang
mana juga dapat di kaitkan dengan resiliensi pada kalimat “yakni, seseorang yang jika
melihat orang lain lebih pintar atas dirinya dalam masalah agama ia mengikutinya “. Dalam
kalimat ini sangat jelas bahwasannya resiliensi sangat berperan. Sesuai dengan penjelasan
dan pengertian tentang resiliensi yaitu kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif
ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola
tekanan hidup sehari-hari (Sulistyarini, 2003). “Dan jika melihat orang yang lebih sulit dari
dirinya lalu ia memuji Allah SWT atas karunia yang di terimanya.” Dan pada kalimat ini
menunjukan adanya kebersyukuran terkait apa yang telah dimiliki maupun tidak dimiliki
manusia. Dengan adanya cobaan manusia akan sadar betapa berharganya suatu cobaan untuk
dijadikan sebuah pembelajaran sehingga berdampak baik untuk kehidupan yang akan datang.

Setiap manusia tidak jauh yang namanya ujian yang diberikan dari Allah SWT, bukan
berarti bahagia di atas penderitaan. Namun seharusnya dengan keadaan sulit bagaimanapun
seseorang patut untuk bersyukur dikarenakan dibalik sebuah ujian maka terdapat kebagiaan
didalamnya. Maka dari itu, hadist ini sangat berkaitan dengan apa yang ingin di bahas dan di
kaji melalui peneitian ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket yaitu menggunakan skala resiliensi dan
skala kebersyukuran.

1. Skala Resiliensi
Skala resiliensi yang digunakan oleh peneliti menggunakan skala yang diadaptasi oleh
Afriyeni (2020) dalam penelitian sebelumnya. Data penelitian ini dianalisis dengan melihat
Korelasi Pearson Product Moment. Skala resiliensi akademik mengacu pada aspek dari yang
Cassidy (dalam Afriyeni, 2020) terdiri dari tiga hal, yaitu Perseverance (ketekunan),
Reflecting and adaptive help-seeking dan Negative affect and emosional response. Skala
resiliensi ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi pada Mahasiswa Universitas Islam
Indonesia terhadap kuliah daring.

Jumlah aitem pada skala resiliensi ini sebanyak 41 aitem yang mana 24 aitem
favourable dan 17 aitem unfavourable. Aitem favourable adalah pertanyaan yang mendukung
penelitian, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pertanyaan yang tidak mendukung
penelitian. Setiap aitem yang ada pada skala tersebut menggunakan model skala likert.
Subjek diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari lima alternatif jabawan yang
sesuai dengan keadaan subjek. Penyekoran pertanyaan dimulai dari 1 sampai 5 dengan
menggunakan pilihan jawaban sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban “Tidak Pernah”, skor 2
untuk jawaban “Jarang”, skor 3 untuk jawaban “Kadang-Kadang”, skor 4 untuk jawaban
“Sering”, skor 5 untuk jawaban “Selalu”.
Berikut adalah distribusi skala resiliensi sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1
No Aspek Indikator Item
Total
Fav Unfav
1. Perseverance 1. Bekerja keras (terus mencoba dan 24,32, 1, 13
tidak mudah menyerah)
2. Berfokus pada rencana dan tujuan
3. Menerima dan 19,
memanfaatkanfeedback
4. Pemecahan masalah dengan kreatif 33, 15,
dan imajinatif
5. Memposisikan kesulitan sebagai 4,13,40, 30,
kesempatan
11 16,25,

2. Reflecting and 1. Merefleksikan kekuatan dan 2,23, 26,36, 19


adaptive help- kelemahan
seeking 2. Mengubah pendekatan belajar 12,14,28, 39,
3. Mencari bantuan
4. Dukungan dan dorongan 6, 21,35,
5. Memantau usaha dan pencapaian 8,22, 31,
6. Memberi rewardsdan punishment 17,27,38, 5

