Anda di halaman 1dari 11

TANAMAN CABAI

Tanaman Cabai merah (Capsiccum annum L) merupakan tanaman perdu


dengan rasa buah pedas yang di sebabkan oleh kandungan kapapsin . Agar dapat
berhasil dengan baik budidaya cabai merah di upaya kan untuk memenuhi
kebutuhan persyaratan teknis optimal sehingga dapat di produksi secara teratur.
Cabai merah mempunyai adaptasi yang tinggi, oleh karena itu tanaman ini
umumnya dapat di budidayakan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Provinsi
Riau. Cabai merah cocok di tanam di daerah dataran rendah atau dataran tinggi,
sampai ketinggian 1400 mdpl. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanamn cabai
merah adalah 25®C-27®C. Curah Hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
cabai adalah 600-1200 mm per tahu.

Teknik budidaya cabai adalah dengan GAP (good agriculture practice)


yaitu cara melakukan budidaya tanaman degan baik dan benar sebagai pedoman 9
pelaksana untuk petani agar menghasilkan mutu cabai yang sama.

Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah


sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi
cabai 5 kg/ kapita/ tahun (2013) dan 90 persen cabai dikonsumsi dalam bentuk
segar. Untuk itu diperlukan budidaya cabai sesuai dengan Good Agriculture
Practices (GAP) yang mengedepankan keamanan pangan dengan mengurangi
penggunaan pupuk dan pestisida kimia untuk beralih ke pupuk kandang/ kompos
dan pertisida nabati (organik) serta dapat menurunkan biaya produksi. Adapun
teknik budidaya cabai adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan Benih
Penyediaan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih
cabai merah bermutu tinggi dari vaietas yang di anjurkan dalam jumlah yang
cukup dan pada waktu yang tepat
Keberhasilan produksi cabai merah sangat dipengaruhi oleh kualitas benih
yang dapat dicerminkan oleh tingginya produksi, ketahanan terhadap hama
dan penyakit serta tingkat adaptasi iklim. Biji benih lebih baik membeli dari
distributor atau kios yang sudah dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan
kemurnian dan daya kecambahnya
a) Penyiapan Media Semai
Benih di semai terlebih dahulu di media semai dengan
komposisi tanah halus dengan pupuk kandang berbanding 1 :1 serta di
masukkan dalam polibag semai. Media di siapkan terlebih dahulu sebelum
di semai . Polibag ini di susun di rak persemaian yang sudah di lengkapi
inseknet agar terhindar dari gangguan OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman)
b) Pemilihan Benih
Varietas benih dipilih dengan selera petani , cirri benih berkualitas adalah
sebagai berikut :
a. Daya kecambah tinggi
b. Kekuatan benih tinggi
c. Tumbuh serentak
d. Tahan Hama dan Penyakit
c) Perlakuan Benih
Benih di rendam dalam air hangat (Suhu sekitar 50 ® C) Precivur
N m (1 cc/liter) selama satu jam tujuan dari perendaman ini adalah
mempercepat perkecambahan dan menghilangkan penyakit. Siram media
tanam dengan air sampai jenuh. Tutup benih cabai dengan plastic 2-3 hari,
setelah berkecambah plastic di bukan dan lakukan pemeliharaan
d) Pemeliharaan Bibit
Benih di siram setiap pagi dan media di bersihkan dari gulma.
Apabila bibit terserang hama dan penyakit cepat di cabut . dalam upaya
menanggulangi sebaiknya insek net di pasang di persemaian sehingga
hama yang merupakan vector penyakit tidak dapat masuk ke dalam areal
persemaian. Setelah 22-25 hari dan memiliki 4-5 helai daun dengan tinggi
10-15 cm , benih biasanya sudah siap di pindahkan ke lahan.
2. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman, meliputi kegiatan pengolahan tanah,
pemupukan dasar dan pemasangan mulsa plastic

a) Pengolahan Tanah
Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu,
supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran
udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam
tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-
asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka
akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di
dalamnya. Berikut tahap-tahap nya, yaitu :
a. Lakukan pemsersihan lahan dari sisa-sisa gulma
b. Lakukan penggemburan lahan dengan cara mencangkul dengan ke
dalaman 30-40 cm , kemudian lahan di biarkan terkena matahari
selama 2 mingg

