Anda di halaman 1dari 11

III.

PEMBAHASAN

Tanaman sorgum sudah lama diusahakan oleh petani di Indonesia baik secara
monokultur, tumpangsari dan tumpang gilir dengan tanaman semusim yang lain.
Budidaya sorgum awalnya diproduksi untuk mencukupi kebutuhan pangan
masyarakat terutama sebelum tahun 1970 karena kondisi masih rawan kekurangan
pangan. Sejalan dengan berkembangnya program swasembada pangan yang
memprioritaskan kepada tanaman padi (beras) membawa dampak kepada penurunan
luas pertanaman sorgum. Lahan-lahan yang dulunya sebagai wilayah penghasil
sorgum, lambat laun dialihkan untuk tanaman pangan terutama padi, jagung dan
kedelai.

Sebagai komoditas tanaman pangan, pengembangan sorgum di Indonesia


masih menghadapi sejumlah kendala baik teknis maupun sosial ekonomi. Selain itu,
pemerintah juga belum menempatkan sorgum sebagai prioritas dalam program
perluasan areal tanam dengan alasan sorgum bukan kebutuhan pokok, sehingga
perluasan sorgum tidak masuk dalam rencana strategis dan belum ada anggaran
khusus (Direktorat Serealia2013). Di Amerika Serikat, sorgum justru menjadi sumber
pemenuhan pangan nomor tiga, sementara di tingkat global menjadi tanaman penting
kelima setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorgum juga telah menjadi sumber
energy, protein, vitamin dan mineral utama bagi penduduk Asia dan Afrika selama
lebih dari satu abad. Negara eksportir utama sorgum adalahAmerika Serikat,
Australia dan Argentina (Wikipedia2010). Peningkatan citra sorgum di Indonesia
dapat dilakukan melalui eksplorasi potensi sorgum baik untuk pangan, pakan ternak
maupun industri bioetanol sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi lebih beasar
bagi masyarakat.

Pemanfaatan sorgum baik sebagai sumber pangan, pakan maupun industri


telah banyak dilaporkan. Sebagai bahan pangan, sorgum memiliki kandungan nutrisi
yang tinggi, bahkan kadar proteinnya lebih tinggi daripada beras. Sorgum memiliki
kadar protein 11%, lebih tinggi dibandingkan beras yang hanya mencapai 6,8%.
Kandungan nutrisi mikro lain yang dimiliki oleh sorgum adalah kalium, besi, fosfor,
serta vitamin B. Sebagai pakan ternak, biji sorgum digunakan untuk bahan campuran
ransum pakan unggas, sedangkan batang dan daun banyak digunakan untuk ternak
ruminansia (Rismunandar 1989). Penggunaan biji sorgum dalam ransum pakan ternak
bersifat suplementer (subtitusi) terhadap jagung karena kandungan nutrisinya tidak
berbeda dengan jagung. Sebagai bahan baku industri, biji sorgum mempunyai potensi
untuk dijadikan bahan baku industri bir, pati, gula cair, serta etanol. Jenis sorgum
yang batangnya mengandung kadar gula yang tinggi disebut sorgum manis (sweet
sorghum).

Seiring dengan terjadinya krisis energi sebagai akibat berkurangnya cadangan


bahan bakar minyak maka peluang pemanfaatan bioenergi semakin besar. Sorgum
adalah salah satu sumber energy terbarukan yang mempunyai potensi untuk
mensubtitusi kebutuhan bahan bakar dunia. Peningkatan perhatian terhadap sorgum
manis bukan hanya terjadi di negara maju tetapi juga negara berkembang termasuk
Indonesia. Barbanti et al.(2006) mengemukakan bahwa penggunaan biofuel yang
diekstraksi dari juice dan bagas sorgum manis akan dapat membantu pemenuhan
kebutuhan energi dunia. Sorgum manis dicirikan oleh kandungan gula yang tinggi,
khususnya fraksi fruktosa, sukrosa dan glukosa yang dapat diolah menjadi etanol.
Selain itu, biomas sorgum manis juga dapat digunakan sebagai bahan baku
fiber,kertas, sirup dan makanan ternak (Steduto et al.1997).

Sorgum sebagai Bahan Pangan


Sorgum mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan pangan, namun
pemanfaatannya belum berkembang karena pengupasan biji sorgum cukup sulit
dilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan makanan substitusi
beras, namun karena kandungan taninnya cukup tinggi (0,40−3,60%), hasil olahannya
kurang enak. Menurut Sudaryono (1996), masalah ini telah dapat diatasi dengan
memperbaiki teknologi pengolahan. Kulit biji dan lapisan testa dikikis dengan
menggunakan mesin penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill” atau “Satake
Polisher Rice Machine” yang dilengkapi dengan silinder gerinda batu dengan
permukaan yang kasar. Kandungan nutrisi sorgum juga cukup tinggi dibanding bahan
pangan lainnya, sehingga cukup potensial sebagai bahan pangan substitusi beras.
Begitu pula kandungan asam aminonya tidak kalah dengan bahan makanan lainnya.

Tabel. kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan
lainnya

Sorgum sebagai Pakan Ternak

Penggunaan biji sorgum dalam ransumpakan ternak bersifat suplemen


(substitusi) terhadap jagung, karena nilai nutrisinya tidak berbeda dengan jagung.
Namun karena kandungan tannin yang cukup tinggi (0,40−3,60%), biji sorgum hanya
digunakan dalam jumlah terbatas karena dapat mempengaruhi fungsi asam amino dan
protein (Rooney dan Sullines 1977). Menurut Scott et al. (1976) dalam Koentjoko
(1996), kandungan tanin dalam ransum di atas 0,50% dapat menekan pertumbuhan
ayam, dan apabila mencapai 2% akan menyebabkan kematian (Rayudu et al. 1970).
Biji sorgum dapat diberikan langsung berupa biji atau diolah terlebih dulu dan
dicampur dengan bahan-bahan lain dengan komposisi sebagai berikut: biji sorgum
55−60%, bungkil kedelai/kacang tanah 20%, tepung ikan 2,50−20%, dan vitamin-
mineral 2−8% (Beti et al. 1990).
Penggunaan sorgum 30−60% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap
performa ayam. Menurut Beti et al. (1990) dan ICRISAT (1994) dalam Reddy et al.
(1995), sorgum dapat mengganti seluruh jagung dalam ransum pakan ayam, itik,
kambing, babi, dan sapi tanpa menimbulkan efek samping. Penggunaan biji sorgum
dalam ransum dengan berbagai rasio tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot
ayam. Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan
pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot segar batang
atau sekitar 3 t daun segar/ ha dari total produksi 20 t/ha. Soebarinoto dan Hermanto
(1996) melaporkan bahwa setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan jerami
2,62 + 0,53 t bahan kering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun
segar/hari (Direktorat Jenderal Perkebunan 1996). Daun sorgum tidak dapat diberikan
secara langsung kepada ternak, tetapi harus dilayukan dahulu sekitar 2−3 jam. Nutrisi
daun sorgum setara dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Data komposisi kimia
padatabel tersebut tidak cukup untuk menilai kualitas limbah untuk pakan ternak,
tetapi perlu didukung oleh nilai daya cerna dan komponen serat dari limbah tersebut
seperti yang disajikan dalam Tabel 9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nutrisi
jerami sorgum tidak kalah dibanding jerami jagung dan pucuk tebu.

Sorgum sebagai Bahan Industri


Biji sorgum mengandung 65−71% pati yang dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana. Menurut Somani dan Pandrangi (1993) dalam Sumarno dan Karsono
(1996), biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa sesuai
dengan kandungan gula pada biji. Gula sederhana yang diperoleh dari biji sorgum
selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan alkohol.
Menurut Somani dan Pandrangi (1993) dalam Sumarno dan Karsono (1996),
setiap ton biji sorgum dapat menghasilkan 384 l alkohol. Alkohol umumnya dibuat
dari biji sorgum yang berkualitas rendah atau berjamur. Alkohol dapat juga dibuat
dari Komposisi nira sorgum manis. Kualitas nira sorgum manis setara dengan nira
tebu, kecuali kandungan amilum dan asam akonitat yang relative tinggi. Kandungan
amilum yang tinggi tersebut merupakan salah satu masalah dalam proses kristalisasi
nira sorgum sehingga gula yang dihasilkan berbentuk cair. Untuk mengatasi masalah
tersebut, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) telah merekayasa alat
“Amylum Separator” yang mampu menurunkan kandungan amilum sampai 50% dari
kadar awal.
Biji sorgum juga dapat dibuat pati (starch) yang berwarna putih. Pati sorgum
digunakan dalam berbagai industri, seperti perekat, bahan pengental, dan aditif pada
industri tekstil, sedangkan hasil samping dari pembuatan pati dapat digunakan
sebagai makanan ternak. Pati merupakan bahan utama pada berbagai sistem
pengolahan pangan, antara lain sebagai sumber energi utama, serta berperan sebagai
penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan penampakan bahan pangan. Sorgum dapat
digunakan sebagai pengganti dalam industri pati jagung karena adanya beberapa
persamaan, namun ekstraksi pati sorgum masih menjadi masalah. Pengikatan pati
pada sorgum berkisar antara 35−38%, sedangkan pada jagung 8−15% (Caransa dan
Bakker 1987). Produk industri penting dari biji sorgum adalah bir. Selama dekade
terakhir, biji sorgum dapat menggantikan barley dalam pembuatan bir (Canalis dan
Sierra 1976 dalam Reddy et al. 1995). Sifat kimia biji sorgum yang sangat penting
dalam pembuatan bir adalah aktivitas diastatik, alfa-amino nitrogen, dan total
nitrogen yang dapat larut. Namun, konsentrasi amilopektin yang tinggi dalam pati
sorgum menyebabkan pati sangat sulit dihidrolisis (Twagirumukiza 1983 dalam
Reddy et al. 1995). Gorinstein et al. (1980) dalam Reddy et al. (1995) menyatakan
bahwa aktivitas diastatik yang tinggi dapat meningkatkan fraksi albumin-globulin
protein, di mana albumin dan alfa-amino protein digunakan untuk faktor rasa,
stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari bir.
Hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang
dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Produk-produk turunan
seperti gula, sirup, bioetanol, kerajinan tangan, pati, biomas, dan lain-lain merupakan
produk yang dapat dihasilkan dari sorgum. Nira sorgum juga bisa diolah untuk
berbagai keperluan sehingga lebih efisien dibandingkan jagung. Biji sorgum memiliki
kandungan tepung dan pati yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri pakan
dan pangan seperti gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan minuman.
Biji sorgum juga dapat diolah menjadi pati (starch) yang kemudian dapat digunakan
sebagai bahan baku berbagai produk industri seperti bahan perekat, pengental, dan
aditif pada industri tekstil (Irawan dan Sutrisna 2011, Sirappa 2003).

Potensi pasar yang besar pada budidaya sorgum


Total permintaan sorgum di Asia mencapai sekitar 18% dari total permintaan
sorgum dunia. Hal ini menunjukkan peranan sorgum yang cukup tinggi dalam
pemenuhan kebutuhan pangan dan pakan. Permitaan sorgum menunjukkan
kecenderungan yang relatif tetap, namun meningkatnya pendapatan masyarakat di
Asia dan kecenderungan harga beras dan gandum semakin murah di beberapa negara
konsumen sorgum, maka kebutuhan per kapita cenderung menurun. Asia Tenggara
menunjukkan kecenderungan penurunan permintaan sorgum sejak 210, sementara
permintaan sorgum terbesar berasal dari Asia Selatan, khususnya India. Selain
sebagai produsen utama sorgum India juga sebagai konsumen terbesar sorgum di
Asia secara keseluruhan.

Permintaan sorgum untuk pangan secara agregat di Asia sekitar 42,5% dari total
permintaan dunia, selebihnya untuk pakan. Di Asia sendiri, permintaan sorgum untuk
pangan mencapai 73% dari total permintaan, sedangkan selebihnya untuk pakan.
Permintaan sorgum untuk pangan didominasi oleh Asia Selatan mencapai 87% dari
permintaan sorgum untuk pangan di Asia, sisanya tersebar di Asia Tenggara dan Asia
Timur.

Untuk pakan ternak, permintaan sorgum dunia mencapai 52% dari total permintaan.
Permintaan sorgum untuk pakan di tingkat dunia mengalami penurunan sekitar pada
1985an, namun kemudian meningkat cepat hingga mencapai 50% dari total
permintaan sorgum dunia. Sementara permintaan sorgum untuk pakan di Asia hanya
sekitar 27% dari total permintaan sorgum di wilayah Asia. Berbeda dengan
permintaan pangan yang didominasi oleh Asia Selatan, permintaan sorgum terbesar
untuk pakan di wilayah Asia Timur, khususnya China, Asia Tenggara dan Asia
Selatan relative sangat kecil.

Tabel .Permintaan sorgum untuk pangan dan pakan di tingkat dunia dan wilayah
Asia, 2010.
Kesimpulan(ngasal, jadi buat aja lagi kesimpulan)

Sorgum memiliki peranan yang cukup penting dalam pasar serealia dunia dan
Asia yang berada pada urutan setelah gandum, padi, jagung, dan barley. Posisi
sorgum di pasar dunia didominasi oleh India, Nigeria, Amerika Serikat, China,
Ethiopia, Australia, dan Brazil sebagai 10 besar negara produsen sorgum dunia.
Indonesia belum berperan dalam pasar sorgum dunia dan Asia karena pengembangan
sorgum masih sangat terbatas.
Sebetulnya sorgum sebagai pangan alternatif di Indonesia cukup potensial
dikembangkan dalam rangka diversifikasi pangan lokal dan mengurangi
ketergantungan terhadap konsumsi terigu sebagai bahan pangan impor. Potensi
pengembangan sorgum didukung oleh karakteristik sorgum yang dapat tumbuh baik
pada lahan kering dan ketersediaan lahan kering di Indonesia cukup luas.
Pengembangan sorgum masih menghadapi berbagai permasalahan, khususnya
terkait dengan aspek teknologi budi daya, pengolahan dan industri, penciptaan pasar
dan jaminan harga serta aspek kelembagaan untuk keberlanjutan pengembangan
sorgum. Data statistik sorgum yang dapat diakses secara luas untuk keperluan
pengembangan sorgum relatif terbatas, yang menunjukkan kurangnya perhatian
terhadap pengembangan komoditas ini di Indonesia, baik secara agronomis maupun
ekonomis
Dapus

(ga sempat ngurutin dapus, jdi buat dan cari mana yang masuk draft)

Anonimus. 2013. Harga BBM Naik, Sorgum Alternatifnya.


http//www.yahoo.id.berita.yahoo.com. Diakses tanggal18 Jun 2013. Maros

Aqil, M., Zubachtirodin dan C. Rapar, 2013. Deskripsi Varietas Unggul


Jagung, Sorgum dan Gandum Edisi Tahun 2012. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Departemen Pertanian, 1970. Perkembangan Produksi Palawija Tahun 1970.


Departemen Pertanian, Jakarta

Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2012.


Keadaan Areal Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dan Palawija Tahun
2011. Diperta Provinsi NTT. Kupang.

Direktorat Budidaya Serealia. 2013. Kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman


Pangan dalam Pengembangan Komoditas Jagung, Sorgum dan Gandum. Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Kementan RI. Jakarta.

Direktorat Serealia, 2013. Kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


dalam Pengembangan Komoditas Serealia untuk Mendukung Pertanian Bioindustri.
Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Serealia, Maros Sulawesi Selatan

Efendi, R dan M.B. Pabendon, 2010. Seleksi Genotipe sorgum manis


produksi biomas dan daya ratun tinggi. Dalam* Laporan Akhir Tahun Balai
Penelitian Tanaman Serealia: Perakitan Varietas Sorgum untuk Bahan Bioetanol dan
Bahan Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

House, L. R. 1985. A Guide to Sorghum Breeding. International Crops


Research Institute for Semi-Arid Tropics. Andhra Pradesh, India.
Mudjisihono, R dan D. S. Damardjati., 1985. Masalah dan Hasil Penelitian
Pascapanen Sorgum. Risalah Rapat Teknis Puslitbangtan, Bogor 1985.

Pabendon, M.B., M. Aqil dan S. Masud., 2012. Kajian Sumber Bahan Bakar
Nabati Berbasis Sorgum Manis Iptek Tanaman Pangan Vol 7, No. 2.

Prasad, S., A. Singh, N. Jain and H. C. Hoshi., 2007. Ethanol Production from
sweet sorghum syrup for utilization as automotive fuel in India. Energy Fuel
21:2415-2420

Reddy BVS, Rao Prakasha, Deb UK, Stenhouse JW, Ramaiah B and Ortiz R.
2004. Global sorghum genetik enhancement processes at ICRISAT. Pages 65-102 in
Sorghum genetik enhancement: research process, dissemination and impacts
(Bantilan MCS, Deb UK,Gowda CLL, Reddy BVS, Obilana AB and Evenson RE,
eds.). Patancheru 502 324, Andhra Pradesh, India: International Crops Research
Institute for the Semi-Arid Tropics

Roesmarkan, S., Subandi dan E. Muchlis., 1985. Hasil Penelitian Pemuliaan


Sorgum. Risalah Rapat Teknis Puslitbangtan, Bogor 1985.

Shoemaker, C.E., and D.I. Bransby. 2010. The role of sorghum as a bioenergy
feedstock. In: R. Braun, D. Karlen, and D. Johnson, editors, Sustainable alternative
fuel feedstock opportunities, challenges and roadmaps for six U.S. regions,
Proceeedings of the Sustainable Feedstocks for Advance Biofuels Workshop, Atlanta,
GA. 28–30 September. Soil and Water Conserv. Soc., Ankeny, IA.p. 149–159.

Sholihin, 1996. Evaluasi galur-galur harapan sorgum di Jawa Timur. Hasil


Penelitian Balitjas, 1995/1996. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Sirappa, M. P., 2003. Prospek Pengembangan sorgum di Indonesia sebagai


alternative komoditas untuk pangan, pakan dan industri. Jurnal Litbang Pertanian 22
(4).
Sumarni Singgih., Muslimah Hamdani., 1998. Evaluasi Daya Hasil Galur
Sorgum. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Balai Penelitian Tanaman
Jagung dan Serealia Lain, Maros Sulawesi Selatan.

Unit Pengelola Benih Sumber Balitsereal, 2013. Laporan Produksi dan


Distribusi Benih Jagung, Sorgum dan Gandum Tahun 2013. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai