Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Para petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda
telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan
sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun
segi kuantitas.  Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu
pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi,
kacang – kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan termasuk benih – benih
untuk tanaman pardagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan
beberapa jenis tanaman lainnya.
Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka (petani) simpan
dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat
dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini dilakukan selama berabad
– abad lamanya oleh petani kita zaman dahulu. Pemerintah hindia belanda yang
sangat berkepentingan untuk memeras usaha keringat para petani Indonesia sejak
tahun 1920-an telah mulai menaruh perhatian terhadap masalah pembenihan ini,
seiring dengan meningkatnya perbaikan cara-cara bercocok tanam. Sesudah tahun
1930-an kegiatan pengadaan benih ini ditingkatkan lagi dengan pembangunan
balai benih.
Setelah Negara Indonesia merdeka, usaha-usaha untuk meningkatkan teknologi
pertanian selalu dilakukan, terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup
petani dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu
merupakan sasaran utama.
Pada tahun 1952, Indonesia diterima menjadi anggota FAO atau Food and
Agriculture Organization, dan sejak itu mulai dilaksanakan suatu pola produksi
dan penyebaran benih yang lebih terarah.  Dalam hal produksi benih padi
misalnya, telah dilakukan penggolongan seperti benih dasar, benih pokok dan
benih sebar. Khusus mengenai pengadaan benih padi unggul, dengan dibangunnya
balai benih Sang Hyang Seri di sukamandi (Jawa Barat) sangat membantu dinas
pertanian dan para petani untuk mendapatkan benih – benih unggul.
Benih disni adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman.
Sehingga masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi.
Agronomi sendiri diartikan sebagain suatu gugus ilmu pertanian yang
mempelajari pengelolaan lapang produksi dengan segenap unsur alam (iklim,
tanah, air), tanaman, hewan, dan manusia untuk mencapai produksi tanaman
secara maksimal. Berarti benih yang baik disini merupakan salah satu sarana
untuk mendapatkan produksi yang setinggi-tingginya.
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses
seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih
siap dipanen apabila telah masak.
Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase
pembuahan,fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan
dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-
pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan
ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase
pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban
udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak
akan banyak mengalami perubahan. Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan
untuk menilai tingkat kemasakan benih adalah warna, bau, kekerasan kulit,
rontoknya buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya.
Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila
zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang
umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk
pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah
(benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-
jenis pohon yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang
jelas. Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara;
pengumpulan langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah
masak. Buah itu langsung diambil dan dikumpulkan dari pohon-pohon yang
masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang pertama adalah
cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan.  Menjelang benih-benih
jatuh, tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih
dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pengumpulannya. Cara yang
umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah besar dari tegakan benih
adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang dapat
dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.Cara pengumpulan benih dengan cara
memotong cabang-cabang yang berbuah atau memotong tangkai pohonnya adalah
cara yang tidak dianjurkan, karena akan mengganggu kelestarian produksi benih
itu sendiri.
Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam
tempat yang telah disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan
tentang nama jenis, tempat dan tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan
jumlahnya.  Penanganan selanjutnya adalah pengangkutan, ekstraksi, pembersihan
dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.

I.2 Tujuan Pratikum


1. Mahasiswa mampu membedakan Memberikan pengetahuan kepada 
mahasiswa untuk mengetahui lebih mendalam mengenai perkembangan biji,
struktur biji
2. Mahasiswa mampu melakukan uji tipe perkecambahan biji
3. Mahasiswa mampu melakukan perkecambahan  baku dan dapat
mengelompokkan benih atas   berkecambah (viable) normal, berkecambah
tidak normal dan tidak berkecambah (nonviable),Melakukan uji viabilitas
menggunakan Uji FCT, SGT dan malakukan uji vigor dengan menggunakan
IVT dan RSGT.
4. Mahasiswa dapat menggunakan tekhnik pewarnaan dengan TZ (Tetrazolium)
untuk menentukan benih viable dengan yang tidak.
5. Melatih mahasiswa dalam melakukan sertifikasi benih, dengan cara
menghitung kadar air benih dan kemurnian benih
II. LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Biji


Perbedaan ciri morfologi dan anatomi antara monokotil dan dikotil terletak
pada: 1) Monokotil memiliki lembaga dengan satu daun lembaga, ketika
berkecambah biji tidak membelah. Sedangkan pada dikotil, memiliki lembaga
dengan dua daun lembaga, ketika berkecambah biji akan membelah menjadi dua.
2) Pada monokotil, bentuk akar serabut dan tidak berkambium, ujung akar
dilindungi oleh akar lembaga (koleorhiza). Sedangkan pada dikotil bentuk akar
tunggang dan berkambium, ujung akar tidak memiliki pelindung. 3) Batang
monokotil tidak bercabang, berbuku-buku dengan ruas tampak jelas, dan tidak
berkambium. Sedangkan pada dikotil batang bercabang, berbuku-buku dengan
ruas tidak jelas, dan berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. 4) Daun
monokotil tunggal berpelepah, bertulang daun sejajar atau melengkung.
Sedangkan dikotil daun tunggal atau majemuk, bertulang daun menyirip atau
menjari. 4) Bunga monokotil berkelipatan 3. Sedangkan dikotil berkelipatan 2, 4
atau 5 (Jati 2007).
Monokotil termasuk tanaman seperti rumput, bunga lili, dan pohon palem.
Dikotil meliputi sebagian besar pohon umum (dengan pengecualian pohon besar-
kerucut), serta bunga dan tanaman. Salah satu perbedaan utama antara dua
kelompok ini dalam biji. Monokotil hanya memiliki satu kotiledon (A), sedangkan
dikotil memiliki dua kotiledon. Kotiledon adalah daun embrio yang mengembang
selama pengembangan benih dan terakumulasi atau gudang nutrisi yang
mendukung perkecambahan atau untuk tumbuh setelah perkecambahan. Pada
monokotil, endosperma (B) berperan sebagai cadangan makanan hasil
perkembangan kotiledon, sementara di dikotil, endosperma layu (menghilang)
(Alcamo 2005).

