PENDAHULUAN
Para petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda
telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan
sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun
segi kuantitas. Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu
pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi,
kacang – kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan termasuk benih – benih
untuk tanaman pardagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan
beberapa jenis tanaman lainnya.
Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka (petani) simpan
dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat
dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini dilakukan selama berabad
– abad lamanya oleh petani kita zaman dahulu. Pemerintah hindia belanda yang
sangat berkepentingan untuk memeras usaha keringat para petani Indonesia sejak
tahun 1920-an telah mulai menaruh perhatian terhadap masalah pembenihan ini,
seiring dengan meningkatnya perbaikan cara-cara bercocok tanam. Sesudah tahun
1930-an kegiatan pengadaan benih ini ditingkatkan lagi dengan pembangunan
balai benih.
Setelah Negara Indonesia merdeka, usaha-usaha untuk meningkatkan teknologi
pertanian selalu dilakukan, terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup
petani dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu
merupakan sasaran utama.
Pada tahun 1952, Indonesia diterima menjadi anggota FAO atau Food and
Agriculture Organization, dan sejak itu mulai dilaksanakan suatu pola produksi
dan penyebaran benih yang lebih terarah. Dalam hal produksi benih padi
misalnya, telah dilakukan penggolongan seperti benih dasar, benih pokok dan
benih sebar. Khusus mengenai pengadaan benih padi unggul, dengan dibangunnya
balai benih Sang Hyang Seri di sukamandi (Jawa Barat) sangat membantu dinas
pertanian dan para petani untuk mendapatkan benih – benih unggul.
Benih disni adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman.
Sehingga masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi.
Agronomi sendiri diartikan sebagain suatu gugus ilmu pertanian yang
mempelajari pengelolaan lapang produksi dengan segenap unsur alam (iklim,
tanah, air), tanaman, hewan, dan manusia untuk mencapai produksi tanaman
secara maksimal. Berarti benih yang baik disini merupakan salah satu sarana
untuk mendapatkan produksi yang setinggi-tingginya.
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses
seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih
siap dipanen apabila telah masak.
Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase
pembuahan,fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan
dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-
pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan
ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase
pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban
udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak
akan banyak mengalami perubahan. Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan
untuk menilai tingkat kemasakan benih adalah warna, bau, kekerasan kulit,
rontoknya buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya.
Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila
zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang
umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk
pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah
(benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-
jenis pohon yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang
jelas. Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara;
pengumpulan langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah
masak. Buah itu langsung diambil dan dikumpulkan dari pohon-pohon yang
masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang pertama adalah
cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Menjelang benih-benih
jatuh, tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih
dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pengumpulannya. Cara yang
umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah besar dari tegakan benih
adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang dapat
dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.Cara pengumpulan benih dengan cara
memotong cabang-cabang yang berbuah atau memotong tangkai pohonnya adalah
cara yang tidak dianjurkan, karena akan mengganggu kelestarian produksi benih
itu sendiri.
Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam
tempat yang telah disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan
tentang nama jenis, tempat dan tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan
jumlahnya. Penanganan selanjutnya adalah pengangkutan, ekstraksi, pembersihan
dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.
Mutan benih telah menjadi sumber informasi yang penting tentang fase
pematangan baik dalam spesies monokotil dan dikotil. Di sereal, karena
pentingnya endosperm (dunia pertama tanaman), mutan benih telah banyak
berusaha atas dasar modifikasi dalam organ ini. Sementara ini telah menghasilkan
identifikasi mutasi penting yang mempengaruhi output pematangan, banyak
mutan embrio tetap diabaikan. Dalam spesies dikotil, misalnya Arabidopsis,
sejumlah besar benih mutan perkembangan menampilkan fenotipe diubah pada
fitur pematangan, tapi banyak dari mereka tidak spesifik untuk fase ini.
Sebaliknya, mereka diubah kegiatan basal diperlukan untuk perkembangan embrio
normal dengan Efek berikutnya ke fase pematangan (Carbajosa dan Pilar 2005).