b) Pemberian Kapur Tanah


Lakukan pemeebrian kapur tanah dengan kaptan/dolomite
sebanyak 1,5 ton per hektar yang di berikan bersamaan dengan dengan
pengelolaantanah

c) Pemupukan Dasar
Berikan pupuk dasar dalam bentuk pupuk kandang yang sudah matang
sekitar 2 minggu sebelum tanam . Pupuk organic N,P,K 5 hari sebelum
tanam dengan cara di tebar , di siram dan di tutup mulsa. Jumlah dan jenis
pupuk di sesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi.

d) Pemasangan Mulsa plastic hitam-perak


a. Gunakan plastic mulsa hitam perak dengan lebar 100 – 125 cm ,
bagian plastic berwarna perak di hadapkan ke atas dan yang bagian
berwarna hitam di hadapkan ke bawah
b. Tarik ujung mulsa di kaitkan dengan pasak penjepit (terbuat dari
bambu) pada sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah
lepas

e) Pembuatan Lubang tanam


a. Setelah mulsa terpasang di lanjutkan dengan pembuatan lubang tanam
pada mulsa dengan menggunakan alat pelubang berdiameter 10 cm
yang di panaskan
b. Buat lubang tanam dengan system zig-zag (segitiga) atau 2 baris
berhadapan
c. Buat lubang tanam dengan jarak tanam yaitu (50-60 cm) x (50-70 cm)
3. Penanaman
Penanaman merupakan pemindahan bibit dari persemaian ke lahan atau
areal penanaman hingga tanaman berdiri tegak dan tumbuh secara optimal di
lapangan . sebelum bibit di tanam, bedengan di siram terlebih dahulu supaya
tanah lembab sehingga bibit mudah di masukkan dan beradaptadi dengan
media tanam. Bibit tanah di keluarkan dari polybag lalu di tanam di lobang
tanam sampai leher akar. Lobang tanam di tambah tanah dan di padatkan.
Polibag dibuka kemudian media bersama tanaman yang tumbuh disemai,
dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak pecah,
kedalaman pembuatan bibit sebatas leher akar media semai, tidak terlalu
dalam terkubur. Adapun tahapan-tahapan dari penanaman adalah sebagai
berikut. :
a. Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat
penanaman.
b. Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat
berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi
terlebih dahulu.
c. Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian
benih disebarkan menurut deretan secara merata.
d. Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau
pupuk kandang yang halus
e. Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam
meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari.

4. Pemasangan Ajir
Ajir yang di gunakan di buat dari bamboo atau kayu . ukuran ajir adalah
100-125 cm dengan lebar 5 cm. ajir di tancapkan di dekat batang tanaman.
Pengikatan tanaman ke ajir menggunakan tali dan di lakukan secara bertahap
selama masa tumbuh tanaman. Pengikatan tanaman ke ajir menggunakan tali
dan di lakukan secara bertahap selama masa tumbuh tanaman . perlu di ingat
bahwa pengikatan tidak boleh terlalu kencang supaya tidak merusak batang
tanaman. Ajir ini bermanfaat untuk menyangga tanaman agar tidak mudah
roboh

5. Perempelan
Perempelan merupakn kegiatan membuang tunas air, daun, bunga dan
bagian tanaman yang lain yang rusak karena terkena serangan hama. Tunas
banyak tumbuh selama masa pertumbuhan. Sebaiknya tunas yang muncul di
ketiak daun di bawah cabang utama sebaiknya di buang karena tunas ini tidak
produktif dan hanya ikut menyerap unsur hara saja.
Buang tunas di ketiak daun di bawah cabang batang tanaman cabai. Di dataran
rendah perempelan dimulai pada hari ke 8 - 12 setelah tanam. Di dataran
tinggi perempelan dimulai pada hari ke 15 - 20 setelah tanam . Lakukan
perempelan kembali pada 75 hari setelah tanam pada dataran rendah dan 90
hari setelah tanam pada dataran tinggi.
6. Pemeliharaan tanaman
tanaman cabai yang telah ditanam harus selalu dipelihara dengan teknik
sebagai berikut :
a. Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit
yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu
pertama dan minggu kedua setelah tanam.
b. Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan
bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau
longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan
(penimbunan kembali).
c. Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat
dilakukan sekitar 17 s.d 21 HST di dataran rendah atau sedang, 25 s.d 30
HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas
bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga
ketiga) dan daundaun yang telah tua kira-kira 75 HST.
d. Pemupukan diberikan 10 s.d 14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai
misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan
pupuk kemiral red pada umur 35 HST
e. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL
dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan
dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman
dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50 s.d 65
HST dan pada umur 90 s.d 115 HST.
f. Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering.
Penyiraman dengan kocoran diterapkan jika tanaman sudah kuat. Sistem
terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air
dapat meresap ke perakaran.
g. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni
pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.
h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4
cm dibatas terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai
berdaun atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya
dipasang tegak atau miring

