Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KEKASARAN AMPELAS TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN BAHAN ALUMINIUM, KAYU JATI, DAN MAHONI


Sri Harmanto
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
E-mail: sri-harmanto@yahoo.co.id
Abstrak
Proses pengampelasan menjadi permasalahan utama yang menghambat proses produksi kerajinan di
UKM pengecoran aluminium dan mainan anak dari bahan kayu jati dan mahoni sehingga tidak bisa
memenuhi pesanan sesuai target. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh kekasaran
ampelas terhadap kekasaran permukaan pada bahan aluminium, kayu jati, dan kayu mahoni. Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah : Studi literatur, Pemilihan bahan dan peralatan, Modifikasi
mesin ampelas sabuk (Belt Sanders), Pembuatan spesimen, Proses pengampelasan, Pengujian kekasaran,
Analisa data, dan Kesimpulan. Parameter yang digunakan adalah nomor ampelas (Mesh), dengan
variabel : 60, 100, 150, 180, dan 240. Hasil dari penelitian ini adalah semakin tinggi nomor ampelas ,
semakin halus permukaan bahan. Pada aluminium dengan ampelas no. 60, kekasaran rata-ratanya
adalah 3,52 µm, sedangkan dengan no. 240, kekasaran rata-ratanya adalah 1,09 µm. Pada bahan kayu
jati dengan ampelas no 60 dan no. 240, kekasaran yang diperoleh adalah 10,20 µm dan 3,67 µm ,
sedangkan pada bahan kayu mahoni dengan ampelas no 60 dan no. 240, kekasaran yang diperoleh
adalah 10,70 µm dan 3,47 µm. Adapun luaran dari penelitian ini adalah Teknologi Tepat Guna (TTG)
berupa mesin ampelas sabuk dan data-data hasil penelitian yang dipublikasikan dalam bentuk Jurnal
ilmiah ber-ISSSN.
Kata Kunci : “Kekasaran ampelas”, “Kekasaran permukaan”, “Aluminium, Jati, Mahoni”

1. Pendahuluan
Kerajinan coran aluminium di Desa
Sejomulyo, Juwana, Pati dan mainan anak
dari bahan kayu di Desa Kemiri Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali Provinsi
Jawa Tengah ini telah banyak dipasarkan di
kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya,
Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Bali
sebagai daerah tujuan wisata, baik wisatawan
dalam negeri maupun manca negara. Bahkan
secara rutin sudah diekspor ke Jepang, Gambar 1. Kerajinan coran aluminium
Amerika, dan beberapa Negara di Eropa. (Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)
Produk-produk yang dihasilkan oleh UKM
“BUDI JAYA LOGAM” antara lain : topeng, Sedangkan produk-produk yang dihasilkan
asbak, buah-buahan, dan binatang. UKM “TETAP JAYA ART” di Desa Kemiri
Sedangkan mainan anak-anak dari bahan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali
kayu, seperti : mobil-mobilan, bus, bolduser, dapat dilihat seperti pada Gambar 2 di bawah
pesawat terbang , becak, dan lain-lain. ini.

38
ukuran pasir kasar dan semua spesies, silikon
karbida menghasilkan permukaan yang lebih
baik daripada aluminium oksida. Menurut
Magoss dan Sitkei (2001), kualitas
permukaan akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik dari sifat bahan maupun proses
permesinan. Sifat bahan meliputi butiran,
Gambar 2. Produk kerajinan kayu kerapatan, kadar air dan lainnya. Menurut
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018) Saloni dkk. (2005), tingkat pelepasan
material dapat berubah dengan variasi
Proses pengerjaan finishing, khususnya tekanan, tipe abrasif, granularitas dan
pengampelasan menjadi permasalahan utama kecepatan pengampelasan. Dalam
yang menghambat proses produksi sehingga kebanyakan kasus, kecepatan pengampelasan
tidak bisa memenuhi pesanan sesuai target. yang lebih tinggi bisa menghasilkan
Pengampelasan dengan menggunakan tangan permukaan yang lebih baik. Gambar 3
selain membutuhkan waktu lama juga menunjukkan variasi kekasaran permukaan
menghasilkan kekasaran yang tidak merata. bahan yang diampelas dengan sabuk abrasif
Menurut beberapa literatur untuk grit 60 dan 100, baik dalam arah longitudinal
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil dan melintang. Dapat dicatat bahwa
pengampelasan bisa menggunakan mesin kekasaran permukaan pengampelasan
pengampelas dengan kekasaran ampelas longitudinal lebih tinggi daripada
yang tepat. pengampelasan melintang. Pengamatan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk serupa telah diteliti oleh de Moura dkk.
meneliti pengaruh kekasaran ampelas (2011), mereka menegaskan bahwa
terhadap kekasaran permukaan pada bahan kekasaran permukaan jelas lebih tinggi
aluminium, kayu jati, dan kayu mahoni. Hasil secara tegak lurus ke arah penggerak sabuk
yang diharapkan dari penelitian ini adalah abrasif dari pada sejajar. Masing-masing
kekasaran bahan bisa mencapai 1,0 µm. butir akan memberikan kedalaman yang
lebih kecil, sehingga menghasilkan hasil
1.1 Proses Pengampelasan akhir yang lebih baik.
Sebagai proses permesinan, proses
pengamplasan akan mempengaruhi kualitas
produk kerajinan. Efisiensi pengamplasan
sabuk abrasif dapat dievaluasi dengan tingkat
pelepasan material, sedangkan mutu/kualitas
permukaan dapat dievaluasi dengan
kekasaran permukaan Ra. Namun, keduanya
akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti Gambar 3. Pengaruh kekasaran permukaan
sifat bahan, granularitas sabuk abrasif, arah dengan grit 60 dan 100
(Saloni dkk. (2005)
pengamplasan, tekanan dan lain sebagainya.
Menurut Taylor dkk. (1999) mempelajari
Hal ini terutama dihasilkan dari sifat
hubungan antara variabel input dan tingkat
spesimen yang berbeda itu sendiri. Serat
removal material sangat menentukan
kayu bahan tampak lebih tidak beraturan dan
kekasaran permukaan. Berkenaan dengan
39
lebih kecil dari bahan keras. Dalam proses • Oxidized alumunium merupakan partikel
pengampelasan, serat bahan lunak tidak abrasif yang sangat kuat dan tahan aus.
dapat terputus sepenuhnya. Sedangkan bahan Oleh karena itu oxidized alumunium
keras memiliki kekasaran yang relatif lebih sangat sesuai digunakan untuk
tinggi sehingga bekas pengampelasan di mengampelas cat yang relatif keras.
permukaan tidak terlihat. Selain itu, • Ampelas berfungsi untuk menghaluskan
berdasarkan Aguilera (2011), kekasaran permukaan dengan cara digosokkan, halus
permukaan yang dihasilkan pada kondisi dan kasarnya kertas ampelas ditunjukkan
pemesinan yang berbeda mengikuti oleh angka yang tercantum dibalik kertas
hubungan linier. ampelas tersebut. Semakin besar angka
yang tertulis menunjukkan semakin halus
dan rapat susunan pasir ampelas tersebut.
Ampelas digunakan untuk mengampelas
lapisan cat, putty (dempul) atau surfacer.
• Pada pekerjaan perbaikan dan
penyelesaian bodi otomotif, ampelas
digunakan untuk menggosok lapisan cat,
dempul, atau surfacer.
Gambar 4. Perbandingan kekasaran • Ampelas merupakan salah satu jenis
bahan keras dan lunak material abrasif yang dibuat dengan
(Taylor dkk., 1999) proses perlekatan (coated abrasive).
Ampelas terdiri atas dua bagian yang
1.2 Ampelas disatukan, yaitu material abrasif dan
Tujuan proses pengampelasan ini adalah material backing. Material backing yang
berfungsi untuk menghaluskan permukaan digunakan pada ampelas merupakan
bahan dengan cara digosokkan dengan bahan fleksibel, terbuat dari kertas, kertas
amplas. Tingkat kehalusan dan kekasaran tahan air, kain, dan synthetic fiberglass.
permukaan amplas pada umumnya
ditunjukkan dengan angka yang tercantum
dibalik ampelas tersebut. Semakin besar
angka yang tertulis menunjukkan semakin
halus dan rapat susunan pasir amplas
tersebut. Terdapat dua jenis material abrasif
amplas yang umum digunakan pada
pekerjaan perbaikan dan penyelesaian bodi Gambar 5. Cara pengampelasan yang
otomotif, yaitu silicon carbide dan benar
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)
alumunium oxide.
• Partikel abrasif yang terbuat dari silicon
1.3 Kekasaran Permukaan
carbide, terpecah-pecah menjadi butiran
kecil pada saat pengamplasan dan secara Kekasaran permukaan merupakan ukuran
konstan memunculkan sisi baru yang penyimpangan halus di permukaan. Lebar,
tajam. Partikel-partikel ini sangat sesuai tinggi, dan bentuk penyimpangan pada
untuk mengampelas (sanding) cat yang permukaan menghasilkan kualitas permukaan
relatif lunak. suatu produk. Permukaan kekasaran diukur

40
dengan menggunakan stylus type
profilometer (Mitutoyo SJ-301). Dua
parameter kekasaran yang masing-masing
dicirikan oleh standar ISO 4287 (1997), rata-
rata kekasaran (Ra), dan tinggi puncak-ke-
lembah (Rz) permukaan partikel. Faktor
pengampelasan penting lainnya adalah
ukuran pasir. Hasilnya menunjukkan bahwa Gambar 6. Profil kekasaran permukaan
penggunaan ukuran pasir yang lebih halus (Rochim, Taufiq, 2001)
meningkatkan kekasaran permukaan benda
uji. Penggunaan sabuk ampelas kasar 2. Metode Penelitian
menyebabkan masalah pola goresan. Salah 2.1 Bahan Penelitian
satu solusi dari masalah ini adalah
pengampelasan dengan abrasif kasar yang Bahan penelitian yang digunakan adalah
lebih halus (NPA 1993)………Gökay Nemli, berupa : Aluminium cor, kayu jati, dan kayu
Turgay Akbulut and Emir Zekoviç (2007). mahoni.
Parameter amplitudo kekasaran permukaan
yang dipakai di industri ada tipe, seperti
roughness average (Ra), root-mean-square
roughness (Rq), dan maximum peak-to-valley
roughness (Ry atau Rmax). Parameter yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Ra,
karena parameter ini dianggap paling cocok
untuk proses pemesinan dan lebih sensitif Gambar 7. Aluminium cor
terhadap penyimpangan yang terjadi pada (Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)
proses pemesinan. Kekasaran rata-rata
(average roughness) Ra, adalah nilai integral
absolut dari tinggi profil kekasaran sepanjang
pengamatan. Ra adalah harga rata-rata
aritmetik dibagi harga absolutnya jarak
antara profil terukur dengan profil tengah
dirumuskan sebagai berikut : Gambar 8. Kayu jati dan mahoni
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

2.2 Peralatan Penelitian


Peralatan penelitian yang digunakan adalah
Keterangan : mesin ampelas sabuk (Belt Sanders) dan alat
Ra = simpangan rerata perhitungan dari uji kekasaraan. Mesin ampelas sabuk
rata-rata garis digunakan untuk mengampelas spesimen,
L = panjangnya sampling sedangkan alat uji kekasaran digunakan
y = ordinat kurva profil untuk mengukur kekasaran permukaan
spesimen.

41
f. Ukur kekasaran masing-masing
permukaan spesimen dengan
menggunakan alat uji kekasaran.
g. Ganti ampelas no. : 100, 150, 180, dan
240.
h. Lakukan proses pengampelasan pada
seluruh spesimen.
Gambar 9. Mesin ampelas sabuk i. Ukur kekasaran permukaan seluruh
(Belt Sanders) spesimen.
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018) j. Matikan Belt Sanders dengan menekan
tombol “OFF”.
k. Lakukan analisa data dari semua hasil
pengujian kekasaran spesimen.

Gambar 10. Alat uji kekasaran


(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

2.3 Variabel Penelitian Gambar 11. Spesimen uji kekasaran


Variabel yang dilakukan pada penelitian ini (Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)
adalah kekasaran ampelas yaitu : 60, 100,
150, 180, dan 240.

2.4 Langkah Percobaan


Langkah-langkah percobaan yang dilakukan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Potong-potong bahan aluminium cor,
kayu jati, dan mahoni ukuran ϕ 30 mm x
10 mm masing-masing sebanyak 15 buah,
Gambar 12. Pengampelasan aluminium
sebagai bahan uji (spesimen).
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)
b. Tandai spesimen dengan spidol sesuai
dengan nomer urut spesimen.
c. Pasang kain ampelas no. 60 pada Belt
Sanders.
d. Hidupkan Belt Sanders dengan menekan
tombol “ON”.
e. Ampelas salah satu permukaan spesimen
dari bahan aluminium cor kayu jati, dan
kayu mahoni dengan menggunakan Belt
Gambar 13. Pengampelasan kayu jati
Sanders.
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

42
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Dari pengujian kekasaran permukaan
selanjutnya diperoleh data-data seperti pada
Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil pengujian kekasaran
Gambar 14.Pengampelasan kayu mahoni permukaan bahan coran
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018) aluminium

(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

Tabel 2. Hasil pengujian kekasaran


Gambar 15.Pengujian bahan alum. cor permukaan bahan kayu jati
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

Tabel 3. Hasil pengujian kekasaran


Gambar 16. Pengujian bahan kayu jati permukaan bahan kayu mahoni
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

Dari Tabel 1, 2, dan 3 di atas selanjutnya


diplot dalam bentuk grafik seperti pada
Gambar17.Pengujian bahan kayu mahoni
Gambar 19 di bawah ini.
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

Gambar 19.Pengaruh kekasaran ampelas


Gambar 18. Profil kekasaran bahan terhadap kekasaran bahan
(Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018) (Sumber:Penel. Terapan Pratama 2018)

43
3.2 Pembahasan Penelitian menunjukkan variasi kekasaran permukaan
Dari Tabel 1 pada bahan coran aluminium bahan yang diampelas dengan Sabuk abrasif
dapat dilihat bahwa semakin tinggi nomor grit 60 dan 100, baik dalam arah longitudinal
ampelas, semakin halus permukaan bahan. dan melintang. Dapat dicatat bahwa
Dengan menggunakan nomor ampelas 60 kekasaran permukaan pengampelasan
rata-rata kekasaran permukaan bahan yang longitudinal lebih tinggi daripada
terjadi adalah 3,52 µm, sedangkan dengan pengampelasan melintang. Mereka
menggunakan nomor ampelas 240 rata-rata menegaskan bahwa kekasaran permukaan
kekasaran permukaan bahan yang terjadi jelas lebih tinggi secara tegak lurus ke arah
adalah 1,09 µm. Pada Tabel 2 pada bahan penggerak sabuk abrasif dari pada sejajar.
kayu jati dapat dilihat bahwa dengan Masing-masing butir akan memberikan
menggunakan nomor ampelas 60 rata-rata kedalaman yang lebih kecil, sehingga
kekasaran permukaan bahan yang terjadi menghasilkan hasil akhir yang lebih baik.
adalah 10,20 µm, sedangkan dengan
menggunakan nomor ampelas 240 rata-rata 4. Kesimpulan dan Saran
kekasaran permukaan bahan yang terjadi 4.1 Kesimpulan
adalah 3,67 µm. Sedangkan Pada Tabel 3 Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
pada bahan kayu mahoni dapat dilihat bahwa ini adalah :
dengan menggunakan nomor ampelas 60 a. Semakin tinggi nomor ampelas semakin
rata-rata kekasaran permukaan bahan yang halus permukaan bahan.
terjadi adalah 10,70 µm, sedangkan dengan c. Kekasaran (Ra) permukaan bahan hasil
menggunakan nomor ampelas 240 rata-rata pengampelasan produk UKM lebih tinggi
kekasaran permukaan bahan yang terjadi daripada pengampelasan dengan
adalah 3,47 µm. Hasil penelitian ini sesuai menggunakan mesin pengampelas sabuk.
dengan hasil-hasil penelitian beberapa
peneliti sebelumnya. Taylor dkk. (1999) 4.2 Saran
mempelajari hubungan antara variabel input Beberapa saran yang perlu disampaikan di
dan tingkat removal material, kekasaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
permukaan. Berkenaan dengan ukuran pasir a. Untuk menghasilkan data-data yang lebih
kasar dan semua spesies, silikon karbida valid maka perlu ditambahkan beberapa
menghasilkan permukaan yang lebih baik parameter pengampelasan, seperti
daripada aluminium oksida. Menurut kecepatan dan tekanan pengampelasan.
Magoss dan Sitkei (2001), kualitas b. Untuk bahan kayu sebaiknya
permukaan akan dipengaruhi oleh beberapa menggunakan alat uji kekasaran khusus
faktor baik dari sifat bahan maupun proses bahan-bahan lunak.
permesinan. Sifat bahan meliputi butiran,
kerapatan, kadar air dan lainnya. Menurut 5. Daftar Pustaka
Saloni dkk. (2005), tingkat pelepasan
material dapat berubah dengan variasi • ASM Handbook, 1992, Mechanical
tekanan, tipe abrasif, granularitas dan Testing and Evaluation, Volume 8,
kecepatan pengamplasan. Dalam kebanyakan ASM International.
kasus, kecepatan pengamplasan yang lebih • Aguilera, A., 2011: Cutting energy and
tinggi bisa menghasilkan permukaan yang surface roughness in medium
lebih baik. de Moura dkk. (2011), density fiberboard rip sawing. Eur.
J. Wood Prod. 69(1): 11-18.
44
• De Moura, L.F.; Brito, J.O.; Nolasco, • Saloni, D.E., 2007: Process monitoring
A.M.; Uliana, L.R. 2011. Effect of and control system design,
thermal rectification on evaluation and implementation of
machinability of Eucalyptus grandis abrasive machining processes.
and Pinus caribaea var. hondurensis Thesis (Ph.D.). North Carolina State
woods. European Journal of Wood University, Raleigh, 197 pp.
and Wood Products 69(4):641-648. • Sulistyo J & Marsoem SN. 2000.
• Harmanto, S., 2016, Pengaruh Temperatur Pengaruh umur terhadap sifat fisika
Cetakan Logam Terhadap dan mekanika kayu jati (Tectona
Kekerasan Pada Bahan Aluminium grandis L.f). Prosiding Seminar
Bekas, Jurnal Rekayasa Mesin ISSN Nasional II MAPEKI. Yogyakarta,
1411-6863 Volume 11 Nomor 2, 2-3 September 1999. 49-63.
Agustus 2016 Polines, Semarang. • Taylor, J.B., Carrano, A.L., Lemaster,
• Magoss, E., Sitkei, G., 2001: Fundamental R.L., 1999: Quantification of
relationship of wood surface process parameters in a wood
roughness at milling operations. In: sanding operation.Forest Products
2nd International Wood Machining Journal 49(5):41-46.
Seminar 15, 2001, Anaheim. • Wahyudi I & Arifien AF. 2005.
• Marsoem SN. 2013. Studi mutu kayu jati Perbandingan struktur anatomis,
di hutan rakyat Gunungkidul. I. sifat fisis, dan sifat mekanis kayu
Pengukuran laju pertumbuhan. jati unggul dan kayu jati
Jurnal Ilmu Kehutanan 7, 108-122. konvensional. Jurnal Ilmu &
• Nemli, G. & Çolakoglu, G. 2005. The Teknologi Kayu Tropis 3(2), 9-15.
influence of lamination technique • Yunianti AD, Wahyudi I, Siregar IZ, &
on the properties of particleboard. Pari G. 2011. Kualitas kayu jati
Building and Environment 40(1): klon dengan jarak tanam yang
83–87. berbeda. Jurnal Ilmu & Teknologi
• Rochim, Taufiq, 2001, Spesifikasi Kayu Tropis 9(1), 93-100.
Metrologi danKontrol Kualitas
Geometrik. Laboratorium Teknik
Produksi dan Metrologi Industri.

45

Anda mungkin juga menyukai