Perlakuan dengan skarifikasi memberikan efek sedikit kurang baik sebab
pada benih yang dilukai umumnya memiliki kecacatan tersendiri selama
pertumbuhannya. Kecacatan ini dapat berupa calon bakal daun yang tidak utuh
karena pelukaan benih terlalu dalam, ataupun efeknya setelah benih dilukai seperti
bakal daun sedikit keriting, kerdil, akar tidak tumbuh sempurna, berjamur bahkan
menjadi busuk. Hal ini dapat terjadi mungkin karena pada benih yang dilukai,
terdapat celah yang mana larutan kimia dapat langsung menuju endosperm benih.
Pertumbuhan plumula pada kecambah normal relatif sempurna dengan daun
berwarna hijau yang tumbuh baik di dalam maupun muncul dari koleoptil, atau
pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal. Untuk
kecambah monokotil memiliki satu kotiledon dan dua kotiledon pada dikotil
(Widhityarini et al. 2010).
Ciri-Ciri Monokotil dan Dikotil. Pada tumbuhan kelas / tingkat tinggi
dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji
keping satu atau yang disebut dengan monokotil / monocotyledonae dan
tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil /
dicotyledonae. Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya dapat ditemukan
pada tumbuhan subdivisi angiospermae karena memiliki bunga yang
sesungguhnya (Anonim 2012).
Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut
untuk berkecambah dengan seragam, cepat dan menghasilkan bibi normal dari
berbagai kondisi lingkungan dilapangan. Sebagai hasil penelitian yang dilakukan
dengan seksama, dapat diketahui bahwa terddapat hubungan yang demikian erat
antara kecepatan perkecambahannya benih yang vigor. Ternyata dari adanya
kenyataan bahwa benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang
dihasilkannya akan lebih tahan terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang
menguntungkan (Kartasapoetra, 2003).
Dengan demikian jelas bahwa keccepatan berkecambahnya benih
merupakan aspekk penting dari vigor tanamannya, serta memberi indeks vigor
dari setiap kelompok benih. Karena itu perlu pula melakukan pengujian tentang
kakuatan kecambah benih tersebut. Pada hakikatnya vigor benih harus relevan
dengan tingkat produksi yang berarti bahwa dari benih yang memiliki vigor tinggi
akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Pada pengujian, untuk memudahkan penilaian, maka kelompok benih yang dinilai
terlebih dahulu digolongkan atas kecambah normal, abnormal dan mati.
Kemudian dari kecambah normal digolongkan lagi atas kecambah normal yang
kuat tumbuhnya (vigor) dan kecambah normal yang kurang kuat tumbuhnya (less
vigor). Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan
kecambah lainya dari satu substrat (S. Sadjad Dkk Dalam Soetopo)
• Index Value Test
Index value test merupakan suuatu cara pengujian untuk mengetahui
kekuatan suatu benih, jika benih semakin banyak berkecambah pada waktu yang
lebih singkat maka semakin besar vigor benih tersebut.
Metode pelaksanaan pengujian dengan IVT sama dengan pengujian SGT hanya
saja pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke 7 dengan perhitungan pada
hari ketiga atau hari ke empat sebagain penilaian atau perhitungan pertama. Dan
apabila menurut penilaian atau perhitungan pertama tersebut ternyata benih yang
berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% dari keseluruhan benih yang
disemikan dalam rangka pengujian, kecepatan berkecambahnya benih tersebut
adalah tinggi (Kartasapoetra, 2003).
2.4. Uji Tetrazolium
Uji Tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan
bersifat tidak langsung (Quick Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5
Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh
benih. Dalam jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi
secara enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah cerah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40
derajat celcius dan dalam larutan dengan pH 7.
Dasar pertimbangan uji tetrazolium:
1. Keterbatasan waktu
2. Benih bersifat dorman
3. Kepentingan riset
Kriteria pewarnaan:
1. Merah cerah : jaringan masih hidup
2. Merah jambu : jaringan sudah lemah
3. Merah tua : jaringan rusak
4. Tidak berwarna : jaringan sudah mati
Prinsip Metode TTZ
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah
oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan
formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang
mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan
respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat
tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang
mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi,
sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif,
bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau mikroba
lainnya dan bersifat merusak.
Benih berukuran besar atau benih berkulit keras harus digiling atau
dipotong lebih kecil sebelum penimbangan dan pengeringan. Kalau tidak, kulit
benih akan menahan penguapan air dari benih. Air akan tetap berada di dalam
benih setelah pengeringan sehingga kadar air benih hasil pengujian menjadi
terlalu rendah. Berat contoh kerja setelah digiling atau dipotong sekurang-
kurangnya per ulangan 5 - 10 gram (Darori 2007).
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui
baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui
bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih
selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen
yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu
pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih. (Amira 2010).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur
benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih
antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat
meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14
% akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih
(Hong dan Ellis 2005).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap
kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar
berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2006) .
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan
benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh
jenis air yang ada di dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan
dengan metode oven suhu tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan
maupun dengan menggunakan metode cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar
air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium harus kurang dari 70%. Metode
yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi yaitu metode oven suhu
tinggi konstan
130 – 133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga
benih aman diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta
tidak berkecambah sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui
sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat
pembentukan benih seitar 35-80 % dan pada saat tersebut benih belum cukup
masak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis,
laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan,
hama, dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih
dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air
dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan
pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan
air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang
kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang
bernama Steinlete Moisture Tester (Hasanah 2006).
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman. Benih siap dipanen apabila
telah masak fisiologis. Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat
kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase
pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang
ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi.
Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan
turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat
masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami
perubahan
(Prasetyo 2004).
III. BAHAN DAN PROSEDUR PRAKTIKUM
Potongan membujur
1. kulit biji
2. kulit ari
3. endosperm
4. embrio
Hari ke-5
Biji mulai mengeluarkan
radikul dan plumula
Hari ke-7
Plumula mulai membentuk
batang tanaman dan radikula
mulai membentuk akar
Hari ke-9
Batang mulai membesar dan
telah mengeluarkan daun dan
akar primer dan sekunder telah
terbentuk
Hari ke-3
Radikula mulai muncul dan
membentuk batang yang
membawa kotiledon keluar
Hari ke-5
Radikula telah membentuk akar
primer dan sekunder dan
kotiledon telah membuka yang
menghasilkan daun
Hari Ke-7
Plumula dan radikula telah
sempurna dan tanaman telah
membetuk epikotil dan hipokoti
diantara bekas kotiledon
2. Uji Vigor
FCT ( First Count Test )
Jenis benih Hari Hari Hari Hari Hari Hari Har Benih
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 i mati
ke-
7
Kedelai 0 0 0 0 15 0 3 32
Jenis Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Benih
benih ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-9 mati
Padi 0 0 0 0 5 3 1 0 0 41
1 1,9 cm 11 cm
2 1,1 cm 14,8 cm
Kedelai 11
3 1,3 cm 11,2 cm
4 1 cm 11,2 cm
108 biji 97 0 11
1
Viabilitas 89 % 0%
Jenis benih Berat basah (g) Berat kering (g) Kadar air (%)
Padi 10,36 g 9,85 g 5%
4.2 Pembahasan
Jagung (Zea mays) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple fruits)
dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini mungkin
mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior. Kebanyakan
angiosperm mempunyai buah sederhana. Jagung termasuk juga ke dalam kategori
buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi kering dan
sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits) ini, jagung terdapat pada buah
tidak merekah (indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang
sisinya sewaktu masak, biasanya berisikan satu atau beberapa biji. Jagung ini
temasuk buah tidak merekah pada golongan Caryopses atau grain yaitu buah
berbiji satu (sama dengan achene), tetapi kulit biji (seedcoat) bergabung menjadi
satu dengan pericarp (mature ovary wall).
Kedelai (Glycine max)
Kedelai (Glycine max) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple
fruits) dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini
mungkin mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior.
Kebanyakan angiosperm mempunyai buah sederhana. Kedelai termasuk juga ke
dalam kategori buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi
kering dan sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits) ini, kedelai terdapat pada buah merekah
(indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang garis perekahan
pada polong (seed pod) sewaktu buah menjadi masak. Polong ini biasanya berisi
biji lebih dari satu. Kacang tanah ini temasuk buah merekah pada
golongan legume yaitu buah yang terdiri atas satu carpel, satu dinding ovary, dan
berasal dari pistil sederhana. See poods legume ini merekah sepanjang dua sisi,
sewaktu masak.
Padi (Oryzae sativa)
Padi (Oryzae sativa) termasuk kedalam tipe buah sederhana (Simple fruits)
dimana buah yang terdiri dari satu ovary dalam satu pistil. Buah tipe ini mungkin
mempunyai biji satu atau lebih, ovary superior atau inferior. Kebanyakan
angiosperm mempunyai buah sederhana. Padi termasuk juga ke dalam kategori
buah kering yaitu buah yang seluruh kulit buah (pericarp) menjadi kering dan
sering menjadi keras sewaktu masak.
Dalam kategori buah kering (dry fruits) ini, padi terdapat pada buah tidak
merekah (indehiscent fruit). Pada buah ini terjadi perekahan sepanjang sisinya
sewaktu masak, biasanya berisikan satu atau beberapa biji. Jagung ini temasuk
buah tidak merekah pada golongan Caryopses atau grain yaitu buah berbiji satu
(sama dengan achene), tetapi kulit biji (seedcoat) bergabung menjadi satu dengan
pericarp (mature ovary wall).
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa biji jagung hanya memiliki satu keping
biji dan biji kedelai memiliki dua keping biji. Hal ini sesuai dengan teori yang
telah dijelaskan sebelumnya.
d. Epicotyl (epikotil)
e. Coleoptil (koleoptil)
f. Hypocotyl (hipokotil)
a. Kulit biji
Untuk biji yang telah berkecambah, antara biji jagung dan biji kedelai juga
memiliki perbedaan yang signifikan. Terutama pada posisi jaringan penyimpan
cadangan makanan setelah biji berkecambah.
Berdasarkan posisi akhir jaringan penyimpanan cadangan makanan,
perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu perkecambahan epigeal
dan hipogeal. Pada tipe epigeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan
cadangan makanan akan terangkat dan muncul di atas permukaan media tanam.
Pada tipe hipogeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan cadangan
makanan tetap berada di bawah permukaan media tanam.
Metabolisme Perkecambahan
a. Factor Dalam
2. Horrmon
Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk
ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat. (Ashari, 1995)
4. Dormansi
b. Faktor Luar
1. Air
Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan makanan, sarana
transportasi serta bersama hormone mengatur elurgansi (pemanjangan) dan
pengembangan sel.
2. Temperature
3. Oksigen
4. Medium
Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biasanya
berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40-60&% dan akan
meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan
kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70-90%. Kira-kira
80% dari protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang
disebut badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria,
protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol. (Soetopo, 2002)
Uji Tetrazolium (TZ) merupakan salah satu uji kualitas benih dengan
mengamati apakah suatu benih masih viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan
dengan cara melihat warna yang timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi
dengan garam tetrazolium. Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih, enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam uji Tetrazolium antara lain:
Manfaat dari pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui seberapa
besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian
ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat
perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum
perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang
ada di dalam benih tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut
untuk berkecambah dengan seragam, cepat dan menghasilkan bibi normal dari
berbagai kondisi lingkungan dilapangan. Sebagai hasil penelitian yang dilakukan
dengan seksama, dapat diketahui bahwa terddapat hubungan yang demikian erat
antara kecepatan perkecambahannya benih yang vigor.
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah
oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan
formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih.
Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan
tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang
selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut
5.2 Saran