Anda di halaman 1dari 2

Diskusi Kelompok 5

1. Bagaimana peran seorang pimpinan (promotor kesehatan) kalau dilihat dari issue terbaru
sekarang mengenai vaksinasi, edukasi dan upaya2 apa yang diberikan agar mengoptimalkan
program vaksinasi dari pemerintah (Pertanyaan dari dr. Deysi Pantow)
Jawaban:
Persoalannya, siapkah masyarakat menerima vaksin Covid-19?
Temuan survei di awal tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia,
Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), World Health
Organization (WHO), dan United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan sekitar
30 persen responden meragukan keamanan vaksin, 22 persen tidak yakin bahwa vaksin akan
efektif, dan 12 persen lainnya takut akan efek samping yang ditimbulkan. Ini adalah
cerminan bahwa edukasi vaksinasi Covid-19 masih belum berhasil meyakinkan masyarakat
kita. Selain menjadi ujung tombak perawatan pasien dan pelaksana vaksinasi, diharapkan
lebih menggiatkan lagi promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran vaksinasi dan
tetap mematuhi protokol kesehatan. Peran sebagai edukator ini perlu diperluas tidak terbatas
di ruang praktik atau fasilitas pelayanan kesehatan saja, tapi di tiap-tiap kesempatan di
berbagai media. Masyarakat menantikan edukasi melalui komunikasi yang mudah dipahami,
sehingga mampu membedakan informasi yang sahih dan menepis hoaks tentang vaksin
Covid-19. Penjelasan dengan bahasa sederhana "risiko terinfeksi menjadi tiga kali lebih
kecil, dengan gejala jauh lebih ringan jika terinfeksi setelah divaksin" akan lebih mudah
diterima oleh masyarakat. Sehingga selain lebih tertarik mengikut vaksinasi, sekaligus
mereka akan paham bahwa masih tetap perlu menaati protokol 3M. Saat ini sudah diketahui
siapa saja yang dinyatakan aman menjadi penerima vaksin, bagaimana cara pemberiannya,
apa saja langkah yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan vaksin, termasuk
kemungkinan kejadian ikutan dan hal-hal apa yang tetap wajib dipatuhi setelah dosis vaksin
lengkap dua kali. Hal-hal inilah yang sering ditanyakan, dan tenaga kesehatan telah memiliki
dasar keilmuan untuk memberikan jawaban dengan interpretasi yang tepat. Semakin minim
miskonsepsi, diharapkan makin mudah masyarakat mengerti tujuan vaksinasi dan bersedia
berpartisipasi. Sekarang hingga beberapa bulan ke depan, para tenaga kesehatan harus ikut
berperan aktif membekali masyarakat dengan komunikasi, edukasi, dan informasi yang
mudah dicerna dan tepercaya.
2. Apa kendala dari pendekatan pengaturan untuk promosi kesehatan? (Pertanyaan dari Via
Mamesah)
Jawaban:
Kendala dalam pendekatan pengaturan promosi kesehatan adalah dalam pelaksanaanya.
Pendekatan pengaturan untuk promosi kesehatan adalah aturan-aturan yang dibuat untuk
promosi kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Contohnya dalam pandemi
covid-19 sudah ada peraturan” yang di buat pemerintah dalam rangkah mencegah covid-19
namun masih ada yang melanggar peraturan tersebut. Seperti tidak menggunakan masker,
mencuci tangan dan menjaga jarak. Masih banyak masyarakat yang meremehkan peraturan
tersebut. Contoh yang lain di universitas dimana ada daerah larangan untuk merokok namun
masih banyak yang tidak mengikuti peraturan tersebut padahal disitu sudah ditulis peraturan
larangan untuk merokok. Hal-hal tersebut yang membuat pendekatan pengaturan ini untuk
promosi kesehatan tidak terlaksana.
3. Bisakah kelompok memberikan contoh dari hasil promosi kesehatan langsung, menengah
dan hasil kesehatan jangka panjang seperti apa? (Pertanyaan dari Nancy Lontoh)
Jawaban:
Hasil promosi kesehatan langsung contohnya seperti kita mengukur dampak dari program
yang akan kita laksanakan.
Hasil promosi kesehatan menengah yaitu contohnya kita mengukur faktor penentu kesehatan
yang dapat di modifikasi.
Hasil kesehatan jangka panjang contohnya seperti penurunan morbiditas, mortalitas dan
kecatatan yang dapat di hindari, peningkatan kualitas hidup, kemandirian fungsional dan
kesetaraan.

Anda mungkin juga menyukai