Mutan benih telah menjadi sumber informasi yang penting tentang fase
pematangan baik dalam spesies monokotil dan dikotil. Di sereal, karena
pentingnya endosperm (dunia pertama tanaman), mutan benih telah banyak
berusaha atas dasar modifikasi dalam organ ini. Sementara ini telah menghasilkan
identifikasi mutasi penting yang mempengaruhi output pematangan, banyak
mutan embrio tetap diabaikan. Dalam spesies dikotil, misalnya Arabidopsis,
sejumlah besar benih mutan perkembangan menampilkan fenotipe diubah pada
fitur pematangan, tapi banyak dari mereka tidak spesifik untuk fase ini.
Sebaliknya, mereka diubah kegiatan basal diperlukan untuk perkembangan embrio
normal dengan Efek berikutnya ke fase pematangan (Carbajosa dan Pilar 2005).
Perlakuan dengan skarifikasi memberikan efek sedikit kurang baik sebab
pada benih yang dilukai umumnya memiliki kecacatan tersendiri selama
pertumbuhannya. Kecacatan ini dapat berupa calon bakal daun yang tidak utuh
karena pelukaan benih terlalu dalam, ataupun efeknya setelah benih dilukai seperti
bakal daun sedikit keriting, kerdil, akar tidak tumbuh sempurna, berjamur bahkan
menjadi busuk. Hal ini dapat terjadi mungkin karena pada benih yang dilukai,
terdapat celah yang mana larutan kimia dapat langsung menuju endosperm benih.
Pertumbuhan plumula pada kecambah normal relatif sempurna dengan daun
berwarna hijau yang tumbuh baik di dalam maupun muncul dari koleoptil, atau
pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal. Untuk
kecambah monokotil memiliki satu kotiledon dan dua kotiledon pada dikotil
(Widhityarini et al. 2010).
Ciri-Ciri Monokotil dan Dikotil. Pada tumbuhan kelas / tingkat tinggi
dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji
keping satu atau yang disebut dengan monokotil / monocotyledonae dan
tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil /
dicotyledonae. Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya dapat ditemukan
pada tumbuhan subdivisi angiospermae karena memiliki bunga yang
sesungguhnya (Anonim 2012).

Dinyatakan bahwa embryo terbentuk dari telur yang dibuahi (zygot)


dengan mengalami pembelahan sel didalam embryosac. Pada serealia dan
rerumputan monocot embryo terdiri atas cotyledon dan embryonic axsis. Setiap
biji yang sangat muda dan sedang tumbuh seperti pada tanaman serealia seperti
jagung, padi, gandum selalu terdiri dari tiga bagian yaitu embryo, kulit biji dan
endosperm. Namun pada jenis legumes hanya terdiri dari embryo dan kulit biji
sedangkan endosperm ada namun sangat sedikit sekali. (Kamil, 1982).
2.2. Tipe Perkecambahan\
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji
yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada
perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Menurut Kamil.,
(1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan
embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe
perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.

2.2.1 Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal)


Ialah ketika perkecambahan tersebit terjadi plumula terangkat kebagian
permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut terangkat kepermukaan tanah.
2.2.2 Tipe perkecambahan dibawah tanah (hypogeal)
Ialah tipe perkecambahan dimana terjadinya pertumbuhan memanjang dari
hipokotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Secara visual dan morfologis suatu buju yang berkecambah umumnya
ditandai dengan terlihatnya akar (radicle) atau daun (plumule) yyang menonjol
keluar biji. Sebetulnya proses perkecambahan sudah mulai berlangsung sebelum
ini. Dalam keadaan normal, semua jaringan yang kompleks dan organ yang
membentuk bibit (seeding) dan kemudian menjadi tumbuhan dewasa adalah
berasal dari sel telur yang telah dibuahi. Tetapi haris diketahui bahwa tidak
seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi. Kulit biji berasaldari
tumbuhan induk dan endosperm (jika masih ada) berasal dari persatuan antara
sperma dengan polar nuclei didalam embryosac
Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk dapat mengaktifkan kembali
pertumbuhan embryonic axis adalah:
a.    Adanya air yang cukup untuk melembabkan biji.
Air yang dibutuhkan atau yang diserao oleh biji untuk rehydration adalah
alir yang berupa cairan. Masuknya air kedalam biji adalah dengan peristiwa difusi,
osmose dan imbibisi. Difusi dapat didefinisikan sebagai perindahan spontan dan
pada cairan atau gas dari yang berkonsentrasi lebih  tinggi kepada yang
berkonsentrasi lebih rendah.
Apabila konsentrasi air yang diluar biji direndahkan (konsentrasi larutan
diluar biji dinaikkan) misalnya dengan menambahkan NH4NO3 kedalam air
tersebut, maka air akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk kedalam
biji, jadi bertambah kesil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan)
diluar biji, bertambah sedikit pula air yang masik kedalam biji yang direndamkan
dalam cairan tersebut.
b.    Suhu yang pantas.
Salah satu syarat perkacambahan biji ialah suhu yang pantas. Tetapi ini
tidak berarti bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air air untuk
perkecambahan dimana biji membutuhkan suatu level minimum hydration yang
bersifat khusus untuk perkecambahan. Jenis biji mempeunyai tiga titik kritis yang
berbeda-beda yang disebut suhu kardinal yaitu, suhu minimum ialah suhu
dibawah mana proses perkecambahan biji tidak terjadi selama periode waktu
perkecambahan.
Suhu maksimum ialah suhu diatas mana proses perkecambahan biji tidak
akan terjadi selama periode waktu pendek atau panjang. Sedangkan suhu optimum
yaitu suhu pada mana kecepatan perkecambahan dan presentase biji yang
berkecambah tertinggi pada periode waktu minimum.
c.    Cukup oksigen.
Kekurangan salah satu diantara tiga diatas umumnya biji tidak akan
berkecambah. Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel
hidup yang membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses
didalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul
O2 atau tidak. Proses ini secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi
secara dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 yang dikeluarkan pada kedua
proses diatas dan O2 diambil pada proses pernapasan  disebut pernapasn anaerob
dimana oksigen diperoleh dari proses kimia.
Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2
dan 0,03% CO2. Tetapi diketahui ada biji tertentu yang perkecambahannya
dinaikkan dengan meningkatkan kadar O2 diatas 20%. Kebanyakan biji tidak
membutuhkan O2 dengan tekanan penuh 20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai
ke embryo kurang dari 3%. Sebagaimana dikethui embryonic axsis adalah sebagai
pusat sistem metabolisme.
d.    Adanya cahaya, terutama ini adalah esensial untuk kebnayakan biji rumputan
dan beberapa biji tanaman.
2.3 Uji daya Kecambah
2.3.1 Daya Kecambah (viabilitas) Benih
berdasarkan ruang lingkup kegiatan berdasar pedoman yang berlaku secara
internasional (mengacu ISTA: international seed testing assosiation), sebagai berikut:
1. Menentukan metode uji perkecambahan
2. Menyiapkan media perkecambahan
3. Menyiapkan benih
4. Menyemai/ mengecambahkan benih
5. Mengevaluasi kecambah
6. Melaporkan dan menyimpan hasil uji
Tujuan dari melakukan uji daya kecambah benih adalah untuk mengkaji
dan menetapkan nilai setipa contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor
kualitas benih (Kartasapoetra ,2003).
Parameter yang digunakan dapat berupa presentase keccambah normal
berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diminati secara
langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme
benih yang berkalitan dengan khidupan benih. Presentase perkecambahan adalah
presentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi
yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

