Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI DAN OSMOSIS

Oleh:
YUSUF SETIYADI
1201070064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
Rabu, 05 Oktober 2016

DIFUSI DAN OSMOSIS

A. TUJUAN
1. Untuk memahami proses difusi dan osmosis
2. Untuk membedakan proses terjadinya difusi dan osmosis
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi difusi dan osmosis
4. Untuk mengetahui cara pengukuran potensial osmotik (PO) dengan cara
plasmolisis

B. DASAR TEORI
Sel merupakan suatu unit terkecil tubuh mahluk hidup. Untuk
mempertahankan posisinya sel ditopang oleh adanya dinding sel dan vakuola.
Vakuola merupakan bagian dalam protoplas yang mengandung larutan dan
berbagai zat. Vakuola dipisahkan dalam sitoplasma oleh mebran yang
dinamakan tonoplas. Air yang terdapat didalam vakuola dapat keluar dari
membrane sel dan akan mengakibatkan mengempisnya sel tersebut. Akan
tetapi air yang terdapat diruang bebas antar sel dapta pula dimasukkan ke
dalam vakuola. Keadaan ini terjadi apabila nilai osmosis dalam sel lebih
negative daripada nilai osmosis diluar sel. Akibatnya sel akan
menggelembung.
Sel tumbuhan diletakkan didalam suatu larutan manitol atau sukrosa encer,
maka akan didapatkan adanya tekanan osmosis pada dinding sel. Di dalam
mengalami deficit tekanan difusi yang cukup besar. Akibatnya air akan masuk
kedalam sel melewati membrane sel. Setelah air masuk, deficit tekanan difusi
menurun, tekanan osmosis menurun tetapi tekanan turgor naik. Akibatnya sel
akan menggelembung.
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena
keluarnya sebagian air dari vakuola. Keadaan volume vakuola tepat untuk
menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel, sehingga
kehilangan air sedikit saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding
sel.
Difusi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk meniadakan beda kadar
antara dua larutan yang berbatasan tanpa adanya dinding pemisah. Pada akhir
difusi kedua larutan akan bercampur menjadi larutan yang homogen. Jika
kedua larutan itu terpisahkan oleh suatu membran yang hanya dapat dilalui
oleh air dan zat – zat tertentu yang terlarut di dalamnya, peristiwa itu disebut
osmosis. Membran yang bersifat demikian disebut membran yang semi
permeabel, lebih tepat kalau disebut selektif permeabel.
Difusi terjadi akibat adanya gradien konsentrasi. Konsentrasi adalah
banyaknya bahan atau jumlah partikel per satuan volume. Gradien terjadi bila
suatu parameter, misalnya konsentrasi, berubah secara bertahap dari satu
volume ruang ke volume ruang lain (Frank Salisbury & Cleon W
Ross.1995:34).
Zat alir adalah bahan seperti zat cair atau gas yang dapat mengalir atau
menuruti bentuk wadahnya. Bila aliran itu terjadi akibat perbedaan tekanan,
dan mengikutsertakan sejumlah gugus atom atau molekul yang bergerak
bersama, aliran itu disebut aliran massa. Pergerakan neto dari satu tempat ke
tempat lain, akibat aktivitas kinetic acak atau gerak termal dari molekul lain
disebut difusi. Difusi sering terjadi akibat perbedaan konsentrasi bahan di satu
titik dengan di titik lain ( Frank Salisbury & Cleon W Ross.1995:32).

Difusi merupakan gerakan penyebaran suatu partikel ( air, molekul zat


terlarut, gas atau ion-ion) dari daerah yang potensial kimianya lebih tinggi
menuju daerah yang potensial kimianya lebih rendah.
1. Difusi terjadi karena adanya gerakan molekul dan beda potensial
kimia.
2. Difusi dipengaruhi oleh temperature, konsentrasi zat terlarut, tekanan,
dan partikel adsorptive ( permukaan mudah mengikat air).
3. Permeabilitas membrane akan menentukan laju difusi tiap partikel
melewati membrane. (Suyitno.2014:5)
Osmosis dari perkataan os = lubang dan movea = to move = pindah. Difusi
molekul-molekul itu melewati lubang-lubang/pori. Tekanan osmosis itu
sebenarnya tak lain hanyalah pernyataan lain dari nilai osmosis. Nilai osmosis
menyatakan sesuatu yang masih statis, sedangkan tekanan osmosis adalah
pelaksanaan dari nilai osmosis ( Dwijoseputro.1980:62-63).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.
Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energy bebas pada
volume sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit
jumlah, terutama per berat gram molekul (energy bebas mol) disebut
potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan
konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk
bergerak dari daerah yang berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang
potensial kimianya lebih kecil (Siregar.1996:52-53).
Potensial kimia air merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi
tumbuhan. Potensial air adalah sesuatu yang sama dengan potensial kimia air
dalam suatu system, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada
tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Potensial air murni dinyatakan sebagai
nol, yang satuannya dapat berupa satuan tekanan ( atm, bar) atau satuan
energy. Potensial air akan negative apabila potensial kimia air dalam system
lebih besar dari air murni. Tekanan pun yang diberikan pada air atau suatu
larutan akan meningkatkan energy bebasnya, sehingga potensial air
meningkat. Dengan memberikan tekanan di atas suatru larutan murni akan
mengakibatkan meningkatnya potensial pada larutan atau air murni tersebut,
dan selanjutnya akan meningkatkan kemampuan difusi air dalam larutan atau
air murni tadi. Dengan konsep ini kita dapat membayangkan osmosis yang
terjadi dari larutan hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja
potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada larutan
hipotonis (Siregar.1996:53).
Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air (PA) dan
potensial tekanan (PT), komponen lain yang juga penting adalah potensial
osmotic (PO). Nilai potensial osmotic suatu larutan dapat diukur dengan
suatu alat yang disebut osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer
merupakan tekanan yang nyata, dan tekanan ini disebut potensial air,
potensial osmotic, dan potensial tekanan dapat ditulis dengan rumus PA = PO
+ PT (Siregar.1996:54).
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotic (Siregar.1996:54-57).
1. Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai
potensial osmotiknya. Bila zat terlarut bukan elektrolit dan molekulnya
tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotic suatu larutan
tersebut hampir pasti akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
2. Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotic suatu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat,
tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat di dalam larutan
yang tersebut. PO lebih bergantung pada perbandingan antara jumlah
pelarut dengan partikel yang dikandung didalamnya.
3. Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut, biasanya disebut
sebagai air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau
partikel koloid. Dampak air hidrasi terhadap suatu larutan, dapat
menyebabkan larutan menjadi lebih pekat dari yang kita perkirakan.
4. Suhu
Efek suhu pada difusi amat rumit, namun umumnya kenaikan suhu
akan meningkatkan energi-bebas. Secara umum, selisih suhu dalam
tubuh tanaman dapat diabaikan (kecuali pada kondisi khusus).
Tumbuhan di daerah tundra alpin, akar berada dalam tanah dengan
suhu yang hampir beku, sedangkan daun dihangatkan oleh sinar
matahari dapat mencapai 200°C
Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan
bahan penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoeo discolor
merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya
tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanaman ini tidak
dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang
dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat
tumbuh didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya akan
mengerdil ( Fahn, 1991).
Tanaman ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu
dengan bentuk daunya yang memanjang seperti daun jagung,
mempunyai warna ungu pada pada permukaan bawah dan warna hijau
dipermukaan atas. Pada permukaan atas licin karena terdapat lapisan
lilin. Tanaman ini mempunyai akar serabut sehingga termasuk tanaman
monocotyledoneae ( Haryadi, 1996).
Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman nanas kerang
(Rhoeo discolor) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor ( Fahn, 1991).
Rhoeo mempunyai jaringan yang terdiri dari sel-sel yang
bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga
bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks.
Pertumbuhan darai tanaman ini sangat penting pada aktivitas jaringan
meristem. Dan jaringanya terbagi dua yang berdasarkan kemampuan
untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan
jaringan yang permanen (Sastrodinoto,1980).

