Anda di halaman 1dari 31

Makalah

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan


Retardasi Mental

Di Susun
O
L
E
H
Kelompok 5 :

1. Niken Mile
2. Nur’ain Mooduto
3. Nur adyan Mantu
4. Nurlatifa
5. Oktaviani Dela K. Tantu
6. Rahmalia Yacob
7. Renalda Rengkung

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Gorontalo

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Retardasi Mental.

Kami menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Gorontalo, 8 Desember 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii


Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

Bab I. Pendahuluan ........................................................................................................... 4


1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
Bab II. Teori ...................................................................................................................... 5
2.1. Definisi Retardasi Mental pada Anak .................................................................. 5
2.2. Penyebab Retardasi Mental pada anak ................................................................ 5
2.3. Patofisiologi Retardasi Mental pada Anak .......................................................... 7
2.4. Klasifikasi Retardasi Mental pada Anak ............................................................. 7
2.5. Gejala Klinis Retardasi Mental pada Anak ......................................................... 10
2.6. Komplikasi Retardasi Mental pada Anak ............................................................ 13
2.7. Pemeriksaan Penunjang Retardasi Mental pada Anak ........................................ 13
2.8. Penatalaksanaan Retardasi Mental pada Anak .................................................... 14
2.9. Asuhan keperawatan pada anak dengan Retardasi Mental .................................. 15
Bab III. Penutup ................................................................................................................ 30
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 30
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian dari
anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan pemerintah, masyarakat,
dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak dengan disabilitas sama halnya dengan anak
lainnya, yaitu upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh,
dan berkembang secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh yang dapat diperoleh
melalui upaya di bidang kesehatan maupun pendidikan dan sosial (Suryani dan Badi’ah).
Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan masalah yang dialami anak, sangat
membutuhkan peran dari orang tua, keluarga, guru sekolah dan perawat. Pengasuhan
dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan
khusus. Masalah pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain tunarungu,
tunagrahita (Retardasi mental), tunanetra, tunadaksa, autisme (Praptono, 2017).
Anak dengan masalah retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif maupun
sosial. Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal
(IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau
kurang) disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif:
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sumber-sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).

B. Rumusan masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi
Mental ?

C. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui serta dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan pada anak dengan Retardasi Mental.

4
BAB II

TEORI

A. Konsep Dasar Retardasi Mental


1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal
(IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau
kurang) disertai keterbatasanketerbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif :
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan
sosial, penggunaan sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan
dankeamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).
Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan
baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial dan
praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi
mental juga dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas
intelektual, disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse
(misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008), tunagrahita (Iswari dan
Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental (Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual
(Bernstein dan Shelov, 2017).
2. Penyebab Retardasi Mental
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada
sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya saja 25%
kasus yang memiliki penyebab spesifik. Penyebab retardasi mental dibagi menjadi
beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah
lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis

5
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman,
sindrom Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
2) Keracunan metil merkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus

6
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi

3. Patofisiologi
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal,
perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom (trisomi 21
[sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne,
neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan metabolisme bawaan (fenilketonuria).
Penyebab perinatal dapat berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio
plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-
kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan degeneratif dan
demielinisasi.
Sindrom Fragile X, sindrom down, dan sindrom alkohol janin terjadi pada
sepertiga dari kasus retardasi mental. Munculnya masalah-masalah terkait, seperti
paralisis serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan
retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya ditentukan oleh
seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara mandiri dalam komunitas (yaitu
bekerja, hidup mandiri, keterampilan sosial) (Betz dan Sowden, 2009).

4. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child neurodevelopment: Application
in daily practice :
- Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai 70.
- Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai 50-55
- Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai 35-40

7
- Retardasi mental sangat berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20atau 25
- Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan
Jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental. (Solek, 2010)

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental,antara lain :

1) Kelompok retardasi mental genetic adalah keterbelakangan mental akibat


kelainan faktor keturunan yang disebabkan oleh :
a. Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut aborsi
b. Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
c. Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
d. Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen yang
disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti berikut ini :

- Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan kelopak
mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol keluar mulut, jari tangan
pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
- Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek, dahi sempit,
alat kelamin tidak berkembang normal.
- Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat kelaminnya
tidak sempurna, buah dada membesar
- Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil (mikro
cephalis)
- Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit- langit
bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu sama lain
- Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya tumor
kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna kuning.
- Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata satu
sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga disertai
kelumpuhan separuh anggota tubuh yang berlainan
2) Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari
otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya

8
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir belum
cukup umur, dan keracunan. Contoh anak yang mengalami retardasi mental
kerusakan otak, antara lain:
- Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar untuk
berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu
menuliskannya atau menyampaikan dengan kata kata.
- Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang dan
menulis namun lancar untuk berbicara.
- Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal benda
melalui perabaan dan tidak mampu menulis dan berhitung juga mampu
membedakan kiri dan kanan.
- Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi dan
menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak buta, tetapi
lambat sekali dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Retardasi mental fungsional
Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena
adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau
faktor budaya. Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional antara
lain berikut ini:
a. Faktor hereditas
- Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak juga
menjadi hiperaktif
- Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil maka anak yang
dilahirkan juga mudah tersinggung
- Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan
mental
- Ibu merokok
- Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3 tahun,
misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain- lain.
b. Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ciri- ciri
kerusakan otak minimal.
c. Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami retardasi
mental. Contoh:

9
- Menyendiri
- Agresif
- Nakal
- Hiperkinetik
- Autisme (Iswari dan Nurhastuti, 2010)

Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental Retardation


adalah:

a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka pendek


selama fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut diberikan
dalam intensitas tinggi atau rendah.
b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi sekolah.
c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur diperlukan untuk
mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan rumah atau kerja.
d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk keamanan dan
kesejahteraan.

5. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu
sindrom penyakit tertentu. Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi
mental:
1) Kelainan pada mata :
a. Katarak :
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubela prenatal
b. Bintik cherry- merah daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann- pick

10
- Penyakit Tay-sachs
c. Korioretinitis
- Lues Kongenital
- Penyakit stimegalo virus
- Rubela prenatal
d. Kornea keruh
- Lues kongenital
- Sindrom hunter
- Sindrom hurler
- Sindrom Lowe
2) Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthease
- Hiperlisinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV
dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsorpsi methionine
b. Kejang masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik Asidosis
3) Kelainan Kulit
Bintik cafe-au-lait
a. Ataksia-telengiektasia
b. Sindrom bloom
c. Neurofibromatosis
d. Tuberous selerosis
4) Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiectasia

11
- Sindrom malabsorpsi methionine
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5) Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Mucopolisakaridase
- Efusi subdural
6) Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom prader- wili
7) Distonia
a. Sindrom Hallervorden- spaz

Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :

a. Retardasi mental ringan


- Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Cara berjalan,
makan sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan anak normal.
- Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan. Mampu mempelajari
keterampilan, membaca serta mempelajari aritmatika sampai ke tingkat
kelas tiga-kelas enam dengan pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah
penyesuaian social sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
- Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan. Keterlambatan
dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu cara berbicara dan berespon
tehadap pelatihan dalam berbagai aktivitas menolong diri.
- Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan. Mampu mempelajari
komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan dan keamanan tingkat dasar serta
keterampilan manual sederhana, tidak mengalami perkembangan dalam
membaca atau aritmatika secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun
usia mental normal.
c. Retardasi mental berat

12
- Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan. Keterampilan
komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon terhadap pelatihan
mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya makan sendiri
- Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan. Mempunyai sedikit
pemahaman terhadap percakapan dan sediki merespon, mampu mengambil
manfaat dari latihan kebiasaan yang sistematik, usia mental mencapai usia
mental toddler normal.
d. Retardasi mental sangat berat
- Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan. Membutuhkan
perawatan total.
- Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan. Keterlambatan pada
semua area perkembangan, menunjukkan respon emosional dasar, mampi
berespon terhadap latihan keterampilan dalam menggunakan lengan,
tangan, dan rahang, membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia
mental bayi muda normal. (Wong, D, dkk, 2009).

6. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan antikonvulsi,
kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi usus
halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan(Betz dan Sowden, 2009).

7. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kromosom
- Pemeriksaan urin, serum atau titer virus

13
- Test diagnostik spt :EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

8. Pencegahan
- Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan
- Konseling perkawinan
- Pemeriksaan kehamilan rutin
- Nutrisi yang baik
- Persalinan oleh tenaga kesehatan
- Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
- Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat8.Program mengentaskan
kemiskinan, dll

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional dan
sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga memerlukan
perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring
terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang
meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015). Berikut ini adalah obat-
obatan yang dapat digunakan:
1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] , haloperidol
[Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda deficit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun, karena
perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang menyadari kebutuhan

14
untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan demikian, perawat mengarahkan
orang tua untuk memilih permainan dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai
beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan untuk
memperkenalkan anak kepada banyak suara, pandangan, dan sensasi yang
berbeda. Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak, mainan
yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat
bergoyang, bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak
harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan atau pusat
pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk berkunjung kerumah; dan
anak seharusnya berhubungan langsung, misalnya mendekap, memeluk,
mengayun, berbicara kepada anak dalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah),
dan menaikkan anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya. Sebagai
contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan merupakan mainan air
yang baik yang mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan untuk
mempelajari keterampilan motoric, misalnya keseimbangan, mengayun,
menendan, dan melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis
kancing yang berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan
berpakaian. Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon
dengan frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar memainkan
mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan
fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik
berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas,
motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :

15
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh
kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak sesuai
dengan standar pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan tahapan
perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif, gangguan belajar
dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau
kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis dimensi


kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan. Pengkajian terdiri dari atas
evaluasi komprehensif mengenai defisit dan kekuatan yang berhubungan dengan
keterampilan adaptif: komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan
sumber- sumber di komunitas, pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural dan bahasa,
perhatian, dan kesukaan anak.

Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat badan
yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi saat ini, status
masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid, perawatan gigi, ketajaman
pendengaran dan penglihatan, masalahmasalah nutrisi dan makan, dan masalah
ortopedik. Pengkajian fisik juga meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan
dengan diagnosis spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang
yang mengalami sindrom down.

a. Identitas
1) Nama : Identitas
2) Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
3) Jenis kelamin
4) Anak ke :

16
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan social
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang
yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran antara anak yang satu
dengan anak yang lain teralu dekat
5) Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini mungkin,
karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat
kebaikan dan kebajikan.
6) Penanggung jawab
a) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
b) Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
c) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh
kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
7) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya
mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada anak
8) Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil.
Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil
9) Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau
tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil.
Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR
mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
10) Riwayat Kelahiran

17
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu system
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke
suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu
dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal
dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen.
11) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
12) Riwayat Tumbuh Kemban
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai
hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga
menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari
penyebabnya
13) Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari
penyakitpenyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi lengkap.
b. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta
vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5-
3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu
berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi
perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur,
sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)

18
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur
siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong
kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi

19
2. Pathway

Faktor pranatal Faktor perinatal Faktor pascanata

1. Infeksi 1. Abrupsio plasenta 1. Trauma


2. Kelainan 2. Diabetes maternal 2. Infeksi
kromosom 3. Kelahiran prematur 3. Keracunan
3. Kelainan genetic 4. Lingkungan
dan kelainan
5. Metabolic
metabolic yang
diturunkan
4. Keracunan
5. gizi

Kerusakan pada fungsi otak

Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan


perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan
motoric kasar motoric halus bahasa sosial kognitif

1. Tidak mampu 1. Sulit 1. Apraksi (tidak 1. Kontak mata 1. Menunjukan


mandi/mengen berkonsentrasi mampu kurang perilaku tidak
akan 2. Bingung melakukan 2. Perilaku tidak sesuai anjuran
pakaian/makan 3. Gelisa gerakan yang sesuai usia 2. Bergantung
/ke toilet/ 4. Perilaku telah dipelajari) 3. Kurang pada orang lain
berhias secara berlebihan 2. Disleksia(gangg responsive 3. Sulit memahami
mandiri 5. Perilaku tidak uan membaca) atau tertarik komunikasi
2. Minat konsisten 3. Sulit menyusun pada orang tidak mampu
melakukan 6. Tidak mampu kalimat lain melakukan
perawatan diri melakukan 4. Sulit kemampuan
kurang keterampilan mengguanakan yang di pelajari
atau perilaku kata - kata sebelumnya
khas usia
Isolasi sosial

Defisist
perawatan Gangguan Ketidakberdayaan
diri Gangguan komunikasi 20
tumbuh verbal
kembang
3. Diagnose Keperwatan
 Deficit perawatan diri berhubungan dengan neuromuskuler ditandai dengan
tidak mampu mandi/menggunakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri.
 Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidak mampuan fisik
ditandai dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, bahasa, motoric, psikososial).
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler di
tandai dengan tidak mampu berbicara atau mendengar.
 Isolasi social berhubungan dengan keterlambatan perkembangan tidak
berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan.
 Ketidakberdayaan berhubungan dengan program perawatan yang kompleks
atau jangka panjang di tandai dengan bergantung pada orang lain.

4. Intervensi Keperawatan
No.Dx Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
D.0109 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
Tidak mampu melakukan atau intervensi selama 3 x 24
menyelesaikan perawatan diri. jam maka deiharapkan Memfasilitasi pemenuhan
dengan kriteria hasil kebutuhan perawatan diri.
Tanda mayor: membaik :
1. tampak meringis - Kemampuan mandi Tindakan
2. bersikap protektif mis, meningkat Observasi
waspada, posisi menghidari - Kemampuan - Identifikasi kebiasaan
nyeri). mengenakanan aktifitas perawatan diri
Tanda minor : pakaian meningkat sesuai usia
1. Tekanan darah meningkat - Kemampuan makan - Monitor tingkat
2. pola nafas berubah meningkat kemandirian
Penyeba : - Kemampuan ke toilet - Identifikasi kebutuhan alat
1. Agen pencegahan fisiologis (BAB/BAK) bantu kebersihan diri,
(mis, inflamasi, iskemia, meningkat berpakaian , berhias , dan
neoplasma). makan.
Terapeutik

21
2. Agen pencederahan - Sediakan lingkungan yang
kimiawi ( mis, terbakar, terapeutik (mis.suasana
bahan kimia iritan). hangat, rileks, privasi).
- Siapkan keperluan pribadi
(mis,parfum, sikat gigi, dan
sabun mandi).
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan.
- Fasilitasi kemandirian
bantu jika mampu
melakukan perawatan diri
- Jadalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan perawatan diri
secara konsisten seuai
kemampuan
D.0106 Gangguan Tumbuh kembang Setelah dilakukan Perawatan Perkembangan
Kondisi individu mengalami intervensi selama 3 x24
gangguan kemampuan jam maka diharapkan Tindakan :
bertumbuh dan berkembang dengan kriteria hasil Observasi
sesuai dengan kelompok usia. membaik: - Identifikasi tugas
Tanda Mayor : - keterampilan/perilaku perkembangan anak
1. Tidak mampu melakukan sesuai usia meningkat - Identifikasi isyarat
keterampilan atau - kemampuan perilaku dan fisiologis
perilaku khas sesuai usia ( melakukan perawatan yang ditunjukan bayi ( mis,
fisik, bahasa, motorik, diri meningkat lapar, tidak nyaman).
pisikososial). Terapeutik
2. Pertumbuhan fisik
terganggu