9
3. Negative affect 1. Kecemasan 20,37, 3,29, 9
and emotional 2. Catastrophizing (memikirkan hal 34, 7,18,41
response. yang buruk, malapetaka, bencana)
3. Menghindari respon emosional yang
negatif 10

Jumlah Item 24 17 41

Item-item skala resiliensi

No. Pernyataan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


Pernah kadang
1. Saya akan menyerah jika usaha saya
dalam perkuliahan tidak berhasil
2. Kelebihan yang saya miliki akan saya
gunakan untuk meningkatkan potensi
diri
3. Menurut saya peluang untuk
berprestasi di jurusan ini sangat kecil
4. Saya akan berusaha untuk tidak
berpikir negatif
5. Kesuksesan saya di masa lalu tidak
membangkitkan motivasi belajar saya
6. Saya akan mencari bantuan dari dosen
jika mengalami kendala dalam
perkuliahan
7. Saya mersa terbebani dengan kuliah
online
8. Saya akan memberikan semangat
belajar untuk diri sendiri
9. Saya akan memberikan penghargaan
untuk diri sendiri jika saya berhasil
dalam perkuliahan
10. Saya akan berusaha untuk tidak panik
ketika banyak tugas yang mendesak
11. Saya akan merasa tertantang jika
diberikan tugas yang sulit
12. Saya mencoba pendekatan belajar
yang baru jika mengalami kesulitan
13. Ketika ada masalah dalam
perkuliahan, saya akan memikirkan
solusi baru yang lebih efektif
14. Saya mencoba berbagai metode/cara
belajar selama kuliah online
15. Saya tidak menerima feedback
(penilaian dan masukan) dari dosen
16. Kuliah online membuat saya sulit
membagi waktu
17. Keberhasilan yang pernah dicapai
akan memotivasi saya untuk belajar
18. Saya merasa perkuliahan saya akan
berjalan buruk
19. Saya yakin, kesulitan dalam
perkuliahan yang saya alami hanyalah
sementara
20. Saya yakin bahwa saya bisa sukses di
dunia kerja
21. Saya takut meminta bantuan kepada
dosen ketika mengalami kesulitan
belajar
22. Saya akan mencari dukungan dari
keluarga ketika saya merasa terpuruk
23. Kelemahan yang saya miliki akan
memacu saya lebih giat dalam belajar
24. Meskipun sulit membagi waktu, saya
akan tetap menyelesaikan tugas
perkuliahan secara optimal
25. Kesulitan yang saya alami dalam
pembelajaran akan membuat saya
kehilangan motivasi
26. Kelemahan yang saya
miliki mempersulit saya dalam belajar
27. Saya akan memantau sejauh mana
usaha saya dalam mendapatkan hasil
belajar yang baik
28. Saya akan menetapkan tujuan agar
prestasi belajar menjadi lebih baik
29. Saya khawatir nanti tidak
mendapatkan pekerjaan
30. Saya kesulitan menemukan solusi
ketika menghadapi permasalahan yang
baru di perkuliahan online

31. Saya hanya berdiam diri jika


mengalami kesulitan
32. Saya akan terus mencoba walaupun
saya pernah gagal dalam perkuliahan
33. Feedback ( penilaian dan masukan)
dari dosen yang saya dapatkan
berguna untuk meningkatkan
pembelajaran saya
34. Saya akan melawan rasa takut
terhadap kegagalan
35. Saya malu bertanya meskipun saya
belum paham mengenai materi
perkuliahan
36. Saya belum bisa mengoptimalkan
kelebihan yang saya miliki
37. Saya merasa memiliki peluang yang
besar untuk berprestasi di universitas
ini
38. Saya akan mengevaluasi hasil belajar
yang telah dicapai
39. Sulit bagi saya untuk mengubah cara
belajar
40. Saya akan menunjukan bahwa saya
dapat memperbaiki nilai menjadi lebih
baik
41. Saya akan merasa tertekan jika
deadline tugas terlalu banyak