7. Pengendalian Hama Dan Penyakit


salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya
serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai
karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun
(Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5 s.d 30%. Strategi
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan penerapan
pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang paling sering menyerang
dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
Ulat Grayak (Spodoptera litura), Kutu Daun (Myzus persicae Sulz), Lalat
Buah (Bactrocera dorsalis), dan Trips (Thrips sp)

a. Pengendalian secara fisik


Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha
dalam memanfaatkan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga
dapat menurunkan populasi hama dan penyakit. Tindakan pengendalian
hama secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ;
pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu
perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan
penghalang/pagar/barier.
b. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik yaitu
pengendalian yang dilakukan secara manual oleh manusia. Pengendalian
secara mekanik dapat dilakukan dengan cara yang sederhana,
membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama, efektifitas
dan efesiensinya rendah
c. Pengendalian secara kultur teknik
Pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknik yaitu
pengendalian hama dan penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok
tanam. Contohnya dengan cara pergiliran tanaman, pemberoan dan
penanaman serempak pada suatu ilayah yang luas,
d. Pengendalian secara hayati
Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau
penyakit dengan memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu
predator, parasitoid, maupun patogen hama
e. Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi
menggunakan pestisida sintetis kimia adalah alternatif terakhir apabila
cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu mengatasi peningkatan
populasi hama yang telah melampaui ambang kendali. Tujuan penggunaan
pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau
penyakit sampai pada batas keseimbangan. Penggunaan pestisida juga
harus tepat sasaran, tepat dosis dan tepat waktu.

8. Panen /Pemanenan
Panen merupakan kegiatan awal dalam penanganan pascapanen. Panen
dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat dan dengan hati-hati untuk
menjaga mutu produk. Cabai dapat dipanen pada umur 60−75 hari setelah
tanam untuk yang ditanam di dataran rendah dan pada umur 3−4 bulan untuk
yang di dataran tinggi. Cabai dipanen setelah buahnya 75% berwarna merah.
Panen dilakukan 3−4 hari sekali atau paling lambat satu minggu sekali,
sampai tanaman berumur 4−7 bulan (15 kali panen) atau sesuai kondisi
tanaman. Buah yang dipanen terlalu muda akan cepat layu, bobot cepat
berkurang, cepat rusak, dan kurang tahan guncangan waktu pengangkutan.

9. Penanganan Pasca Panen


Buah yang dipanen terlalu muda akan cepat layu, bobot cepat berkurang,
cepat rusak, dan kurang tahan guncangan waktu pengangkutan. primer, yaitu
perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau siap
diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang mengubah hasil
tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet
a. Sortasi
Sortasi merupakan swadaya yang bersedia menampung hasil
produk tanaman yang akan di pasarkan atau beberapa kelompok
konsumen seperti hotel, restoran, dan pasar swalayan memberi harga yang
berbeda pada cabai berdasarkan kelas mutu. melaporkan, konsumen
mempunyai preferensi yang berbeda dalam menempatkan urutan faktor-
faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan harga pembelian
cabai merah. Buah cabai yang telah dipanen segera disortasi untuk
mencegah kerusakan. Penundaan sortasi akan mempercepat pembusukan.
Cabai hasil sortasi yang berkualitas kurang baik masih dapat dipasarkan,
meskipun harganya rendah. Sortasi yang dilakukan di petani berbeda yang
dilakukan oleh industri (Asgar 2000). Petani umumnya mengharapkan
semua hasil panen dapat dijual. Cabai yang berkualitas baik dijual ke
pedagang atau pasar swalayan, sedangkan yang kualitasnya kurang baik
dipasarkan ke pedagang pengecer atau pasar tradisional. Demikian pula di
tingkat pedagang, cabai yang berkualitas baik dijual ke industri pengolah
dan yang kurang bagus dijual ke pedagang pengecer. Industri pengolahan
menghendaki cabai yang berkualitas baik agar hasil olahannya berkualitas
prima.
b. Penyimpanan
Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang
tertutup, yaitu bangunan berventilasi, ruang berpendingin atau ruang
tertutup yang konsentrasi gasnya berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan
yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran cabai tanpa
menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara yang biasa digunakan
adalah menyimpan cabai segar pada suhu dingin, sekitar 4OC.
Pendinginan bertujuan menekan tingkat perkembangan mikroorganisme
dan perubahan biokimia.
Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara terbaik untuk
mempertahankan kesegaran cabai. Suhu optimal pendingin bergantung
pada varietas cabai dan tingkat kematangannya. Pendinginan dengan
menggunakan refrigerator umumnya lebih mudah dibandingkan dengan
cara lainnya. Namun, cara ini sulit diterapkan di tingkat petani karena
biayanya mahal. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer atau udara
terkendali dapat memperlambat respirasi dengan mengurangi kandungan
O2 serta meningkatkan kandungan CO2 dan N2 . Dengan cara ini,
aktivitas metabolisme bahan akan berkurang sehingga memperlambat
proses kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Penyimpanan dengan
udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme
sehingga menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu,
cabai yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam kematangannya, dan
dikemas dengan baik.
c. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum
dipasarkan. Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil,
mempertahankan mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa
simpan bahan. Kemasan yang biasa digunakan untuk memudahkan
penyimpanan dan pengangkutan cabai di pasar domestik adalah keranjang
bambu, peti kayu, dan plastik. Kemasan yang ideal adalah yang mudah
diangkat, aman, ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan produk.
Kemasan lain yang biasa digunakan pedagang adalah jala dengan
kapasitas 9−100 kg. Kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat
melindungi cabai dari kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama pada
saat ditimbang dan di dalam alat angkut. Volume kemasan sebaiknya tidak
melebihi 25 kg karena kemasan yang terlalu besar dapat menurunkan mutu
cabai, terutama yang berada di bagian bawah.
Kemasan yang baik dapat menekan benturan, mempermudah pertukaran
udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan kemasan adalah
ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat
melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.
d. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan
pascapanen dan distribusi cabai. Untuk memperpanjang kesegaran,
biasanya pedagang memerlukan alat angkut yang cocok untuk
memperlancar pemasaran. Jika jumlah cabai yang dipasarkan sedikit,
biasanya petani/pedagang menggunakan pikulan, sepeda atau gerobak.
Selama pengangkutan, cabai dapat mengalami kerusakan mekanis karena
kontak dengan wadah atau dengan cabai yang lain akibat goncangan.
Kerusakan fisiologis juga bisa terjadi akibat gangguan metabolisme dalam
bahan.
Proses respirasi yang masih berlangsung dalam cabai yang
ditumpuk menghasilkan H2 O, CO2 , dan energi dalam bentuk panas. Jika
panas yang dihasilkan berlebihan akan mengakibatkan cabai menjadi layu,
respirasi makin cepat, dan jaringan sel mati. Pengangkutan cabai jarak
jauh dengan menggunakan keranjang bambu, dapat menekan susut bobot
hingga 0%, tingkat kerusakan 1,30%, dan kesegaran cabai cukup baik.
Kemasan karton/kardus dengan kapasitas 20 kg dapat digunakan bila
dipadukan dengan karung jala yang dimasukkan ke dalam kardus
berventilasi.
Pengemasan cabai yang kurang baik dapat menyebabkan
kerusakan dan kehilangan hasil selama pengangkutan. pengangkutan
cabai dalam jarak lebih dari 200 km dengan kemasan karung berkapasitas
90 kg menyebabkan kerusakan hingga 20%.

Anda mungkin juga menyukai