•    Uji perkecambahan baku


Uji Perkecambahan Baku atau SGT (Standard Germinator Test)
merupakan pengujian yang paling banyak digunakan oleh pihak yang terlibat
dalam kegiatan pengujian benih, dengan metode yang yang sangat sederhana
namun dapat memberikan hasil yang yang optimal. Oleh karena itu Uji
Perkecambahan Baku ini merupakan salah satu pengujian benih yang dilakukan
kegiatan pembenihan di seluruh dunia.
Metode palksanaan Uji Perkecambahan Baku ialah sebagai berikut:
Kertas stensil dibasahi sebanyak 2 lembar untuk 50 buah benih yang akan diuji.
Penyusunan benih dalam 5 baris masing-masing 10 biji. Kemudian basahkan lagi
1 lembar kertas stensil, gunakan sebagai penutup.
Lipat kedua sisi kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam, kemudian gulung kertas
menjadi 4 bagian. Dilakukan masing-masing 2 atau 4 ulangan. Letakkan
digerminator secara mendatar. Lakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, 7.

2.3.2 KEKUATAN KECAMBAH (VIGOR) BENIH.

Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut
untuk berkecambah dengan seragam, cepat dan menghasilkan  bibi normal dari
berbagai kondisi lingkungan dilapangan. Sebagai hasil penelitian yang dilakukan
dengan seksama, dapat diketahui bahwa terddapat hubungan yang demikian erat
antara kecepatan perkecambahannya benih yang vigor. Ternyata dari adanya
kenyataan bahwa benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang
dihasilkannya akan lebih tahan terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang
menguntungkan (Kartasapoetra, 2003).
Dengan demikian jelas bahwa keccepatan berkecambahnya benih
merupakan aspekk penting dari vigor tanamannya, serta memberi indeks vigor
dari setiap kelompok benih. Karena itu perlu pula melakukan pengujian tentang
kakuatan kecambah benih tersebut. Pada hakikatnya vigor benih harus relevan
dengan tingkat produksi yang berarti bahwa dari benih yang memiliki vigor tinggi
akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Pada pengujian, untuk memudahkan penilaian, maka kelompok benih yang dinilai
terlebih dahulu digolongkan atas kecambah normal, abnormal dan mati.
Kemudian dari kecambah normal digolongkan lagi atas kecambah normal yang
kuat tumbuhnya  (vigor) dan kecambah normal yang kurang kuat tumbuhnya (less
vigor). Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan
kecambah lainya dari satu substrat (S. Sadjad Dkk Dalam Soetopo)
•    Index Value Test
Index value test merupakan suuatu cara pengujian untuk mengetahui
kekuatan suatu benih, jika benih semakin banyak berkecambah pada waktu yang
lebih singkat maka semakin besar vigor benih tersebut.
Metode pelaksanaan pengujian dengan IVT sama dengan pengujian SGT hanya
saja pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke 7 dengan perhitungan pada
hari ketiga atau hari ke empat sebagain penilaian atau perhitungan pertama. Dan
apabila menurut penilaian atau perhitungan pertama tersebut ternyata benih yang
berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% dari keseluruhan benih yang
disemikan dalam rangka pengujian, kecepatan berkecambahnya benih tersebut
adalah tinggi (Kartasapoetra, 2003).
2.4. Uji Tetrazolium
Uji Tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan
bersifat tidak langsung (Quick Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5
Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh
benih.  Dalam jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi
secara enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah cerah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40
derajat celcius dan dalam larutan dengan pH 7.
Dasar pertimbangan uji tetrazolium:
1. Keterbatasan waktu
2. Benih bersifat dorman
3. Kepentingan riset
Kriteria pewarnaan:
1. Merah cerah : jaringan masih hidup
2. Merah jambu : jaringan sudah lemah
3. Merah tua : jaringan rusak
4. Tidak berwarna : jaringan sudah mati
Prinsip Metode TTZ
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah
oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan
formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang
mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan
respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat
tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang
mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi,
sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif,
bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau mikroba
lainnya dan bersifat merusak.

Kategori Benih Viabel dan Non Viabel dalam Uji TTZ


Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji TZ adalah evaluasi
pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-
viable.Paradigma ini diterima karena definisi viable (hidup) diartikan hanya
sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi soal
apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma demikian,
maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang dicantumkan di label
benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu persentase benih viable
yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya berkecambah).
Akan tetapi, apabila ditelusuri dari berbagai literatur internasional, maka
akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa paradigm tersebut di atas kurang tepat.
ISTA sebagai organisasi pengujian benih internasional yang diakui kredibilitas
dan metodenya digunakan di seluruh dunia mendefinisikan benih viable benih
yang memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal, sedangkan
benih non-viableadalah terdiri dari benih yang berkembang secara abnormal baik
pada embrio maupun  pada struktur penting lainnya dan menunjukkan  jaringan
yang mati.
2.5  Pengujian Kadar Air Benih

Benih berukuran besar atau benih berkulit keras harus digiling atau
dipotong lebih kecil sebelum penimbangan dan pengeringan. Kalau tidak, kulit
benih akan menahan penguapan air dari benih. Air akan tetap berada di dalam
benih setelah pengeringan sehingga kadar air benih hasil pengujian menjadi
terlalu rendah. Berat contoh kerja setelah digiling atau dipotong sekurang-
kurangnya per ulangan 5 - 10 gram (Darori 2007).

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui
baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui
bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih
selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen
yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu
pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih. (Amira 2010).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur
benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih
antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat
meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14
% akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih
(Hong dan Ellis 2005).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap
kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar
berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2006) .
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan
benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh
jenis air yang ada di dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan
dengan metode oven suhu tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan
maupun dengan menggunakan metode cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar
air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium harus kurang dari 70%. Metode
yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi yaitu metode oven suhu
tinggi konstan
130 – 133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga
benih aman diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta
tidak berkecambah sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui
sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat
pembentukan benih seitar 35-80 % dan pada saat tersebut benih belum cukup
masak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis,
laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan,
hama, dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih
dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air
dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan
pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan
air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang
kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang
bernama Steinlete Moisture Tester (Hasanah 2006).
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman. Benih siap dipanen apabila
telah masak fisiologis. Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat
kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase
pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang
ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi.
Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan
turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat
masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami
perubahan
(Prasetyo 2004).
III. BAHAN DAN PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksaan praktikum teknologi benih ini adalah dari tanggal 29
febuari 2018 sampai dengan 23 april 2018, pukul 08.00- selesai.
Tempat dilakukannya praktikum teknologi benih ini adalah di
Laboraturium pemuliaan tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Struktur Biji
Bahan yang digunakan pada saat praktikum struktur biji ini adalah aquades
buah tomat,apel,pir,timun . alat yang digunakan adalah pisau sillet atau cutter,
loop ( kaca pembesar), buku gambar dan pensil warna dan kertas tissue.
3.2.2 Tipe Perkecambahan
Bahan yang digunakan pada praktikum tipe perkecambahan ini adalah
benih jagung dan kedelai,aquades,dan media berupa tanah dan pasir dengan
perbandingan 1:1 . Alat yang digunakan adalah seedbed dan buku gambar dan
pensil warna
3.2.3 Daya kecambah
Bahan yang digunakan pada saat praktikum daya kecambah ini adalah
benih padi,jagung,atau kedelai, kertas stensil, dan aquades. Alat yang digunakan
adalah Germinator Gelap.
3.2.4 Uji Tetrazolium
Bahan yang digunakan pada saat praktikum uji tetrazolium ini adalah
Benih jagung dan kedelai, larutan tetrazolium 1% dan aquades. Alat yang
digunakan adalah Oven atau incubator,beker glass 100 ml, pisau cutter dan
timbangan analitik.

3.2.5 Kadar Air Benih


Bahan yang digunakan pada saat praktikum kadar air benih ini adalah biji
padi dan amplop kecil. Alat yang digunakan adalah oven,timbangan
analitik,Exicator dan cawan timbang.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Struktur Biji
1. Disiapkan biji yang akan digunakan kemudia direndam kedalam air aquades
selama 1-2 jam
2. Dikeluarkan dari air, lalu biji dikeringkan dengan tissue
3. Digambar morfologi luarnya
4. Setiap biji dipotong membujur melewatiembryonya, kemudian amati secara
visual dan buat gambar bagian-bagiannya

3.3.2 Tipe Perkecambahan


1. Isikan campuran media kedalam seedbed sebanyak ¾ bagian tingginya
2. Masing-masing benih ditanam dalam seedbed dengan kedalaman 3cm
3. Siram seedbed yang telah ditanami benih
4. Amati pertumbuhan kecambah pada hari ketujuh setelah tanam

3.3.3 Daya Kecambah


1. Basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah benih
yang akan di uji
2. Susun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang
sama menurut panjang kertas
3. Tutup biji ditutup dengan selmbar kertas stensil yang sudah dibasahi, biji-biji
ditekan sedikit dan pinggir kertas dilipat kira-kira 1,5 cm kearah dalam
4. Kertas yang berisi benih tadi digulung menjadi empat bagian
5. Buatlah masing-masing 2 atau 4 ulangan untuk setiap praktikum
6. Gulungan kertas yang berisi benih diletakkab kedalam germinator secara
mendatar pada rak perkecambahan
7. Pada hari ke tiga (kedelai) atau kelima (padi) setelah dikecambahkan, gulungan
dibuka dan pisahkan benih yang berkecambah normal dan dihitung jumlahnya.
Hasil pengamatan ini digunakan untuk menentukan nilai uji hitung pertama
yang merupakan salah satu indicator viabilitas benih
8. Kertas ditutup dan digulung kembali seperti semula
9. Kemudian pengamatan dilakukan 2hari seklai sampai dengan hari ke tujuh

3.3.4 Uji Tertrazolium


1. Persiapan larutan tetrazolium dengan konsentrasi 1%
a. Timbang TZ sebanyak 500 mg dengan timbangan analitik
b. Siapkan wadah berupa beker glass berisi 500 ml air aquades
c. TZ yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam gelas yang berisi air dan aduk
secara perlahan
2. Penyiapan /Benih
a. Lembabkan benih terlebih dahulu pada media kertas selama 12 jam
b. Benih kedelai dibuang kulit bijinya
3. Pelaksanaan pewarnaan dan pengamatan
a. 100 biji yang sudag lembab hasil perendaman yang ditutup dengan kertas
dimasukkan kedalam wadah pewarnaan
b. Larutan TZ 1% dimasukkan secukupnya
c. Dimasukkan wadah tersebut selama 2jam
d. Wadah dikeluarkan dan basuh dengan aquades beberapa kali
3..3.5 pengukuran Kadar Air Benih
1. diambil secara random benih dari satu kantong penyimpanan
2. dimasukkan kedalam cawan timbang biji tersebut, timbang berat dan ini
menjadi berat basah
3. dimasukkan kedalam amplop biji yang sudah ditimbang
4. amplop yang berisi biji dimasukkan kedalam oven yang telah di set suhunya
700C dan dikeringkan selama 48 jam
5. dimasukkan amplop yang berisi biji kedalam excikator selama 30 menit untuk
menstabilkan beratnya
6. timbang berat biji kering kedalam cawan timbang dan ini menjadi berat kering
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4.1.1 struktur biji

Nama buah Gambar Keterangan


Tomat ( solanum Potongan melintang
cycopersicum) 1. Esokarp
2. Mesokarp
3. Endokarp
4. Plasenta
5. Funiculus
6. Biji
Mentimun Potongan melintang
( cucumis sativus) 1. Endocarp
2. Mesokarp
3. Biji
4. Endocarp

Pear (Pyrus Potongan melintang


comunis) 1. eksokarp
2. mesokarp
3. endocarp
4. biji
5. core/ inti
Apel ((Pyrus Potongan melintang
malus) 1. eksokarp
2. mesokarp
3. biji
4. core
5. endocarp

Jeruk nipis (Citrus Potongan melintang


spinosissima) 1. eksokarp
2. mesokarp
3. ruang biji
4. seprum
5. central/axis
6. biji
7. endosperm
8. endocarp

Kacang Tanah Potongan membujur


(Arachis 1. radikula
hypogaea) 2. kulit biji
3. kotiledon
4. pluma

Jagung (Zea mays) Potongan membujur


1. kulit biji
2. jaringan buah
3. koleptil
4. plumula
5. epikotil
6. kotiledon
7. endosperm
Kedelai (Glycine Potongan membujur
max) 1. epikotil
2. kulit bijji
3. hipokotil
4. kotiledon
5. plumula

Potongan membujur
1. kulit biji
2. kulit ari
3. endosperm
4. embrio

4.1.2 tipe perkecambahan

Nama tanaman Gambar Keterangan


Jagung ( zea mays L.) Hari ke-0

Hari ke-5
Biji mulai mengeluarkan
radikul dan plumula
Hari ke-7
Plumula mulai membentuk
batang tanaman dan radikula
mulai membentuk akar

Hari ke-9
Batang mulai membesar dan
telah mengeluarkan daun dan
akar primer dan sekunder telah
terbentuk

Kedelai (Gyicine max) Hari ke-0


Bentuk biji kedelai

Hari ke-3
Radikula mulai muncul dan
membentuk batang yang
membawa kotiledon keluar
Hari ke-5
Radikula telah membentuk akar
primer dan sekunder dan
kotiledon telah membuka yang
menghasilkan daun

Hari Ke-7
Plumula dan radikula telah
sempurna dan tanaman telah
membetuk epikotil dan hipokoti
diantara bekas kotiledon

4.1.3 Daya Kecambah


1. Uji viabilitas
 SGT( standard Germinator Test )

Jenis benih Hari Hari Hari Hari Hari Benih


ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 mati
Kedelai 0 0 0 0 0 50

Jenis benih Hari Hari Hari Hari Hari Benih


ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 mati
Padi 5 0 1 2 0 42

2. Uji Vigor
 FCT ( First Count Test )

Jenis benih Berkecambah Jenis benih Berkecambah


hari ke-3 hari ke-5
Kedelai 0 Padi 5

 IVT ( Index Value Test )

Jenis benih Hari Hari Hari Hari Hari Hari Har Benih
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 i mati
ke-
7
Kedelai 0 0 0 0 15 0 3 32

Jenis Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Benih
benih ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 mati
Padi 0 0 0 0 5 3 1 0 0 41

3. RSGT ( Root and Shoot Growing Test )

Jenis benih Berkecamba Panjang Panjang Benih mati


h hari ke-7 plumula radikula

1 1,9 cm 11 cm

2 1,1 cm 14,8 cm
Kedelai 11
3 1,3 cm 11,2 cm

4 1 cm 11,2 cm

Jenis benih Berkecambah Panjang Panjang Benih mati


hari ke-9 plumula radikula
Padi 0 0 0 15

4.1.4 Uji Tetrazolium


No Jumlah biji yang Jumlah Jumlah Jumlah tak
di kecambahkan embryo embryo bewarna
merah pekat merah muda

108 biji 97 0 11
1

Viabilitas 89 % 0%

4.1.5 Kadar Air Benih

Jenis benih Berat basah (g) Berat kering (g) Kadar air (%)
Padi 10,36 g 9,85 g 5%

4.2 Pembahasan

4.2.1 struktur biji dan buah

Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme.


Pertumbuhan bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Proses pertumbuhan
biasanya diikuti dengan pertambahan berat tubuh. Pertumbuhan diikuti dengan
perkembangan yang merupakan proses saling terkait.Perkembangan adalah proses
untuk mencapai kematangan fungsi organisme. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua proses yang berjalan seara simultan (pada waktu yang bersamaan).
Perbedaannya terletak pada factor kuantitatif dan kualitatif. Pertumbuhan dapat
diukur secara kuantitatif karena mudah diamati, yaitu terjadi perubahan jumlah
dan ukuran. Sebaliknya, perkembangan tidak dapat dinyatakan seara kuantitatif,
melainkan terjadi perubahan fungsional organisme menjadi lebih sempurna.

Pertumbuhan dan perkembangan diawali dengan pertmbuhan bakal biji


dan bakal buah. Tahap berikutnya yaitu perkecambahan. Tumbuhan yang telah
mengalami perkecambahan kemudian akan mengalami pertumbuhan sapai
akhirnya menjadi tumbuhan dewasa yang dapat menghasilkan biji kembali.

 Buah Tomat  (Solanum lycopersicum)


BuahTomat  (Solanum lycopersicum) termasuk kedalam tipe buah
sederhana (Simple fruits) dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu
pistil. Buah tipe ini mungkin mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau
inferior. Kebanyakan angiosperm mempunyai buah sederhana. Buah tomat
termasuk juga ke dalam kategori buah basah kategori berry, dimana seluruh
paricarp tetap basah sewaktu masak (mature). Berry ini berasal dari superior
ovary. Pericarp pada berry ini merupakan lapisan lunak dan berair (Juicy) dan
dapat dimakan (edible), umpamanya pada berry sebenarnya (true berry).
 Buah Mentimun( Cucumis sativus L)
Buah Mentimun (Cucumis sativus) termasuk kedalam tipe buah sederhana
(Simple fruits) dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah
tipe ini mungkin mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior.
Kebanyakan angiosperm mempunyai buah sederhana. Buah jeruk termasuk juga
ke dalam kategori buah basah kategori berry, dimana seluruh paricarp tetap basah
sewaktu masak (mature). Berry ini berasal dari superior ovary. Pericarp
pada berry ini merupakan lapisan lunak dan berair (Juicy) dan dapat dimakan
(edible), umpamanya pada berry sebenarnya (true berry).
Dalam kategori buah basah ini, terdapat pada berry tipe Pepo yaitu berry
berkulit buah bagian luar lebih tebal dan lebih kaku. Buah terjadi daritiga daun
buah yang tepinya melipat ke dalam membentuk sekat-sekat sejati.