2. Skala Kebersyukuran
Skala kebersyukuran pada penelitian ini disusun oleh yang telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya oleh Diah, H., dkk (2020). Kebersyukuran diukur dengan
menggunakan skala kebersyukuran yang disusun oleh peneliti berdasarkan pendapat para
ulama, dimana syukur terbagi menjadi 2 dimensi yaitu internal dan eskternal. Dari dua
dimensi aspek itu menciptakan 26 aitem yang dapat menunjukan tingkat kebersyukuran
individu.
Setiap aitem yang ada pada skala tersebut menggunakan model skala Likert. Subjek
diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari lima alternatif jabawan yang sesuai
dengan keadaan subjek. Penyekoran pertanyaan dimulai dari 1 sampai 5 dengan
menggunakan pilihan jawaban sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban “Tidak Pernah”, skor 2
untuk jawaban “Jarang”, skor 3 untuk jawaban “Kadang-Kadang”, skor 4 untuk jawaban
“Sering”, skor 5 untuk jawaban “Selalu”.
Berikut adalah distribusi skala kebersyukuran sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2
Blue Print Skala Kebersyukuran

Konstruk Aspek Indikator Item Nomor


Kebersyukuran Internal 1. Menerima diri 1. Ketika saya jatuh sakit, saya 1
berobat
2. Saya menerima dengan
lapang dada ketika mendapat 7
hal yang tidak sesuai
dengan yang saya inginkan
3. Ketika mengalami hari yang 13
berat, saya
berusaha untuk berlapang dada
2. Menjaga/merawat 1. Saya mengkonsumsi makan 2
Diri yang bergizi
2. Saya menyempatkan diri untuk 8
Berolahraga
3. Saya tidur tepat waktu 14
4. Saya melakukan hal yang 19
menyenangkan
untuk mengatasi tekanan yang
dihadapi.
3. Mengembangkan
potensi yang ada 1. Saya berusaha untuk belajar 3
dalam dirinya lebih giat
2. Saya memperdalam materi 9
dengan
mencari informasi terkait materi
tersebut.
3. Saya mempelajari hal-hal yang 15
baru
untuk mengembangkan
kemampuan saya

Item-item skala kebersyukuran

No. Pernyataan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


Pernah kadang

1. Ketika saya jatuh sakit, saya


berobat

2. Saya mengkonsumsi makan yang


bergizi

3. Saya berusaha untuk belajar lebih


giat

4. Saya mengucapkan Hamdallah


saat mendapat kabar baik

5. Saya akan membalas kebaikan


orang lain yang berbuat baik
kepada saya

6. Meskipun saya sibuk, saya tetap


mengerjakan sholat 5 waktu

7. Saya menerima dengan lapang


dada ketika mendapat hal yang
tidak sesuai dengan yang saya
inginkan

8. Sayaa menyempatkan diri untuk


berolahraga

9. Saya memperdalam materi


dengan mencari informasi terkait
informasi tersebut

10. Saya rutin berdzikir dimanapun


saya berada

11. Saya berusaha bersedekah


walaupun saya kesusahan

12. Saya mendengarkan dan


menerima nasehat dari orang tua
maupun orang lain

13. Ketika mengalami hari yang


berat, saya berusaha untuk
berlapang dada

14. Saya tidur tepat waktu

15. Saya mempelajari hal-hal yang


baru untuk mengembangkan
kemampuan saya

16. Saya mendo’akan orang tersebut


walaupun ia melukai hati saya

17. Saya berusaha untuk menjaga


silaturahmi dengan orang-orang
di sekitar saya

18. Saya menyisihkan uang untuk


bersedekah

19. Saya melakukan hal yang


menyenangkan untuk mengatasi
tekanan yang dihadapi

20. Saya memberikan senyuman


kepada orang di dekat saya

21. Ketika seseorang meminta


bantuan, saya tetap membantunya
walaupun sedang kerepotan

22. Saya menyempatkan diri untuk


membaca Al-Qur’an setiap hari

23. Saya berterima kasih kepada


orang yang telah membantu saya
24. Saya memberikan uang kepada
orang yang meminta-minta,
walaupun jumlah uang yang saya
miliki sedikit