C. ALAT DAN BAHAN


a. Mengukur potensial air (PA) umbi kentang
- Alat:
1. Alat pengebor gabus
2. Silet
3. Jangka sorong
4. Botol bermulut besar (50ml) 6 buah
5. Stop watch
- Bahan:
1. Umbi kentang
2. Larutan sukrosa konsentrasi 0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,22 M; 0,24
M; 0,26 M
3. Alumunium foil
b. Mengukur potensial osmotik (PO) dengan cara plasmolisis
- Alat:
1. Botol vial 7 buah
2. Pipet tetes 10ml
3. Silet
4. Pinset runcing
5. Mikroskop
6. Kaca objek dan kaca penutup
7. Stop watch
- Bahan:
1. Daun Rhoeo discolor
2. Larutan sukrosa kosentrasi 0,14M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22
M; 0,24 M dan 0,26 M

c. Difusi molekul K-permanganat dalam air


- Alat:
1. Cawan petri
2. Kertas milimeter blok
3. Stop watch
- Bahan:
1. Air/aquadesh
2. Kristal K-permanganat

D. CARA KERJA
a. Mengukur potensial air (PA) umbi kentang
- Membuat silinder umbi kentang menggunakan alat pengebor gabus
- Memptong silinder kentang sama panjang berukuran 4 cm
- Memasukkan potongan silinder umbi kentang kedalam botol berisi
larutan sukrosa yang telah tersedia. Mengerjakan dengan cepat untuk
mencegah penguapan air dari umbi
- Menutup botol rapat-rapat dengan alumunium foil
- Membiarkan silinder umbi kentang dala larutan selama 2 jam
- Mengambil setiap silinder umbi dari masing-masing botol dan segera
mengukur kembali panjangnya
- Menghitung harga rata-rata panjang silinder umbi kentang dari
tiapperlakuan konsentrasi sukrosayang digunakan
- Membuat grafik dari data yang diperoleh dengan molalitas sebagai
sumbu X dan rata-rata panjang sumbu Y serta membuat pula garis
sejajar sumbu x pada jarak 40mm
- Menentukandengan grafik tersebut, pada konsentrasi berapa silinder
tidak mengalami perubahan panjangnya. Konsentrasi tersebut
merupakan PA umbi kentang yang nilainya dapat dilihat pada tabel 1.1
buku panduam praktikum

b. Mengukur potensial osmotik (PO) dengan cara plasmolisis


- Mengisi botol dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan, satu
botol untuk satu konsentrasi
- Membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoeo discolor paling
sedikit 25 buah sel yang berwarna merah (masih mengandung
antosianin)
- Memasukkan 3 sayatan kedalam masing-masing botol yang sudah
berisi larutan sukrosa
- Membiarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit
- Setelah 30 menit, memriksa sayatan tadi dibawah mikroskop dengan
larutan sukrosa dimana sayatan tadi direndam
- Mencari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis
berplasmolisis (disebut juga insipient plasmolisis)
- Menentukan PO dengna tabel 1.1 buku panduan praktikum

c. Difusi molekul K-permanganat dalam air


- Menuangkan air sebanya 15 ml ke dalam cawan petri
- Meletakkan cawan petri pada tempat datar yang dialasi kertas
milimeter blok
- Memsukkan satu kristan K-permanganat ke bagian tengah petri
- Memerhatikan gerakan difusi molekul k-permanganat dalam air dan
mengukur diameter sebaran difusi molekul k-permanganat tersebut.
Berapa lama diameter 1 cm dicapai dalam difusi tersebut
- Mengukur diameternya setelah 5, 10, 15, dan 20 menit, serta
memerhatikan apakah kecepatan perambatannya berkurang atau
konstan
E. HASIL PENGAMATAN
1. Mengukur potensial air (PA) umbi kentang
Konsentras 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
i sukrosa
Panjang 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm
awal
Panjang 3,65 3,7 cm 3,75 3,745 3,5 cm 3,6 cm
akhir cm cm cm
Perubahan 0, 35 0,3 cm 0,25 0, 355 0,5 cm 0,4 cm
panjang cm cm cm

Grafik Perubahan Panjang Umbi Kentang

3.8

3.7

3.6
perubahan panjang
3.5

3.4

3.3
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

konsentrasi sukrosa

2. Mengukur potensial osmotik (PO) dengan cara plasmolisis


Konsentrasi Jumlah sel yang berplasmolisis
0,14 12
0,16 14
0,18 15
0,22 23
0,24 14
0,26 32

3. Difusi molekul K-permanganat dalam air


Waktu (menit) Diameter (cm) Selisih (cm)
0 0 0
5 3 3
10 3,5 0,5
15 4 0,5
20 6 2

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang difusi dan
osmosis pada sel tumbuhan. Media yang kami gunakan yaitu berupa umbi
kentang dan daun Rhoeo discolor. Kami melakukan tiga percobaan yaitu
mengukur potensial air (PA) umbi kentang, mengukur potensial osmotik (PO)
dengan cara plasmolisis (menggunakan sel daun Rhoeo discolor), dan Difusi
molekul K-permanganat dalam air.
Pada percobaan pertama, yaitu mengukur potensial air (PA) umbi kentang,
dilakukan dengan cara mengambil sampel umbi kentang menggunakan alat
pengebor gabus dengan panjang 4 cm dan diameter 0,8 cm sebanyak 6 buah.
Selanjutnya masing-masig sampel dimasukan kedalam larutan sukrosa yang
telah disiapkan dengan konsentrasi 0,14 ; 0,16 ; 0,18 ; 0,22 ; 0,24 ; 0,26 dan
kemudian diamati perubahan panjangnya.
Pengamatan potensial air pada tanaman diketahui kentang mengalami
perubahan panjang, ada yang bertambah panjang, namun juga ada yang
mengalami pengurangan panjang. Dari data yang didapatkan, diperoleh hasil
dari umbi kentang yang panjang awalnya 4 cm rata-rata mengalami
penurunan panjang atau memendek. Penurunan panjang terkecil adalah pada
larutan sukrosa 0,4 sebesar 0, 25 cm dan terbesar pada larutan sukrosa 0,8
sebesar 0,5 cm.
Mula-mula dari umbi kentang yang direndam dalam larutan sukrosa 0,4
M. Disini umbi kentang tidak begitu mengalami perubahan panjang, hanya
beberapa umbi kentang saja yang bertambah panjangnya. Sehingga, pada
konsentrasi tersebut dapat diketahui PA umbi dengan meihat tabel 1.1 yaitu
berkisar -11,1. Pada keadaan tersebut PA dianggap sama dengan PO (PA=PO)
karena tiadak ada potensial tekanan PT diambil dari rumus PA=PO+PT.
Akibat perbedaan konsentrasi tersebut, molekul air berpindah dari zat pelarut
(air) ke dalam potongan kentang melalui suatu membran. Perpindahan
molekul zat dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi disebut osmosis.
Perubahan panjang ini dikarenakan air bersifat hipotonis maupun hipertonis
terhadap sel kentang. akibat perbedaan konsentrasi tersebut molekul air dari
potongan kentang berpindah ke larutan gula. Semakin besar konsentrasi
larutan sukrosanya, maka kekurangan berat yang dialami oleh potongan
kentang itu akan semakin besar dan cepat karena perbedaan konsentrasi zat
semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sehingga panjang silinder umbi
kentang semakin berkurang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik,
sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut),
sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran.
Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang
bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air
yang melewati membran.
Pada percobaan kedua yaitu mengukur potensial osmotik (PO) dengan
cara plasmolisis menggunakan sel daun Rhoeo discolor. Langkah yang
dilakukan yaitu mengambil sampel sayatan epidermis bawah daun Rhoeo
discolor (minimal 25 sel yang masih berwarna merah atau mengandung
antosianin) sebanyak 3 sayatan lalu merendamnya pada larutan sukrosa yang
telah disiapkan yaitu dengan kosentrasi 0,14M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22
M; 0,24 M dan 0,26 M selama 30 menit kemudian mengamatinya di bawah
mikroskop. Dari data yang diperoleh diketahui pada konsentrasi sukrosa 0,22
sel yang berplasmolisis pada kisaran 50% sehingga dapat diketahui PO
dengan melihat tabel 1.1 sebesar -5,9. Pada keadaan tersebut dapat dikatakan
PA=PO karena pada kondisi insipien plasmolisis (Arief, 2016)
Tekanan yang mendorong terjadinya difusi dinamakan tekanan osmosis
atau osmotic pressure. Tekanan yang menjadi penentuan dalam pencarian
suatu larutan dengan tekanan osmosis yang sama dengan cairannya disebut
dengan tekanan difusi. Karena konsentrasi larutan gula berperan dalam
plasmolisis sel, maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak sel yang
terplasmolisis. Hal tersebut dapat kita lihat dengan adanya suatu bintik atau
titik yang berada di tengah-tengah sel tanaman tersebut.
Sel tumbuhan yang dimasukkan dalam larutan gula, maka sel tersebut
akan kehilangan air murni, jika nilai larutan gula dalam sel lebih pekat dari
pada potensial air yang cukup besar, maka kemungkinan volume sel akan
menurun sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Akibatnya, membrane dan sitoplasma akan lepas dari selnya. Hal
inilah yang dinamakan dengan sel yang terplasmolisis.
Pada percobaan yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai
molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini
terbukti dengan keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang
terkandung dalam daun Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika
dimasukkan secara bertahap kedalam larutan sukrosa yang berbeda-beda
tingkat atau nilai molaritasnya.
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan
mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks
sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan
(Wilkins, 1992).
Osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Sel yang dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila
potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan
kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga
tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini
dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam
larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas
diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang
berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-
benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya
lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk
dengan mudah (Salisbury, 1995).
Potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air
murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat
dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika
tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap
potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial
osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel
terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah
(Meyer and Anderson, 1952).
Potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel,
sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk
cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka
potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0
maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya
protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari
vakuola (Salisbury and Ross, 1995). Karakteristik permeasi air pada membran
osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan membran komposit
modul modul sopitral wound dan larutan klorida dalam air dalam larutan
umpan.
Pengamatan potensial air pada tanaman diketahui kentang mengalami
perubahan panjang, ada yang bertambah panjang, namun juga ada yang
mengalami pengurangan panjang. Mula-mula dari umbi kentang yang
direndam dalam larutan sukrosa 0,0 M. Di sini kentang tidak begitu
mengalami perubahan panjang, hanya beberapa umbi kentang saja yang
bertambah panjangnya. Akibat perbedaan konsentrasi tersebut, molekul air
berpindah dari zat pelarut (air) ke dalam potongan kentang melalui suatu
membran. Perpindahan molekul zat dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi disebut osmosis. Perubahan panjang ini dikarenakan air bersifat
hipotonis maupun hipertonis terhadap sel kentang. akibat perbedaan
konsentrasi tersebut molekul air dari potongan kentang berpindah ke larutan
gula. Semakin besar konsentrasi larutan sukrosanya, maka kekurangan berat
yang dialami oleh potongan kentang itu akan semakin besar dan cepat karena
perbedaan konsentrasi zat semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan air
semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Sehingga panjang silinder umbi kentang semakin berkurang. Dalam proses
osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik)
ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan
bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih
banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga
lebih banyak molekul air yang melewati membran.
Pada percobaan ketiga, yaitu difusi molekul k-permanganat dalam air
dilakukan dengan cara memasukkan kristal k-permanganat pada air yang
sudah diteteskan sebelumnya pada petri, lalu mengamati diameternya setiap 5
menit selama 20 menit. Dalam percobaan yang telah kita lakukan dengan
menggunakan kalium permanganat, yang diteteskan pada air tersebut kalium
permanganat dapat menyebar dalam petridish atau wadah dari air tersebut.
Pergerakan kalium permanganat ini dikarenakan air menuju ke dalam tempat
tetesan kalium permaganat itu diteteskan (dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah) sehingga terjadi kesetimbangan. Selain itu penambahan
kalium permanganat yang lebih pekat ini menyebabkan pertambahan voleme
air berkembang dan konsentrasi air berkurang sedikit.
Dari hasil pengamatan kalium permanganat untuk mencapai diameter 3 cm
memerlukan waktu selama 3 menit, pada menit ke-10 diameter mencapai 3,5
cm, pada menit ke 15 diameternya adalah 4 cm, dan pada menit ke 20
diameternya mencapai 6 cm. Cepat rambat kalium permanganat dari
lingkaran ke-1 ke lingkaran ke-4 (diameter awal 3 cm sampai diameter akhir
6 cm) lama kelamaan waktu yang diperlukan semakin banyak, ini
dikarenakan semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi yang
menyebabkan lambatnya laju konsentrasi.