 Buah Pear (Pyrus comunis)


Buah pear (Pyrus comunis) termasuk kedalam tipe buah palsu (Accessory
Fruit) bauh yang di bentuk dari satu ovary atau lebih dan bagianbagian lain dari
bunga atau jaringan yang erat hubungannya dengan bagian-bagian tersebut,
misalnya receptacle.
 Buah Apel (Pyrus malus)

Buah Apel(Pyrus malus) merupakan tanaman yang berasal dari kelompok


family Rosaceae. Buah apel termasuk buah sejati tunggal berdaging, dimana yang
dimaksud adalah buah berdaging apel (pomum). Adapun struktur dari buah apel
yaitu terdiri dari kulit buah (exocarpium), merupakan lapisan tipis, tetapi sering
kali kuat atau kaku seperti kulit, dengan permukaan yang licin, kulit tengah atau
daging buah (mesocarpium), biasanya tebal berdaging dan berserabut, selain itu
lapisan ini dapat dimakan, serta kulit dalam (endocarpium), yang berbatasan
dengan ruang yang mengandung biji, seringkali cukup tebal dan keras. Sedangkan
struktur dari biji buah apel terdiri dari kulit biji (spermodermis) yang berasal dari
selaput bakal biji (integumentum). Kulit biji ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
lapisan kulit luar (testa) yang berfungsi sebagai pelindung utama bagi bagian biji
yang ada di dalam dan lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti selaput,
sering dinamakan juga kulit ari. Biji apel juga memiliki bagian yang
menghubungkan biji dengan tembuni dan merupakan tangkai biji yang disebut tali
pusar (funiculus). Di dalam biji apel juga terbapat lembaga (embryo) yang
merupakan calon tumbuhan baru dan nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan
baru.

 Jeruk Nipis (Citrus spinosissima )


Jeruk nipis  termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk
jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar
0,5-3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan
kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips
dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunyya
mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Bunganya berukuran majemuk/tunggal
yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm.
kelopak bungan berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan diameter 0,4-0,7
cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun
mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25
cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2
tahun sudah mulai berbuah. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong
dengan diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan.
 Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kacang Tanah (Arachis hypogaea) termasuk kedalam tipe buah sederhana
(Simple fruits) dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah
tipe ini mungkin mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior.
Kebanyakan angiosperm mempunyai buah sederhana. Kacang tanah termasuk
juga ke dalam kategori buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp)
menjadi kering dan sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits)  ini, kacang tanah terdapat pada
buah merekah (indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang garis
perekahan pada polong (seed pod) sewaktu buah menjadi masak. Polong ini
biasanya berisi biji lebih dari satu. Kacang tanah ini temasuk buah merekah pada
golongan legume yaitu buah yang terdiri atas satu carpel, satu dinding ovary, dan
berasal dari pistil sederhana. See poods legume ini merekah sepanjang dua sisi,
sewaktu masak.
 Jagung (Zea mays)

Jagung (Zea mays) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple fruits)
dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini mungkin
mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior. Kebanyakan
angiosperm mempunyai buah sederhana. Jagung termasuk juga ke dalam kategori
buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi kering dan
sering menjadi keras sewaktu masak.

Dalam kategori buah kering (dry fruits)  ini, jagung terdapat pada buah
tidak merekah (indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang
sisinya sewaktu masak, biasanya berisikan satu atau beberapa biji. Jagung ini
temasuk buah tidak merekah pada golongan Caryopses atau grain yaitu buah
berbiji satu (sama dengan achene), tetapi kulit biji (seedcoat) bergabung menjadi
satu dengan pericarp (mature ovary wall).
 Kedelai (Glycine max)
Kedelai (Glycine max) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple
fruits) dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini
mungkin mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior.
Kebanyakan angiosperm mempunyai buah sederhana. Kedelai termasuk juga ke
dalam kategori buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi
kering dan sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits)  ini, kedelai terdapat pada buah merekah
(indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang garis perekahan
pada polong (seed pod) sewaktu buah menjadi masak. Polong ini biasanya berisi
biji lebih dari satu. Kacang tanah ini temasuk buah merekah pada
golongan legume yaitu buah yang terdiri atas satu carpel, satu dinding ovary, dan
berasal dari pistil sederhana. See poods legume ini merekah sepanjang dua sisi,
sewaktu masak.
 Padi (Oryzae sativa)
Padi (Oryzae sativa) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple fruits)
dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini mungkin
mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior. Kebanyakan
angiosperm mempunyai buah sederhana. Padi termasuk juga ke dalam kategori
buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi kering dan
sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits)  ini, padi terdapat pada buah tidak
merekah (indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang sisinya
sewaktu masak, biasanya berisikan satu atau beberapa biji. Jagung ini temasuk
buah tidak merekah pada golongan Caryopses atau grain yaitu buah berbiji satu
(sama dengan achene), tetapi kulit biji (seedcoat) bergabung menjadi satu dengan
pericarp (mature ovary wall).

4.2.2 Tipe Perkecambahan

Perkecambahan adalah dimana suatu tumbuhan melakukan reproduksi


atau memperoleh keturunan melalui benih atau biji. Sebelum tanaman menjadi
kecambah, ada beberapa perlakuan yang diberikan. Misalnya seperti pada
percobaan I, dengan merendam biji tanaman kedalam air. Dalam hal ini, hal yang
diamati sendiri yaitu perubahan pada proses fisika yang terjadi. Perubahan fisika
yang terjadi yaitu biji yang menyerap air. Adapun proses kimia yang terjadi pada
biji tanaman yaitu, dengan pecahnya testa. Serta beberapa perubahan yang terjadi
menyebabkan biji tersebut penjadi kecambah.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa biji jagung dan biji kedelai
memiliki perbedaan secara morfologis, terutama dalam bentuk setelah
berkecambah. Jagung merupakan salah satu tanaman yang masuk dalam jenis
tumbuhan berkeping biji satu (monocotyledonae) sedangkan kedelai termasuk
jenis tumbuhan berkeping biji 2 (dicotyledonae).

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa biji jagung hanya memiliki satu keping
biji dan biji kedelai memiliki dua keping biji. Hal ini sesuai dengan teori yang
telah dijelaskan sebelumnya.

Biji jagung yang belum berkecambah memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

a.    Seed coat (kulit biji)

b.    Endosperm (cadangan makanan)

c.    Cotyledons (keping biji)

d.   Epicotyl (epikotil)

e.    Coleoptil (koleoptil)

f.     Hypocotyl (hipokotil)

g.    Radicle (calon akar)

Sedangkan bagian-bagian biji kedelai yang belum berkecambah, yaitu :

a.    Kulit biji

b.    Endosperm (cadangan makanan)

c.    Cotyledon (keping biji)

d.   Plumula (calon daun)

e.    Radicula (calon akar)

Untuk biji yang telah berkecambah, antara biji jagung dan biji kedelai juga
memiliki perbedaan yang signifikan. Terutama pada posisi jaringan penyimpan
cadangan makanan setelah biji berkecambah.
Berdasarkan posisi akhir jaringan penyimpanan cadangan makanan,
perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu perkecambahan epigeal
dan hipogeal. Pada tipe epigeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan
cadangan makanan akan terangkat dan muncul di atas permukaan media tanam.
Pada tipe hipogeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan cadangan
makanan tetap berada di bawah permukaan media tanam.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perkecambahan epigeal


terjadi pada kedelai yang merupakan tanaman dikotil. Sedangkan perkecambahan
hipogeal terjadi pada jagung yang merupakan tanaman monokotil. Pada kecambah
jagung, posisi jaringan penyimpan makananya terletak di bawah tanah karena
pada tanaman monokotil cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna
setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah menyerap air.

Sedangkan pada kecambah kedelai posisi jaringan makananya terletak di


atas tanah karena cadangan makanan yang terdapat dalam kotileodon atau
perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak, jadi
setelah berkecambah jaringan penyimpan makananya akan terangkat ke atas
permukaan tanah karena sudah tidak dibutuhkan lagi dalam proses
perkecambahan.

Gambar posisi jaringan penyimpan makanan setelah berkecambah, tipe


perkecambahan hipogeal dan epigeal serta bagian-bagian dari kecambah jagung
dan kedelai dapat dilihat pada lampiran hasil pengamatan.

Metabolisme Perkecambahan

 Tahap Pertama : dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,


melunaknya kulit benih dan hidrasi protoplasma.
 Tahap kedua : dimulai dengan kegiatan enzim dan sel serta naiknya tingkat
respirasi benih.
 Tahap ketiga : terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi bentuk-bentuk yang terlarut dan di translokasikan ke titik
tumbuh.
 Tahap keempat : asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di
daerah meristematik untuk menghasilkan energy bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
 Tahap kelima : pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.(Sutopo, 2002)

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

a. Factor Dalam

1. Persediaan makanan dalam biji

Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah member makanan


kepada embrio maupun tanaman yang masih mudad sebelum tanaman tersebut
mampu memproduksi zat makanan sendiri. (Ashari, 1995)

2. Horrmon

Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang sehingga


sifatnya menjadi elastic. Elastisitas dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat
permeable sehingga mempermudah imbibisi. (Ashari, 1995)

3. Ukuran dan kekerasan biji

Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk
ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat. (Ashari, 1995)

4. Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan


istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dormansi yang berbeda-beda.
(Gardner, 1991)

b. Faktor Luar

1. Air
Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan makanan, sarana
transportasi serta bersama hormone mengatur elurgansi (pemanjangan) dan
pengembangan sel.

2. Temperature

Benih dapat berkecambah pada temperature optimum yaitu 80oF sampai


95oF (20,5o C sampai 35o C).

3. Oksigen

Proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan menigkatnya


pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energy yang berupa
panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih. Benih yang
dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya ataupun gelap akan
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.

4. Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat


fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari
pengganggu terutama cendawan. (Sutopo, 2002)

Proses Difusi Osmosis pada Perkecambahan

Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biasanya
berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40-60&% dan akan
meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan
kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70-90%. Kira-kira
80% dari protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang
disebut badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria,
protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol. (Soetopo, 2002)

4.2.3 Daya Kecambah


 Daya kecambah (Viabilitas) benih
Benih yang sudah dibungkus dengan menggunakan kertas stensil dan
dimasukkan kedalam exicator tersebut mampu melakukan perkecambahan dengan
baik dan normal,pada saat pengamatan dilakukan, benih sudah mulai
berkecambah serta plumule dan radikal nya sudah kelihatan,hal ini dikarenakan
kelembaban yang terjaga serta kertas stensil yang dapat menyimpan air selalu
memberi cadangan air ketika benih tersebut mulai kekurangan air.
 Kekuatan  (Vigor) Benih
    Pada sample kita lihat benih mati dan berjamur,hal ini dikarenakan tidak
meratanya penyiraman dan ketersediaan air pada benih tersebut, oleh karena itulah
benih tersebut nihBerjamur dan pada akhir nya mati.
 Uji Laju Pertumbuhan Kecambah
          Benih yang berkecambah menghasilkan plumule dan radikal yang berbeda-
beda, dan benih yang memiliki radikal dan plumule yang panjang dikatakan
sebagai benih yang mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi,dan pada table
kita dapat melihat bahwa tidak semua benih memiliki radikal dan plumule yang
panjang, artinya benih yang memiliki radiks dan plumule yang kurang panjang
tersebut dikatakan sebagai benih yang kurang mempunyai kekuatan kecambah
yang tinggi. Laju pertumbuhan kecambah dapat dipengaruhi oleh factor dalam
yaitu tingkat kemasaman benih,ukuran benih, dormansi, dan penghambat
perkecambahan,serta factor luar yaitu air,tempratur,oksigen,dan cahaya.

4.2.4 Uji Tetrazolium

Uji Tetrazolium (TZ) merupakan salah satu uji kualitas benih dengan
mengamati apakah suatu benih masih viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan
dengan cara melihat warna yang timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi
dengan garam tetrazolium. Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih, enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam uji Tetrazolium antara lain:

a.       merah cerah           : jaringan masih hidup atau benih viabel


b.      merah muda          : jaringan  atau viabilitas sudah lemah

c.       merah tua              : jaringan rusak

d.      tidak berwarna      : jaringan sudah mati  (Byrd, 1988).

Struktur benih meliputi kulit benih, embrio, radikula, kotiledon beserta


jaringan-jaringan penghubungnya. Oleh karena itu, evaluasi pola pewarnaan tidak
hanya dilakukan pada bagian luar benih saja tetapi juga dilakukan pada bagian
dalam kotiledon benih. Benih dikatakan viabel apabila ujung radikula, bagian
penghubung antara radikula dan kotiledon, bagian penghubung antara radikula
dan hilum serta bagian dalam kotiledon yang tidak membentuk spot berwarna
merah muda.

Uji tetrazolium adalah uji yang dalam pelaksanaannya menggunakan zat


indikator berupa 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium disebut juga uji
biokhemis benih. Karena dengan uji ini akan diketahui terjadinya proses
biokimiawi yang berlangsung dalam sel, khususnya dalam sel-sel embrio benih.
Uji tetrazolium juga disebut uji cepat, karena indikator pada uji ini adalah pola-
pola pewarnaan pada embrio, bukan proses perkecambahan yang umumnya
memerlukan waktu yang lebih lama dalam menentukanfinal count. 

Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam


jaringan-jaringan sel hidup zat ini ikut serta dalam proses reduksi.  Dengan proses
hidrogenasi dari 2, 3, 5, triphenyl tetrazolium chloride atau bromida, dalam sel-sel
yang hidup terbentuklah triphenyl formazan yang berwarna merah, stabil dan
bersifat tidak difus.  Dan memungkinkan untuk dapat membedakan bagian sel
yang hidup yang berwarna merah dari bagian sel mati yang tidak berwarna.  Dari
posisi dan ukuran daerah yang berwarna dan tidak berwarna pada embrio dan atau
endosperm dapat ditentukan apakah benih tersebut digolongkan sebagai benih
viabel atau non viabel.

Uji tetrazolium merupakan salah satu pengujian viabilitas benih secara


cepat dan tidak langsung. Hal ini dikarenakan, uji tersebut dapat dilakukan tanpa
mengecambahkan benih terlebih dahulu, tetapi dengan menggunakan zat kimia 2,
3, 5 Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium). Metode tidak langsung
didasarkan pada proses metabolisme benih serta kondisi fisik yang merupakan
indikasi tidak langsung.

Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih


dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih dengan viabilitas tinggi tentunya
memiliki daya vigor benih yang kuat, karena didukung oleh komponen cadangan
makanan dalam biji yang cukup untuk menopang pertumbuhan awal dari biji
sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk dapat mengetahui hal –
hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya harus dilakukan dengan
sebuah penelitian.

Uji Tetrazolium merupakan salah satu uji kualitas benih dengan


mengamati apakah suatu benih masih viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan
dengan cara melihat warna yang timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi
dengan garam tetrazolium. Prinsip metode Tetrazolium  adalah bahwa setiap sel
hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium
dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih, enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam uji Tetrazolium antara
lain merah cerah : jaringan masih hidup atau benih viabel, merah muda : jaringan 
atau viabilitas sudah lemah, merah tua : jaringan rusak dan tidak berwarna :
jaringan sudah mati.  

Hasil dari pengujian tetrazolium adalah jaringan hidup menunjukkan


adanya kontaminasi warna merah pada biji dan jaringan yang mati ditunjukkan
dengan tidak adanya kontaminasi warna merah. Pengujian tetrazolium
menunjukkan persentase kemampuan biji untuk dapat hidup. Berdasarkan keadaan
internal dari biji, pengujian germinasi, yang dikombinasikan dengan peforma dari
kualitas biji, ditunjukkan dengan kemampuan fisiologikal untuk tumbuh dalam
perkecambahan yang normal.

4.2.5 Kadar Air Benih


Kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan yang kemudian
hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan
dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah
banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui
kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat
selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.

Pengujian kadar air ini menggunakan metode dengan menggunakan alat


yang disebut Balance Moisture tester.Dengan cara mengambil contoh benih padi
secukupnya kemudian memasukkan dalam silinder tempat benih pada seed
moisture tester. Mengencangkan penutup untuk menutup silinder wadah benih,
penutupan harus memperhatikan dan menjaga agar benih tidak sampai
pecah. Selanjutnya menghidupkan seed moisture tester, lalu menghitung
persentase kadar benihnya.Pada metode ini menggunakan benih padi. Hasilnya
bisa dilihat langsung, kadar air yang terkandung dalam biji padi tersebut sebesar 5
%. Hal ini menunjukkan keakuratan hasil perhitungan kadar air dengan metode
praktis atau menggunakan alat.

Manfaat dari pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui seberapa
besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian
ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat
perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum
perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang
ada di dalam benih tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat


pembuahan, tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan
menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu
dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya
penyatuan, yaitu inti sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur
menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang
lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan
membelah-belah menghasilkan jaringan endosperm.

Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam


biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada
perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar.  Tujuan dari
melakukan uji daya kecambah benih adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai
setipa contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih

Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut
untuk berkecambah dengan seragam, cepat dan menghasilkan  bibi normal dari
berbagai kondisi lingkungan dilapangan. Sebagai hasil penelitian yang dilakukan
dengan seksama, dapat diketahui bahwa terddapat hubungan yang demikian erat
antara kecepatan perkecambahannya benih yang vigor.

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah
oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan
formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih.
Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan
tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang
selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut

5.2 Saran

Sebaiknya ketersediaan benih yang ada di laboratorium ditingkatkan


lagi,serta di tambah lagi jenis benih yang akan dipraktikumkan, ada baiknya
apabila mahasiswa melakukan praktikum pada benih yang masih jarang dikenal
dan dibudidayakan oleh para petani maupun pakar nya,karena benih padi,jagung
dan kedelai sudah sangat sering dilihat oleh tiap mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai