Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
dari proteinuria masif ( ≥40 mg/m2 LPB/jam atau > 50 mg/kgBB/24 jam atau
2.1.2 Epidemiologi
dengan rata-rata 2-7 kasus baru per 100.000 anak (McBryde dkk., 2001) Insidens
dan tipe histologi berbeda sesuai lokasi geografi dan etnis. Penelitian di Inggris
menyebutkan anak yang berasal dari Asia yang tinggal di Inggris enam kali lebih
antara berbagai latar belakang etnis. Usia berhubungan dengan frekuensi dan
hasil biopsi sindrom nefrotik, dimana usia yang paling sering yaitu 2 tahun dan
70-80% kasus terjadi pada anak kurang dari 6 tahun. Sindrom Nefrotik Kelainan
7
Insiden SN pada anak di Indonesia adalah 6 kasus per 100.000 anak per
tahun. Rasio antara lelaki dan perempuan pada anak sekitar 2 : 1. Kasus terbanyak
didapatkan pada anak kurang dari 14 tahun (Alatas dkk., 2005; Wirya, 2002).
sekitar 68 anak selama periode 2001-2007. Usia berkisar 6 bulan sampai dengan
2012).
2.1.3 Etiologi
primer dan sekunder. Kelainan primer ini dapat berupa sindrom nefrotik kelainan
dengan penyakit yang telah terdiagnosis dengan jelas yaitu sistemik lupus
Haycock, 2003).
Etiologi sindrom nefrotik juga tergantung pada usia, dimana bila terjadi pada
tiga bulan pertama kehidupan maka disebut sindrom nefrotik kongenital. Sindrom
8
nefrotik yang terjadi di atas 1 tahun, kasus terbanyak disebabkan oleh sindrom
nefrotik primer atau idiopatik, sedangkan sindrom nefrotik sekunder lebih sering
2.1.4 Patogenesis
Kelainan utama pada semua kasus sindrom nefrotik adalah proteinuria masif.
Smoyer, 2008):
Fungsi ginjal yang paling penting adalah filtrasi darah oleh glomerulus,
protein pada darah yang banyak dan semua sel darah dalam vaskular. Proses
filtrasi ini dimungkinkan oleh barier filtrasi glomerulus yang disusun oleh sel
Pada sindrom nefrotik terjadi kehilangan muatan negatif pada basal membran
9
b. Faktor sirkulasi
1. Berkembangnya sindrom nefrotik pada bayi bari lahir dari ibu yang
primer.
c. Kelainan imunologi
10
3. Identifikasi SNKM sebagai manifestasi penyakit Hodgkin dan keganasan
limforetikular lainnya.
2.1.5 Patofisiologi
Akumulasi cairan dalam ruang interstisial yang terlihat pada wajah atau udem
anasarka, merupakan gejala kardinal pada anak dengan sindrom nefrotik. Udem
pada sindrom nefrotik umumnya akibat dari proteinuria masif yang kemudian
dimediasi oleh sistem saraf simpatik, sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA)
dan vasopressin arginin, dengan hasilnya retensi natrium dan air oleh ginjal
nefrotik yaitu hipotesis underfill dan hipotesis overfill (Gbadegesin dan Smoyer,
2008):
1. Hipotesis underfill
pada sindrom nefrotik. Hal ini didukung dengan ditemukannya kadar natrium
11
urin yang rendah, dimana sering disebabkan oleh aktivasi SRAA dengan
natrium urin.