22
Tanda minor : - Pertahan kan sentuhan
1. Tidak mampu melakukan seminimal mungkin pada
perawatan diri sesuai usia bayi prematur
2. Afek datar - Berikan sentuhan yang
bersifat gentle dn tidak
ragu-ragu
- Minimalkan nyeri
- Pertahankan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan anak
lainnya
- Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
- Dukung anak meng
ekspresikan diri melalui
penghargaan positif atau
umpan baik atas usahanya
- Pertahankan kenyamanan
anak
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
9mis, makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai
baju).
- Bernyanyi bersma anak
lagu-lagu yang disukai

23
- Bacakan cerita atau
dongeng\dukung
partisipasi anak disekolah,
ekstrakulikuler dan
aktivitas komunitas.
Edukasi
- Jelaskan orang tua atau
pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak dan perilaku anak.
- Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong bayinya
- Anjuran orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
- Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling,
jika perlu
D.0119 Gangguan Komunikasi Verbal Setelah dilakukan Komunikasi : Defisit Bicara
Definisi: intervensi selama 3x24 jam
Penurunan, keterlambatan atau maka diharapkan Definisi:
ketiadaan kemampuan untuk komunikasi verbal Menggunakan teknik
menerima, memproses, membaik dengan kriteria komunikasi tambahan pada
mengirim,dan/atau hasil: individu dengan gangguan
menggunakan sistem simbol - Kemampuan berbicara bicara.
Penyebab : meningkat
1. Penurunan sirkulasi serebral - Kemampuan Tindakan:
2. Gangguan neuromoskuler mendengar meningkat Observasi
3. Gangguan pendengaran

24
4. Gangguan moskuloskeletal - Kesesuaian ekspresi - Monitor kecepatan,
5. Kelainan platum wajah/tubuh tekanan Kuantitas, volume
6. Hambatan meningkat Dan diksi bicara
fisik(mis,terpasang - Monitor proses kognitif,
trakheostomi,intubasi) anatomis yang fisiologis
7. Hambatan individu (mis, yang berkaitan dengan
ketakutan,kecemasan,merasa bicara (mis, memori,
malu, emosional, kurang pendengaran,dan bahasa)
privasi) - Monitor frustasi, marah,
8. Hambatan psikologis (mis, depresi, atau hal-hal yang
gangguan psikotik, mengangu biacara.
gangguan konsep diri, harga - Identifikasi perilaku
diri rendah, gangguan emosi) emosional dan fisik sebagai
9. Hambatan lingkungan (mis, bentuk komunikasi
ketidakcukupan informasi, Terapeutik
ketidakadaan orang terdekat, - Gunakan metode
ketidaksesuaian budaya, komunikasi alternatif (mis,
bahasa asing) mata berkedip, papan
komunikasi, dengan
Gejala dan tanda mayor : gambar dan huruf,isyarat
Subjektif: (tidak tersedia) tangan,dan komputer)
Objektif:
1. Tidak mampu berbicara atau
mendengar
2. Menunjukkan respon tidak
sesuai
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia

25
5. Disartria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit Memahami
Komunikasi
12. Sulit mempertahankan
komunikasi
13. Sulit mengunakan ekspresi
wajah dan tubuh
D.0121 Isolasi social Setelah dilakukan tindakan Meningkatkan kemapuan untuk
Ketidak mampuan untuk keperawatan 3x24 jam berinteraksi dengan orang lain
membina hubungan yang erat, maka keterlibatan social Observasi:
hangat, terbuka, dan meningkat dengan kriteria - Identifikasi kemampuan
interdependen dengan orang lain. hasil: melakukakn interaksi
penyebab: - Minat interaksi dengan orang lain
1. Keterlambatan membaik - Identifikasi hambatan
perkembangan - Verbalisasi social melakukan interaksi dengan
2. Ketidakmampuan menjalali - Verbalisasi orang lain
hubungan yang memuaskan ketidakamanan di Terapeutik
3. Ketidaksesuaian minat tempat umum membaik - Motivasi meningkatkan
dengan tahap perkembangan - Perilaku menarik diri keterlibatan dalam suatu
4. Ketidaksesuaian nilai-nilai membaik. hubungan
dengan norma - Motivasi kesabaran dalam
5. Ketidaksesuaian perilaku mengembangkan suatu
sosial dengan norma hubungan
6. Perubahan penampilan fisik - Motivasi berpartisipasi
7. Perubahan status mental dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
Gejala dan Tanda mayor:
Subjektif:

26
1. Merasa ingin sendiri - Motivasi berinteraksi dalam
2. Merasa tidak aman di tempat aktivitas baru dan kegiatan
umum kelompok
Objektif - Diskusikan kekuatan dan
1. Menarik diri keterbatasan dalam
2. Tidak berminiat/menolak berkomunikasi dengan
berinteraksi dengan orang orang lain
lain atau lingkuangn - Berikan umpan balik pasitif
dalam perawatan diri
- Berikan umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
- Anjurkan ikut serta dalam
kegiatan sosoal dan
kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang
lain
- Anjurkan meningkatkan
kejujuran diri daj
menghormati hak orang lain
- Anjurkan pengguanaan alat
bantu (mis. Kacamata, dan
alat bantu dengar)
- Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil unutk kegiatan khusus

27
- Latihan bermain peran
untuk meningkatkan
ketermpilan komunikasi
- Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
D.0092 Ketidakberdayaan Setelah dilakukan Meningkatkan kepercayaan
Definisi : intervensi selama 3x24 pada kemampuan untuk
Persepsi bahwa tindakan jam maka diharapkan memulai dan mempertahankan
seseorang tidak akan dengan criteria hasil tindakan.
mempengaruhi hasil secara membaik :
signifikan. Persepsi kurang Observasi :
control pada situasi saat ini atau - Pernyataan mampu - Identifikasi harapan
yang akan dating. melaksanakan pasien dan keluarga dalam
aktivitas membaik pencapaian hidup.
Penyebab : - Pernyataan frustasi Terapeutik :
1. Program membaik - Sadarkan bahwa kondisi
perawatan/pengobatan - Ketergantungan pada yang di alami memiliki
yang kompleks atau orang lain membaik nilai penting
jangka panjang. (klien sudah tidak lagi - Pandu mengingat kembali
2. Lingkungan tidak bergantung pada kenangan yang
mendukung orang lain) menyenangkan
perawatan/pengobatan - Libatkan pasien secara
3. Interaksi interpersonal aktif dalam perawatan
tidak memuaskan. - Kembangkan rencana
perawatan yang
Gejala dan tanda mayor melibatkan tingkat
Subjektif : pencapaian tujuan
- Menyatakan frustasi atau sederhana sampai dengan
tidak mampu kompleks
melaksanakan aktivitas - Berikan kesempatan
sebelumnya. kepada pasien dan
Objektif : keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok

28
- Bergantung pada orang - Ciptakan lingkungan yang
lain. memudahkan
mempraktikkan
Gejala tanda minor kebutuhan spiritual
Subjektif : Edukasi :
- Merasa di asingkan - Anjurkan mengungkapkan
- Menyatakan keraguan perasaan terhadap kondisi
tentang kinerja peran dengan realistis
- Menyatakan kurang - Anjurkan
control mempertahankan
- Menyatakan rasa malu hubungan (mis.
- Merasakan tertekan Menyebutkan nama orang
(depresi) yang di cintai)
Objektif : - Anjurkan
- Tidak berpartisipasi mempertahankan
dalam perawatan hubungan terapeutik
- Pengasingan dengan orang lain
- Latih menyusun tujuan
yang sesuai dengan
harapan
- Latih cara
mengembangkan spiritual
diri
- Latih cara mengenang dan
menikmati masalalu (mis.
Prestasi,pengalaman)

29
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan baik
dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial dan praktis
sehari-hari) sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga
dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse (misal, moron, idiot,
kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008), tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010),
keterbelakangan mental (Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan
Shelov, 2017).

30
Daftar Pustaka

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2142/3/KTI%20BAB%201-5.pdf di akses pada 7 desember


pukul 19.00

https://docplayer.info/72315167-Asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-gangguan-
retardasi-mental.html di akses pada 8 desember 2020 pada pukul 10.35

PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta

PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta

PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai