PENDAHULUAN
1
sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak,
bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur
merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
peningkatan produksi dari tanaman pangan sorgum dan penerapannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di
bagian ujung tanaman.
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang
membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna
sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-
ruas
Daun : merupakan jenis daun menyirip danterdiri atas lamina (blade leaf)
dan auricle
Bunga : Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir
sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum
mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan.
Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira -kira 4
x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata berat 28 mg.
Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
- sorgum biji kecil (8 – 10 mg)
- sorgum biji sedang ( 1 2 – 24 mg)
- sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih
disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk
varietas Feterita. Warna biji in] merupakan salah satu kriteria menentukan
kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung
yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak,
roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan
tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk
bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini, biasanya
digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah
difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung.
4
2.2 Budidaya Tanaman Sorghum
5
Pengolahan tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat
penguapan air tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya
diberikan pupuk organik, misalnya pupuk kandang atau kompos. Pengolahan
tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar
persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas
gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2 4 minggu sebelum
tanam.
6
Pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam
dengan jarak tanam disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air
dan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air
tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam
dikurangi dari populasi baku (seharusnya).
2.2.5 Penanaman
Jarak tanam sorgum dapat bervariasi sesuai dengan varietas yang
digunakan, ketersediaan air tanah dan kesuburan. Untuk mencapai hasil yang
optimum, varietas pendek dan sedang memerlukan jarak tanam yang lebih rapat
dibandingkan dengan varietas tinggi.
Pada jenis varietas sedang sampai batas tertentu terjadi kenaikkan hasil
dengan semakin tingginya populasi tanam. Sedangkan kebutuhan benih untuk
pertanaman sorgum berkisar 10 kg/ha dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm atau 15
– 20 kg/ha dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm.
Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah, sebaiknya
digunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam kurang dari populasi baku.
Untuk mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam antar baris dipersempit tetapi
jarak dalam baris diperlebar.
Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya
menanam jagung, bila jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi
sekitar 3 5 biji, kemudian ditutup dengan tanah ringan. Penutupan tanah secara
padat dan berat menyebabkan biji sukar berkecambah.
Tanaman rapat dilakukan dengan menyebar biji di sepanjang alur garitan
dan pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat penjarangan. Tetapi cara ini
hanya dapat dilakukan pada tanah yang mempunyai struktur gembur.
Setelah umur 3 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2
tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Pertanaman yang
hanya mengandalkan residu air tanah tidak perlu digemburkan. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (3 – 4 minggu setelah tanam),
7
dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan untuk menekan
penguapan air tanah.
2.2.6 Pemeliharaan
a. Pengairan
Tujuan pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila
tidak kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila
kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran
drainase.
Sorgum termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang
banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu tanaman
tidak boleh kekurangan air yaitu :
Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada
waktu tersebut tanaman tidak boleh kekurangan. Selama pertumbuhan
pemberian air cukup dilakukan 3 – 6 kali setiap 4 – 10 hari sekali. Pemberian air
dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah tidak terlalu tinggi. Pemberian
air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini dikarenakan agar biji dapat
masak dengan serempak.
b. Pemupukan.
Tanaman sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun
demikian pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi
yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda
tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara
umum dosis yang dianjurkan adalah 200 kg Urea, 100 kg TSP atau SP36 dan 50
kg KCl.
Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada
waktu tanam sebagai pupuk dasar bersamasama dengan pemberian pupuk
TSP/SP36 dan KCl. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan
setelah tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara di tugal sejauh
7 cm dari lubang tanam. Urea dan TSP/SP36 dimasukkan dalam satu lubang,
sedang KCl dalam lubang di sisi yang lain. Pemupukan kedua juga ditugal sejauh
8
± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk
pupuk dasar maupun susulan sedalam ± 10 cm.
c. Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur
2 minggu setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh
di tiap lubang dengan baik.
Apabila terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan penjarangan
dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang
tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma)
hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman
utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam
mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi
tempat hama atau penyakit.
Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut
sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga
kemudian dapat dijadikan kompos.
e. Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar
tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang
tanaman sorgum sehingga membentuk guludanguludan kecil yang bertujuan untuk
mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang
terbentuknya akarakar baru pada pangkal batang.
9
Tanaman Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit
bila dibandingkan dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan
penyakit tanaman sorgum yang utama seperti :
Lalat bibit (Atherigona exiqua Stein)
Lalat bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan
menggerek dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah
tanam) sehingga menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan akhirnya tanaman
menjadi layu mati. Pengendalian lalat bibit dapat dilakukan dengan melakukan
pertanaman serempak dan menaburkan insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar
pada saat tanam.
Hama bubuk
Disebabkan oleh serangan Sitophilus sp yang menyerang biji sorgum di
gudang penyimpanan. Serangga ini menyerang biji sorgum yang berlubanglubang
dan keropos sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk
ini dengan cara menyimpan biji sorgumyang dicampur dengan serbuk daun putri
malu (Mimosa pudica) dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena
daun putri malu mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan
menghambat pertumbuhan larva hama bubuk.
Karat daun
Gejala serangannya adalah munculnya nodanoda kecil berwarna merah
karat yang kemudian diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat
10
kekuningkuningan yang menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan cara
memangkas daun yang terinfeksi berat dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman.
Bercak daun
Ditandai dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning
yang dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian penyakit
bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan (Mandau) dan
disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70 WP).
Kapang Jelaga
Gejala serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang
berwarna hitam, kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan
kapur atau menghembuskan belerang.
2.3.1 Panen
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 – 4 bulan tergantung
varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada
umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciriciri visual biji. Pemanenan
juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya cirri-ciri seperti daun-daun berwarna
kuning dan mengering, biji -biji bernas dan keras serta berkadar tepung
maksimal.
Tabel 1. Umur Panen Tanaman Sorgum Berdasarkan Varietas
No. Varietas Umur Panen (hst)
1. Malang No. 26 110 – 120
2. Birdproof No. 65 105 – 115
3. Katengu No. 183 105 – 115
11
4. Pretoria No. 184 100 – 105
5. Cempaka (Ekwangit) 100 – 110
6. Numbu 100 – 105
7. Kawali 100 – 110
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat
menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban
udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca
cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada
pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm.
Untuk meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan
cara ratun (ratoon) yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen
pertama yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada periode
kedua.
Adapun tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama
adalah sebagai berikut:
Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang yang
tua tepat diatas permukaan tanah.
Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma.
Di buatkan larikan kecil sejauh 10 15 cm dari pangkal batang tanaman sorgum
kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP + 50
kg KCl per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90
kg Urea/ha.
Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik
seperti pada pemeliharaan tanaman periode pertama.
Pada stadium buah tua dilakukan panen musim ke dua.
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang
tanaman. Pemotongan harus tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-
tunas baru tumbuh dari bagian batang yang berada di dalam tanah. Ratoon
sorgum dapat dilakukan 2-3 kali. Dengan pemeliharaan yang baik, dapat
diperoleh hasil ratoon menyamai atau melebihi tanaman induknya, seperti terlihat
pada Tabel 2.
12
Tabel 2. Hasil Sorgum UPCA-S2 dengan Dua kali Ratoon pada
Beberapa Tingkat Populasi di KP Genteng
Populasi Hasil Sorgum dari (biji kering kg/ha)
Tanaman/ha Tanaman Ratoon I Ratoon II
Induk
100.000 3.648 4.566 4.380
150.000 4.188 4.685 4.488
200.000 4.359 4.931 4.559
250.000 4.573 5.165 4.945
Sumber : Badan Pengendali Bimas, 1983
b. Perontokkan
Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapatpula dengan
menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah
(sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai
jemur.
BAB III
PEMBAHASAN
13
beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih.
Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat
genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu,
terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum melalui
perluasan areal tanam. Secara umum, masalah utama dalam pengembangan
sorgum adalah sebagai berikut :
1. Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum
relative rendah dibandingkan komoditas serealia lain.
2. Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah
tangga masih sulit dilakukan.
3. Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional
maupun nasional.
4. Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di
tingkat petani belum intensif.
5. Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
6. Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.
7. Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah,
mutu, waktu, dan tempat).
14
Peningkatan produksi tanaman pangan sorgum dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu pengendalian hama dan penyakit tanaman
sorgum. Walaupun hama dan penyakit yang menyerang tanaman sorghum tidak
sebanyak dengan jenis tanaman yang lainnya, tentu saja diperlukan pengetahuan
mengenai hama dan penyakit yang menyerang tanaman sorghum serta cara dalam
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman sorgum. Hal tersebut sangat
diperlukan agar dalam mengendalikan hama dan penyakit tepat dan sesuai dengan
jenis hama dan penyakit yang menyerang.
1. ULAT TANAH
Saat malam hari merupakan waktu bagi ulat tanah ini untuk menyerang
tanaman sorghum, hama ulat tanah ini menyerang tanaman sorghum yang masih
terbilang muda. Akibat oleh serangan ulat tanah ini menyebabkan pada pangkal
batang tanaman sorghum menjadi terpotong tepat pada bagian atas permukaan
tanah, sehingga bekas dari serangan ulat tanah ini terlihat seperti terkulai.
Untuk pengendalian pada hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida, untuk insektisida yang digunakan ialah Frudan 3 G dengan dosis 20
hingga 30 kg per hektar, pemberian insektisida diberikan pada saat penanaman.
2. LALAT BIBIT
15
Saat tanaman sorghum ini berumur 3 minggu setalah ditanam, lalat bibit
akan menyerang tanaman sorghum tersebut. Biasa bagian yang diserang oleh lalat
bibit ini yakni pangkal batang tanaman dan menyerang dengan cara menggerek
batang tanaman sorghum. Akibat serang tersebut membuat tanaman sorghum
menjadi berlubang meskipun lubang yang dihasilkan kecil dan tidak teratur, hal
ini tetap saja akhirnya tanaman menjadi layu dan kemudian mati.
Untuk pengendalian jenis hama ini dapat dilakukan dengan melakukan
pertanaman secara serempak dan pada saat tanam ditaburkan insektisida.
3. HAMA BUBUK
Pada saat biji sorghum ini berada digudang penyimpanan, biji sorghum ini
tidak terlepas pula dari serangan hama dan penyakit tanaman sorghum. Hama
bubuk ini menyerang biji sorghum yang berada digudang penyimpanan hama ini
menyerang biji tanaman sorghum yang mengakibatkan berlubang dan keropos
sehingga biji sorghum tidak layak untuk dikonsumsi.
Untuk pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan biji
sorghum tersebut yang dicampur dengan serbuk dari daun putri malu dengan
perbandingan 10:1. Serbuk daun putrid malu tersebut digunakan sebab pada daun
putri malu mengandung protein mimosan. Protein mimosa ini dapat menghambat
dan merusak pertumbuhan larva hama bubuk.
4. KAPANG JELAGA
Jika tanaman sorghum ini terserang oleh hama jenis ini, maka pada daun
biasanya ditandai dengan permukaan atas bagian daun sorghum yang tertutup oleh
lapisan berwarna hitam tipis dan kering.
Untuk pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menghembuskan
belerang maupun dengan menyemprotkan kapur.
16
1. KARAT DAUN
Apabila pada daun tanaman sorghum terlihat seperti ada noda-noda kecil
berwarna merah karat, dengan diikuti oleh timbulnya massa tepung berwarna
coklat kekuningan yang menutupi bagian permukaan daun merupakan gejala
tanaman sorghum yang diserang karat daun.
Untuk pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memotong
daun yang terinfeksi berat oleh karat daun, selain itu dapat dilakukan juga dengan
melakukan pergiliran atau rotasi tanaman.
2. BERCAK DAUN
Berikutnya jenis hama dan penyakit tanaman sorghum ialah bercak daun.
Tanaman sorghum yang diserang oleh hama jenis ini ditandai pada daun yang
terinfeksi dengan munculnya bercak berbentuk bulat dengan ukuran kecil dan
mempunyai warna kuning yang dikelilingi oleh warna cokelat.
Untuk pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan
varietas yang tahan, selain itu bisa juga dengan melakukan penyemprotan fungisid
KESIMPULAN
17
Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial
untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan
yang cukup luas. Teknik budidaya tanaman yang relatif mudah; tidak banyak
perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa dilakukan oleh
petani.
Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan
pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi
setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas.
Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek
“Satake Grain Testing Mill” yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat
mengatasi masalah tersebut.
Salah satu cara yang dilaukan untuk meningkatkan produksi tanaman
sorgum adalah dengan pengendalian tepadu trhadap hama maupun penyakit dari
tanaman sorgum, dengan begitu tanaman sorgu dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
Anonimus , 2011. Budidaya Tanaman Sorgum. Diakses
dari(online) (http://infohama
penyakittumbuhan.blogspot.com/2012/04/agrotis-ipsilon-ulat-tanah.html).
Diakses 08 Oktober 2013.
Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi. Balai Penelitian
Tanaman Pangan, Malang.
Starr, C. dan R. Taggart. 1 956. Prospek sorgum di Indonesia: Potensi, peluang
dan tantangan pengembangan agribisnis. Risalah Simposium Prospek
Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari
1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian 4 : 25−38.
Titiek dan W. Hadi. 2002. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
PRESS.
19