2. Hipotesis overfill
nefrotik. Hal ini disebabkan oleh kelainan pada ekskresi natrium dari
tahun pada waktu onset pertama kalinya. Gejala yang timbul influenza-like
hari, udem akan bertambah jelas pada seluruh tubuh (anasarka). Adanya distensi
abdomen dapat disebabkan oleh asites. Ketidaknyamanan pada perut, nyeri pada
perut yang menetap perlu dipikirkan adanya peritonitis bakteri sebagai komplikasi
yang mengancam nyawa. Adanya riwayat batuk dan sesak napas dapat
malam hari, poliuri, polidipsi, rambut rontok, ulkus pada mulut, rash, nyeri
abdomen, nyeri sendi yang mengarah kepada penyakit sistemik seperti Lupus
12
juga menyebabkan sindrom nefrotik perlu ditanyakan pada pasien. Riwayat
anamnesis perlu disingkirkan penyebab lain udem seperti gagal hati kronis, gagal
ginjal. Hipertensi dilaporkan mencapai 21% pada anak di bawah 6 tahun. Pada
ekstremitas sebaiknya diperiksa adanya nyeri tekan, hangat yang mengacu pada
pada dipstik atau rasio protein urin/ kreatinin > 2 mg/mg) dan hipoalbuminemia
proteinuria. Pada pasien dengan manifestasi tidak khas, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, ureum dan kreatinin serta albumin. Pada
dan C4, antinuklear antibodi, antibodi HIV, atau serologi hepatitis A,B,C
13
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan pada anak sindrom nefrotik yang
tahun atau lebih dari 10 tahun); 2) SNDS atau SNRS; 3) Hematuri makroskopis
sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit,
2.1.7.1 Diitetik
protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak, diet yang diberikan protein normal sesuai dengan RDA
(recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2
2.1.7.2 Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada udem berat. Loop diuretic seperti
14
spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4 mg/kgbb/hari.
pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu perlu dilakukan pemantauan elektrolit
kalium dan natrium darah. Bila pemberian diuretik tidak berhasil (udem refrakter),
diberikan infus albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam untuk
menarik cairan dari jaringan interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid
intravena 1-2 mg/kgbb. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan
2.1.7.3 Imunisasi
hari atau total >20 mg/hari, selama lebih dari 14 hari, merupakan pasien
obat dihentikan hanya boleh diberikan vaksin virus mati, seperti IPV (inactivated
vaksin virus hidup, seperti polio oral, campak, MMR, varisela. Semua anak
prednisolon.
15
A. Terapi inisial
terbagi, untuk menginduksi remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat
badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan). Prednison dosis penuh (full dose)
inisial diberikan selama 4 minggu. Bila terjadi remisi dalam 4 minggu pertama,
dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis 40 mg/m 2 LPB (2/3 dosis awal)
atau 1,5 mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari), 1 x sehari setelah makan
pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi,
B. Pengobatan SN Relaps
diagnosis relaps dapat ditegakkan, dan prednison mulai diberikan (Alatas, dkk.,
2002).
Pada anak yang telah dinyatakan relaps sering atau dependen steroid, setelah
16
remisi dengan prednison dosis penuh, diteruskan dengan steroid dosis 1,5
dosis terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1–0,5 mg/kgbb
alternating. Dosis ini disebut dosis threshold dan dapat dipertahankan selama
Bila relaps terjadi pada dosis prednison antara 0,1 – 0,5 mg/ kgbb
alternating, maka relaps tersebut diterapi dengan prednison 1 mg/ kgbb dalam
dosis terbagi, diberikan setiap hari sampai terjadi remisi. Setelah remisi maka
kemudian diturunkan 0,2 mg/kgbb setiap 2 minggu, sampai satu tahap (0,2
mg/kgbb) di atas dosis prednison pada saat terjadi relaps yang sebelumnya
Bila relaps terjadi pada dosis prednison rumat > 0,5 mg/kgbb al-
ternating, tetapi < 1,0 mg/kgbb alternating tanpa efek samping yang berat,
2. Levamisol
dengan dosis 2,5 mg/kgbb dosis tunggal, selang sehari, selama 4-12 bulan.
3. Sitostatika
17
Obat sitostatika yang paling sering digunakan pada pengobatan SN anak
dalam dosis tunggal maupun secara intravena atau puls. Siklofosfamid puls
diberikan dengan dosis 500 – 750 mg/ m2 LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml
larutan NaCl 0,9%, diberikan selama 2 jam. CPA puls diberikan sebanyak 7
dosis, dengan interval 1 bulan (total durasi pemberian CPA puls adalah 6
bulan). Efek samping CPA adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang,
Efek toksisitas CPA pada gonad dan keganasan terjadi bila dosis total
mempunyai dosis total 180 mg/kgbb, dan dosis ini aman bagi anak.
4. Siklosporin (CyA)
18
2
mg/kgbb/hari (100 -150 mg/m LPB). Dosis tersebut dapat mempertahankan
kadar siklosporin darah berkisar antara 150-250 ng/mL. Pada SN relaps sering
sehingga pemberian steroid dapat dikurangi atau dihentikan, tetapi bila CyA
samping dan pemantauan pemberian CyA dapat dilihat pada bagian penjelasan
SN resisten steroid.
Pada SNSS yang tidak memberikan respons dengan levamisol atau sitostatik
dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan dosis 800 – 1200 mg/m2 LPB
1. Siklofosfamid (CPA)
CPA, bila terjadi relaps dapat dicoba pemberian prednison lagi karena SN
yang resisten steroid dapat menjadi sensitif kembali. Bila pada pemberian
steroid dosis penuh tidak terjadi remisi (terjadi resisten steroid) atau menjadi
19
dependen steroid kembali, dapat diberikan siklosporin.
2. Siklosporin (CyA)
sebanyak 20% pada 60 pasien dan remisi parsial pada 13%. Efek samping
20
Gambar 2.1. Tata Laksana Sindrom Nefrotik. (Trihono,dkk.2012)
literatur, tetapi karena harga obat yang mahal maka pemakaian CyA jarang atau
dikategorikan menjadi 2 tipe yaitu relaps jarang yang didasari dari timbulnya
kambuh <2 kali dalam setahun dan relaps sering jika ditemukan terjadinya
terjadinya efek toksis dari pengobatan akibat pemakaian prednison dengan dosis
tinggi dalam jangka waktu lama (Wang, 2005). Beberapa penelitian menemukan
faktor risiko seperti riwayat atopi, usia saat serangan pertama, jenis kelamin dan
anak dengan sindrom nefrotik dipengaruhi oleh lamanya respon terhadap terapi
steroid saat terapi inisial, adanya infeksi baik pada saat terdiagnosis maupun saat
21
kekambuhan dan juga ditemukannya hematuria saat anak terdiagnosis sindrom
nefrotik sensitif steroid sekitar 65% mengalami relaps dengan median waktu
terdapat sekitar 31,9% anak dengan sindrom nefrotik relaps jarang, 17% sindrom
nefrotik relaps sering dan sisanya sindrom nefrotik dependen steroid. Pada
sindrom nefrotik anak, terutama sindrom nefrotik resisten steroid lebih mudah
terjadi infeksi. Beberapa faktor yang memudahkan anak dengan sindrom nefrotik
mengalami infeksi kuman adalah rendahnya kadar IgG karena sintesis yang tidak
dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat
yang merupakan pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik
fisik, emosi, mental, sosial dan perilaku yang dipersepsikan oleh pasien atau
orang lain di sekitar pasien (orangtua atau pengasuh). Pengukuran kualitas hidup
22
penilaian manfaat suatu intervensi klinis, uji tapis dalam mengidentifikasi anak-
medis ataupun bantuan konseling dan dapat dipakai untuk pengenalan dini
JW,dkk., 1999).
Kualitas hidup anak secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain:
pendidikan orangtua.
4. Kondisi personal yaitu fisik, mental dan spiritual pada diri anak sendiri
seperti genetik, umur, kelamin, ras, gizi, hormonal, stres, motivasi, belajar
keandalan, kesahihan dan kepraktisan instrumen tersebut (Varni dkk, 1999). Salah
satu instrumen pengukur kualitas hidup anak yaitu Pediatric Quality of Life
23
modul yaitu generik dan spesifik penyakit. Instrumen generik dibuat untuk
mengukur semua aspek kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup pada
berbagai macam penyakit dan populasi, untuk anak usia 2-18 tahun. Instrumen ini
dapat membedakan kualitas hidup sehat dengan anak yang menderita suatu
spesifik penyakit antara lain untuk penyakit keganasan, asma, arthritis, diabetes
anak, fibrosis kistik, cerebal palsi, kardiologi dan penyakit sickle cell (Varni dkk,
konsep untuk menilai kualitas hidup sesuai dengan persepsi penderita terhadap
dampak penyakit dan pengelolaannya pada berbagai bidang kualitas hidup anak
yang terdiri dari 4 bidang dengan 23 pertanyaan, yaitu: fisik (8 pertanyaan), emosi
membutuhkan waktu kurang dari 5 menit, dimana rasio missing data hanya sekitar
0,01%. Penilaiannya dengan memberi nilai 0-4 pada setiap jawaban dan
dikonversikan dalam skala 0-100. Nilai 0 = tidak pernah ada masalah; 1 = hampir
24
menjumlahkan semua nilai pertanyaan yang mendapat jawaban dibagi jumlah
pertanyaan yang mendapat jawaban (Varni dkk, 1999 dan Skar D, 2002).
self report) atau diwakili orangtua (parent proxy report). Instrumen ini telah diuji
di Inggris, Spanyol dan Jerman dimana terbukti memiliki validitas dan reabilitas
yang baik dan saat ini telah diadaptasi secara internasional. Berdasarkan
penelitian Varni dkk, 2002 nilai total kualitas hidup anak sehat secara umum
adalah 81,38 ± 15,9. Anak dengan nilai total PedsQLTM berada di bawah satu
standar deviasi (< - 1 SD) merupakan anak dengan risiko gangguan kualitas hidup
menimbulkan morbiditas dab efek samping jangka panjang. Kondisi klinis lain
kongenital mayor dapat memperberat kondisi klinis dan fungsi penderita sehari-
perawatan.
Penyakit kronik pada masa anak memiliki pola yang kompleks dan
yang lama pula. Pengobatan peyakit kronik dapat menghabiskan waktu beberapa
25
bulan, bahkan sampai beberapa tahun (Wise, 2007). Menurut American Academy
of Pediatrics, kondisi penyakit kronik adalah penyakit atau keadaan cacat yang
diderita dalam waktu lama dan memerlukan perhatian di bidang kesehatan dan
perawatan khusus yang lebih dibandingkan dengan anak normal seusianya, baik
dalam perawatan di rumah sakit maupun perawatan di rumah (Stein dkk, 1997).
Data survei nasional memperkirakan bahwa sekitar 30% dari semua anak
mempunyai beberapa bentuk kondisi kesehatan yang kronik, dan 15-20% dari
memengaruhi kualitas tumbuh kembang dan potensi anak dimasa depan (Wise,
2007).
Disease Control) adalah kelainan yang berlangsung lama, tidak membaik secara
spontan dan jarang sembuh sempurna. Contoh kondisi kesehatan kronik antara
(Soetjiningsih, 2005)
sosial dan emosional pada anak. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
26
1. Riwayat alamiah dari kondisi anak
bulan atau lebih. Makin berat kelainan makin besar pengaruhnya terhadap
signifikan (Hugo dkk, 2004). Komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom
b. Prognosis
sindrom nefrotik dependen steroid saat masa anak, tidak lebih dari 10%
27
akan terjadi relaps saat dewasa. Beberapa survei sebelumnya angka relaps
dewasa antara lain onset terjadi saat usia yang muda, kekerapan relaps
yang tinggi saat anak serta penggunaan alkylating agent dan siklosporin.
Luaran kondisi ginjal pada sindrom nefrotik dependen steroid masih baik
c. Iatrogenik
yang bersifat sementara maupun yang menetap, dan melalui proses yang
gonad. Risiko infertil pada lelaki lebih besar daripada perempuan. Dosis
2. Karakteristik Individu
a. Umur
b. Kepribadian anak
28
normal. Kepribadian anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
29
tercermin pada status psikososial orangtua, aktivitas, status ekonomi keluarga
Sindrom Nefrotik
2.5.1 Umur
Anak-anak dengan usia lebih muda memiliki risiko lebih tinggi untuk
pada saat kondisi kronik terjadi, memengaruhi tumbuh kembang anak dari
Penelitian oleh Arabiat dan Jabery (2013) mengenai kualitas hidup anak
30
2.5.3 Status Gizi
(Soetjiningsih, 2005).
didapatkan skor kualitas hidup yang lebih rendah pada pasien yang lebih
lama menderita sindrom nefrotik terutama pada fungsi sosial dan dan
sekolah (Selewski dkk., 2015). Semakin lama terapi yang harus dijalani
maka semakin buruk pula kualitas hidup anak dengan sindrom nefrotik
(Rosita 2013).
2.5.5 Penghasilan
31
Tingkat pendidikan orangtua akan memengaruhi persepsi orangtua
mengenai penyakit, proses terapi, dan prognosis anak. Hal ini dapat
memiliki persepsi yang lebih baik. Pemberi layanan kesehatan juga lebih
32