25. Saya rutin puasa Sunnah Senin


Kamis

26. Saya berterima kasih kepada


Allah atas nikmat yang diberi

HASIL PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode analisis statistik korelasi Product Moment.
Perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer pada program SPSS
(Statistic Program for Social Science) versi 22.0 for windows sebagai alat bantu analisis
secara statistik. Alasan menggunakan analisis product moment antara lain:
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi atau hubungan
b. Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel
tergantung
c. Korelasi product moment bersandar pada skala dengan satuan-satuan pengukuran
yang berjarak sama, maka data yang digunakan adalah data interval.
1. Hasil uji asumsi
Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi atau
prasyarat yang meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis terhadap sebaran data
hasil penelitian hasil uji asumsi perlu dilakukan sebagai syarat untuk melakukan analisis
selanjutnya dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran
yang seharusnya.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor
variabel apabila terjadi penyimpangan sejauh mana penyimpangan tersebut. Uji ini
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan kaidah yang digunakan bahwa apabila
signifikansi p >0.05, maka dikatakan berdistribusi normal, sedangkan kurva tidak normal jika
p <0.05. Uji normalitas sebaran ini menggunakan bantuan program komputer SPSS
(Statistical Package for Science) versi 22.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari tabel
berikut:

Kolmogorov-Smirnov

Variabel Penelitian Statistic (df) Sig/p Ket

Kebersyukuran 0.075 0.172 Memenuhi

Resiliensi 0.045 0.200 Memenuhi

Berdasarkan hasil normalitas di atas menunjukkan bahwa skala Kebersyukuran


mempunyai nilai p=0.172 dan Resiliensi mempunyai nilai p=0.200. Asumsi normalitas pada
sebaran variabel Kebersyukuran dan Resiliensi terpenuhi dan terdistribusi dengan normal.

b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk membuktikan bahwa variabel bebas mempunyai
hubungan yang linier dengan variable tergantung. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah jika p <0.05, maka
hubungannya linier. Jika p > 0.05, maka hubungannya tidak linier atau Deviation from
Linearity. Hasil uji linieritas dapat dilihat dari tabel berikut:

Variabel F Sig F Deviation Sig Keterangan


Linearity Linearity

Kebersyukuran 128.487 0.000 1.931 0.016 Linieritas


*Resiliensi

Berdasarkan hasil uji Linieritas di atas menunjukkan bahwa korelasi antara


Kebersyukuran dan Resiliensi pada Linieritas F=128.487 dengan p=0.000 (p<0.05) dan pada
Deviation from Linearity diperoleh F=1.931 dengan p=0.016 (p>0.05). Hal ini dapat diartikan
bahwa korelasi antara Kebersyukuran dan Resiliensi bersifat Linier.

c. Uji Hipotesis
Analisis data yang dilakukan untuk mengelola data penelitian adalah menggunakan
analisis dengan pendekatan statistik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
uji analisis product moment menggunakan program SPSS versi 22.0 for windows.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pearson corelation kebersyukuran 0.1 (p>0.05)


sedangkan kebersyukuran 0.701 (p>0.05). Hal ini dapat diartikan adanya korelasi antara
variabel kebersyukuran dan resiliensi.

d. Analisis Regresi
Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai F=100.407 dengan signifikasi sebesar 0.000
(p<0.05), maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi adanya pengaruh variabel
resiliensi terhadap kebersyukuran.

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebersyukuran dengan
resiliensi pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Berdasarkan hasil normalitas di atas
menunjukkan bahwa skala Kebersyukuran mempunyai nilai p=0.172 dan Resiliensi
mempunyai nilai p=0.200. Asumsi normalitas pada sebaran variabel Kebersyukuran dan
Resiliensi terpenuhi dan terdistribusi dengan normal. Kemudian Berdasarkan hasil uji
Linieritas di atas menunjukkan bahwa korelasi antara Kebersyukuran dan Resiliensi pada
Linieritas F=128.487 dengan p=0.000 (p<0.05) dan pada Deviation from Linearity diperoleh
F=1.931 dengan p=0.016 (p>0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa korelasi antara
Kebersyukuran dan Resiliensi bersifat Linier.
Berdasarkan uji hipotesis menpearson corelation kebersyukuran 0.1 (p>0.05)
sedangkan kebersyukuran 0.701 (p>0.05). Hal ini dapat diartikan adanya korelasi antara
variabel kebersyukuran dan resiliensi. Berdaasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa
nilai F=100.407 dengan signifikasi sebesar 0.000 (p<0.05), maka model regresi dapat dipakai
untuk memprediksi adanya pengaruh variabel resiliensi terhadap kebersyukuran.

Berdasarkan Penelitian Sari, dkk (2020) tentang resiliensi mahasiswa dalam


menghadapi pandemi covid-19 dan implikasinya terhadap proses pembelajaran, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa skor tertinggi mahasiswa berada pada kriteria sedang
dengan nilai 53%, dilanjutkan dengan kriteria rendah 24% dan tinggi 23%.
Kaitan antara kebersyukuran dengan kasus diatas adalah bersyukur mempunyai peran dalam
resiliensi. Dengan adanya rasa bersyukur yang tinggi akan membuat mahasiswa mampu
bertahan dalam menghadapi keadaan yang sulit.

Resiliensi adalah bentuk dari kemampuan bertahan, menyesuaikan diri dan


memulihkan diri ketika berada pada kondisi yang buruk (Taormina, 2015) (dalam
Nandiwardana, 2020). Pada dasarnya setiap individu mengalami yang namanya permasalahan
dalam kehidupan. Variabel bebas pada pembahasan ini yaitu resiliensi. Resiliensi merupakan
proses untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif dari paparan resiko-resiko kehidupan,
keberhasilan menghadapi pengalaman-pengalaman traumatik dan kemampuan menghindari
lintasan-lintasan negatif yang berhubungan dengan resiko-resiko kehidupan. Istilah resiliensi
muncul sebagai pengganti istilah istilah sebelumnya seperti “invulnerable” (kekebalan),
invincible (ketangguhan), dan hady (kekuatan), karena itu dalam proses menjadi resilien
tercakup pengenalan rasa sakit, perjuangan, penderitaan, (Henderson, Nan dan Mike M.
Milstein, 2003).

Emmons & McCullogh (2004) mendefinisikan kebersyukuran sebagai salah satu


emosi dasar yang diperlukan untuk stabilitas individu, ungkapan dan tindakan kebersyukuran
kepada Tuhan maupun sesama manusia merupakan suatu kebajikan yang telah diakui secara
universal. Menurut istilah, syukur adalah memberikan pujian kepada yang memberi
kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita berupa perbuatan makruf dalam
pengertian tunduk dan berserah diri kepada-Nya (Al- Banjari, 2014).
Bersyukur akan membuat manusia akan mempunyai pandangan yang lebih positif dan
perspektif yang lebih luas, pandangan hidup merupakan suatu anugerah yang diberikan Allah
SWT.
Berdasarkan pemaparan di atas, kesimpulan yang didapatkan yaitu penelitian ini
membuktikan adanya hubungan resiliensi terhadap kebersyukuran mahasiswa Universitas
Islam Indonesia. Denagn Adanya resiliensi pada mahasiswa maka dapat meningkatkan
kebersyukuran pada setiap individu. diharapkan selain memiliki kemampuan fisik yang baik
juga harus memiliki kemampuan psikis dimana akan membantu dirinya untuk bangkit dari
keterpurukan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini secara keseluruhan masih terdapat beberapa
kekurangan salah satunya yaitu jumlah subjek yang sedikit sehingga data yang diperoleh
kurang maksimal.

PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan ada hubungan
positif antara kebersyukuran dan resiliensi pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia.
Artinya semakin tinggi tingkat resiliensi maka semakin tinggi tingkat kebersyukutan yang
dimiliki setiap individu, sebaliknya semakin rendah tingkat resiliensi maka semakin rendah
pula kebersyukurannya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima.
b. Saran
1. Bagi subjek penelitian
Pada subjek penelitian ini diambil dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia
yang mana kedepannya diharapkan untuk meningkatkan tingkat resiliensi
dengan baik agar terciptanya kebersyukuran didalam diri setiap individu.
Dengan adanya resiliensi ini dapat membantu meringankan segala aktifitas
yang akan dilakukan.

2. Bagi peneliti selanjutnya


Peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis
diharapkan dapat menghasilkan berbagai macam variasi penelitian sehingga
lebih dalam membahas mengenai kebersyukuran dan resiliensi, dalam hal ini
peneliti dapat melakukannya dengan cara membantu subjek untuk memaknai
rasa bersyukur dan memahami lebih dalam pengertian dari resiliensi.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, Neila dan Rahyuningsih, Tri. (2020). Konstruksi Alat Ukur Resiliensi Akademik
untuk Kepuasan Belajar Online Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19. PSISULA:
Prosiding berkala psikologi, 2. 135-146.
Akhmad, S. K. & Adelina, F. (2019). Bersyukur (Gratitude) Saat Memasuki Masa Persiapan
Pensiun pada Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Humanitas. 3(1). 85-
102.
Evita Yuliatul Wahidah (2018). Resiliensi Perspektif Al-Qur’an. Jurnal islam nusantara,
2(1).
Estria, R., T. (2018). Hubungan Antara Kebersyukuran Resiliensi Pada Masyarakat di Daerah
Rawan Bencana. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Fathurrohman. (2019). APK Pendidikan Tinggi di Indonesia Baru Capai 34,8 Persen. dalam
Fajar Indonesia Network (FIN). Diakses dari https://fin.co.id/2019/10/19/apk-
pendidikan-tinggi-di-indonesia-baru-capai-348-persen/ pada 30 Mei 2021.
Fergus, Stevenson dan Zimmerman, Marc A. 2004. Adolescent Resilience: A Framework for
Undestanding Healthy Development in the Face of Risk. Journal of Public Health.
399-419.
Fitri, Khairunnisa. (2020). Hubungan Optimisme dengan Kebersyukuran Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh di Masa Pandemi Covid19. Skripsi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Gumilar, F. U. & Uyun, Q. (2009). Kebersyukuran dan Kebermaknaan Hidup pada
Mahasiswa. Psikologika, 14(1).
Halimatussa’adah, dkk. (2020). Pengembangan Alat Ukur Kebersyukuran Mahasiswa
Muslim. Proyeksi Vol.15(1) : 45-57.
Henderson, Nan dan Mike M. Milstein. (2003). Resiliency in Schools: Making It. Happen for
Students and Educators. United States of America: Corwin. Press, Inc.
Lambert, N. M., Graham, S. M., & Fincham, F. D. (2009). A protptype analysis of gratitude:
Varieties of gratitude experiences. Society for Personality and Social Psychology,
35(9), 1193-1207. doi: https://doi.org/10.1177/0146167209338071
Listiyandini, R. A., dkk. (2015). Mengukur Rasa Syukur: Pengemban Model Awal Skala
Bersyukur versi Indonesia. Jurnal psikologi ulayat, 2(2). 473-496.
Nandiwardana, Antonius. (2020). Perbedaan Tingkat Resiliensi Antara Mahasiswa yang
Bekerja dan Mahasiswa yang Tidak bekerja. Skripsi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Sari, S., Aryansah, J., & Sari, K. (2020). Resiliensi Mahasiswa dalam Menghadapi Pandemi
Covid 19 dan Implikasinya terhadap Proses Pembelajaran. Indonesian Journal of
Guidance and Counseling: Theory and Application, 9(1), 17-22.
https://doi.org/10.15294/ijgc.v9i1.38674
Tanujaya, A. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Kitchen Sisterfields di Bali. Tugas Akhir. Universitas Ciputra.

Anda mungkin juga menyukai