G. KESIMPULAN
1. Fakta-fakta mengenai gejala difusi osmosis yang terjadi pada umbi
kentang dibuktikan dengan adanya perubahan panjang umbi kentang
setelah perendaman pada larutan sukrosa.
2. PA umbi kentang yang diketahui dari percobaan yang dilakukan adalah
yaitu pada konsentrasi 0,4 M berkisar -11,1
3. Semakin tinggi konsentrasi maka kecepatan difusi semakin cepat.
4. Difusi merupakan pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat
aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul lain.
5. Difusi sering terjadi karena adanya perbedaan gradien potensial kima.
6. Osmosis merupakan gerakan penyebaran suatu partikel ( air, molekul zat
terlarut, gas atau ion-ion) dari daerah yang encer menuju tempat yang
lebih pekat.
7. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel
karena keluarnya sebagian air dari vakuola.
8. Pada kondisi insipien plasmolisis maka PA=PO
9. PO sel Rhoeo discolor yang diketahui dari hasil percobaan pada
konsentrasi 0,22 adalah sebesar -5,9
10. Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel
terplasmolisis.
11. Potensial air pada tanaman dipengaruhi konsentrasi sukrosa dan
perubahan berat jaringan
12. Semakin besar nilai molaritas larutan sukrosa akan semakin besar pula
nilai potensial osmotiknya.
13. Difusi terjadi pada kalium permanganat dengan adanya penyebaran di
cawan petri keseluruh air dalam cawan petri sehingga terjadi
kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi.
14. Difusi yang terjadi pada kalium permanganat ini terjadi karena ukuran
partikel yang kecil, adanya cawan petri atau luas suatu area, jarak antara
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah serta suhu suatu ruangan yang
memacu adanya difusi
DAFTAR PUSTAKA
Djiwoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Haryadi, Sri Setyadi. 1996. Pengantar Agronomi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama:
Husin, Arief. 2016. Penuntun Praktikum Fisologi Tumbuhan. Purwokerto:
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand
Company Inc., New York.
Salisbury, frank B & Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Bandung:
ITB.
Sasmitradiharja, Dardjat & Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB.
Sastrodinoto, Soenarjo. 1980. Biologi Umum II. Jakarta: PT. Gramedia.
Suyitno. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas
Matematika dan IPA
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta: Bumi Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai