Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia merupakan simbol


pembangunan pertanian nasional yang meliputi padi dan palawija. Namun dilain
pihak pengembangan tanaman serealia lainnya selain padi dan jagung sangat
diharapkan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai bahan
alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras.

Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi


pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih
sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan.
Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara
komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan
ketersediaan lahan yang cukup luas.

Sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat


diantaranya dari biji menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang
dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan
ternak. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang
luas. Sorgum cukup toleran terhadapat tanah yang kurang subur atau tanah kritis,
sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami.
Tanaman sorgum cukup toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat
berproduksi pada lahan marginal serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan
penyakit. Sorgum tidak memerlukan teknologi dan perawatan khusus
sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sorgum
sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan
sinar matahari penuh
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas
agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di
lahan kering dan sawah pada musim kering/ kemarau,resiko kegagalan kecil dan
pembiayaan (input) usahataninya relative rendah. Selain budidaya yang mudah,

1
sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak,
bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur
merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
peningkatan produksi dari tanaman pangan sorgum dan penerapannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorghum


2.1.1 Klasifikasi tanaman
Klasifikasi ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United States
Departement of Agriculture) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subklas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Sorghum Moench.

Terdapat 30 spesies sorgum, yaitu :Sorghum almum, Sorghum amplum,


Sorghum angustum, Sorghum arundinaceum, Sorghum bicolor, Sorghum
brachypodum, Sorghum bulbosum, Sorghum burmahicum, Sorghum
controversum, Sorghum drummondii, Sorghum ecarinatum, Sorghum exstans,
Sorghum grande, Sorghum halepense. Sorghum interjectum, Sorghum intrans,
Sorghum laxiflorum, Sorghum leiocladum, Sorghum macrospermum, Sorghum
matarankense, Sorghum miliaceum, Sorghum nitidum, Sorghum plumosum,
Sorghum propinquum, Sorghum purpureosericeum, Sorghum stipoideum,
Sorghum timorense, Sorghum trichocladum, Sorghum versicolor, Sorghum
virgatum, Sorghum vulgare, Andropogon sorghum.

2.1.2 Morfologi Tanaman Sorgum

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang


mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana
kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan

3
bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di
bagian ujung tanaman.
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang
membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna
sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
 Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
 Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-
ruas
 Daun : merupakan jenis daun menyirip danterdiri atas lamina (blade leaf)
dan auricle
 Bunga : Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir
sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum
mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan.
Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira -kira 4
x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata berat 28 mg.
Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
- sorgum biji kecil (8 – 10 mg)
- sorgum biji sedang ( 1 2 – 24 mg)
- sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih
disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk
varietas Feterita. Warna biji in] merupakan salah satu kriteria menentukan
kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung
yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak,
roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan
tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk
bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini, biasanya
digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah
difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung.

4
2.2 Budidaya Tanaman Sorghum

2.2.1 Syarat Tumbuh


Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan
kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan
dilahan yang berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam
pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang.
Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang
optimum untuk pertanaman sorgum adalah :
· Suhu optimum 23° 30° C
· Kelembaban relatif 20% 40%
· Suhu tanah ± 25° C
· Ketinggian ≤ 800 m dpl
· Curah hujan 375 – 425 mm/th
· pH 5,0 – 7,5
Selain persyaratan di atas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah
podzolik merah kuning yang masam, namun untukmemperoleh pertumbuhan dan
produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan
bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang
sering tergenang air pada saat banyak turun hujan apabila system perakarannya
sudah kuat.

2.2.2 Penyiapan Lahan


Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian
dicangkul atau dibajak 2 kali setelah itu baru digaru dan diratakan. Setelah tanah
diratakan, dibuat saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan. Ukuran
petakan disesuaikan dengan keadaan lahan. Untuk lahan yang hanya
mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya dilakukan secara ringan dengan
mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan gulma.

5
Pengolahan tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat
penguapan air tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya
diberikan pupuk organik, misalnya pupuk kandang atau kompos. Pengolahan
tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar
persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas
gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2 4 minggu sebelum
tanam.

2.2.3 Pemilihan Varietas


Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang harus diperhatikan adalah
penanaman jenis varietas unggul yang cocok dan sesuai dengan lingkungan hidup
setempat serta penerapan teknik budidaya yang tepat. Varietas unggul yang
dianjurkan untuk ditanam harus memperhatikan kegunaan dan lingkungan
tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi manusia (pangan) varietas yang
dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris, Badik dan Hegari Genjah. Karena varietas
ini mempunyai keunggulan seperti berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji
putih dengan rasa olah sebagai nasi cukup enak.
Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai
rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang.
Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit,
tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersedian
airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietasvarietas umur genjah
seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah.
Ditinjau dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih
rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat
segera dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan.

2.2.4 Waktu Tanam


Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim tanam asalkan pada saat
tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun begitu waktu tanam yang
paling baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.

6
Pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam
dengan jarak tanam disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air
dan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air
tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam
dikurangi dari populasi baku (seharusnya).

2.2.5 Penanaman
Jarak tanam sorgum dapat bervariasi sesuai dengan varietas yang
digunakan, ketersediaan air tanah dan kesuburan. Untuk mencapai hasil yang
optimum, varietas pendek dan sedang memerlukan jarak tanam yang lebih rapat
dibandingkan dengan varietas tinggi.
Pada jenis varietas sedang sampai batas tertentu terjadi kenaikkan hasil
dengan semakin tingginya populasi tanam. Sedangkan kebutuhan benih untuk
pertanaman sorgum berkisar 10 kg/ha dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm atau 15
– 20 kg/ha dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm.
Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah, sebaiknya
digunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam kurang dari populasi baku.
Untuk mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam antar baris dipersempit tetapi
jarak dalam baris diperlebar.
Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya
menanam jagung, bila jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi
sekitar 3 5 biji, kemudian ditutup dengan tanah ringan. Penutupan tanah secara
padat dan berat menyebabkan biji sukar berkecambah.
Tanaman rapat dilakukan dengan menyebar biji di sepanjang alur garitan
dan pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat penjarangan. Tetapi cara ini
hanya dapat dilakukan pada tanah yang mempunyai struktur gembur.
Setelah umur 3 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2
tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Pertanaman yang
hanya mengandalkan residu air tanah tidak perlu digemburkan. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (3 – 4 minggu setelah tanam),

7
dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan untuk menekan
penguapan air tanah.

2.2.6 Pemeliharaan
a. Pengairan
Tujuan pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila
tidak kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila
kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran
drainase.
Sorgum termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang
banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu tanaman
tidak boleh kekurangan air yaitu :
Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada
waktu tersebut tanaman tidak boleh kekurangan. Selama pertumbuhan
pemberian air cukup dilakukan 3 – 6 kali setiap 4 – 10 hari sekali. Pemberian air
dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah tidak terlalu tinggi. Pemberian
air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini dikarenakan agar biji dapat
masak dengan serempak.

b. Pemupukan.
Tanaman sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun
demikian pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi
yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda
tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara
umum dosis yang dianjurkan adalah 200 kg Urea, 100 kg TSP atau SP36 dan 50
kg KCl.
Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada
waktu tanam sebagai pupuk dasar bersamasama dengan pemberian pupuk
TSP/SP36 dan KCl. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan
setelah tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara di tugal sejauh
7 cm dari lubang tanam. Urea dan TSP/SP36 dimasukkan dalam satu lubang,
sedang KCl dalam lubang di sisi yang lain. Pemupukan kedua juga ditugal sejauh

8
± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk
pupuk dasar maupun susulan sedalam ± 10 cm.

c. Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur
2 minggu setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh
di tiap lubang dengan baik.
Apabila terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan penjarangan
dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang
tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.

d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma)
hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman
utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam
mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi
tempat hama atau penyakit.
Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut
sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga
kemudian dapat dijadikan kompos.

e. Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar
tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang
tanaman sorgum sehingga membentuk guludanguludan kecil yang bertujuan untuk
mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang
terbentuknya akarakar baru pada pangkal batang.

f. Pengendalian hama penyakit

9
Tanaman Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit
bila dibandingkan dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan
penyakit tanaman sorgum yang utama seperti :
 Lalat bibit (Atherigona exiqua Stein)
Lalat bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan
menggerek dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah
tanam) sehingga menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan akhirnya tanaman
menjadi layu mati. Pengendalian lalat bibit dapat dilakukan dengan melakukan
pertanaman serempak dan menaburkan insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar
pada saat tanam.

 Ulat Tanah (Agrotis sp)


Ulat ini biasanya menyerang tanaman pada malam hari dengan sasaran
tanaman sorgum stadium muda. Serangannya menyebabkan pangkal batang
tanaman terpotong tepat diatas permukaan tanah sehingga bekas serangannya
tampak terkulai. Cara pengendalian dengan menaburkan insektisida Furadan 3 G
berdosis 20 30 kg/ha yang dilakukan bersamaan saat penanaman.

 Hama bubuk
Disebabkan oleh serangan Sitophilus sp yang menyerang biji sorgum di
gudang penyimpanan. Serangga ini menyerang biji sorgum yang berlubanglubang
dan keropos sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk
ini dengan cara menyimpan biji sorgumyang dicampur dengan serbuk daun putri
malu (Mimosa pudica) dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena
daun putri malu mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan
menghambat pertumbuhan larva hama bubuk.

 Karat daun
Gejala serangannya adalah munculnya nodanoda kecil berwarna merah
karat yang kemudian diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat

10
kekuningkuningan yang menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan cara
memangkas daun yang terinfeksi berat dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman.

 Bercak daun
Ditandai dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning
yang dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian penyakit
bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan (Mandau) dan
disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70 WP).

 Kapang Jelaga
Gejala serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang
berwarna hitam, kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan
kapur atau menghembuskan belerang.

2.3 PANEN  DAN  PASCA PANEN


Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman
diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada
musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan
dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah.
Kualitas dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan
waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca panen.

2.3.1 Panen
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 – 4 bulan tergantung
varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada
umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciriciri visual biji. Pemanenan
juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya cirri-ciri seperti daun-daun berwarna
kuning dan mengering, biji -biji bernas dan keras  serta berkadar  tepung
maksimal.
Tabel 1. Umur Panen Tanaman Sorgum Berdasarkan Varietas
No. Varietas Umur Panen (hst)
1. Malang No. 26 110 – 120
2. Birdproof No. 65 105 – 115
3. Katengu No. 183 105 – 115

11
4. Pretoria No. 184 100 – 105
5. Cempaka (Ekwangit) 100 – 110
6. Numbu 100 – 105
7. Kawali 100 – 110

Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat
menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban
udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca
cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada
pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm.
Untuk meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan
cara ratun (ratoon) yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen
pertama yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada periode
kedua.
Adapun tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama
adalah sebagai berikut:
 Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang yang
tua tepat diatas permukaan tanah.
 Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma.
 Di buatkan larikan kecil sejauh 10 15 cm dari pangkal batang tanaman sorgum
kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP + 50
kg KCl per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90
kg Urea/ha.
 Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik
seperti pada pemeliharaan  tanaman  periode  pertama.
 Pada stadium  buah  tua dilakukan  panen  musim  ke dua.

Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang
tanaman. Pemotongan harus tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-
tunas baru tumbuh dari bagian batang yang berada di dalam tanah.  Ratoon
sorgum dapat dilakukan 2-3 kali.  Dengan pemeliharaan yang baik, dapat
diperoleh hasil ratoon menyamai atau  melebihi tanaman induknya, seperti terlihat
pada Tabel 2.

12
Tabel 2.  Hasil Sorgum UPCA-S2 dengan Dua kali Ratoon pada
Beberapa    Tingkat Populasi di KP Genteng
Populasi Hasil Sorgum dari (biji kering kg/ha)
Tanaman/ha Tanaman Ratoon I Ratoon II
Induk
100.000 3.648 4.566 4.380
150.000 4.188 4.685 4.488
200.000 4.359 4.931 4.559
250.000 4.573 5.165 4.945
Sumber : Badan Pengendali Bimas, 1983

2.3.2 Pasca Panen


a. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar
matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran hingga
biji sorgum berkadar air 12% – 14% adalah sekitar 60 jam.

b. Perontokkan
Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapatpula dengan
menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah
(sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai
jemur.

c. Pewadahan dan Penyimpanan


Biji sorgum segera diwadahi dalam karung, tiap karung sebaiknya berkapasitas 25
kg 50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan
berventilasi baik.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri


yang terus meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah

13
beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih.
Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat
genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu,
terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum melalui
perluasan areal tanam. Secara umum, masalah utama dalam pengembangan
sorgum adalah sebagai berikut :
1. Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum
relative rendah dibandingkan komoditas serealia lain.
2. Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah
tangga masih sulit dilakukan.
3. Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional
maupun nasional.
4. Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di
tingkat petani belum intensif.
5. Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
6. Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.
7. Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah,
mutu, waktu, dan tempat).

Dukungan Teknologi dan Kebijakan Operasional. Untuk menciptakan


sistem agribisnis dan agroindustri sorgum, ketersediaan teknologi mutlak
diperlukan, yang meliputi teknologi budi daya serta pascapanen/ pengolahan .
Teknologi budi daya sorgum meliputi:
a. varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan kekeringan, genangan,
dan ratun, rasa manis dengan rendemen gula tinggi dan kadar
amilum rendah,
b. teknologi budi daya spesifik lokasi,
c. perlindungan tanaman secara terpadu, serta
d. pengaturan saat tanam/pergiliran tanaman.

14
Peningkatan produksi tanaman pangan sorgum dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu pengendalian hama dan penyakit tanaman
sorgum. Walaupun hama dan penyakit yang menyerang tanaman sorghum tidak
sebanyak dengan jenis tanaman yang lainnya, tentu saja diperlukan pengetahuan
mengenai hama dan penyakit yang menyerang tanaman sorghum serta cara dalam
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman sorgum. Hal tersebut sangat
diperlukan agar dalam mengendalikan hama dan penyakit tepat dan sesuai dengan
jenis hama dan penyakit yang menyerang.

HAMA PADA TANAMAN SORGHUM

1. ULAT TANAH

Saat malam hari merupakan waktu bagi ulat tanah ini untuk menyerang
tanaman sorghum, hama ulat tanah ini menyerang tanaman sorghum yang masih
terbilang muda. Akibat oleh serangan ulat tanah ini menyebabkan pada pangkal
batang tanaman sorghum menjadi terpotong tepat pada bagian atas permukaan
tanah, sehingga bekas dari serangan ulat tanah ini terlihat seperti terkulai.
Untuk pengendalian pada hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida, untuk insektisida yang digunakan ialah Frudan 3 G dengan dosis 20
hingga 30 kg per hektar, pemberian insektisida diberikan pada saat penanaman.

2. LALAT BIBIT

15
Saat tanaman sorghum ini berumur 3 minggu setalah ditanam, lalat bibit
akan menyerang tanaman sorghum tersebut. Biasa bagian yang diserang oleh lalat
bibit ini yakni pangkal batang tanaman dan menyerang dengan cara menggerek
batang tanaman sorghum. Akibat serang tersebut membuat tanaman sorghum
menjadi berlubang meskipun lubang yang dihasilkan kecil dan tidak teratur, hal
ini tetap saja akhirnya tanaman menjadi layu dan kemudian mati.
Untuk pengendalian jenis hama ini dapat dilakukan dengan melakukan
pertanaman secara serempak dan pada saat tanam ditaburkan insektisida.

3. HAMA BUBUK

Pada saat biji sorghum ini berada digudang penyimpanan, biji sorghum ini
tidak terlepas pula dari serangan hama dan penyakit tanaman sorghum. Hama
bubuk ini menyerang biji sorghum yang berada digudang penyimpanan hama ini
menyerang biji tanaman sorghum yang mengakibatkan berlubang dan keropos
sehingga biji sorghum tidak layak untuk dikonsumsi.
Untuk pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan biji
sorghum tersebut yang dicampur dengan serbuk dari daun putri malu dengan
perbandingan 10:1. Serbuk daun putrid malu tersebut digunakan sebab pada daun
putri malu mengandung protein mimosan. Protein mimosa ini dapat menghambat
dan merusak pertumbuhan larva hama bubuk.

4. KAPANG JELAGA

Jika tanaman sorghum ini terserang oleh hama jenis ini, maka pada daun
biasanya ditandai dengan permukaan atas bagian daun sorghum yang tertutup oleh
lapisan berwarna hitam tipis dan kering.
Untuk pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menghembuskan
belerang maupun dengan menyemprotkan kapur.

PENYAKIT PADA TANAMAN SORGHUM

16
1. KARAT DAUN

Apabila pada daun tanaman sorghum terlihat seperti ada noda-noda kecil
berwarna merah karat, dengan diikuti oleh timbulnya massa tepung berwarna
coklat kekuningan yang menutupi bagian permukaan daun merupakan gejala
tanaman sorghum yang diserang karat daun.
Untuk pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memotong
daun yang terinfeksi berat oleh karat daun, selain itu dapat dilakukan juga dengan
melakukan pergiliran atau rotasi tanaman.

2. BERCAK DAUN

Berikutnya jenis hama dan penyakit tanaman sorghum ialah bercak daun.
Tanaman sorghum yang diserang oleh hama jenis ini ditandai pada daun yang
terinfeksi dengan munculnya bercak berbentuk bulat dengan ukuran kecil dan
mempunyai warna kuning yang dikelilingi oleh warna cokelat.
Untuk pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan
varietas yang tahan, selain itu bisa juga dengan melakukan penyemprotan fungisid

KESIMPULAN

17
Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial
untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan
yang cukup luas. Teknik budidaya tanaman yang relatif mudah; tidak banyak
perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa dilakukan oleh
petani.
Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan
pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi
setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas.
Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek
“Satake Grain Testing Mill” yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat
mengatasi masalah tersebut.
Salah satu cara yang dilaukan untuk meningkatkan produksi tanaman
sorgum adalah dengan pengendalian tepadu trhadap hama maupun penyakit dari
tanaman sorgum, dengan begitu tanaman sorgu dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

18
Anonimus ,       2011.          Budidaya        Tanaman      Sorgum.     Diakses      
dari(online) (http://infohama
penyakittumbuhan.blogspot.com/2012/04/agrotis-ipsilon-ulat-tanah.html).
Diakses 08 Oktober 2013.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI PRESS, Jakarta.

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi. Balai Penelitian
Tanaman Pangan, Malang.

Holmes, M. J. l949. Crops of The Grass Family. Macmillan Publishing,Canada.


http://www.scribd.com pada tanggal 23 Oktober 2011.
    Jakarta.

Putra, M. E. W. 2010.  Suhu  dan  Kelembaban  Tanah.  Universitas Islam


Negeri,
     Semarang.

Starr, C.  dan  R. Taggart. 1 956.   Prospek sorgum di Indonesia: Potensi, peluang
dan tantangan pengembangan agribisnis. Risalah Simposium Prospek
Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari
1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian 4 : 25−38.

Titiek dan W. Hadi.  2002.  Hubungan  Tanah,  Air,  dan  Tanaman.  IKIP
PRESS.

Tohari. 1994. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM PRESS, Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai