Anda di halaman 1dari 254

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN POSTPARTUM

BLUES

Devi Endah Saraswati


Prodi D III Kebidanan
STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Abstract: Childbirth is a happy moment, but there are some cases can be frightening,
this is because women who give birth often experience feelings of sadness and fear
that affects the emotional and sensitivity of the mother, known as postpartum blues.
The purpose of this study is to know the factors - factors that affect the incidence of
postpartum blues.
The research design was cross sectional. The study was conducted at BPM “D” in
Campurejo Village, Bojonegoro District and BPM “S” in Sukorejo Village,
Bojonegoro District from January to February 2018 to 30 postpartum mothers. The
study instrument used an EDPS (Edinburgh Postnatal Depression Scale)
questionnaire. Data processing using Chi Square test. The results showed that the
factors affecting the phenotype of postpartum blues include p value = 0,04, education
with p value = 0,049, obstetric status with p value = 0,011.
Factors affecting postpartum blues events include age, education, occupation, and
obstetric status.
Keywords: Factors, Postpartum blues, Edinburgh Postnatal Depression Scale

Abstrak:Melahirkan adalah momen yang membahagiakan, tetapi ada beberapa kasus


dapat menjadi menakutkan, hal ini disebabkan wanita yang melahirkan sering
mengalami perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan
sensitifitas ibu yang dikenal dengan istilah postpartumblues. Tujuan dari penelitian ini
adalah unuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
postpartum blues.
Desain penelitian menggunakan cross sectional. Penelitian dilakukan di BPM “D” di
Desa Campurejo, Kecamatan Bojonegoro dan BPM “S” di Desa Sukorejo, Kecamatan
Bojonegoro pada bulan Januari – Februari 2018 kepada 30 ibu nifas. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner EDPS (Edinburgh Postnatal Depression Scale).
Pengolahan datamenggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor – fakrot yang berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues meliputi umur
sengan nilai p value = 0,04, pendidikan dengan nilai p value = 0,049, status obstetrik
dengan nilai p value = 0,011.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian postpartum blues meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, dan status obstetrik.

Kata Kunci : Faktor, Postpartum blues, Edinburgh Postnatal Depression Scale

PENDAHULUAN reproduksi. Berbagai upaya telah


Prioritas pembangunan kesehatan di dilakukan oleh pemerintah untuk
Indonesia adalah perbaikan kesehatan mencapai derajat kesehatan ibu dan bayi
ibu dan bayi, salah satu faktor kesehatan yang optimum seperti yang dicanangkan
ibu tersebut dapat dilihat dari kesehatan dalam paradigma sehat 2013 yaitu

130
131 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 130-139

mengutamakan kegiatan promotif dan pasca bersalin dan 75% diantaranya


preventif yang mendukung upaya kuratif terjadi pada ibu primigravida. Namun
dan rehabilitatif (Depkes, 2005). hasil penelitian yang dilakukan di DKI
Sebagian besar kaum wanita Jakarta oleh dr. Irawati Sp.Kj
menganggap bahwa kehamilan adalah menunjukkan 25% dari 580 ibu yang
peristiwa kodrati yang harus dilalui menjadi respondennya mengalami
tetapi sebagian wanita menganggap sindroma ini. Dan dari beberapa
sebagai peristiwa khusus yang sangat penelitian yang telah dilakukan di
menentukan kehidupan selanjutnya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya,
(Iskandar, 2007). Melahirkan adalah ditemukan bahwa angka kejadiannya 11-
sebuah karunia terbesar bagi wanita dan 30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit
momen yang sangat membahagiakan, dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja
tapi ada beberapa kasus dapat menjadi (Sylvia, 2006).
momen yang menakutkan, hal ini Periode kehamilan dan melahirkan
disebabkan pada wanita yang merupakan periode kehidupan yang
melahirkan sering mengalami perasaan penuh dengan potensi stres. Seorang
sedih dan takut sehingga mempengaruhi wanita dalam periode kehamilan dan
emosional dan sensitifitas ibu yang periode melahirkan (Postpartum)
dikenal dengan istilah postpartumblues cenderung mengalami stres yang cukup
(Rahmawati, 2009). Postpartum blues besarkarena keterbatasan kondisi fisik
merupakan kesedihan atau kemurungan yang membuatnya harus membatasi
setelah melahirkan, biasanya hanya aktivitas. Secara psikologis seorang ibu
muncul sementara waktu, yakni sekitar postpartum akan melalui proses adaptasi
dua hari hingga dua minggu sejak psikologi semasa post partum (Sarwono,
kelahiran bayi (Dahro, 2012). 2005).
Secara global diperkirakan 20% Beberapa dugaan postpartum blues
wanita melahirkan menderita disebabkan oleh beberapa faktor dari
postpartum blues. Diperkirakan 50 -70% dalam dan luar individu. Salah satu
ibu melahirkan menunjukkan gejala- faktor penyebab dari dalam individu
gejala awal kemunculan postpartum adalah adanya perubahan hormonal
blues. Di Asia angka kejadian (Gondo, 2012). Selama kehamilan,
postpartum blues cukup tinggi dan kadar estrogen dan progesteron
sangat bervariasi antara 26-85% (Fatma, meningkat akibat dari plasenta yang
2012). Angka kejadian postpartum blues memproduksi hormon tersebut. Akibat
di luar negeri mencapai 26-85%, suatu dari kelahiran plasenta saat persalinan,
penelitian di Negara yang pernah di kadar estrogen dan progesteron menurun
lakukan seperti di Swedia, Australia, tajam mencapai kadar sebelum
Italia dan Indononesia dengan kehamilan dimulai pada hari ke-5
menggunakan EDPS (Edinburg postpartum. Selain perubahan hormonal,
Postnatal DepressiobScale) tahun 1993 jenis persalinan merupakan salah satu
menunjukkan 73% wanita mengalami faktor penyebab dari luar individu
postpartum blues (Munawaroh, 2008). terhadap terjadinya postpartum blues.
Menurut Santoso (2009) 50% ibu-ibu di Penelitian dari Dirksen dan Andriansen
Indonesia menderita syndrome baby (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni,
blues setelah melahirkan anaknya, 2011) menunjukkan bahwa beberapa
sementara itu menurut Journal medika teknologi medis (penggunaan alat-alat
tahun 2009 di Indonesia saat ini terdapat obstetric seperti caesarea, episiotomi)
hampir 80% ibu mengalami depresi
Saraswati; Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues 132

dalam pertolongan melahirkan dapat melakukan penelitian terhadap kasus


memicu postpartum blues. tersebut. Menurut Ade (2011) di
Postpartum blues juga dapat Indonesia angka kejadian postpartum
disebabkan oleh faktorfisik yang blues antara 50-70% dari wanita pasca
disebabkan karena kelelahan fisik dalam persalinan. Secara tidak kita sadari
aktivitas mengasuh bayi, menyusui, ternyata gangguan ini mulai
memandikan, mengganti popok, dan menunjukkan presentase yang cukup
faktor sosial meliputi sosial ekonomi, besar, penelitian yang dilakukan pun
tingkat pendidikan, status perkawinan masih jarang, sehingga perlu dilakukan
(Nirwana, 2011). Postpartum blues penelitian-penelitian yang berkaitan
terjadi karena kurangnya dukungan dengan post partum blues. Berdasarkan
terhadap penyesuaian yang dibutuhkan latar belakang tersebut peneliti tertarik
oleh wanita dalam menghadapi aktifitas untuk melakukan penelitian tentang
dan peran barunya sebagai ibu setelah “Faktor risiko yang berpengaruh
melahirkan (Iskandar, 2007). terhadap kejadian postpartum
blues”Tujuan dari penelitian ini adalah
Ibu postpartum blues harus ditangani untukmengetahui faktor - faktor yang
secara adekuat, karena peran ibu sangat berpengaruh terhadap kejadian
berpengaruh terhadap perkembangan postpartum blues.
anak juga dalam hubungannya dengan
peran ibu di keluarga. Untuk itu seorang METODE
ibu yang berada dalam kondisi pasca Desain penelitian menggunakan desain
melahirkan perlu mendapat dukungan observasional analitik dengan
dari orang-orang yang ada disekitarnya. pendekatan cross sectional. Penelitian
Wanita yang kurang mendapatkan Dilakukan di BPM “D” dan di BPM “N”
dukungan sosial tentunya akan lebih Kabupaten Bojonegoro pada bulan
mudah merasa dirinya tidak berharga
Januari – Februari 2018 dengan jumlah
dan kurang diperhatikan oleh suami
maupun keluarga, sehingga wanita yang responden sebanyak 30 ibu
kurang mendapat dukungan sosial pada nifas.Instrumen yang digunakan untuk
masa postpartum lebih mudah untuk untuk mengukur Postpartum Blues
mengalami depresi (Urbayatun, 2012). adalah dengan kuesioner Edinburgh
Peningkatan dukungan mental atau Postnatal Depression Scale (EPDS) dan
dukungan keluarga sangat di perlukan pedoman wawancara
dalam mengatasi gangguan psikologis mendalam.Variabel independent dalam
yang berhubungan dengan masa nifas ini penelitian ini adalah umur, pendidikan,
(Dahro, 2012). Dalam menjalankan pekerjaan, status obstetrik, jenis
peran bidan sebagai pendidik untuk persalinan, status kehamilan sedangkan
meningkatkan pengetahuan ibu tentang variable dependent dalam penelitian ini
postpartumblues dengan memberikan
adalah kejadian postpartum
informasi melalui penyuluhan-
blues.Prosedur penelitian dengan
penyuluhan agar ibu-ibu pasca
melahirkan yang mengalami gangguan meminta responden untuk mengisi
psikologis pasca melahirkan tidak jatuh kuesioner EPDS tentang perasaan yang
pada gangguan jiwa (Iskandar, 2007). dialami selam 7 hari.Pengolahan data
Di Indonesia masih belum banyak dengan menggunakan computer program
diketahui angka kejadian, mengingat SPSS for windows versi 16.0.Analisis
belum adanya lembaga terkait yang
133 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 130-139

bivariate dengan menggunakan ujiChi – bekerja sebanyak 56,7 responden


Square. (56,7%).

HASIL & PEMBAHASAN 4) Status Obstetrik


a.Hasil penelitian Tabel 4 : Karakteristik Status Obstetrik
Analisis Univariat Status Obstetrik Jumlah
1) Umur Responden n %
Tabel 1 : Karakteristik Umur Responden a. Primipara 10 33,3
Umur Jumlah b. Multipara 20 66,7
n % Total 30 100
< 20 tahun 3 10 Berdasarkan tabel diatas dapat
20-35 tahun 20 66,7 dijelaskan bahwa sebagian besar
>35 tahun 7 23,3 responden dengan status obstetrik
Total 30 100 multipara yaitu sebanyak 20 responden
Berdasarkan tabel diatas dapat (66,7%).
dijelaskan bahwa sebagian besar umur
responden adalah 20 – 35 tahun yaitu 5) Jenis Persalinan
sebanyak 20 responden (23,3%). Tabel5 : Karakteristik Jenis Persalinan
Responden
2) Pendidikan Jenis Persalinan Jumlah
Tabel 2 : Karakteristik Pendidikan n %
Responden Normal 30 100
Pendidikan Jumlah Total 30 100
n %
Berdasarkan tabel diatas dapat
a. SD 1 3,3
b. SMP 15 50 dijelaskan bawa seluruh responden
c. SMA 12 40 dengan jenis persalinan normal yaitu
d. PT 2 6,7 sebanyak 30 responden (100%).
Total 30 100
Berdasarkan tabel diatas dapat 6) Status Kehamilan
dijelaskan bahwa sebagian besar Tabel 6 : Karakteristik Status Kehamilan
pendidikan responden dengan Responden
pendidikan SMP yaitu sebanyak 15 Status Kehamilan Jumlah
responden (50,3%). n %
Direncanakan 30 100
Total 30 100
3) Pekerjaan
Tabel 3 : Karakteristik Pekerjaan Berdasarkan hasil tabulasi data diatas
Responden dapat dijelaskan bahwa seluruh
Pekerjaan Jumlah responden dengan status kehamilan
n % direncanakan yaitu sebanyak 30
Petani 2 6,7 responden (100%).
PNS 1 3,3
Swasta 2 6,7
Wiraswasta 8 26,7
7) Status Pernikahan
Tidak Bekerja 17 56,7 Tabel 7 : Karakteristik Status
Total 30 100 Pernikahan Responden
Berdasarkan tabel diatas dapat Status Pernikahan Jumlah
n %
dijelaskan bahwa sebagian besar
Sah 30 100
pekerjaan responden adalah tidak Total 30 100
Saraswati; Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues 134

Berdasarkan hasil tabulasi data diatas Postpartum Blues Total P


Pendi Iya Tidak valu
dapat dijelaskan bahwa seluruh dikan e
responden dengan status pernikahan sah n % n % n %
yaitu sebanyak 30 responden (100%). SD 1 3,3 0 0 1 3, 0,04
3 9
8) KejadianPostpartum Blues SMP 7 23,3 8 26 15 50
Tabel 8 : KejadianPostpartum Blues ,7
Kejadian Jumlah % SMA 1 3,3 11 36 12 40
,7
Iya 9 30 PT 0 0 2 6, 2 6,
Tidak 21 70 7 7
Total 30 100 Total 9 30 21 70 30 10
0
Berdasarkan hasil tabulasi data diatas
dapat dijelaskan bahwa sebagian besar Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
responden yang mengalami postpartum postpartum blues sebagian besar terjadi
blues sebanyak 21 orang (70%). pada tingkat pendidikan SMP yaitu
sebanyak 7 responden (23,3%) dengan
Analisis Bivariat nilai p value = 0,049 (<0,05) yang berati
Analisis ini menyajikan analisis data dua ada hubungan pendidikan dengan
variabel. kejadian postpartum blues.
1. Umur dengan Kejadian Postpartum
Blues 3. Pekerjaan dengan Kejadian
Tabel 8 : Hubungan Umur Postpartum Blues
denganPostpartum Blues Tahun 2018 Tabel 4.10 : Hubungan Pekerjaan
Postpartum Blues Total P dengan Postpartum Blues Tahun 2018
Umur Iya Tidak val Postpartum Blues Total P
(tahu ue Pekerjaan value
n % n % n % Iya Tidak
n)
<20 0 0 3 10 3 10 0,0 n % n % n %
4 Petani 2 6,7 0 0 2 6,7 0,15
20-35 9 30 11 36 20 66 6
,7 ,7 PNS 0 0 1 3,3 1 3,3
> 35 0 0 7 23 7 23
Swasta 1 3,3 1 3,3 2 6,7
,3 ,3
Total 9 30 21 70 30 10 Wiraswasta 1 3,3 7 23,3 8 26,7
0
Tidak 5 16, 12 40 17 56,7
Bekerja 7
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Total 9 30 21 70 30 100
postpartum blues sebagian besar terjadi
pada rentang umur 20 – 35 tahun yaitu
sebanyak 9 responden (30%) dengan Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
nilai p value = 0,04 (<0,05) yang berati postpartum blues sebagian besar terjadi
ada hubungan umur dengan kejadian pada ibu yang tidak bekerja yaitu
postpartum blues. sebanyak 5 responden (16,7%) dengan
nilai p value = 0,156 (>0,05) yang berati
2. Pendidikan dengan Kejadian tidak ada hubungan pekerjaan dengan
Postpartum Blues kejadian postpartum blues.
Tabel 9 : Hubungan Pendidikan 4. Status Obstetrik dengan Kejadian
denganPostpartum Blues Tahun 2018 Postpatum Blues
135 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 130-139

Tabel 11 : Hubungan Status Obstetrik


dengan Postpartum Blues Tahun 2018 7. Status Pernikahan dengan Kejadian
Postpartum Blues Total P Postpatum Blues
Status Iya Tidak value
Tabel 14 : Hubungan Status Pernikahan
Obstetrik n % n % n % dengan Postpartum Blues Tahun 2018
Primipara 6 20 4 13,3 10 33,3 0,011 Postpartum Blues Total
Status Iya Tidak
Multipara 3 10 17 56,7 30 66,7 Pernikahan n % n % n %
Total 9 30 21 70 30 100 Sah 9 30 21 70 30 100

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Total 9 30 21 70 30 100


postpartum blues sebagian besar terjadi
pada status obstetrik primipara yaitu
sebanyak 6 responden (20%) dengan Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
nilai p value = 0,011 (<0,05) yang berati seluruh responden dengan status
ada hubungan status obstetrik dengan pernikahan sah dan sebagian besar tidak
kejadian postpartum blues. mengalami postpartum blues yaitu
sebanyak 21 responden (70%).
5. Jenis Persalinan dengan Kejadian
Postpatum Blues
Tabel 12 : Hubungan Jenis Persalinan PEMBAHASAN
denganPostpartum Blues Tahun 2018 1. Mengindentifikasi Umur Pada
Postpartum Blues Total Kejadian Postpartum Blues
Jenis Iya Tidak Hasil penelitian didapatkan
Persalinan n % n % n % bahwa postpartum blues sebagian
Normal 9 30 21 70 30 100 besar terjadi pada rentang umur 20 –
35 tahun yaitu sebanyak 9 responden
Total 9 30 21 70 30 100 (30%) dengan nilai p value = 0,04
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa (<0,05) yang berati ada hubungan
seluruh responden dengan jenis umur dengan kejadian postpartum
persalinan normal dan sebagian besar blues
tidak mengalami postpartum blues yaitu Usia dalam persalinan dan melahirkan
sebanyak 21 responden (70%). seringkali dikaitkan dengan masalah
postpartum blues. Usia yang terlalu
6. Status Kehamilan dengan Kejadian muda untuk hamil akan memicu resiko
Postpatum Blues bagi ibu dan anak dari segi fisik dan
Tabel 13 : Hubungan Status Kehamilan psikis baik itu selama kehamilan
dengan Postpartum Blues Tahun 2018 maupun persalinan (Rusli, 2011). Faktor
Postpartum Blues Total pencetus terjadinya postpartum blues
Status Iya Tidak adalah pada usia remaja atau kurang dari
Kehamilan n % n % n % 20 tahun (Bobak, 2005). Hal ini sesuai
Direncanakan 9 30 21 70 30 100 dengan data BKKBN (2012) yang
menyatakan bahwa usia ideal wanita
Total 9 30 21 70 30 100 untuk hamil dan melahirkan adalah pada
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rentang usia 20-35 tahun.
seluruh responden dengan status Kejadianpostpartum blues sebagian
kehamilan yang direncanakan dan besarterjadi pada responden dengan
sebagian besar tidak mengalami umur 20 – 35 tahun. Penelitian ini pun
postpartum blues yaitu sebanyak 21 sejalan dengan penelitian yang
responden (70%). dilakukan Ibrahim, dkk (2012)
Saraswati; Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues 136

menunjukkan bahwa responden yang terhadap pola pikir seseorang. Pola pikir
paling banyak mengalami depresi seseorang tersebut akan mempengaruhi
sebagian besar responden dengan koping stres. Selain itu dengan
kelompok umur 25-29 tahun sebanyak pendidikan tinggi memungkinkan lebih
40,8%. Hal tersebut dikarenaka untuk banyak pengalaman dan wawasan
usia pernikahan sudah diatur oleh dibandingkan dengan seseorang dengan
BKKBN, undang – undang pernikahan, pendidikan rendah sehingga lebih dapat
dan telah banyaknya sosialisasi tentang mengelola masalah yang dihadapai dan
usia pernikahan ideal, maka sudah terhindar dari maslah – masalah
banyak ibu – ibu yang hamil dengan usia psikologis yang salah satunya
ideal yaitu 20 -35 tahuan. Berkaitan postpartum blues
dengan adanya postpartum blues pada
umur 20 – 35 tahun dimana seorang 3. Mengindentifikasi Pekerjaan Pada
wanita msih produktif baik dalam Kejadian Postpartum Blues
masalah yang berkaitan dnegan Hasil penelitian dapat dijelaskan
kebutuhan fisik dan berperan aktif daam bahwa postpartum blues sebagian besar
keluarga. Dengan adanya peran yang terjadi pada ibu yang tidak bekerja yaitu
melekat tersebut dapa memicu seorang sebanyak 5 responden (16,7%) dengan
ibu untuk mengalami postpartum blues. nilai p value = 0,156 (>0,05) yang berati
tidak ada hubungan pekerjaan dengan
2. Mengindentifikasi Pendidikan Pada kejadian postpartum blues.
Kejadian Postpartum Blues Wanita karir yang sudah matang
Hasil penelitian dapatdijelaskan khususnya, sangat sulit melepaskan
bahwa postpartum blues sebagian sikapnya yang teratur sewaktu merawat
besar terjadi pada tingkat bayi. Mereka berfikir dapat menangai,
pendidikan SMP yaitu sebanyak 7 tetapi sewaktu bayi membuatnya
responden (23,3%) dengan nilai p kerepotan dengan tangisan yang terus
value = 0,049 (<0,05) yang berati menerus, rasa lapar yang tidak teratur,
ada hubungan pendidikan dengan jadwal yang tiak jelasdan membuatnya
kejadian postpartum blues. kurang tidur, perempuan – perempuan
Pendidikan ibu yang rendah ini umumnya lebih rentan terhadap
dapat mempengaruhi postpartum blues. Ibu yang mempunyai
adanya kejadian postpartum. Pada pendidikan tinggi akanmenghadapi
ibu yang memiliki pendidikan konflik peran dan tekanan sosial antara
rendah akan cenderung mempunyai tuntutan sebagai ibu yang bekerja dan
banyak anak dan tehnik dalam sebagai ibu rumah tangga.
perawatan bayi pun kurang baik Pada hasil penelitian tidak sesuai dengan
(Machmudah, 2010). Selain itu hal teori yang diungkapkan karena pada ibu
ini juga dinyatakan oleh penelitian yang tidak bekerja dia lebih fokus
Manurung, (2011) bahwa ibu yang terhadap apa yang terjadi pada diri dan
berpendidikan SD/SMP akan bayinya, sehingga jika terdapat masalah
berpeluang mengalami postpartum maka seorang ibu tersebut lebih
bluessebesar empat kali dibanding menyalahkan dirinya sehingga lebih
ibu yang berpendidikan SLTA atau rentan terkena postpartum blues. Dan
Diploma I. dengan tidak bekerja kurangnya
Pendidikan berpengaruh secara tidak informasi dan wawasan dari teman –
langsung terhadap kejadian postpartum teman yang nantinya dapat dijadikan
blues karena pendidikan berpengaruh pengalaman dalam mengasuh anaknya.
137 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 130-139

Jenis prsalinan berhubungan dengan


4. Mengindentifikasi Status Obstetrik komplikasi yang dialami seorang ibu
Pada Kejadian Postpartum Blues dalam bersalin. Ibu yang mengalami
Hasil penelitian dapat dijelaskan persalinan dengan tindakan cenderung
bahwa postpartum blues sebagian besar akanmengalami komplikasi
terjadi pada status obstetrik primipara dibandingkan dengan ibu yang bersalin
yaitu sebanyak 6 responden (20%) secara normal. Hasil penelitian ini
dengan nilai p value = 0,011 (<0,05) sejalan dengan penelitian
yang berati ada hubungan status sebelumnyabahwa kemungkinan
obstetrik dengan kejadian postpartum terjadinya depresi postpartum terjadi
blues. pada responden yang mengalami
Pengalaman selama persalinan, rasa persalinan komplikasi sebesar 53,7%
sakit yang luar biasa saat proses dan sebesar 46,3% pada responden yang
kelahiran bisa menjadi faktor pencetus, melahirkan normal. Hasil penelitian
misalnya pada ibu yang harus di induksi yang disampaikan Ibrahim, dkk (2012)
beberapa kali, ketuban pecah sebelum sebagian besar terdapat pada jenis
mengalami proses pembukaan, persalinan patologis (caesaria) sebanyak
episiotomy yang menimbulkan rasa sakit 14 responden (46,7%), sedangkan pada
dan nyeri atau juga persalinan dengan persalinan fisiologis (normal) hanya
operasi. berjumlah 1 responden (2,2%). Hal ini
Pengalan dalam melahirkan memegang pun sesuai dengan pendapat peneliti lain
peranan yang penting dalam kejadian bahwa penyulit persalinan berhubungan
postpartum blues. Ibu yang baru dengan terjadinya postpartumblues.
melahirkan pertama kali cenderung lebih
mengalami postpartum blues 6. Mengindentifikasi Status Kehamilan
dibandingkan dengan ibu yang sudah Pada Kejadian Postpartum Blues
pernah mengalami persalinan Dari hasil penelitian dapat
sebelumnya. Ibu yang baru pertama kali dijelaskan bahwa seluruh responden
melahirkan akan melakukan adaptasi dengan status kehamilan yang
perubahan peran yang belum pernah direncanakan dan sebagian besar
dilalui sebelumnya sehingga lebih tidak mengalami postpartum blues
cenderung mengalami postpartum blues. yaitu sebanyak 21 responden (70%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Status kehamilan yang direncanakan
dilakukansebelumnya bahwa sebagian akan menjadikan ibu lebih siap dalam
besar responden yang mengalami menghadapi persalinan dan menjalankan
postpartum blues adalah primipara yaitu perannya sebagai seorang ibu. Dengan
14 responden (63,6%). Terdapat adanya kesiapan maka ibu akan lebih
hubungan antara paritas dengan kejadian bisa menerima bayi dan perubahan peran
postpartum dengan nilai p = 0,027. yang terjadi kepadanya, selain itu
dengan kehamilan yang direncanakan
5. Mengindentifikasi Jenis Persalinan akan mendukung dukungan dari
Pada Kejadian Postpartum Blues keluarga juga terkait dengan kehadiran
Hasil penelitian dapat dijelaskan bayi di tengah- tengah kehidupan
bahwa seluruh responden dengan jenis keluarga.
persalinan normal dan sebagian besar
tidak mengalami postpartum blues yaitu
sebanyak 21 responden (70%).
Saraswati; Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues 138

SIMPULAN DAN SARAN Memberikan dukungan biak secara moril


1. Simpulan maupun materiil kepada ibu sehigga ibu
a. Umur 20 – 35 tahun sebagian besar dapat melewati masa – masa adaptasi
terjadi postpartum blues, yang menjadi seorang ibu dan tidak terjadi
berati ada hubungan umur dengan postpartum blues
kejadian postpartum blues
b. Tingkat pendidikan SMP sebagian DAFTAR PUSTAKA
besar terjadi postpartum blues, Afiyanti, Y. 2002. Negotiating
yang berati ada hubungan Motherhood : The Difficulties and
pendidikan dengan kejadian Challenges of Rural First-Time
postpartum blues Mothers in Parung, West Java.
c. Ibu yang tidak bekerja sebagian Makara Kesehatan University of
besar terjadi postpartum blues Indonesia, Vol.6 No.2 : 29-34
yang berati tidak ada hubungan Ambarwati ER, Wulandari Diah. 2010.
pekerjaan dengan kejadian Asuhan Kebidanan Nifas.
postpartum blues Yogyakarta : Nuha Medika.
d. Status obstetrik primipara sebagian Bloch M, Rotenberg N, Koren D, Klein
besar terjadi postpartum blues, E. 2005. Risk Factors Associated
yang berati ada hubungan status Withthe Developmentof
obstetrik dengan kejadian Postpartum Mood Disorder .
postpartum blues Journal of Affective Disorders ;
e. Seluruh responden dengan jenis 88:9-18
persalinan normal dan sebagian Bobak, Laudermilk, Jensen, et all. 2005.
besar tidak mengalami postpartum Buku Ajar Keperawatan
blues Maternitas. Jakarta : EGC
f. Seluruh responden dengan status Departemen Kesehatan Indonesia. 2005.
kehamilan yang direncanakan dan Panduan Bagi Petugas dan
sebagian besar tidak mengalami Relawan Kesehatan Mental.
postpartum blues Jakarta.
g. Faktor – faktor yang berpengaruh Dewi, R., Mariati, & Elly, W. 2012.
terhadap kejadian postpartum Hubungan Pemberian Asi Pada
blues meliputi umur, pendidikan, Bayi Umur <10 Hari Dengan
dan status obstetrik Gejala Postpartum Blues Dikota
Bengkulu . Jurnal Buletin
2. Saran Penelitian Sistem Kesehatan,
a. Bagi BPM Vol.15 No.2: 193–202
BPM meningkatkan KIE tentang Elvira SD. 2006. Depresi Pasca
persiapan menjadi ibu sehingga ibu Persalinan. Balai penerbit
dapat melakukan adaptasi dengan FKUI.1-43
baik pasca persalinan Fatimah, S. 2009 . Hubungan Dukungan
b. Bagi Ibu Suami dengan Kejadian
Menambah informasi dengan Postpartum Blues pada Ibu
membaca buku dan menggali Primipara di Ruang Bugenvile
informasi – informasi dari berbagai RSUD Tugurejo Semarang. Artikel
sumber tentang persiapan menjadi Riset Keperawatan
ibu Gale, S., & Harlow, B. L. 2003.
c. Bagi Keluarga Postpartum Mood Disorders : A
139 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 130-139

Review Of Clinical And Paulina, K. 2011. Efektivitas


Epidemological Factors. Terapi Musik Terhadap
Ibrahim, F., Rahma, & Ikhsan, M. 2012. Pencegahan Postpartum Blues
Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Ibu Primipara di Ruang
dengan Depresi Postpartum di kebidanan RSUP Cipto
RSIA Pertiwi Makasar. Jurnal. Mangunkusumo Jakarta Pusat.
Iskandar, S.S. 2007. Depresi Pasca Jurnal Buletin Penelitian Sistem
Kehamilan (Postpartum Blues). Kesehatan. Vol.4 No.1.hlm 17-23
http://www.mitrakeluarga.net/depr Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan
esikehamilan.html. diakses tanggal Patologi. Yogyakarta: Pustaka
11 Desember 2017. Journal of Pelajar
Psychosomatic Obstetrics and
Gynecology Nirwana Ade B, 2011. Psikologi Ibu
Klainin P,Arthur D.G. 2009. Postpartum Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Depressionin Asian Cultures: A Medika. Penerbit Buku
literature review. International Kedokteran EGC.
Journal of Nursing Studies :1355- Rahmandani, A., Karyono, & Dewi, E.
73 K. 2008. Strategi Penanggulangan
Latifah, L., & Hartati. 2006. Efektifitas Coping pada Ibu yang Mengalami
Skala Endinburgh dan Skala Beck Postpartum Blues di RSU Daerah
dalam endeteksi Risiko Depresi Kota Semarang. Journal Psikologi
Postpartum di RSU Prof. DR. Rahmawati, dkk. 2009. Perawatan Masa
Margono Soekarjo Purwokerto. Nifas. Cetakan ke-3. Yogyakarta:
Jurnal Keperawatan Soedirman Fitramaya.
(The Soedirman Juenal Nursing), Rusli, R. A., Meiyuntariningsih, T., &
Vol 1, No 1: 15-19 Warni, W. E. 2011. Perbedaan
Machmudah. 2010. Pengaruh Depresi Pasca Melahirkan pada
Persalinan dengan Komplikasi Ibu Primipara Ditinjau dari Usia
Terhadap Kemungkinan Ibu Hamil. Jurnal INSAN. Vol 13,
Terjadinya Pospartum Blues di No 01: 21-31.
Kota Semarang. Tesis Urbayatun, S. 2010. Dukungan Sosial
Keperawatan Universitas dan Kecenderungan Depresi
Indonesia. Postpartum pada Ibu Primipara di
Manurung, S., Lestari, T. R., Suryati, B., Derah Gempa Bantul. Humanitas,
Mitadwiyana, B., Karma, A., & Vol.VII No.2: 114-122

.
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

FAKTOR RISIKO KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI KOTA PALEMBANG

THE RISK FACTORS OF POSTPARTUM BLUES IN PALEMBANG CITY

Intan Kumalasari 1, Hendawati 2


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
(email penulis korespondensi: kumalasariintan74@gmail.com)

Info Artikel: Diterima: 09 September 2019 Revisi: 15 Oktober 2019 Diterima: 04 November 2019

ABSTRAK
Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dan angka kejadian postpartum
blues di Kota Palembang.
Metode: Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah ibu
postpartum yang diambil dari RSI Muhammadiyah, RS Bhayangkara dan RSI St. Khodijah tahun 2017
dengan jumlah 90 orang, menggunakan teknik Proporsional cluster random sampling. Analisis statistik
menggunakan uji chi square dan regresi binary logistik.. Intrumen penelitian menggunakan instrument
baku yaitu instrument EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) dengan jumlah soal 10 pertanyaan.
Hasil : Angka kejadian Postpartum blues sebesar 46,7%. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas
(pv=0,0005; OR=15,117), dukungan keluarga (pv=0,009;OR=10,996), perencenaan kehamilan
(pv=0,006;OR=9,863), pendidikan (pv=0,023;OR=3,656) dan kelelahan fisik (pv=0,029 ; OR=3,341),
dengan kejadian Postpartum Blues.
Kesimpulan Terjadinya postpartum blues melibatkan faktor-faktor biopsikososial sebelum dan setelah
bersalin. Adanya kerentanan biologis, kerentanan psikologis, situasi stresfull, dukungan sosial kurang, dan
strategi yang maladaptif, bersama-sama memberi kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues.
Dibutuhkan dukungan social, emosional, informasi dan bantuan tenaga bagi ibu postpartum dan mengenali
penyebab postpartum blues sejak awal.
Kata kunci : Post partum blues, faktor risiko, angka kejadian

ABSTRACT
Background: This study aimed to determine the risk factors and the incidence of postpartum blues in the
city of Palembang.
Methods: This study was analytic survey with a cross sectional design. The sample used is 90 postpartum
with Proportional cluster random sampling were from Muhammadiyah, Bhayangkara and Siti Khodijah
Islamic Hospital from September 27 St to December 06 St , 2017. Data were analyzed by chi square test and
multiple logistic regression. The instrument used EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) with 10
questions.
Results: The incidence of postpartum blues were 46,7%. there is a significant relationship with Postpartum
blues were parity (pv= 0,000; OR = 15,117), family support (pv = 0,009; OR = 10,996), pregnancy
planning (pv = 0,006; OR = 9,863), education (pv = 0,023; OR = 3,656) and physical fatigue (pv = 0.029;
OR = 3.341).
Conclusion:The incidence of postpartum blues in the city of Palembang is 46%and parity are the most
influential factors for postpartum blues events. The occurrence of postpartum blues involves
biopsychosocial factors before and after delivery. Biological vulnerability, psychological vulnerability,
stressful situations, less social support, and maladaptive strategies together contribute to the development
of postpartum blues. It requires social, emotional, informed and labor support for postpartum mothers and
identifies the causes of postpartum blues from the outset.
Keywords: Postpartum blues, risk factors, incidence rate

| 91
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

PENDAHULUAN
Periode post partum adalah periode yang berkembang menjadi keadaan yang lebih berat. 7, 8
berhubungan dengan perubahan fisik dan emosional Penyebab postpartum blues tidak diketahui
yang intens mengarah pada gangguan kecemasan secara pasti, tapi diduga dipengaruhi oleh faktor
dan suasana hati. Ada tiga derajat gangguan mood internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti
postpartum, yaitu, postpartum blues, depresi fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan
postpartum (PPD), dan postpartum psychosis. 1 kepribadian, adanya riwayat depresi sebelumnya,
Postpartum blues adalah gangguan mood yang riwayat kehamilan dan persalinan dengan
relatif sering dialami ibu pasca persalinan. 2 Kondisi komplikasi, persalinan section caesarea, kehamilan
ini sering terjadi dalam 14 hari pasca persalinan dan yang tidak direncanakan, bayi berat badan lahir
cenderung lebih buruk pada hari ke-3 dan ke-4. 3 rendah (BBLR), dan pada ibu yang menyusui dan
Prevalensi kejadian postpartum blues mengalami kesulitan dalam menyusui serta ibu yang
bervariasi diseluruh dunia. Prevalensi postpartum tidak mempunyai pengalaman merawat bayi.9
blues di Tanzania sebanyak 80% sementara di Ibu postpartum blues harus diidentifikasi
Jepang 8%. 4 Hal ini disebabkan oleh kurangnya sejak awal dan ditangani secara adekuat, karena bila
kriteria diagnosis dan metodologi penelitian yang tidak diobati akan menempatkan ibu pada risiko
berbeda pada masing-masing penelitian, di Asia, penyakit yang berulang dan berdampak jangka
prevalensi depresi pasca persalinan antara 3,5%- panjang terhadap peran ibu yang berhubungan
63,3% dimana Malaysia dan Pakistan menjadi dengan perkembangan emosional dan perilaku anak,
peringkat yang terendah dan tertinggi. 5 serta peran ibu di keluarga. Penanganan Postpartum
Angka kejadian postpartum blues di Indonesia blues yang tidak tepat dapat berkembang menjadi
secara pasti belum diketahui, namun beberapa depresi postpartum atau bahkan gejala yang lebih
penelitian menunjukkan angka kejadian postpartum berat yaitu psikosis.10
blues berada di rentang 50-70%. 6 Rendahnya angka Untuk itu, sangat diperlukan sistem yang
kejadian postpartum blues dibandingkan negara- dapat mengidentifikasi kondisi kesehatan ibu
negara lain diduga karena budaya dan sifat orang selama kehamilan dan masa nifas sehingga
Indonesia yang cenderung “nrimo” dan bersabar gangguan mood pasca melahirkan dapat
menerima apa yang dialaminya, serta masih diidentifikasi sejak dini dan diobati dengan tepat
kentalnya tradisi membantu kerabat yang baru baik dengan terapi farmakologis dan
11
melahirkan, semakin memperkuat keyakinan kalau nonfarmakologis.
wanita Indonesia „kebal‟ terhadap postpartum blues EPSD adalah salah satu upaya untuk
syndrome. mendiagnosis masalah ibu dengan cepat dan
Postpartum blues ditandai dengan gejala- memberikan pengobatan depresi postpartum blues
gejala seperti : reaksi depresi/sedih/disforia, mudah yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan ibu
menangis (tearfulness), mudah tersinggung dan bayi,12 serta untuk memastikan hubungan yang
(irritable), cemas, nyeri kepala (headache), labilitas sehat antara orang tua-anak 13 Karena itu identifikasi
perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, faktor risiko Postpartum blues dengan EPDS adalah
merasa tidak mampu, gangguan tidur dan gangguan penting untuk mendiagnosa masalah kesehatan ibu
nafsu makan (appetite). Gejala-gejala ini mulai dan mengurangi prevalensi Postpartum blues. Oleh
muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan karena itu penelitian bertujuan untuk menganalisis
menghilang dalam waktu antara beberapa jam faktor risiko dan angka kejadian postpartum blues di
sampai sepuluh hari atau lebih. Namun pada Kota Palembang.
beberapa minggu atau bulan kemudian dapat

METODE
Penelitian ini bersifat servey analitik dengan Sampel terdiri dari ibu postpartum hari ke 2-14 di 3
rancangan cross sectional pada ibu postpartum. sebanyak 90 responden dengan teknik
Populasi penelitian ini adalah seluruh kelahiran di Proportionale cluster random sampling. Uji
RS Bhayangkara, RS Muhammadiyah dan RSI Siti statistik yang digunakan chi-square dan regresi
Khodijah periode bulan September-Nopember 2017. logistik ganda menggunakan metode Backward LR

| 92
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

HASIL
Hasil analisis statistik dilakukan uji chi – square dijelaskan pada Tabel 1 dan Tabel 2
menggunakan univariat dan bivariat menggunakan dibawah ini:

Tabel 1. Angka Kejadian Postpartum Blues di Kota Palembang (n=90)


Postpartum Blues n Persentase
(%)
1. Ya 42 46,7
2. Tidak 48 53,3

Tabel 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Postpartum Blues di Kota Palembang
(n= 90)

Kemungkinan terjadinya
Faktor Risiko Post Partum Blues Jumlah pvalue OR (95%CI)
Tidak Ya
n % n % n %
Umur Ibu
1. 20 – 35 tahun 41 59,4 28 40,6 69 100 0,036* 2,929
2. <20 atau >35 tahun 7 33,3 14 66,7 21 100 (1,049-8,176)

Paritas
1. Multipara 33 66 17 34 50 100 0,007* 3,235
2. Primipara 15 37,5 25 62,5 40 100 (1,359-7,701)

Jenis Persalinan
1. Normal 14 45,2 17 54,8 31 100 0,260 0,606
2. Sectio Caesaria 34 57,6 25 42,4 59 100 (0,252-1,454)
Komplikasi/Penyulit
Persalinan
1. Tidak Ada 30 63,8 17 36,2 47 100 0,037* 2,451
2. Ada 18 41,9 25 58,1 43 100 (1,048-5,730)

Perencanaan Kehamilan
1. Direncanakan 43 58,1 31 41,9 74 100 0,051** 3,052
2. Tidak direncanakan 5 31,2 11 68,8 16 100 (0,963-9,672)

Kelelahan fisik 27 67,5 13 32,5 40 100 0,016* 2,868


1. Tidak (1,204-6,831)
2. Ya 21 42 29 58 50 100

Dukungan Keluarga 45 59,2 31 40,8 76 100 0,009* 5,323


1. Ada dukungan (1,371-20,657)
2. Tidak ada dukungan 3 21,4 11 78,6 14 100

Pendidikan Ibu
1. Pendidikan tinggi
(S1, D3, SLTA)
35 63,6 20 36,4 55 100 0,014* 2,962
2. Pendidikan rendah 13 37,1 22 62,9 35 100 (1,230-7,130)
(TS, SD, SMP)
Pekerjaan Ibu
1. Tidak Bekerja 39 51,3 37 48,7 76 100 0,371 0,586
2. Bekerja 9 64,3 5 35,7 14 100 (0,180-1,910)

Tabel 2 menunjukkan hasil analisis Chi (p=0,007; OR=3,235), Komplikasi/penyulit


Square terdapat 6 variabel yang memiliki persalinan (p=0,037 ; OR=2,451), kelelahan fisik
signifikansi terhadap kejadian Postpartum Blues (p=0,016; OR=2,868), dukungan keluarga
yaitu Umur ibu (p=0,036 ; OR=2,929), paritas
| 93
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

(p=0,009; OR=5,323) dan pendidikan ibu (p=0,014; variabel yang memiliki nilai p<0,25 meliputi ; umur
OR=2,962) ibu, usia kehamilan, paritas, komplikasi/penyulit
Variabel-variabel kandidat yang memenuhi persalinan, kelelahan fisik, dukungan keluarga,
kriteria kandidat model multivariat adalah variabel pendidikan ibu dan perencanaan kehamilan.
yang bermakna secara statistik (p<0,05) dan

Tabel 3. Model Akhir Analisis Multivariat Faktor yang Mempengaruhi kejadian Postpartum Blues
di Kota Palembang

Variabel Koefisien p_value OR (95%CI)


Paritas 2,716 0,000 15,117 (3,821-59,805)
Dukungan keluarga 2,398 0,009 10,996 (1,829-66,107)
Perencanaan Kehamilan 2,289 0,006 9,863 (1,936-50,233)
Pendidikan 1,296 0,023 3,656 (1,195-11,188)
Kelelahan Fisik 1,206 0,029 3,341 (1,134-9,846)
Constant -3,800 0,000 0,034

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dengan penelitian terdahulu yang menyatakan
ibu primipara mengalami postpartum blues. Hal ini terdapat hubungan bermakna antara status
sejalan dengan penelitian terdahulu 10, 14, 15 yang kehamilan yang diinginkan dan tidak diinginkan
menunjukkan wanita primipara mempunyai risiko dengan kejadian postpartum blues.18 Kehamilan
lebih besar terhadap postpartum blues. Ibu yang merupakan proses alamiah yang menyenangkan,
pernah melahirkan sebelumnya memiliki didambakan, dan diinginkan oleh setiap wanita
pengalaman dalam merawat bayinya dibandingkan sehingga perlu adanya kesiapan fisik dan psikologis.
ibu yang baru pertama kali melahirkan, primipara Kehamilan yang diharapkan akan membuat seorang
akan cenderung mengalami gangguan mood ringan. wanita semakin siap dalam persalinan dan menjadi
Pengalaman pertama kali menghadapi proses ibu. 10 Persiapan yang baik membuat ibu postpartum
persalinan dan merawat anak sering kali akan mampu menghadapi masa pasca persalinannya
memunculkan sikap yang beragam pada ibu dengan baik tanpa adanya gangguan syndrome
primipara. Ibu berada dalam proses adaptasi dan postpartum.
belum berpengalaman dalam merawat anak, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sehingga merasa menghadapi masalah sendiri. Oleh pendidikan ibu sebagaian besar berpendidikan
karena itu Ibu primipara membutuhkan orang-orang rendah mengalami postpartum blues. Hasil
yang mendampingi dalam masa nifas, sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian dimana
masa nifas akan dilewati dengan baik. persentasi postpartum blues pada ibu yang memiliki
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pendidikan rendah (SD-SMP) adalah 54,5% dan
sebelumnya yang menunjukkan terdapat pengaruh 86,6%. 15, 18
dukungan keluarga dengan terjadinya postpartum Tingkat pendidikan sangat berpengaruh
blues.16,17 Merawat bayi bukanlah tugas yang ringan, terhadap kecerdasan emosional, ibu yang memiliki
terutama bagi ibu baru, dalam asuhan pasca tingkat pendidikan tinggi akan memiliki cara
persalinan dukungan suami (keluarga) sangat berfikir yang lebih rasional, dan semakin mudah
diperlukan, karena keputusan suami dan arahan untuk menerima informasi. Ibu yang tidak
keluarga terutama ibu sangat berpengaruh dan mendapatkan informasi yang memadai tentang
menjadi acuan penting bagi ibu dalam merawat kehamilan dan persalinan umunya akan sulit dalam
bayinya sehari-hari. Bila suami dan keluarga tidak menyesuaikan diri terhadap peran dan aktivitas
memberikan dukungan, membuat ibu sedih dan barunya sehingga memungkinkan terjadinya
kewalahan dalam mengasuh bayinya di hari-hari gangguan psikologis seperti postpartum blues.
pertama pasca melahirkan. Hasil penelitian bahwa ibu yang mengalami
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar ibu kelelahan fisik lebih banyak mengalami postpartum
yang tidak merencanakan kehamilan mengalami blues. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
postpartum blues. Hasil penelitian ini sejalan sebelumnya dimana kelelahan fisik dapat memicu
| 94
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

terjadinya postpartum blues.19 Adanya penambahan kurangnya informasi dalam mengakses pelayanan
peran dan tanggung jawab baru ibu dalam kesehatan yang ada. Selain itu pada usia tersebut
perawatan bayi, proses persalinan lama yang tidak juga belum cukup mencapai kematangan fisik,
pernah dialami sebelumnya, kurang istirahat dan mental, peran dan aktivitas baru sebagai ibu dalam
tidur dapat menyebabkan kelelahan fisik pada ibu. merawat anaknya sehingga mengalami kesulitan
Kelelahan fisik juga disebabkan karena aktivitas sendiri dalam beradaptasi, dibutuhkan pertolongan
mengasuh, menyusui, memandikan, mengganti dari petugas kesehatan yang ada, dalam
popok, dan menimang bayi sepanjang hari bahkan mendampingi ibu melewati masa nifas selama
tak jarang di malam hari, sehingga menguras tenaga perawatan di rumah sakit. Pada usia tua, yang
dan menimbulkan kelelahan pada ibu, apalagi jika membuat menjadi resiko adalah faktor kelelahan
tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga dan keadaan anatomi tubuh yang sudah tidak baik
yang lain.20 lagi untuk hamil dan bersalin dan bila ibu sudah
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang memiliki anak, membuat beban tersendiri bagi ibu,
berumur < 20 atau >35 tahun mengalami sehingga membawa masalah dalam masa nifasnya.
postpartum blues. Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan melahirkan dengan komplikasi/penyulit persalinan
bahwa kejadian postpartum blues lebih banyak mengalami postpartum blues. Hasil analisis ini
dialami oleh wanita yang berumur <20 tahun atau sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana
>35 tahun 16,18 Hasil penelitian oleh Ilmuwan dari riwayat kehamilan dan persalinan dengan
Royal College of Obstetricians and Gynecologist, komplikasi dapat menjadi faktor pendukung
Inggris Raya, bahwa usia <17 tahun dan >35 tahun terjadinya postpartum blues.6 Komplikasi persalinan
lebih berpotensi keguguran, operasi caesar, dan seperti persalinan yang lama, Ketuban Pecah Dini,
komplikasi saat kelahiran yang angkanya meningkat malpersentasi, hypertensi dalam kehamilan, serta
tajam setelah wanita berusia di atas 35 tahun.21 intervensi medis yang digunakan selama proses
Menurut peneliti, umur berkaitan dengan persalinan diduga semakin memperbesar trauma
kesiapan ibu dalam proses kehamilan dan fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka
persalinan, umur juga mempengaruhi terjadinya semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan
masalah psikologis pada ibu postpartum. Secara kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
umum pada usia di bawah 20 tahun memiliki menghadapi depresi pasca persalinan.
pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan atau

KESIMPULAN DAN SARAN


Angka kejadian postpartum blues di Kota Adanya kerentanan biologis, kerentanan psikologis,
Palembang ditemukan hanya sebagai, kondisi ini situasi stresful, dukungan sosial kurang, dan strategi
karena di salah satu rumah yang menjadi tempat yang maladaptif, bersama-sama memberi kontribusi
penelitian tidak ada yang mengalami kejadian bagi berkembangnya postpartum blues. Dibutuhkan
tersebu. Namun paritas merupakan faktor yang dukungan sosial, emosional, informasi dan bantuan
paling dominan penyebab postpartum blues. tenaga bagi ibu postpartum dan mengenali penyebab
Terjadinya postpartum blues melibatkan faktor- postpartum blues sejak awal.
faktor biopsikososial sebelum dan setelah bersalin.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada RSI Khodijah, enumerator dan semua pihak yang
direktur RSI Muhammadiyah,RS Bayangkara dan telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

| 95
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

DAFTAR PUSTAKA

1. Seyfried LS, Marcus SM. Postpartum mood summary of the evidence for the U.S.
disorders. Int Rev Psychiatry. 2003;15:231– Preventive Services Task Force. Ann Intern
42. (PubMed) (Google Scholar) Med. 2002 ; 136 :765-776
2. Hapgood CC, Elkind GS, Wright JJ. Maternity 13. Norwitz, E.R. & Ali, U.E. 2009 Vacuum-
blues: Phenomena and relationship to later assisted vaginal delivery. Reviews in obstetrics
postpartum depression. Aust N Z J and Gynecology, 2(1), 5-17
Psychiatry. 1988;22:299- 14. Wijayanti, K.,Wijayanti F A, Nuryanti E.
306. (PubMed)(Google Scholar) 2013 Gambaran Faktor–Faktor Risiko
3. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M. Postpartum Blues Di Wilayah Kerja
2000. Maternity women’s health care. 7th ed. Puskesmas Blora. Jurnal Kebidanan, 2(5)
St. Louis: Mosby.Inc Oktober 2013 ISSN.2089-7669
4. Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, 15. Desfanita, Misrawati, Arneliwati. 2015.
D.L., & Wilson, D. 2010. Maternal and Child Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Nursing Care, 1. 4th ed. Missouri: Mosby Postpartum Blues. Program Studi Ilmu
Elsevier. Keperawatan Universitas Riau JOM, 2(2).
5. Stone SD, Menken AE. 2008. Perinatal Mood 16. Kurniasari D, Astuti YA. 2015.Hubungan
Disorder: An Introduction. In Perinatal and Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Dan
Postpartum mood disorder: Perspectivesand Dukungan Sosial Suami Dengan Postpartum
Treatment guide for Health Care Blues Pada Ibu Dengan Persalinan SC Di
Practicioner. Springer Publishing Company, Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro Tahun
6. Ratna. 2009. Perawatan pasca melahirkan. 2014. Jurnal Kesehatan Holistik Volome 9,
dari Nomor 3, Juli 2015:115-125
http://ratnarespati.com/2009/03/03/perawatan- 17. Benih, Ade, Nirwana. 2011. Psikologi
pasca-melahirkan (diakses tanggal 28 Oktober Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Nuha Medika
2017) 18. Irawati, D dan Yuliani, F. 2014. Pengaruh
7. Freudenthal., Crost., M., & Kaminski., M. Faktor Psikososial dan Cara Persalinan
(1999). Severe post-delivery blues: associated Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada
factors. Arch Womens Ment Health, No2, 37- Ibu Nifas. Hospital Majapahit (6) 1-7 Vol 6
44 No. 1
8. Olds, S.B., London, M.L., & Ladewig, P.A.W. 19. Jayasima, A M, Deliana SM, dan Mabruri, M
2000. Maternal – newborn nursing a family I,. 2014. Postpartum Blues Syndrome Pada
and community- based approach. 6th ed. New Kelahiran Anak Pertama Developmental and
Jersey: Prentice Hall Health Clinical Psychology , Universitas Negeri
9. Henshaw. 2003. Postnatal blues: A risk faktor Semarang ISSN 2252-6358. Dari
of postnatal depression. J Pychosom Obstet http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp
Gynecol, 25, 267-272 (diakses tanggal 19 Nopember 2017)
10. Bobak, Laudermilk, Jensen, et al. 2005. Buku 20. Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan
Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Penerbit
11. Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Salemba Medika.
Available from: 21. Dian. (2012). Usia 20-35 tahun tepat untuk
http://reference.medscape.com/article/271662- melahirkan. Fimelle.com; Woman Love &
overview. (diakses 12 Nopember 2017) Life. http://www.universitasgunadarma.com/
12. Pignone MP, Gaynes BN, Rushton JL, et al. (diakses tanggal 6 Nopember 2019)
Screening for depression in adults : a

| 96
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Hubungan Usia dan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Post


Partum Blues di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus
Anny Rosiana Masithoh1*, Nor Asiyah2 , Yuyun Naimah3
1,2
S1 Keperawatan , Universitas Muhammadiyah Kudus
2
DIII Kebidanan , Universitas Muhammadiyah Kudus
*Email:annyrosiana@umkudus.ac.id

Keywords: Latar Belakang:. Post partum blues merupakan masa transisi mood
Usia; pendidikan; setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70% wanita paska
Post partum blues melahirkan. Kejadian post partum blues ini terus meningkat 10-15%
dan kejadian psikosis pasca melahirkan 1-2 per 1000 kelahiran.
Sebagian ibu berhasil menyesuaikan diri, namun ada sebagian
lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami post
patum blues. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan usia dan
pendidikan ibu dengan kejadian post partum blues di Desa Mijen
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Tahun 2018. Metode: Jenis
penelitian analitik korelatif dengan metode pendekatan Cross
Sectional, populasi dan sampel sebanyak 30 responden menggunakan
Teknik Total Sampling. Alat ukur kuesioner dan Uji Hubungan
menggunakan uji Chi Square. Hasil Penelitian: ada hubungan yang
signifikan antara usia ibu dengan kejadian post partum blues di Desa
Mijen Keamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Tahun 2018 dengan p
value =0,021. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
kejadian post partum blues di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus tahun 2018 dengan p value =0,058. Kesimpulan :
Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian post partum blues di
Desa Mijen Kecamatan Kabupaten Kudus. Tidak ada hubungan
antara kejadian post partum blues di Desa Mijen Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kudus.

1. PENDAHULUAN hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.


Melahirkan merupakan karunia Tanda dan gejalanya antara lain cemas
terbesar bagi wanita dan momen yang tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak
sangat membahagiakan, tetapi kadang harus sabar, tidak percaya diri, sensitif atau
menemukan kenyataan bahwa tidak semua mudah tersinggung, serta merasa kurang
wanita menganggap seperti itu karena ada menyayangi bayinya. Peningkatan
wanita yang mengalami depresi setelah dukungan mental atau dukungan keluarga
melahirkan. Depresi setelah melahirkan ini sangat di perlukan dalam mengatasi
adalah gangguan psikologis yang dalam gangguan psikologis yang berhubungan
bahasa kedokterannya disebut postpartum dengan masa nifas ini (2). Kejadian
blues. (30). post partum blues ini terus meningkat.
Post partum blues merupakan Kejadian post partum blues 10-15% dan
kesedihan atau kemurungan setelah kejadian psikosis pasca melahirkan 1-2 per
melahirkan, biasanya hanya muncul 1000 kelahiran. World Health Organization
sementara waktu, yakni sekitar dua hari (WHO), dalam wanita melahirkan dan

454
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

mengalami post partum blues ringan sekitar Berdasarkan hasil survey


10 per 1000 kelahiran hidupdan post pendahuluan pada tanggal 25 November
partum blues berat 30-200 per 1000 2017 Di desa Mijen didapatkan hasil
kelahiran hidup. Di klinik Ibu dan Anak wawancara dengan 10 ibu post partum
Seremban Malaysia menemukan sekitar dengan jarak sejak ibu melahirkan dengan
3,9% post partum blues. Di India kejadian dilakukannya wawancara kurang dari 7
post partum blues 8,5%, dan kejadian post hari.Didapatkan 4 ibu post partum dengan
partum blues di Melayu sebesar 3,0% . Di umur beresiko (<20 tahun, > 35 tahun)
Taiwan kejadian post partum bluessebesar mengalami cemas dan murung karena takut
40% ( 28). bayinya tidak mendapatkan perhatian
Hal ini terjadi karena dipengaruhi dengan baik. Sedangkan 2 ibu post partum
oleh adanya faktor usia. Usia individu usia 20 tahundan 35 tahun terlihat antusias
terhitung saat dilahirkan sampai saat terhadap bayinya dan. Sementara itu 3 ibu
berulang tahun. Semakin cukup usia, post partum dengan pendidikan rendah
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang (SD-SMP) terlihat antusias terhadap
akan lebih matang dalam berpikir dan bayinya, saat di observasi dan ketika
bekerja. Usia perempuan saat kehamilan dilakukan wawancara bersikap kooperatif
dan persalinan seringkali dikaitkan dengan karena ibu lebih mengutamakan mengurus
kesiapan mental perempuan tersebut untuk anak menjadi ibu rumah dibandingkan
menjadi seorang ibu. Sebagian besar bekerja. Dan 1 ibu pada tingkat pendidikan
masyarakat percaya bahwa saat yang tepat yang tinggi ibu merasa cemas tidak dapat
bagi seseorang perempuan untuk merawat bayi karena memiliki pekerjaan
melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, diluar rumah.
dan hal ini menjadi optimal bagi perawatan Berdasarkan uraian data dan
bayi oleh seorang ibu. (27) Selain itu latarbelakang diatas, peneliti tertarik untuk
juga adanya faktor pendidikan yang melakukan peneletian tentang “ Hubungan
merupakan proses perubahan sikap dan tata Usia dan Pendidikan ibu dengan Kejadian
laku seseorang atau kelompok orang dalam Post Partum Blues di Desa Mijen Kecamtan
usaha mendewasakan manusia melalui Kaliwungu Kabupaten Kudus.
upaya pengajaran dan pelatihan.
Perempuan yang berpendidikan tinggi akan 2. METODE
menghadapi konflik peran, yaitu tuntutan Penelitian ini dilakukan untuk
sebagai perempuan yang memiliki mengetahuiadanya hubungan usia dan
pekerjaan diluar rumah. Antara berperan pendidikan ibu dengan kejadian post
sebagai ibu rumah tangga saja atau partum blues di desa Mijen kecamatan
melakukan pekerjaan diluar rumah dengan Kaliwungu kabupaten Kudus. Penelitian ini
peran mereka juga sebagai ibu rumah menggunakan penelitian dengan jenis
tangga dan orang tua dari anak–anak penelitian survey analitik korelatif, dan
mereka.Hal ini sangat berpengaruh pada menggunakan pendekatan cross sectional
konflik batin ibu tentang kekhawatiran dimana pengumpulan data baik variable
kelanjutan kehidupan bayinya.(27). independen maupun variabel dependen,
Menurut penelitian yang dilakukan dilakukan secara bersama-sama atau
oleh Devi Kurniasari1 & Yetti Amir Astuti sekaligus (Notoadmojo,2012). Penelitian ini
(2014) dengan judul Hubungan Antara telah dilakukan di Desa MIjen Kecamatan
Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Dan Kaliwungu Kabupaten Kudus pada bulan
Dukungan Sosial Suami Dengan Post Maret-April 2018.
partum Blues Pada Ibu Dengan Persalinan Populasi dalam penelitian ini yaitu
Sc Di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani seluruh ibu melahirkan pada bulan Maret-
Metro Tahun 2014. Mendapatkan hasil April dengan teknik pengumpulan sampel
bahwa ada hubungan antara umur dan purposive sampling yang berjumlah 30
pendidikan ibu dengan post partum blues responden. Adapun pemilihan sampel
dengan nilai p-value 0.040 <0,05, OR didasarkan kriteria inklusi yaitu Ibu post
2.700, dan p-value 0.017<0,05, OR 2.625.

455
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

partum pada bulan Maret-April tahun 2017 pekerjaan. Kejadian post partum blues di
di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, ukur dengan kuesioner EPDS (Edinburgh
Kabupaten Kudus dan yang bersedia Post natal Depression Scale). Kuesioner ini
menjadi responden dan menanda tangani berisi petanyaan tentang berbagai perasaan
informant Consent. Kriteria eksklusi yaitu. ibu detelah melahirkan dalam jangka waktu
Ibu post partum yang bayinya lahir dengan 7 hari terakhir. Berbagai perasaan ibu
kelainan ibu post partum yang mengalami tersebut dikelompokkan menjadi post
komplikasi post partum, dan ibu post partum blues dan tidak post partum blues.
partum dengan jumlah anak lebih dari 5 Keuntungan menggunakan Kuesioner
(grandemultipara, mulai dari anak ke 6). EPDS adalah Mudah dihitung (oleh
Instrument pengumpulan data yang perawat, bidan, petugas kesehatan lain),
digunakan dalam penelitian ini adalah sederhana, cepat dikerjakan (membutuhkan
lembar kuesioner EPDS (Edinburgh Post waktu 5-10 menit bagi ibu untuk
natal Depression Scale) dan lembar menyelesaikan EPDS). Hasil ukur
Cheklist untuk usia dan pendidikan ibu menggunakan kuesioner EPDS yaitu : Post
dimana peneliti mengumpulkan data secara partum blues, jika skor 10 dan Tidak post
langsung kepada responden untuk partum blues, jika skor < 10.
menjawab pertanyaan secara tertulis dan
wawancara.

Pada penelitian ini peneliti


mengumpukan data umum yang berupa
data demografi yaitu : usia, pendidikan, dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu di Desa


Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N=30)

Usia frekuensi Presentase


(%)
Beresiko (>20 dan < 35 tahun) 14 46,70
Tidak beresiko (20-35 tahun) 16 53,30
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2018.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di


Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N = 30)

Pendidikan Frekuensi Presentase


SD 1 3,30
SMP 4 13,30
SMA 8 26,70
PT 17 56,70
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2018.

456
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di


Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N = 30)

Pekerjan frekuensi Presentase


(%)
Bekerja 16 53,30
Tidak 14 46,70
bekerja
total 30 100
Sumber : Data Primer, 2018.

3.2 Analisa Univariat


Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu di Desa
Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N=30)

Usia frekuens Presentase


i (%)
Beresiko 14 46,70
(<20 dan > 35
tahun)
Tidak 16 53,30
beresiko (20-
35 tahun)
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2018.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di


Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N = 30)

Pendidikan Frekuen Presentas


si e
SD 1 3,30
SMP 4 13,30
SMA 8 26,70
PT 17 56,70
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2018.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarka Kejadian Post Partum Blues Di Desa
Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018 (N=30)

Post Partum Frekuen Presentas


Blues si e
YA 18 60,0
TIDAK 12 40,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2018.

457
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3.3 Analisa bivariat


Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018
(N=30)

USIA IBU Kejadian Post Partum blues Total


TIDAK PPB PPB
N % N % N %
Beresiko 2 14, 12 85,7% 14 100
Tidak beresiko 10 3% 6 37,5% 16 100
62, 100
5%
Total 12 18 30
p value = 0,021
Sumber : Data Primer, 2018.

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian


Post Partum Blues Di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus Tahun 2018
(N=30)
4.
Pendidikan Kejadian Post Partum Blues Total
Ibu TIDAK PPB
PPB
N % N % N %
SD 0 0,0% 1 100% 1 100
SMP 4 100% 0 0,0% 4 100
SMA 3 37,5 5 62,5% 8 100
PT 5 % 12 70,6% 17
29,4
%
Total 12 18 30
p value = 0,058
Sumber : Data Primer, 2018.
masyarakat percaya bahwa saat yang
Berdasarkan penelittian tepat bagi seseorang perempuan untuk
menunjukkan bahwa hasil usia ibu yang melahirkan pada usia antara 20–30
beresiko (<20 dan >35 tahun ) sebanyak tahun, dan hal ini menjadi optimal bagi
14 responden (53,30%) dan usia ibu perawatan bayi oleh seorang ibu. ( 27).
yang tidak beresiko (20-35 tahun)
sebanyak 16 responden (46,70%). Faktor usia pada seorang ibu juga
Usia merupakan satuan waktu mempengaruhi terjadinya post partum
yang mengukur waktu keberadaan blues. Pada usia yang lebih muda
makhluk hidup. Semakin cukup usia, (kehamilan remaja) ataupun usia yang
tingkat kematangan dan kekuatan lebih lanjut, telah banyak diyakini dapat
seseorang akan lebih matang dalam meningkatkan resiko biomedik,
berpikir dan bekerja. Usia perempuan mengakibatkan pola tingkahlaku yang
saat kehamilan dan persalinan seringkali tidak optimal baik pada ibu yang
dikaitkan dengan kesiapan mental melahirkan ataupun pada bayiyang
perempuan tersebut untuk menjadi dilahirkan dan dibesarkan (5).
seorang ibu. Deng. Sebagian besar

458
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Menurut peneliti setiap ibu hamil tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif
memiliki kemampuan beradaptasi atau mudah tersinggung, serta merasa
masing-masing untuk menghadapi kurang menyayangi bayinya.
perubahan dalam hidupnya. Ada yang Peningkatan dukungan mental atau
mampu meyesuaikan diri dan ada yang dukungan keluarga sangat di perlukan
tidak mampu menyesuaikan diri dalam mengatasi gangguan psikologis
kemudian terjadi perasaan sedih, kawatir yang berhubungan dengan masa nifas ini
dan stress lainnya yang disebut post (2).
partum blues. Dalam usia ibu saat Kondisi post partum blues yang
melahirkan dibagi menajadi usia dialami oleh sebagian perempuanyang
beresiko dan tidak beresiko. Usiaibu baru melahirkan. Hal ini dapat terjadi
mempengaruhi dalam kejadian post dikarenakan belum siapnya melahirkan
partum blues inikarena proses persiapan bayi dan menjadi seorang ibu,
fisik dan mental ibu terhadap adanya perubahan kadar estrogen, progesteron,
perubahan baru yaitu adanya bayi prolaktin, dan estriol yang terlalu
didalam kehidupannya. rendah,umur,pendidikan,dan paritas,
Berdasarkan hasil penelitian yang serta dukungan emosional darisuami dan
didapatkan hasil pendidikan ibu keluarga memiliki pengaruh besar dalam
sebagian besar adalah Perguruan Tinggi kontribusi post partumblues (4)
(PT) sebanyak 17 responden (56,70%) Beberapa penyesuaian dibutuhkan
dan hasil yang terkecil pedidikan ibu oleh wanita dalam menghadapi aktivitas
adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1 dan peran barunya sebagai ibu pada
responden. minggu-minggu atau bulan-bulan
Pendidikan merupakan proses pertama setelah melahirkan, baik dari
perubahan sikap dan tata laku seseorang segi fisik maupun segi psikologis.
atau kelompok orang dalam usaha Sebagian wanita berhasil menyesuaikan
mendewasakan manusia melalui upaya diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya
pengajaran dan pelatihan. Perempuan tidak berhasil menyesuaikan diri dan
yang berpendidikan tinggi akan mengalaami gangguan-gangguan
menghadapi konflik peran, yaitu psikologis, salah satunya yang disebut
tuntutan sebagai perempuan yang post partum blues. (13,16)
memiliki pekerjaan diluar rumah. Antara Hubungan usia ibu dengan kejadian
berperan sebagai ibu rumah tangga saja post partum blues menunjukkan bahwa ibu
atau melakukan pekerjaan diluar rumah post partumdengan usia beresiko yang tidak
dengan peran mereka juga sebagai ibu mengalami post partum blues sebanyak 2
rumah tangga dan orang tua dari anak– orang (14,3%), dibanding yang mengalami
anak mereka. Hal ini sangat berpengaruh post partum blues sebanyak 12 orang
pada konflik batin ibu tentang (85,7%). Sedangkan ibu post partum
kekhawatiran kelanjutan kehidupan dengan usia tidak beresiko yang tidak
bayinya. (6). mengalami post partum blues sebanyak 10
Berdasarkan penelitian orang (62,5%), dan yang mengalami post
didapatkan hasil responden yang partum blues sebanyak 6 orang (37,5%).
mengalami post partum bluessebanyak Usia merupakan perhitungan yang di
18 responden (60%). Sedangkan yang mulai dari saat kelahiran seeorang sampai
tidak mengalami post partum blues dengan waktu sekarang. Dewasa awal yaitu
sebanyak 12 responden (40%). masa dimana seorang individu mulai
Post partum blues merupakan membina rumah tangga dan mejadi orang
kesedihan atau kemurungan setelah tua (Potter & Perry,2010). Individu akan
melahirkan, biasanya hanya muncul mengalami perubahan fisik maupun
sementara waktu, yakni sekitar dua hari psikologis tertentu bersamaan dengan
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. masalah penyesuaian diri (Hurlock,2010).
Tanda dan gejalanya antara lain cemas Dewasa awal ditandai dengan adanya
tanpa sebab, menangis tanpa sebab, kemandirian secara finansial, muncul rasa

459
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

tanggung jawab terhadap tindakan yang dengan kejadian Postpartum blues, dari
dilakukan, penyesuaian terhadap pola-pola umur ibu jika ibu terlalu muda berhubungan
kehidupan baru. Setiap individu yang kesiapan peran menjadi seorang ibu
berusia dewasa awal diharapkan dapat sehingga merupakan umur yang beresiko
menjalankan peran-peran barunya sebagai jika ibu berusia< 20 tahun dan jika usia ibu
suami/istri, pencari nafkah, orang tua, dan lebih dari 35 tahun yang membuat menjadi
yang disisi lain dapat mengembangkan resiko adalah faktor kelelahan dan keadaan
sikap, keinginan serta nilai sesuai dengan anatomi tubuh yang sudah tidak baik lagi
tujuan yang baru (1). untuk hamil dan bersalin. (6)
Melahirkan merupakan karunia Pada penelitian terdahulu yang
terbesar bagi wanita dan momen yang dilakukan oleh Devi Kurniasari dan Yetti
sangat membahagiakan, tetapi kadang harus Amir Astuti (2015) mengenai Hubungan
menemukan kenyataan bahwa tidak semua Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Dan
wanita menganggap seperti itu karena ada Dukungan Sosial SuamiDengan Postpartum
wanita yang mengalami depresi setelah Blues Pada Ibu Dengan Persalinan ScDi
melahirkan.Depresi setelah melahirkan ini Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
adalah gangguan psikologis yang dalam Tahun 2014, didapatkan data dengan nilai
bahasa kedokterannya disebut postpartum OR 2,700 berarti responden dengan usia
blues.Postpartum blues merupakan masa yang beresiko memiliki peluang 2,700 kali
transisi mood setelah melahirkan yang lebih besar untuk mengalami post partum
sering terjadi pada 50-70% wanita pasca blues.
melahirkan. (8). Dari Hasil Uji statistic chi-square
Post partum blues merupakan didapatkan nilai p sebesar 0,021 (< 0.05)
kondisi yang dialami oleh sebagian dan Sehingga P value tabel kurang dari P
perempuan yang baru melahirkan. Hal ini value hitung maka Ho ditolak dan Ha
dapat terjadi dikarenakan belum siapnya diterima. Hal ini dapat ditarik kesimpulan
melahirkan bayi dan menjadi seorang ibu, bahwa ada hubungan usia ibu dengan
perubahan kadar estrogen, progesteron, kejadian post partum blues di Desa Mijen
prolaktin, dan estriol yang terlalu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.
rendah,umur,pendidikan,dan paritas, serta Menurut peneliti setiap ibu hamil
dukungan emosional darisuami dan memiliki kemampuan beradaptasi masing-
keluarga memiliki pengaruh besar dalam masing untuk menghadapi perubahan dalam
kontribusi post partumblues (Soffan, 2012). hidupnya. Ada yang mampu meyesuaikan
Usia berkaitan dengan kejadian post diri dan ada yang tidak mampu
partum blues, karena usia mempengaruhi menyesuaikan diri kemudian terjadi
darikondisi keadaan rahim. Pada usia yang perasaan sedih, kawatir dan stress lainnya
kurang dari 20tahun, masih sangat rawan yang disebut post partum blues. Dalam usia
untuk merawat anak sehinggamengalami ibu saat melahirkan dibagi menajadi usia
kesulitan dalam beradaptasi,dibutuhkan beresiko dan tidak beresiko. Usiaibu
pertolongan dari petugas kesehatan yang mempengaruhi dalam kejadian post partum
ada dalam mendampingi ibu melewati masa blues inikarena proses persiapan fisik dan
nifas selamaperawatan di rumah sakit. mental ibu terhadap adanya perubahan baru
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa yaitu adanya bayi didalam
saat yang tepat bagi seseorang perempuan kehidupannya.(4)
untuk melahirkan pada usia antara 20–30 Hubungan pendidikan ibu dengan
tahun, dan hal ini mendukung masalah kejadian post partum bluesmenunjukkan
periode yang optimal bagi perawatan bayi bahwa pendidikan Sekolah Dasar (SD)
oleh seorang ibu. (3) yang tidak mengalami post partum yaitu 0
Faktor usia perempuan yang responden (0.0%), dan yang mengalami
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan post partum blues hanya 1 responden
seringkali dikaitkan dengan kesiapan (100%). Pendidikan SMP yang tidak
mental perempuan tersebut untuk menjadi mengalami post partum blues sebanyak 4
seorang ibu. Karakteristik ibu dihubungkan responden (100%), dan yang mengalami

460
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

post partum blues 0 responden (0,0%). Hasil uji stastik menggunakan uji chi
Sedangkan pendidikan SMA yang tidak square diperoleh nilai P value = 0,058 lebih
mengalami post partum blues sebanyak 3 besar dari nilai tingkat kemaknaan α <0,05.
responden(37,5%), dan yang mengalami Sehingga P value tabel lebih dari P value
post partum blues sebanyak 5 responden hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima.
(62,5%). Perguruan tinggi (PT) yang tidak Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengalami post partum blues sebanyak 5 tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan
responden (29,45) dan yang mengalami kejadian post partum blues di Desa Mijen
post partum blues sebanyak 12 responden Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.
(70,6%). Menurut uraian diatas dapat ditarik
Perempuan yang berpendidikan kesimpulan peneliti, pendidikan ibu yang
tinggi akan menghadapi konflik peran, tinggi maupun rendah tidak banyak
yaitu antara berperan sebagai ibu rumah berpeluang mengakibatkan post partum
tangga saja atau melakukan pekerjaan blues. Kejadian ini lebih besar berpengaruh
diluar rumah dengan peran mereka juga dari lingkungan dibandingkan dengan
sebagai ibu rumah tangga dan orang tua tingkat pengetahuan ibu, namun peran
dari anak–anak mereka.Hal ini sangat suami dan dukungan keluarga sangat
berpengaruh pada konflik batin ibu tentang dibutuhkan oleh seorang ibu dalam hal
kekhawatiran kelanjutan kehidupan membantu mengurus bayinya.
bayinya. (Risa, 2011) Semakin tinggi
pendidikan ibu maka semakin 4. KESIMPULAN
baikpengetahuan ibu karena akan banyak Hasil analisis statistik pada bivariat tentang
informasi yangdidapat. Dengan pendidikan hubungan antara usia ibu dengan kejadian
formal menghasilkan perilakuyang baik post partum blues diperoleh hasil ada
oleh individu, sehingga ibu tidak merasa hubungan yang signifikan antara usia ibu
cemas dan mampu mengurus bayinya dengan kejadian post partum blues dengan
dengan baik meskipun dengan bantuan p valuesebesar 0,021 (< 0,05).
orang lain (babysitter/pembantu rumah Hasil analisis statistik pada bivariat tentang
tangga) atau dibantu oleh keluarga terutama hubungan antara pendidikan ibu dengan
nenek dari bayinya. Namun pada sebagian kejadian post partum blues diperoleh hasil
orang,pendidikan tidak mempengaruhi tidak ada hubungan antara pendidikan ibu
sikap hal tersebut lebihbesar berasal dari dengan kejadian post partum blues dengan
lingkungan yang diterima oleh individu. p value 0,058 (> 0,05).
Pendidikan tinggi maupun
pendidikanrendah berpeluang untuk
mengalami post partum blues,tergantung REFERENSI
bagaimana individu tersebut
1. Andranita, M Perbedaan Fokus Karir
mengantisipasimasalah yang terjadi.(3)
Antara Pekerja Dewasa Muda yang
Pada penelitian terdahulu yang
Pindah Kerja dan Tidak Pindah
dilakukan oleh Devi Kurniasari dan Yetti
Kerja di Jakarta.Fakultas Psikologi,
Amir Astuti (2015) mengenai Hubungan
Universitas Indonesia. Depok. 2008
Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Dan
2. Dahro, Ahmad. Buku Psikologi
Dukungan Sosial SuamiDengan Postpartum
Kebidanan Analisis Perilaku Wanita
Blues Pada Ibu Dengan Persalinan ScDi
Untuk Kesehatan. Jakarta. Salemba
Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
Medika, 2012.
Tahun 2014, didapatkan bahwa ada
3. Ersan, A. Hubungan Post Partum Blues
hubungan yang bermaknaantara pendidikan
pada Ibu Dewasa awal pasca
dengan kejadian post partum blues di
melahirkan .Universitas Kristen Satya
Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
Wacana (Diakses tanggal 28 November
tahun 2014Dengan nilai OR 2,625 berarti
2017), 2015.
responden denganpendidikan yang rendah
memiliki peluang 2,625 kali lebihbesar
untuk mengalami post partum blues(14)

461
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

4. Fuad,I. Dasar-Dasar Kependidikan. 17. Padila. Buku Ajar Keperawatan


Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher, Maternitas. Yogyakarta. Nuha Medika,
2010. 2014.
5. Gondo,K. Skrining Edinburgh Posnatal 18. Papalia, D,E, Old, S, W., Feldman, &
Depression Scale (EPDS) pada Post R, D. Human Development(Terjemahan
Partum Blues. Fakultas Kedokteran A, K, Anwar). Jakarta, Prenada
Universitas Wijaya Kusuma Media Group, 2008.
Surabaya.(Diakses tanggal 28 19. Putra, Nusa. Metode Penelitian
November 2017). 2011. Kualitatif Pendidikan. Jakarta. PT Raja
6. Hasdianah & Rohan, Hasan.Buku Ajar Grafindo Persada, 2012.
Kesehatan Reproduksi.Yogyakata. 20. Ratna. Perawatan pasca melahirkan.
Nuha Medika, 2013. Diakses tanggal 20 November 2017
7. Hasjanah, Yusrita. Pada Ibu Yang dari
Mengalami Baby Blues http://ratnarespati.com/2009/03/03/pera
Syndrome.Vol.1 No.1 Juli 2012. watanpasca-melahirkan/. 2009
8. Herawati, Mansyur dan Temu, 21. Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi
Budiarti.Psikologi Ibu dan Anak.Edisi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta.
Salemba Medika.Jakarta, 2013. Nuha Medika, 2011.
9. Hidayat, A, Aziz Alimul.Pengantar 22. Saleha.Asuhan Kebidanan Pada Masa
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Nifas. Jakarta. Salemba Medik, 2009..
Salemba Medika, 2008. 23. Sahrul. Perubahan Psikologis Ibu pada
10. Hidayat, A, Aziz Alimul.Metode Masa Nifas. Diakses tanggal 20
Penelitian Kesehatan Paradigma November 2017
Kuantitatif. Jakarta. Heath Books, 24. Saifuddin, Ab. Buku Acuan Nasional
2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
11. Hurlock, E. B. Psikologi Neonatal. Jakarta . Ybp-Sp, 2008.
Perkembangan Suatu Pendekatan 25. Setiawan, A. dan Saryono. Metodologi
Sepanjang Rentan Kehidupan (Alih Penelitian Kebidanan. Jakarta. Nuha
Bahasa Istiwidayanti dkk.Edisi Kelima. Medika, 2010.
Jakarta. Erlangga. 2010 26. Suherni, S., Hesti, Widyasih, Anita,
12. Machmudah.Pengaruh Persalinan Rahmawati. Perawatan Masa Nifas.
Dengan Komplikasi Terhadap Yogyakarta. Fitramaya, 2009.
Kemungkinan Terjadinya Postpartum 27. Sloane & Benedict. Petunjuk lengkap
Blues Di Kota Semarang.Asuhan kehamilan. Alih Bahasa, Anton
Kebidanan Pada Masa Nifas Adiwiyoto. Jakarta. Pustaka Mina
“Puerperium care”. Pustaka Pelajar. Salemba Medika. 2009.
Yogyakarta (Diakses tanggal 28 28. Soep. Pengaruh Intervensi
November 2017). 2010. Psikoedukasi dalam Mengatasi Depresi
13. Marmi. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Postpartum Di RSU DR. Pringadi
“Peurperium Care”. Medan, Tesis PascaSarjana Universitas
Yogyakarta.Pustaka Belajar, 2015. Sumatera Utara,Medan, 2009.
14. Maryunani, Anik. Asuhan pada Ibu 29. Sugiyono. Metode Penelitian
dalam Masa Nifas (Postpartum). Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Jakarta. Trans Info Media, 2009. Bandung. Alfabeta, 2008.
15. Mudyaharjo. Pengantar Pendidikan 30. Sujiyatini, dkk. Asuhan Patologi
Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Kebidanan. Jakarta. Nuha Medika,
Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan 2008
Pendidikan Di Indonesia. Jakarta. 31. Tukiran, Agus, Joko, & Pande, M.
Grafindo Persada, 2009. Kesehatan Berencana Dan Kesehatan
16. Notoadmodjo, S. Metologi Penelitian Reproduksi. Yogyakarta . Pustaka
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta, 2010. Belajar. 2009.
32. Wisner KL, Parry BL, Piontek
CM,Scoot . Postpartum Depression.

462
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

New England Journal Of Medicine. tanggal 28 November 2017). 2008.


Vol 347.2002; 2: 194-99 .(Diakses

463
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN POSTPARTUM BLUES
DI WILAYAH PUSKESMAS
REMAJA TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Sarjana Terapan Kebidanan

DINA RIZKI SEPRIANI


NIM. P07224319005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN POSTPARTUM BLUES
DI WILAYAH PUSKESMAS
REMAJA TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Sarjana Terapan Kebidanan

DINA RIZKI SEPRIANI


NIM. P07224319005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dina Rizki Sepriani

Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 04 September 1997

NIM : P07224319005

Jurusan Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan Samarinda

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur

Alamat : Jalan Gunung Lingai, GG Rahman, NO 33, RT 22,

Kelurahan Gunung Lingai, Kecamatan Sungai

Pinang, Samarinda Kaimantan Timur

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri 036 Samarinda

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Samarinda

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Samarinda

4. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur Jurusan Kebidanan Prodi

DIII Kebidanan Samrinda

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah subhanaulah wa ta’ala, karena atas

berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor

Yang Berhubungan Dengan Postpartum Blues Di Wilayah Puskesmas Remaja

Tahun 2020”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan Pada Program Studi

Sarjana Terapan Alih Jenjang Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Kaltim.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimkasih kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kp, M.Kep selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kalimantan Timur.

3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Parellangi, M.Kep,MHKes selaku Penguji Utama

5. Ns. Wiyadi, M.Sc selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan riset ini.

6. Dr. Dini Indo Virawati, MPH selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan riset ini.

vi
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan

material maupun moral dan selalu mendoakan penulis dalam

menjalankan pendidikan.

8. Staf Dosen dan Staf Pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Kebidanan.

9. Sahabat yang telah banyak membantu memberikan motivasi, saran dan

kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

laporan atau tulisan penulis berikutnya.

Akhir kata, penulis berharap Allah subhanaulah wa ta’ala berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas

akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Samarinda, Juli 2020

Dina Rizki Sepriani


NIM.P07224319005

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum ................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ................................................................................. 3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis .............................................................................. 4
2. Manfaat Praktis .............................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian ........................................................................................ 7
2. Tahapan Masa Nifas ........................................................................ 7
3. Perubahan Psikologi ........................................................................ 8
B. Konsep Dasar Post Partum Blues
1. Pengertian…………………………………………………………. 10
2. Jenis Gangguan Psikologi Post Partum ............................................ 10
3. Faktor Penyebab Post Partum Blues ................................................ 11
4. Gejala Post Partum Blues ................................................................. 18
5. Dampak Post Partum Blues pada Bayi ............................................ 18
C. Skrining EPDS ..................................................................................... 19
D. Kerangka Teori ..................................................................................... 21
E. Kerangka Konsep ................................................................................. 22
F. Hipotesis .............................................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 24
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 24
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 27
E. Definisi Operasional .......................................................................... 28
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 29
G. Uji Validitas dan Reabilitas ................................................................ 32
H. Analisa Dara Penelitian...................................................................... 37

viii
I. Jalannya Penelitian............................................................................. 42
J. Etika Penelitian .................................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 45
B. Pembahasan .......................................................................................... 51
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 64
B. Saran ..................................................................................................... 65
Daftar Pustaka .................................................................................................. 67
LAMPIRAN .....................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu. ....................................................................... 5


Tabel 2.1Perbandingan Antara PostPartum Blues, depresi dan Psikosis
PostPartum.................................................................................................... 11
Tabel 2.2 Kerangka konsep ............................................................................ 22
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 28
Tabel 3.2 Skor Penilaian Dukungan Suami, Keluarga dan Pekerjaan
Terhadap Postpartum Blues. .......................................................................... 30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrument Dukungan Suami, Dukungan Keluarga,
Pekerjaan ......................................................................................................... 31
Tabel 3.4 Jalannya Penelitian.......................................................................... 42
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Resiko ...................................... 46
Tabel 4.2 Analisis Chi-Square ........................................................................ 47

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale)

Lampiran 3 Kuesioner Pekerjaaan

Lampiran 4 Kuesioner Dukungan Suami

Lampiran 5 Kuesioner Dukungan Keluarga

Lampiran 6 Permohonan Untuk Menjadi Responden

Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 Data SPSS

Lampiran 9 Dokumentasi

Lampiran 10 Jadwal Penelitian

xi
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Postpartum Blues
Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020

Dina Rizki Sepriani1 *, Dini Indo Virawati2, Wiyadi3

1. mahasiswa jurusan kebidanan samarinda, Poltekkes Kemenkes


Kalimantan timur
2. dosen jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
3. dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan
Timur

*Penulis Korespondensi: Dina Rizki Sepriani, Jurusan Kebidanan Prodi


Sarjana Terapan Kebidanan Samarinda, Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, Indonesia E-mail:
drs.dina04@gmail.com, Phone: +62-53-32391049

Abstrak

Pendahuluan : Postpartum blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan


efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan
memuncak pada hari ke tiga sampai ke lima dan menyerang dalam rentang
waktu 14 hari dengan faktor penyebab seperti usia, paritas, status kehamilan,
pekerjaan, dukungan suami dan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di
Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.
Metode : Desain penelitian ini adalah cros-sectional, populasi adalah ibu yang
menjalani persalinan normal di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling sebanyak 38 ibu nifas.
Pengambilan data dengan kuesioner karakteristik responden EPDS, dan
kuesioner dukungan sosial, dukungan keluarga dan pekerjaan. Analisis data
menggunakan chi-square.
Hasil : Hasil penelitian ini diperoleh terdapat hubungan signifikan antara
variabel usia dengan p-value = 0,000, status kehamilan p-value 0,003,
pekerjaan p-value = 0,000, dan dukungan suami p-value = 0,001 terhadap
kejadian postpartum blues.
Pembahasan : Usia dan dukungan suami merupakan variabel yang paling kuat
hubungannya denga kejadian postpartum blues. Meningkatkan pelayanan
kesehatan untuk memberikan fasilitas yang menunjang dalam seperti
penyuluhan tentang masa nifas, tanda bahaya masa nifas, kelainan yang dapat
terjadi pada masa nifas dapat dilakukan untuk menurunkan terjadinya
postpartum blues.

Kata Kunci : postpartum blues, usia, faktor risiko

xii
Factors Related To The Occurrence Of Postpartum Blues at the Remaja
Public Health Center in 2020

Dina Rizki Sepriani1 *, Dini Indo Virawati2, Wiyadi3

1. student midwifery samarinda, Polytechnic Ministry of Health,


East Kalimantan
2. lecturer of Midwifery major, Polytechnic Ministry of Health, East
Kalimantan
3. lecturer of Nursing major, Polytechnic Ministry of Health, East
Kalimantan

* Corresponding Author: Dina Rizki Sepriani, Department of Midwifery


Samarinda, Polytechnic Ministry of Health of East Kalimantan,
Indonesia. E-mail: drs.dina04@gmail.com, Phone: +62-53-32391049

Abstract

Introduction: Postpartum blues is known as a syndrome that often appears on the


first week after birth and peaked on third to fifth days and attack within 14 days
with causative factors such as age, parity, pregnancy status, employment, husband
and family support. The purpose of this study was to determine the factors
associated with the occurrence of postpartum blues in Remaja Health Care Center
2020.
Methods : This study used cross-sectional design with the populations are
mothers who had normal maternity. The technique sampling was purposive
sampling with 38 people. Data collection by questionnaire using Edinburgh
Postnatal Depresion Scale (EPDS) and questionnaire of social, family, and work
support. The data analysis using Chi-Square.
Results : The results of this study shows that is a significant correlation between
age p-value = 0,000, pregnancy status p-value = 0.003, occupation p-value =
0.000, and husband's support p-value = 0,001 with postpartum blues incidence.
Discussion : Age and occupation is the strongest variable in relation to the
incidence of postpartum blues. The improve of health services to provide facilities
such as counceling about the puerperium, danger signs of the puerperium, and the
abnormalities that can occur during puerperium.

Keywords : postpartum blues, age, risk factors

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, (2008) angka kejadian postpartum blues di dunia berkisar

antara 0,5%-60%. Angka kejadian postpartum blues di Asia berkisar antara

3,5%-63,3% (Klainin P & Arthur DG, 2009). Angka kejadian postpartum blues

di Indonesia sebanyak 30% menurut (Kemenkes, 2013).

Postpartum blues atau sering juga disebut Maternity Blues atau Baby

Blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering

tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke

tiga sampai ke lima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung

setelah persalinan (Arfian, 2012). Adapun tanda dan gejalanyan seperti: reaksi

depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas,

labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan

nafsu makan. Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya

akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari.

Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang

menjadi keadaan yang lebih berat (Murtiningsih, 2012).

Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah di mulai sejak dia hamil.

Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam

hidup, namun banyak ibu yang mengalami stres yang signifikan. Ada kalanya

ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini

disebut postpartum blues (Marmi, 2012).

1
2

Postpartum blues dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues yaitu usia ibu, paritas,

dukungan dari suami, pendidikan, ekonomi dan pekerjaan. Faktor -faktor yang

mempengaruhi postpartum blues biasanya dipengaruhi oleh beberapa sebab

sehingga tanda dan gejala postpartum blues merupakan mekanisme

multifaktorial (Irawati & Yuliani, 2014).

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya faktor risiko terjadinya

postpartum blues ialah usia, paritas, status kehamilan, pekerjaan, dan dukungan

suami serta keluarga. Seperti salah satu dari beberapa penelitian sebelumya

Dian Irawati dengan judul pengaruh faktor psikososial dan cara persalinan

terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas tahun 2014 dengan nilai P-

value<0,05 sehingga usia ≤20 atau >30 tahun, paritas, status kehamilan,

dukungan suami, dan pengetahuan berpengaruh terhadap terjadinya postpartum

blues.

Postpartum blues dapat berkembang menjadi gejala depresi mayor. Lebih

dari 20% wanita yang mengalami postpartum blues akan berkembang menjadi

gejala depresi mayor dalam satu tahun setelah melahirkan. Apabila postpartum

blues tidak ditangani dengan serius, maka akan berkembang menjadi depresi

postpartum dan kondisi yang paling berat bisa sampai postpartum psychosis.

Postpartum blues sering menyebabkan terputusnya interaksi ibu dan anak, dan

mengganggu perhatian dan bimbingan yang dibutuhkan bayinya untuk

berkembang secara baik. 10-15% ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini

dan hampir 90% mereka tidak mengetahui postpartum blues (Diah Ayu, 2015).
3

Pada penelitian sebelumnya untuk mengukur postpartum blues

menggunakan skrining EPDS dengan total skor 30 dimana ibu yang

mendapatkan skor ≥10 termasuk kedalam postpartum blues.

Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian tentang

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Postpartum blues Di Puskesmas

Remaja Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah, “Apakah ada Faktor yang berhubungan Dengan

Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Menganalisis Faktor Yang Berhubugan Dengan Kejadian Postpartum Blues

Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan usia dengan pos partum blues

b. Menganalisis hubungan paritas dengan postpartum blues

c. Menganalisis hubungan status kehamilan dengan postpartum blues

d. Menganalisis hubungan pekerjaan dengan postpartum blues

e. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan postpartum blues

f. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan postpartum blues

g. Menganalisa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian

postpartum blues di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.


4

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang

menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khusus serta sebagai referensi

bagi peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan dan

penyempurnaan ilmu pengetahuan yang sudah ada yang terkait dengan

Untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Postpartum

Blues Di Wilayah Puskesmas Remaja Tahun 2020.

2. Aspek praktik

a. Peneliti

Mendapatkan informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan

kejadian postpartum blues.

b. Aplikatif

Sebagai informasi bagi responden dan masyarakat tentang kejadian

postpartum blues pada ibu nifas.

c. Institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini sebagai proses belajar dalam penelitian ilmu

pengetahuan khususnya dalam menangani postpartum blues selama

perkuliahan di program Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

d. Klinik/Puskesmas

Diharapkan dari hasil penelitian ini, petugas kesehatan di Samarinda

dapat melakukan skrining dan bisa melakukan penanganan awal terhadap

ibu nifas dengan postpartum blues.


5

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Postpartum

Blues Di Puskesmas Remaja Tahun 2020:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Variabel Hasil
Peneliti Judul Penelitian Metode Perbedaan
Penelitian Penelitian
Komang Prevalensi dan Rancangan Variabel Faktor risiko Variabel
Prayoga faktor risiko penelitian bebas: yang didapat independen:
Ariguna depresi deskriftif usia, dalam usia, paritas,
Dira, Anak postpartum di cross- pekerjaan, penelitian pendidikan,
Ayu Sri Kota Denpasar sectional non paritas ini adalah status
Wahyun menggunakan eksperimental Variabel riwayat kehamilan,
(2016) edinburgh terikat : pendidikan pekerjaan,
postnatal depresi rendah, dukungan
depression scale Postpartum paritas, suami,
umur, dukungan
memiliki keluarga
riwayat anak Variabel
meninggal dependen:
dan Postpartum
kehamilan blues
tidak
diharapkan

Sri Faktor internal Rancangan Variabel bebas: faktor yang Variabel


Wahyuni dan eksternal penelitian Faktor internal terbukti independen:
Murwati, yang cross dan eksternal berpengaruh usia, paritas,
Supiati mempengaruhi sectional, Variabel terikat : terhadap pendidikan,
(2014) depresi purposive postpartum depresi status
postpartum consequtive blues postpartum kehamilan,
sampling. Uji adalah pekerjaan,
statistika yang pekerjaan dukungan
digunakan dan suami,
Fisher Exact, dukungan dukungan
uji regresi keluarga keluarga
logistik ganda Variabel
dependen:
Postpartum
blues

Diah Ayu Faktor risiko yang Jenis Variabel Faktor Variabel


Fatmawati berpengaruh penelitian non bebas: risiko usia, independen:
(2015) terhadap kejadian eksperimen usia, paritas dan usia, paritas,
postpartum blues menggunakan pendidikan, dukungan pendidikan,
rancangan paritas, status sosial status
studi cross pekerjaan ibu, suami kehamilan,
sectional jenis memiliki pekerjaan,
dengan persalinan, pengaruh dukungan
pendekatan kehamilan yang suami,
kuantitatif dan tidak signifikan dukungan
6

kualitatif. direncanakan, terhadap keluarga


status kejadian Variabel
ekonomi postpartum dependen:
keluarga dan blues. Usia Postpartum
dukungan ibu adalah blues
sosial suami efek faktor
Variabel risiko
terikat : terkuat
postpartum pada
blues kejadian
postpartum
blues
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian

Nifas (postpartum) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput

janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinnya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2010). Masa nifas

(postpartum) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira

berlangsung selama 6 minggu (Winkjosastro, 2010).

Masa nifas (postpartum) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau setelah persalinan

sampai 42 hari persalinan merupakan periode penting bagi ibu dan bayi

baru (Winkjosastro, 2014). Adaptasi psikologis masa nifas merupakan

suatu proses adaptasi dari seorang ibu postpartum, dimana pada saat ini

ibu akan lebih sensitif dalam segala hal, terutama yang berkaitan dengan

dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang

sangat penting (Susanti & Sulistiyanti, 2018).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut (Sulistyawati, 2009), masa nifas di bagi dalam 3 periode, yaitu :

a. Periode Immediate Puerperium, yaitu masa segera setelah plasenta

lahir sampai dengan 24 jam. Pada tahap ini bidan harus dengan teratur

7
8

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan

darah, dan suhu.

b. Periode Early Puerperium (24 jam-1 minggu). Pada fase ini bidan

memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya

dengan baik.

c. Periode Late Puerperium (1 minggu-6 minggu). Pada periode ini bidan

tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta

konseling KB.

3. Perubahan Psikologis

Menurut (Bahiyyatun, 2009), adaptasi psikologi pada periode

postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan

menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor - faktor yang

mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada

masa postpartum yaitu :

a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

b. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

c. Pengalaman melahirakan dan membesarkan anak yang lain

d. Pengaruh budaya

Satu atau dua hari postpartum ibu cenderung pasif dan tergantung.

Ibu nifas hanya menuruti nasehat, ragu – ragu dalam membuat keputusan,

masih berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu


9

membicarakan pengalaman persalinan. Periode tersebut diuraikan oleh

Rubin menjadi 3 tahap :

a. Taking in

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif

dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap

tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan

yang dialami. Ibu akan mengulang – ulang cerita pengalamannya

waktu bersalin.

b. Taking hold

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung

jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi

sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah. Kita

perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril

sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

c. Letting go

Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara

penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari

atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.


10

B. Konsep Dasar Postpartum Blues


1. Pengertian

Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau

baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang

sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak

pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14

hari terhitung setelah persalinan (Irawati & Yuliani, 2014).

2. Jenis gangguan psikologi postpartum

Menurut (Alifah, 2016), jenis gangguan postpartum blues sebaagai

berikut:

a. Postpartum blues

Terjadi pada hari 1–10 setelah melahirkan dan hanya bersifat

sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah

menangis, sedih, nafsu makan menurun, sulit tidur.

b. Postpartum depression

Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif, merasa

bersalah, lelah cemas, dan dan tidak mampu merawat dirinya dan

banyinya.

c. Postpartum psikosis

Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat mengancam

dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga

memrlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan

pemberian obat.
11

Tabel 2.1 Perbandingan Antara Postpartum Blues, Depresi


Postpartum, dan Psikosis Postpartum
Postpartum blues Depresi postpartum Psikosis

Insiden 60-80 % 10-20 % 3-5 %

Gejala Cemas, Labilitas Cemas, rasa kehilangan Semua gejala yang


mood, mudah sedih, kehilangan ada pada depresi
menangis, nafsu makan harapan ( hopelessness), postpartum
menurun, gangguan menyalahkan diri ditambah gejala
tidur, biasanya terjadi sendiri, gangguan halusinasi, delusi,
dalam 2 minggu atau percaya diri, kehilangan dan agitasi
kurang dari 2 minggu tenaga, lemah, gangguan
nafsu makan ( appetite),
berat badan menurun,
insomnia, rasa khawatir
yang berlebihan, adanya
perasaan bersalah.
Memiliki ide bunuh diri

Kejadian 1-10 hari setelah 1-12 bulan setelah Umum terjadi pada
melahirkan melahirkan bulan pertama
setelah melahirkan

Penyebab Perubahan hormonal Ada riwayat depresi. Ada riwayat


dan perubahan/ adanya Respon hormonal. penyakit mental,
stresor dalam hidup Kurangnya dukungan perubahan hormon,
sosisal ada riwayat
keluarga dengan
penyakit bipolar

Tindakan Support dan empati Konseling Psikoterapi dan


terapi obat

Sumber : (Marmi, 2012)

3. Faktor penyebab postpartum blues

Faktor penyebab postpartum blues menurut (Irawati & Yuliani, 2014) yaitu

sebagai berikut:

a. Faktor Hormonal

Berupa perubahan kadar kortisol, estrogen, progesteron, prolaktin,

dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun

secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek


12

supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu

enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun

serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

b. Faktor Demografi

Usia yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia

memikirkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus

anaknya. Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu

primipara, mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang

ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang

pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum

blues sebelumnya.

Penelitian Diah Ayu mengenai faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian postpartum blues pada tahun 2015 ialah usia ibu

postpartum ≤20 tahun mempunyai peluang 3,41 kali mengalami

postpartum dan dukungan sosial suami mempunyai peluang 2,44 kali

untuk mengalami postpartum blues.

Penelitian Dian Irawati dengan judul pengaruh faktor psikososial

dan cara persalinan terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu

nifas tahun 2014 menunjukkan bahwa usia ≤20 atau >30 tahun, paritas,

status kehamilan, dukungan suami, dan pengetahuan berpengaruh

terhadap terjadinya postpartum blues.

c. Faktor Psikologis

Berkurangnya perhatian keluarga terutama suami karena semua


13

perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan ibu

merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan

perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik si kecil karena tidak

sesuai dengan yang di inginkan juga bias memicu postpartum blues.

d. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan

turut memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada

persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup

lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama

proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan dengan cara operasi

cesar (Sectio Caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut

terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin

besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan, akan semakin

besar pula trauma psikis yang muncul.

e. Faktor sosial

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti

tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak

diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya, status sosial ekonomi,

serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami,

keluarga, dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini.

Apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril

(misalnya dengan membantu dan menyelesaikan pekerjaan rumah

tangga atau beperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh kesah)


14

selama ibu menjalani masa kehamilannya.

Penelitian Devi Kurniasari dengan judul hubungan antara

karakteristik ibu, kondisi bayi dan dukungan sosial suami dengan

postpartum blues pada ibu dengan persalinan sc di rumah sakit umum

ahmad yani metro tahun 2014 menyatakan bahwa ada hubungan antara

usia, pendidikan, pekerjaan, paritas ibu, kondisi bayi dan dukungan

sosial dengan postpartum blues di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani

Metro tahun 2014.

f. Faktor Fisik

Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan menimang menguras tenaga,

apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau keluarga yang lain.

Penelitian yang dilakukan Lina Wahyu Susanti dengan judul analisis

faktor-faktor terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas pada tahun

2017 didapatkan hasil dukungan suami p-value 0,001 sehingga kurangnya

dukungan suami meningkatkan terjadinya postpartum blues.

Penelitian yang dilakukan Evicenna Naftuchah dengan judul

dukungan suami dan keluarga terhadap angka kejadian baby blues di

Puskesmas Kembaran Banyumas tahun 2017 mengatakan bahwa

dukungan suami mempengaruhi terjadinya baby blues. Seorang suami

disarankan untuk selalu menemani istrinya untuk membantu kesulitan istri

dalam merawat bayinya, dapat menerima keluhan istrinya dan dapat

meyakinkan istri bahwa ia akan selalu berada di sisinya. Selain itu,


15

dukungan keluarga juga sangat memengaruhi psikologi klien, di mana

keluarga membantu klien untuk merawat dan merawat bayinya.

Penelitian yang dilakukan Wa Ode Merlin Mursidin dengan judul

gambaran kejadian postpartum blues pada ibu postpartum di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2017 mengatakan bahwa pekerjaan ibu

postpartum yang mengalami postpartum blues pada ibu rumah tangga

sebanyak 9 responden (56,2%).

Penelitian yang dilakukan Intan Kumalasari dengan judul faktor risiko

kejadian postpartum blues di Kota Palembang tahun 2019 mengatakan

bahwa ibu yang mengalami kelelahan fisik lebih banyak mengalami

postpartum blues.

Maka dapat disimpulkan dari beberapa jurnal pendukung diatas

bahwa faktor risiko terjadinya postpartum blues ialah usia, paritas, status

kehamilan, pekerjaan, dukungan suami dan dukungan keluarga.

Dukungan suami merupakan faktor terbesar dalam memicu kejadian

postpartum blues. Hal ini dikarenakan dukungan suami merupakan strategi

koping penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi

preventif untuk mengurangi stress. Mereka yang mendapatkan dukungan

suami baik secara emosional, dukungan, penghargaan relatif tidak

menunjukkan gejala postpartum blues, sedangkan mereka yang kurang

memperoleh dukungan suami relatif mengalami gejala postpartum blues

(Fitrah et al., 2017).

Dukungan dari tenaga kesehatan seperti dokter obstetri, bidan atau


16

perawat juga sangat di perlukan oleh ibu postpartum misal dengan cara

memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan

dan persalinan termasuk penyulit-penyulit yang mungkin akan timbul pada

masa tersebut beserta penangannya (Fitrah et al., 2017).

Menurut (Yuliawan & Betty Rahayuningsih, 2014), bentuk-bentuk

dukungan dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Dukungan emosional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan

kepercayaan dari orang lain terutama suami sebagai motivasi. Suami

berfungsi sebagai salah satu tempat berteduh dan beristirahat, yang

berpengaruh terhadap ketenangan emosional, mencakup pemberian

empati, dengan mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih sayang,

kepercayaan dan perhatian.

b. Bantuan informasi dengan membantu individu untuk menemukan

alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah. Dukungan informasi

dapat berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang lain, sehingga

individu dapat mengatasi dan memecahkan masalah. Disamping itu

dukungan informasi tentang kehamilan. Suami dapat memberikan

bahan bacaan seperti buku, majalah/ tabloid tentang kehamilan.

c. Dukungan instrumental di tunjukkan pada ketersediaan sarana untuk

memudahkan perilaku menolong orang menghadapi masalah

berbentuk materi berupa pemberian kesempatan dan peluang waktu.

Dukungan instrumental dapat berupa dukungan materi seperti

pelayanan, barang-barang dan finansial.


17

d. Dukungan penilaian dapat berupa pemberian penghargaan atas usaha

yang dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi

yang dicapai serta memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri

dan kepercayaan akan kemampuan individu. Individu menilai perilaku

mendukung dari sumber, sehingga individu merasakan kepuasan,

merasa diperhatikan, merasa dihormati, merasa memiliki kasih sayang,

dan merasa dipercaya.

e. Dukungan suami, persiapan pendamping persalinan juga perlu

difikirkan menjelang persalinan. Kehadiran seorang suami dapat

meningkatkan kesiapan psikologis atau mental, mengurangi

kecemasan, meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan rasa

aman dan nyaman saat bersalin. Dukungan yang diperoleh ibu hamil

dari suami akan memotivasi ibu untuk mengakses informasi dan

mendapatkan pelayanan antenatal care termasuk diantaranya kelas ibu

hamil. Dukungan suami dalam menghadapi kehamilan maupun

persalinan sangat berarti, dimana suami dapat menumbuhkan rasa

percaya diri pada istri, sehingga mentalnya cukup kuat dalam

menghadapi proses persalinan. Membantu istri dalam menyiapkan

semua kebutuhan bayi, memperhatikan secara detail kebutuhan istri

dan menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa aman. Selain itu suami

dapat bekerja sama dengan anggota keluarga dan teman terdekat

memberikan dukungan yang positif dengan demikian dukungan suami

memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesiapan ibu hamil


18

dalam menghadapi persalinan. Suami yang tidak mendukung yaitu

suami yang tidak mengingatkan untuk minum obat, tidak mengantar

untuk periksa kehamilan, memperhatikan kebutuhan ibu hamil dan

memberikan rasa nyaman.

4. Gejala Postpartum Blues

Gejala postpartum blues ringan hanya terjadi dalam hitungan jam

atau 1minggu pertama setelah melahirkan, gejala ini dapat sembuh dengan

sendirinya, sedangkan pada beberapa kasus postpartum depresion dan

postpartum psikosis, bisa sampai mencelakai diri sendiri bahkan anaknya,

sehingga pada penderita kedua jenis gangguan mental terakhir perlu

perawatan yang ketat di rumah sakit (Irawati & Yuliani, 2014).

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan

sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke 3 atau

hari ke 6 setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut

diantaranya: sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,

penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala, sering berganti

mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas

berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat

diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat

keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru

lahirkan, insomnia yang berlebihan. Gejala–gejala itu mulai muncul

setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung
19

beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum

depression (Irawati & Yuliani, 2014).

5. Dampak Postpartum Blues Pada Bayi

Ibu yang mengalami gangguan pasca persalinan dapat berpengaruh

negatif terhadap bayinya. Ibu tidak mampu merawat bayinya dengan

optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan

menghindar dari tanggung jawabnya, akibatnya kondisi kebersihan dan

kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal juga tidak bersemangat

menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya

tidak seperti bayi yang ibunya sehat.

Akibat lainnya adalah hubungan antara ibu dan bayi juga tidak

optimal. Bayi sangat senang berkomunikasi dengan ibunya. Komunikasi

ini dilakukannya dengan cara dan dalam bentuk yang bermacam-macam,

misalnya senyuman, tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang

berubah-ubah yang semua itu perlu ditangggapi dengan respon yang sesuai

dan optimal, namun bila hal ini tidak terpenuhi, anak menjadi kecewa,

sedih bahkan frustasi. Kejadian seperti ini membuat perkembangan tidak

optimal, sehingga membuat kepribadiannya kurang matang (Irawati &

Yuliani, 2014).

C. Skrining EPDS

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat yang

dirancang khusus untuk menyaring penyimpangan suasana hati ibu. EPDS

dikembangkan pada tahun 1987. EPDS terdiri dari 10 pertanyaan yang


20

harus dijawab oleh ibu sendiri yang dapat diselesaikan kurang dari 5

menit. EPDS berupa kuesioner baku untuk mengukur seorang ibu nifas

mengalami depresi post partum atau tidak. EPDS dapat digunakan pada 2

minggu pasca melahirkan, namun bila hasilnya meragukan dapat

dilakukan pengisiannya 2 minggu kedepan. Dalam jurnal (Ningrum, 2017)

Beck dan Gable (2001) menyebutkan bahwa validasi EPDS tercatat

sebagai berikut sensitivity= 86%, specificity= 78%, positivepredictive

value= 73%, dan coefficient alpha= 0.87 dengan sampel 84 wanita nifas.

EPDS yang dilakukan pada minggu pertama pada wanita yang

tidak menunjukkan gejala depresi dapat memprediksi kemungkinan

terjadinya depresi pasca persalinan pada minggu ke 4 dan 8. Jika

postpartum blues tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan

keadaan gangguan mental yang lebih parah lagi atau biasa disebut depresi

postpartum yang salah satu tanda gejalanya adalah keinginan untuk

menyakiti bayi atau dirinya sendiri. Saat ini di Indonesia, wanita dengan

depresi postpartum belum dilaporkan secara pasti insidensinya. Biasanya

penderita baru akan dikenali bila kondisinya sudah mengalami depresi

berat (postpartum psychosis). Pentingnya petugas kesehatan untuk

mengkaji kondisi psikologis ibu masa nifas dan menangani kasus

postpartum blues agar tidak berlanjut kepada depresi postpartum

(Ningrum, 2017).
21

D. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian dapat dilihat seperti pada gambar di bawah

ini:

Masa Nifas

Psikologi Fisiologis

Hormonal
Postpartum blues
Faktor demografi :
usia dan paritas
Postpartum Depression

Faktor fisik :
Pekerjaan
Postpartum Psikosis

Faktor sosial :
Gejala : pendidikan, status
a. Cemas perkawinan, kehamilan yang
b. mudah marah tidak diinginkan, riwayat
c. sedih, gelisah gangguan jiwa sebelumnya,
d. perasaan kesepian atau ditolak ekonomi, dukungan sosial
e. bingung dari lingkungannya(suami,
f. letih keluarga, dan teman)
g. pelupa
h. perasaan putus asa sampai ibu merasa enggan
untuk mengasuh bayi
i. terjadi 1-10 hari

Sumber : (Marmi, 2012)


E. Kerangka Konsep
Menurut (Notoatmodjo, 2012) kerangka konsep adalah suatu uraian

dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau

variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan.
22

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia

Paritas

Status Kehamilan Postpartum blues

Pekerjaan

Dukungan suami

Dukungan Keluarga

Tabel 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pernyataan penelitianyang

telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian. Hipotesis dalam

penelitian berarti jawaban sementara yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

1. H0 : Tidak ada Hubungan Usia Dengan Postpartum Blues Di


Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Usia Dengan Postpartum Blues Di Puskesmas
Remaja Tahun 2020.
2. H0 : Tidak ada Hubungan Paritas Dengan Postpartum Blues Di
Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Paritas Dengan Postpartum Blues Di Puskesmas
Remaja Tahun 2020.
3. H0 : Tidak ada Hubungan Status Kehamilan Dengan Postpartum
Blues Di Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Status Kehamilan Dengan Postpartum Blues Di
23

Puskesmas Remaja Tahun 2020.


4. H0 : Tidak ada Hubungan Pekerjaan Dengan Postpartum Blues Di
Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Pekerjaan Dengan Postpartum Blues Di
Puskesmas Remaja Tahun 2020.
5. H0 : Tidak ada Hubungan Dukungan Suami Dengan Postpartum
Blues Di Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Dukungan Suami Dengan Postpartum Blues Di
Puskesmas Remaja Tahun 2020.
6. H0 : Tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Postpartum
Blues Di Puskesmas Remaja Tahun 2020.
H1 : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Postpartum Blues
Di Puskesmas Remaja Tahun 2020.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

observasional-analitik yang berdasar pada bentuk angka dalam pengukuran

variabel dan menarik kesimpulan dari fenomena yang diteliti. Desain

penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yaitu suatu penelitian

dimana variable-variabel yang termasuk variabel bebas dan variabel terikat

diukur sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini peneliti akan meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan

kejadian postpartum blues di wilayah Puskesmas Remaja.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada April – Juni 2020 dan

dilakukan di Wilayah Puskesmas Remaja.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah obyek penelitian secara keseluruhan yang akan

diteliti dan memiliki karakteristik tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas hari ke 3 yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Remaja. Jumlah Populasi ibu hamil yang

di peroleh dari data Puskesmas Remaja didapatkan sebesar 917 ibu

hamil dari data bulan Januari-Desember 2019. Sedangkan Ibu hamil

24
25

yang diperkirakan Tafsiran Persalinan dari bulan April-Mei di

perkirakan sekitar 42 responden (Puskesmas, 2019).

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian yang diambil dari sebagian atau keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2012). Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus

slovin sebagai berikut:

Keterangan

n : Jumlah elemen/anggota sampel

N : Jumlah elemen/anggota populasi

e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan

1% atau 0.01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1

Populasi yang didapat dalam penelitian ini berjumlah 42 responden

ibu nifas pada bulan April-Mei di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda

dan persisi yang ditetapkan atau tingkat signifikasi 0,05 maka besarnya

sampel penelitian ini adalah :

Pada penelitian disimpulkan bahwa jumlah keseluruhan responden di

dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 ibu nifas.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling


26

dengan menentukkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang

berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi

ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi

kriteria inklusi adalah:

1) Responden yang bersedia menjadi responden.

2) Responden yang dapat baca tulis.

3) Responden adalah ibu nifas hari ke 3

4) Responden ibu nifas dengan bayi yang sehat

b. Kriteria Ekslusi :

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi

syarat sebagai sampel penelitian, seperti halnya ada hambatan

etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang

tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam,

2008). Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria eksklusi

adalah:

1) Responden yang sakit atau dalam kondisi yang tidak

memungkinkan untuk mengisi atau memberikan jawaban.


27

2) Responden yang tidak dapat berbicara, tidak dapat

membaca ataupun menulis.

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan

terikat/akibat/terpengaruh atau variabel dependen dan variabel bebas/sebab/

mempengaruhi atau variabel indipenden (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan

pendapat diatas, variabel penelitian adalah :

1. Variabel independen yaitu faktor risiko (usia, paritas, status kehamilan,

pekerjaan, dukungan suami, dukungan keluarga)

2. Variabel dependen yaitu postpartum blues.


28

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Ukur
Usia Lama waktu hidup dimulai sejak Kuesioner Nominal 1. Risiko apabila
dilahirkan sampai pada saat berumur <20 thn
penelitian dilakukan yang dan > 35 tahun
dibuktikan dengan kartu tanda 2. Tidak risiko apabila
pengenal berumur 20-35
tahun
(Nugraheni, 2017)

Paritas Jumlah anak yang pernah Kuesioner Ordinal 1. Primipara, bila


dilahirkan baik lahir hidup pernah melahirkan 1
maupun lahir mati kali
2. Multipara, bila
pernah melahirkan
2-5 kali
3. Grandemultipara,
bila pernah
melahirkan >5 kali
(Anggraini, 2017)

Status Kehamilan yang terjadi karena Kuesioner Nominal 1. Direncanakan


kehamilan direncanakan/diinginkan ataupun 2. Tidak direncanakan
tidak direncanakan/diinginka. (Irawati & Yuliani, 2014)
Setiap kehamilan seharusnya
merupakan kehamilan yang
diinginkan oleh ibunya dengan
pernikahan yang sah

Pekerjaan Beban kerja ibu yang dilakukan Kuesioner Nominal 1. Ada beban kerja
selama melakukan kegiatan ≤50
mengurus anak dan hal lainnya 2. Tidak ada beban kerja
>50
(Kumalasari &
Hendawati, 2019)

Dukungan Bentuk motivasi dari suami Kuesioner Nominal 1. Ada dukungan


suami terhadap ibu nifas ≥50
1. Dukungan informatif 2. Tidak ada dukungan
2. Dukungan emosional <50
3. Dukungan instrumental (Irawati & Yuliani, 2014)

Dukungan Bentuk motivasi dari keluarga Kuesioner Nominal 1. Ada dukung


keluarga selain suami terhadap ibu nifas ≥50
1. Dukungan informatif 2. Tidak ada dukungan
2. Dukungan emosional <50
3. Dukungan instrumental (Mursidin, 2017)

Postpartum Ibu nifas yang mengalami Kuesioner Nominal 1. Ya ≥ 10


blues gangguan psikologis tanpa (EPDS) 2. Tidak <10
menyadari dirinya mengalami (Nugraheni, 2017)
postpartum blues dengan gejala
cemas, sedih, mudah marah, dan
labilitas mood
29

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2012).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuisioner untuk

mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan memberikan lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden (Sugiyono, 2012).

Variabel yang menggunakan instrument berupa kuesioner ialah

variabel pekerjaan, dukungan suami dan dukungan keluarga. Pada variabel

dukungan keluarga yang dimaksud dalam keluarga disini ialah mertua,

orang tua ibu, saudara yang tinggal bersama atau dekat dengan ibu nifas.

Skala yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan suami,

dukungan keluarga dan pekerjaan dengan skala likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert, di mana

responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai berbagai

pernyataan mengenai perilaku, objek, orang, atau kejadian (Sugiyono,

2012).

1. Kuesioner hubungan dukungan suami, keluarga, dan pekerjaan terhadap

postpartum blues, responden memberi tanda centang (√) pada

pertanyaan yang sesuai dengan responden. Jawaban item pertanyaan

menggunakan skala likert yang meliputi Sangat Sering (SS), Sering (S),

Tidak Sering (TS), dan Sangat Tidak Sering (STS). Salah satu skor
30

standar yang biasanya digunakan dalam skala model likert (Sugiyono,

2012).

Tabel 3.2 Skor Penilaian Dukungan Suami, Dukungan Keluarga dan


Pekerjaan Terhadap Postpartum Blues
Skala SS S C/N TS STS
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Interpretasi nilai skala likert variabel dukungan suami, dukungan

keluarga, dan pekerjaan sebagai beriktu:

Angka 0%-19,99% = Sangat Tidak Sering/Buruk/Kurang Sekali

Angaka 20%-39,99& = Tidak Sering/Kurang Baik

Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral

Angka 60% – 79,99% = Sering/Baik/suka

Angka 80% – 100% = Sangat Sering/Baik/Suka


31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Dukungan Suami, Keluarga, dan Pekerjaan

Instrument Indikator Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif Jumlah


Dukungan Dukungan
1,4 2,3 4
Suami emosional
Dukungan
6,7 5,8 4
informasi
Dukungan
10,12,13 9,11,14 6
instrumental
Dukungan
15,17 16,18 4
penilaian
Total
9 9 18
Dukungan Dukungan
1,3 2,4 4
Keluarga emosional
Dukungan
5,7 6,8 4
informasi
Dukungan
10,12,13 9,11,14 6
instrumental
Dukungan
15,17 16,18 4
penilaian
Total
9 9 18
Pekerjaan Mengasuh
3,5,7,8 1,2,4,6 8
anak
Pekerjaan
11,13,15,16,17,19,21,22 9,10,12,14,18,20,23,24 16
dirumah
Total 12 12 24
2. Instrumen Postpartum Blues

Instrument yang digunakan dari edinburgh postpartum depression

scale (EPDS) yang dikembangkan oleh Cox, Holden dan Sagovsky

sejak tahun 1987. EPDS dipilih sebagai instrumen pada penelitian ini

karena EPDS merupakan instrumen baku dan berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa instrumen tersebut telah teruji

dan diakui validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas tersebut juga telah

dilakukan pada berbagai budaya dan tersedia dalam berbagai bahasa.

Hasil uji coba tersebut didapatkan nilai sensivitasnya 86% dan

spesivitasnya 78% (Ningrum, 2017).


32

Jumlah pertanyaan instrumen EPDS ada 10 item, dimana

pertanyaan-pertanyaan tersebut mudah dipahami, yang memungkinkan

klien dapat mengisinya serta tidak membuat klien kelelahan saat

menjawab kuesioner tersebut. Pertanyaan dalam instrumen tersebut

diklasifikasikan dengan tanda (*) dan tanpa tanda (*). Pertanyaan tanpa

tanda (*) yakni pertanyaan 1,2, dan 4, kotak jawaban teratas diberi nilai

nol (0) dan kotak jawaban yang terendah diberi nilai tiga (3).

Pertanyaan dengan tanda (*) yakni nomor 3,5,6,7,8,9,10 kotak jawaban

teratas diberi nilai tiga (3) dan kotak jawaban yang paling rendah diberi

nilai nol (0).

Nilai maksimum EPDS adalah 30 dengan interval 0-9 normal, ≥ 10

postpartum blues atau depresi. Dimana penafsiran EPDS antara

postpartum blues dengan depresi adalah dilihat waktu kejadiannya.

EPDS yang digunakan segera setelah melahirkan dan diulang dalam

waktu dua minggu adalah mengkaji kejadian postpartum blues dan bila

penilaian EPDS dalam waktu satu bulan atau lebih adalah menilai

depresi postpartum (Wisner, 2002; Scott, 2008) dalam jurnal (Ningrum,

2017).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini, penelitian menggunakan kuesioner yang akan melalui

uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan

pada sampel lain yang memiliki karakteristik yang sama. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Notoatmodjo, 2012), yaitu pengambilan sampel dalam


33

uji validitas sebanyak 38 ibu nifas. Peneliti melakukan uji validitas di

Wilayah Puskesmas Trauma Center dan Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda.

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Rumus yang digunakan dalam

pengujian ini adalah rumus Korelasi Product Moment untuk skor 1-5.

Bila hasil perhitungan rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi

5% maka instrumen dinyatakan valid, jika instrumen dinyatakan tidak

valid maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memperbaiki pertanyaan yang tidak valid dan membagikan ulang

b. Membuang atau tidak memakai pertanyaan yang tidak valid

(Notoatmodjo, 2012)

Rumus Product Moment :

N ∑XY – (∑X) (∑Y)


rxy =

Keterangan:

rxy = Validitas butir

∑X = Jumlah skor butir

∑Y = Jumlah skor total

N = Jumlah sampel

Apabila instrument valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai

berikut :

0,800 – 1,000 = sangat tinggi


34

0,600 – 0,799 = tinggi

0,400 – 0,599 = cukup tinggi

0,200 – 0.399 = rendah

0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid)

Keputusan uji :

a. Bila rhitung> r tabel maka butir pertanyaan valid

b. Bila rhitung< rtabel maka butir pertanyaan tidak valid

Hasil uji validitas sebagai berikut :

a. Dukungan Suami

Kuesioner variabel dukungan suami telah dilakukan uji dari 18

pertanyaan (4 pertanyaan dukungan emosional, 4 pertanyaan

dukungan informasi, 6 pertanyaan dukungan instrumental, 4

pertanyaan dukungan penilaian) menunjukkan bahwa terdapat 12

pertanyaan yang valid dengan rhitung> r tabel, antara lain 4 pertanyaan

dukungan emosional (p1, p2, p3, p4), 2 pertanyaan dukungan

informasi (p7, p8), 3 pertanyaan dukungan instrumental (p10, p11,

p14), dan 3 pertanyaan dukungan penilaian (p15, p17, p18).

Instrumen pertanyaan yang tidak valid (p5, p6, p9, p12, p13,

p16) maka peneliti membuang atau tidak memakai pertanyaan

tersebut.

b. Dukungan Keluarga

Kuesioner variabel dukungan keluarga setelah dilakukan uji dari

18 pertanyaan (4 pertanyaan dukungan emosional, 4 pertanyaan


35

dukungan informasi, 6 pertanyaan dukungan instrumental, 4

pertanyaan dukungan penilaian) menunjukkan bahwa terdapat 15

pertanyaan yang valid dengan rhitung> r tabel, antara lain 3 pertanyaan

dukungan emosional (p1, p3, p4), 4 pertanyaan dukungan informasi

(p5, p6, p7, p8), 6 pertanyaan dukungan instrumental (p9, p10, p11,

p12, p13, p14), dan 2 pertanyaan dukungan penilaian (p15, p17).

Instrumen pertanyaan yang tidak valid (p2, p16, p18) maka

peneliti membuang atau tidak memakai pertanyaan tersebut.

c. Pekerjaan

Kuesioner variabel pekerjaan telah dilakukan uji dari 24

pertanyaan (8 pertanyaan mengenai mengasuh anak, 16 pertanyaan

mengenai pekerjaan rumah tangga) menunjukkan bahwa terdapat 12

pertanyaan yang valid dengan rhitung> r tabel, antara lain 4 pertanyaan

mengenai mengasuh anak (p1, p2, p4, p6), 8 pertanyaan mengenai

pekerjaan dirumah (p9, p10, p11, p12, p14, p18, p23, p24).

Instrumen pertanyaan yang tidak valid (p3, p5, p7, p8, p13, p15,

p16, p17, p19, p20, p21, p22) maka peneliti membuang atau tidak

memakai pertanyaan tersebut.

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
36

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran

reliabilitas menggunakan bantuan software komputer dengan rumus

alpha cronbach.

Rumus Alpha Cronbach:

k   b2 
r 1  2 
k 1  1 

Keterangan :

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

∑σb2 = Jumlah varians butir

∑σ12 = Varians total

Keputusan uji:

a. Bila rhitung> r tabel maka instrumen reliabel

b. Bila rhitung< rtabel maka instrumen tidak reliabel

Telah dilakukan uji reliabilitas butir pertanyaan yang telah valid,

dengan hasil sebagai berikut:

Jumlah partisipan masing-masing variabel 38 ibu nifas

sehingga rtabel 0,6 dengan hasil hitung Cronbach’ Alpha variabel

dukungan suami 0,831, dan hasil hitung Cronbach’ Alpha variabel

dukungan keluarga 0,911, serta hasil hitung Cronbach’ Alpha variabel

pekerjaan 0,761. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel

atau handal.
37

H. Analisa Data Penelitian

1. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer

serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel analisis

hubungan antar variabel.

a. Analisis Univariat

Penelitian analisis univariat mengkaji identitas responden yang

meliputi usia, paritas, status kehamilan, pekerjaan, dukungan suami,

dan dukungan keluarga yang ditampilkan dalam bentuk data proporsi

atau persentase. Data kejadian postpartum blues awalnya berjenis

numerik, yaitu menggunakan skor 0-30. Jika responden mempunyai

skor <10 maka responden tidak mengalami postpartum blues. Jika

skor ≥10 maka responden mengalami postpartum blues. Sehingga data

yang ditampilkan berupa data kategorik, yaitu mengalami

kemungkinan terjadinya postpartum blues atau tidak mengalami

postpartum blues. Analisis univariat pada tiap variabel penelitian akan

dilakukan dengan rumus :

Keterangan:

P = Persentase subyek pada kategori tertentu

x = ∑ sampel dengan karakteristik tertentu

y = ∑ sampel total
38

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui pengaruh antara variabel dependen dengan variabel

independen (Sugiyono, 2012).

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square dengan

menggunakan perangkat lunak pengolah statistik program SPSS. Uji

Chi-Square ini digunakan untuk mengetahui adanya korelasi

(hubungan) antara 2 variabel penelitian atau lebih yang berskala

nominal atau ordinal (Sugiyono, 2012). Dasar pengambilan keputusan

hipotesis berdasarkan perbandingan Chi Square hitung dengan Chi

Square tabel sebagai berikut:

1) Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel maka hipotesis

penelitian (Ho) diterima.

2) Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel maka hipotesis

penelitian (Ho) ditolak dan H1 diterima.

Analisis data menggunakan uji chi-square. Nilai tingkat

kemaknaan (P-value) dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan

atau alpha (α), dengan nilai α = 0,05.

1) Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti H1 diterima

2) Apabila p > 0,05 = Ho diterima

Adapun syarat penggunaan uji Chi-Square (  2) adalah sebagai

berikut:
39

1) Frekuensi yang diharapkan dan masing-masing sel tidak boleh

kecil (< 5).

2) Untuk tabel kontingensi 2 x 2, penggunaan uji Chi-Square

disarankan:

a) Bila n > 40 menggunakan  2 dengan koreksi kontinuitas

(Yate’s Correction) rumus untuk tabel kontingensi 2 x 2.

b) Bila n ada diantara 20 sampai 40, uji  2 dengan rumus Yate’s

Correction boleh digunakan bila semua frekuensi (E) = lima

atau lebih, maka yang digunakan adalah Uji Fisher.

2. Pengolahan Data

Ada beberapa tahap dalam proses pengolahan data menurut

(Notoatmodjo, 2012) meliputi :

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekkan isian formulir

atau format observasi apakah data yang ada sudah lengkap, jelas,

relevan dan konsisten. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

1) Usia

b) Kriteria usia < 20 dan >35 tahun diberi kode :1


40

c) Kriteria usia 20-35 tahun diberi kode :2

2) Paritas

a) Kriteria primipara diberi kode :1

b) Kriteria multipara diberi kode :2

c) Kriteria grandemultipara diberi kode : 3

3) Status kehamilan

a) Direncanakan :1

b) Tidak direncanakan :2

4) Dukungan suami

a) Ada dukungan suami :1

b) Tidak ada dukungan suami :2

5) Dukungan keluarga

a) Ada dukungan keluarga :1

b) Tidak ada dukungan keluarga :2

6) Pekerjaan

a) Ada beban kerja :1

b) Tidak ada beban kerja :2

7) Post partum blues

a) Ya :1

b) Tidak :2

c. Sorting

Adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokan data yang

dikehendaki (klasifikasi data).


41

d. Memasukkan data (Data Entry)

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau komputer. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari

orang yang melakukan data entry ini. Apabila tidak maka akan terjadi

bias, meskipun hanya memasukkan data saja.

e. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


42

I. Jalannya Penelitian

Mengajukan surat permohonan izin untuk mengambil data dan


penelitian ke Dinkes

Ethical Clearance

Seminar Proposal Penelitian

Mengajukan surat permohonan izin untuk pengambilan data dan penelitian


ke Dinkes

Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Memberikan penjelasan pelaksanaan dan tujuan kepada kader dan RT

Mengumpulkan responden di wilayah Pusekesma Remaja Samarinda


dengan bantuan kader dan RT

Memberikan penjelasan pelaksanaan dan tujuan kepada


responden (Secara langsung dan Social Media/Google Form)

Informed Concent

Pembagian dan pengisian EPDS dan kuesioner pekerjaan,


dukungan suami dan dukungan keluarga

Melakukan pengolahan dan analisis data chi-square

Hasil dan kesimpulan

Seminar Hasil

Tabel 3.4 Jalannya Penelitian


43

J. Etika Penelitian

Sebagai pertimbangan etika peneliti meyakini bahwa responden

dilindungi, dengan memperhatikan aspek-aspek; self determination, privacy,

anonnymity, informed consent dan protection from discomfort.

1. Self determination, responden diberi kebebasan untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara

sukarela.

2. Privacy/confidentiality, responden dijaga ketat yaitu dengan cara

merahasiakan informasi-informasi yang di dapat dari mereka hanya

untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymitty, selama kegiatan penelitian nama dari responden tidak

digunakan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden.

4. Informed Consent, seluruh responden bersedia menandatangani

lembar persetujuan menjadi subyek penelitian, setelah peneliti

menjelaskan tujuan, manfaat dan harapan peneliti terhadap responden,

juga setelah reponden memahami semua penjelasan peneliti.

5. Protection from discomfort, responden bebas dari rasa tidak nyaman.

Peneliti menekankan bahwa apabila responden merasa tidak nyaman

selama penelitian, responden berhak untuk mengundurkan diri sebagai

responden.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda

yang merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang melayani

pengobatan umum/BPJS, dokter gigi, dokter umum, apotek, laboratoriun,

pemeriksaan kehamilan, perawatan pasca salin, keluarga berencana,

imunisasi, IVA dan Pap Semear, sirkumsisi/sunat, dan perlengkapan bayi.

Puskesmas Remaja bertempat di Jl. Mayor Jendral Sutoyo, Kelurahan

Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda,

Kalimantan Timur, Kode Pos 75117. Puskesmas Remaja memiliki lokasi

yang strategis berada di tengah kota Samarinda.

2. Analisa

Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan di Wilayah

Puskesmas Remaja pada tanggal 12 April s/d 3 Juni 2020 dengan cara

membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang Faktor Yang

Berhubungan dengan kejadian Postpartum Blues di Wilayah Puskesmas

Remaja Samarinda dengan cara mendatangi responden dirumah dan

dengan menggunakan Google Form. Sebelum memberikan kuesioner

peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, kerahasian

identitas responden dan cara pengisian kuesioner kepada responden.

Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden, setiap data yang

45
46

terkumpul diperiksa kelengkapannya dan dianalisis maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Persentase
Karakteristk Frekuensi
(%)
Usia
<20 dan > 35 tahun 14 36,8%
20-35 tahun
24 63,2%
Paritas
1 24 63,2%
>2 14 36,8%
>5
0 0%
Status Kehamilan
Direncanakan 36 94,7
Tidak Direncanakan
2 5,3
Dukugan Suami
Ada 3 7,9%
Tidak ada
35 92,1%
Dukungan Keluarga
Ada 14 36,8%
Tidak ada
24 63,2%
Pekerjaan
Ada beban kerja 12 31,6%
Tidak ada beban kerja 26 68,4%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 38

responden, hampir seluruh responden berusia 20-35 tahun sebanyak

24 responden (63,2%). Hampir seluruh responden memiliki jumlah

anak sebanyak satu yaitu sebanyak 24 responden (63,2%). Sebagian

besar responden merencanakan kehamilannya sebanyak (94,7%).

Hampir seluruh responden tidak ada dukungan suami yaitu sebanyak

35 reponden (92,1%). Hampir seluruh responden tidak ada dukungan


47

keluarga yaitu sebanyak 24 reponden (63,2%). Hampir setengah

responden memiliki beban pekerjaan yaitu sebanyak 26 responden

(68,4%).

b. Analisis Chi-square

Analisis Variabel Usia, Paritas, status kehamilan, dukungan suami,

dukungan keluarga, dan pekerjaan dengan Variabel Postpartum blues.

Table 4.2 Analisis chi-square

Variabel Postpartum PR 95%Confidence


Blues Interval (CI)
X2 P- Lower Upper
Value
Usia 14,387 0,000 31,571 3,442 289,597

Paritas 0,181 0,671 0,750 0,199 2,827

Status Kehamilan 9,120 0,003 0,400 0,258 0,620

Dukungan Suami 11,259 0,001 3,000 1,809 4,976

Dukungan Keluarga 0,849 0,357 0,536 0,141 2,033

Pekerjaan 15,785 0,000 3,350 1,826 5,785

1) Usia

Analisa hubungan antara usia dengan postpartum blues

dilakukan menggunakan uji chi-square dengan taraf signifikan

alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 = 14,387 dengan P-

value = 0,000 < 0,05 maka diputuskan tolak H0 dan terima H1

sehingga terdapat hubungan antara usia dengan postpartum blues di

Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda Tahun 2020. Usia memiliki

risiko 31,57 kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI

3,442–289,579).
48

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara usia dengan postpartum blues yang bisa

terjadi pada ibu nifas. Semakin besar resiko variabel usia maka

kemungkinan terjadi postpartum blues meningkat. Artinya usia ibu

yang berisiko (<20 dan >35 tahun) akan meningkatkan terjadinya

postpartum blues.

2) Paritas

Analisa hubungan antara paritas dengan postpartum blues

dilakukan menggunakan uji chi-square dengan taraf signifikan

alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 = 0,181 dengan P-

value 0,671 > 0,005 (PR 0,75 95% CI 0,19-2,82) maka diputuskan

gagal tolak H0, sehingga tidak terdapat hubungan antara paritas

dengan postpartum blues di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda

Tahun 2020.

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara paritas dengan postpartum blues.

3) Status Kehamilan

Analisa hubungan antara status kehamilan dengan postpartum

blues dilakukan menggunakan uji chi-square dengan taraf

signifikan alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 = 9,120

dengan P-value 0,003 < 0,005 maka diputuskan tolak H0 dan terima

H1, sehingga terdapat hubungan antara status kehamilan dengan

postpartum blues di Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda Tahun


49

2020. Status kehamilan memiliki risiko 0,4 kali mengalami

kejadian postpartum blues (95%CI 0,25-0,62).

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan yang sangat lemah atau sangat kecil terjadinya

postpartum blues yang berarti tidak signifikan.

4) Dukungan Suami

Analisa hubungan antara dukungan suami dengan postpartum

blues dilakukan menggunakan uji chi-square dengan taraf

signifikan alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 = 11,259

dengan P-value 0,001 < 0,005 maka diputuskan tolak H0 dan terima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

dukungan suami dengan postpartum blues di Wilayah Puskesmas

Remaja Samarinda Tahun 2020. Dukungan suami memili risiko 3,0

kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 1,80-4,97).

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara dukungan suami dengan postpartum

blues.

5) Dukungan Keluarga

Analisa hubungan antara dukungan keluarga dengan

postpartum blues dilakukan menggunakan uji chi-square dengan

taraf signifikan alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 =

0,849 dengan P-value 0,357 (PR 0,53 95%CI 0,14-2,03) maka

diputuskan gagal tolak H0, sehingga tidak terdapat hubungan antara


50

dukungan keluarga dengan postpartum blues di Wilayah Puskesmas

Remaja Samarinda Tahun 2020.

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

postpartum blues.

6) Pekerjaan

Analisa hubungan antara pekerjaan dengan postpartum blues

dilakukan menggunakan uji chi-square dengan taraf signifikan

alpha 5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 = 15,785 dengan P-

value 0,000 maka diputuskan tolak H0 dan terima H1, sehingga

terdapat hubungan antara pekerjaan dengan postpartum blues di

Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda Tahun 2020. Pekerjaan

memiliki risiko 3,3 kali mengalami kejadian postpartum blues

(95%CI 1,82-5,78).

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara pekerjaan dengan postpartum blues.

Jika terjadi peningkatan pada variabel pekerjaan maka akan

dibarengi dengan peningkatan variabel variabel postpartum blues.

Artinya semakin besar beban pekerjaan yang dilakukan ibu nifas,

maka kemungkinan terjadi postpartum blues pada ibu nifas akan

meningkat.

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan variabel didapatkan faktor

risiko yang dominan sesuai dengan P-value adalah usia mempunyai


51

hubungan yang bermakna dengan p-value 0,000. Kehamilan usia <20

dan >35 tahun memiliki risiko 31,57 kali mengalami postpartum

blues dibandingkan dengan usia ibu yang 20-35 tahun (95% CI 3,44-

289,597).

Pekerjaan memiliki hubungan bermakna dengan P-value 0,000.

Pekerjaan memiliki risiko 3,35 kali mengalami postpartum blues

(95% CI 1,82-5,78).

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini didapatkan responden sebanyak 38 responden. Faktor-

faktor dalam kejadian postpartum blues didalam penelitian ini adalah usia,

paritas, status kehamilan, dukungan suami, dukungan keluarga, dan

pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia ≥ 20 tahun, mempunyai anak 1 dengan status kehamilan

direncanakan, sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki beban kerja

(ibu tidak bekerja), kurang mendapatkan dukungan suami dan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko

terhadap kejadian postpartum blues di Wilayah Puskesmas Remaja

Samarinda tahun 2020.

Postpartum blues merupakan suatu sindroma gangguan efek ringan yang

sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak

pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14

hari terhitung setelah persalinan (Irawati & Yuliani, 2014). Dalam penelitian
52

ini diketahui ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak 20 responden

(52,6%) dan tidak mengalami postpartum blues sebanyak 18 responden

(47,4%).

Postpartum blues dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor-faktor

dalam penelitian ini yang kemudian telah dilakukan analisis, sebagai

berikut:

1. Usia

Usia ideal perempuan untuk menikah dan melahirkan adalah pada

rentang usia 20-35 tahun dengan jarak kelahiran dua sampai lima tahun

karena dalam periode kehidupan ini, risiko wanita menghadapi

komplikasi medis ketika hamil dan melahirkan tergolong yang paling

rendah.sedangkan pada usia <20 tahun dan >35 tahun merupakan usia

yang berisiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan (BKKBN,

2017).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara usia dengan kejadian postpartum blues dengan p-

value 0,000 dengan nilai X2 = 14,387. Dalam penelitian ini diketahui

ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak 20 responden (52,6%)

dan yang tidak postpartum blues sebanyak 18 responden (47,4%).

Kehamilan usia <20 tahun terdapat 14 (36,8%) responden yang

mengalami postpartum blues. Usia memiliki risiko 31,57 kali

mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 3,442–289,579).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh


53

(Khotimah, 2014) yang menunjukkan bahwa hubungan antara usia

dengan postpartum blues diperoleh nilai p-value= 0,003 dengan

tingkat kemaknaan yang ditetapkan pada α = 0,05. Oleh karena nilai

p< α maka H1 diterima dengan demikian terdapat hubungan usia

dengan kejadian postpartum blues. Sejalan pula dengan penelitian

(Diah Ayu, 2015) yang menganalisi faktor usia ibu < 20 tahun dengan

analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu adalah faktor terkuat

yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues

dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05) dan OR 3,41;95% CI

2,129-5,469.

Faktor usia perempuan saat kehamilan dan persalinan seringkali

dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu. Usia terlalu muda untuk hamil akan memicu risiko bagi

ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama kehamilan

maupun persalinan (Rusli, R.A, Meiyuntariningsih, & Warni, 2011).

Kehamilan dan persalinan pada usia dini menjadi salah satu faktor

pendukung terjadinya postpartum blues. Diduga bahwa dengan

meningkatnya usia ibu akan meningkatkan kematangan emosional,

sehingga meningkatkan pula keterlibatan dan kepuasan dalam peran

sebagai orang tua dan membentuk pola tingkah laku maternal yang

optimal pula (Nugraheni, 2017).

Menurut asumsi peneliti, ibu nifas yang berusia lebih dari 20 tahun

hingga 35 tahun sudah dikatakan matang atau siap dalam membina


54

keluarga sehingga pola pikir dan kesiapan menjadi seorang ibu sudah

bisa diterima dan lebih bisa mengkontrol emosinya. Ibu nifas usia

kurang dari 20 tahun seorang wanita masih sangat rawan untuk

merawat bayi sehingga mengalami kesulitan untuk beradaptasi dalam

masa nifas. Sedangkan wanita yang usia tua atau lebih dari 35 tahun

cenderung mengalami lebih banyak beban psikologis seperti kesehatan

fisik yang menurun dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

sehingga lebih rentan mengalami postpartum blues.

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan ibu sudah siap menjadi

seorang ibu dengan matangnya usia sehingga ibu nifas dapat

mengkontrol emosinya dan dapat beradaptasi dengan peran barunya.

2. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara paritas dengan kejadian postpartum blues karena nilai

X2 = 0,181 dan p-value 0,671 (PR 0,75 95% CI 0,19-2,82).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Anggraeni et al., 2014) menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

ibu primipara mengalami postpartum blues sebanyak 19 responden

(95%). Berdasarkan uji statistik Colmogorov-Smirnov dengan tingkat

signifikan α=0,05 diperoleh ρ-value 0,000 dengan demikian maka

didapatkan ρ<α (0,000<0,05). Sehingga Hο ditolak Hа diterima. Jadi

ada hubungan antara paritas dengan kejadian postpartum blues.

Namun penelitian yang dilakukan oleh (Ali, 2018) sejalan dengan


55

penelitian ini dengan menunjukkan bahwa paritas ibu nifas tidak

memiliki makna secara statistik karena memiliki nilai p (0,327) >

(0,05), sehingga didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara paritas dengan kejadian postpartum blues.

Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah

riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin

serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan

sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita

primipara lebih umum menderita postpartum blues karena setelah

melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu

hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham

perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap

dirawat (Fitriyani, 2015).

Menurut peneliti, paritas tidak mempengaruhi postpartum blues

dapat dilihat lagi dari kesiapan emosi dan mental pra dan pasca partus

ibu. Selain itu dukungan dari lingkungan sekitar juga bisa

mempengaruhi perkembangan mental ibu, serta masih ada faktor lain

yang bisa mempengaruhi terjadinya postpartum blues seperti adanya

program continuity of care yang dilakukan oleh mahasiswai bidan

ataupun bidan praktik mandiri pada ibu dari masa kehamilan hingga

ibu menetapkan ingin memakai alat kontrasepsi sehingga dalam masa

pemantauan kondisi ibu dari hamil telah mendapatkan konseling dalam

menghadapi kehamilan - menetapkan KB.


56

3. Status Kehamilan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara status kehamilan dengan kejadian postpartum blues

dengan p-value 0,003 dan nilai X2 = 9,120. Jumlah responden status

kehamilan yang direncanakan sebanyak 36 (94,7%) responden yang

artinya ibu yang merencanakan kehamilannya akan menurunkan

terjadinya postpartum blues. Status kehamilan memiliki risiko 0,4 kali

mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 0,25-0,62).

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan

yang sangat lemah atau sangat kecil terjadinya postpartum blues yang

berarti tidak signifikan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Irawati & Yuliani, 2014) yang menunjukkan menunjukkan status

kehamilan mempengaruhi terjadinya postpartum blues dengan nilai p =

0,027. Sejalan pula dengan penelitian (Yolanda, 2019) yang

menunjukkan nilai signifikansi 0,026 dengan nilai OR = 20,958 kali.

Hal ini berarti bahwa status kehamilan mempengaruhi kejadian

postpartum blues pada ibu nifas sebanyak 20,958 kali.

Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang

dapat menyebabkan postpartum blues adalah kehamilan yang tidak

diinginkan. Kehamilan yang diharapkan maka seorang ibu akan

semakin siap untuk persalinan dan menjadi ibu. Persiapan untuk

persalinan dan menjadi ibu akan sangat menentukan apakan seseorang


57

mengalami postpartum blues atau tidak. Adanya persiapan yang baik

membuat ibu postpartum akan mampu menghadapi masa pasca

persalinannya dengan baik (Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen,

2014).

Kehamilan yang terjadi di usia dini merupakan salah satu risiko

seks pranikah atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang

pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan

bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya ditambah

sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak

tanpa ikatan pernikahan (Nugraheni, 2017).

Menurut asumsi peneliti bahwa adanya hubungan status kehamilan

dengan kejadian postpartum blues disebabkan oleh ibu nifas yang

kehamilannya tidak diinginkan akan lebih mudah untuk mengalami

kejadian postpartum blues dibandingkan ibu nifas yang kehamilannya

diinginkan, karena kehamilan yang tidak diinginkan akan

menimbulkan perasaan penolakan terhadap peran baru sebagai seorang

ibu serta adanya sanksi sosial dari masyarakat yang tinggi.

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan adanya konseling pada

remaja mengenai sex education sehingga dapat menekan terjadinya

kehamilan yang tak diinginkan dan ibu nifas dapat diberikan dukungan

lebih dari keluarga dan tenaga kesehatan selama menjalani masa

nifasnya.
58

4. Pekerjaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pekerjaan dengan kejadian postpartum blues dengan

p-value 0,000 dengan nilai X2 = 15,785. Pekerjaan memiliki risiko 3,3

kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 1,82-5,78).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

(Kurniasari & Astuti, 2015) menunjukkan hasil p-value = 0,018 yang

berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan

dengan kejadian postpartum blues di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani

Metro tahun 2014. Dengan nilai OR 3,684 berarti responden yang

tidak bekerja beresiko memiliki peluang 3,684 kali lebih besar untuk

mengalami postpartum blues. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan (Kumalasari & Hendawati, 2019) bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kelelahan fisik (p-value =0,029 ;

OR=3,341) dengan kejadian postpartum blues.

Kelelahan fisik dapat memicu terjadinya postpartum blues. Adanya

penambahan peran dan tanggung jawab baru ibu dalam perawatan

bayi, proses persalinan lama yang tidak pernah dialami sebelumnya,

kurang istirahat dan tidur dapat menyebabkan kelelahan fisik pada ibu.

Kelelahan fisik juga disebabkan karena aktivitas mengasuh, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan menimang bayi sepanjang hari

bahkan tak jarang di malam hari, sehingga menguras tenaga dan


59

menimbulkan kelelahan pada ibu, apalagi jika tidak ada bantuan dari

suami atau anggota keluarga yang lain (Kumalasari & Hendawati,

2019).

Beratnya pekerjaan ibu selama kehamilan dapat menimbulkan

terjadinya postpartum blues karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal

tersebut dapat mempengaruhi kehamilan dan janin yang sedang

dikandung. Persoalan penting di rumah dalam masukan nutrisi, beban

kerja wanita hamil, dan perencanaan kehamilan. Banyak keadaan ibu

dengan beban kerja berat sampai kehamilam cukup bulan, kelebihan

beban kerja, khususnya lebih dari 5 jam dari standar per hari,

merupakan faktor risiko yang tidak langsung terjadi perdarahan

antepartum (Kurniasari & Astuti, 2015).

Ibu yang hanya bekerja dirumah mengurusi anak-anak mereka

dapat mengalami keadaan krisis situasi dan mencapai gangguan

perasaan/blues karena rasa lelah dan letih yang mereka rasakan. Pada

ibu rumah tangga yang mengurusi semua urusan rumah tangga sendiri,

kemungkinan mempunyai tekanan terhadap tanggung jawabnya baik

sebagai istri atau sebagai seorang ibu (Fatmawati, 2015).

Menurut asumsi peneliti pekerjaan berhubungan terhadap kejadian

postpartum blues karena beban kerja yang ada dan bertambah dengan

ada nya konflik peran ganda sebagai seorang ibu dan istri yang dapat

menimbulkan masalah baru bagi wanita yang tidak bekerja yang hanya

melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak yang akhirnya


60

menimbulkan gangguan emosional jika selama masa nifas tidak

berjalan dengan baik.

Setelah dilakukan penelitian ini ibu dapat mempersiapkan dirinya

dalam menghadapi peran ganda sebagai seorang ibu dan istri atau saat

ibu mempunyai pekerjaan diluar pekerjaan rumah sehingga ibu bisa

membagi waktunya dan mentalnya selama masa nifas.

5. Dukungan Suami

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

kuat antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues dengan

p-value 0,001, nilai X2 = 11,259. Dukungan suami memiliki risiko 3,0

kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 1,80-4,97).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

(Irawati & Yuliani, 2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

dukungan suami dengan terjadinya postpartum blues dengan nilai p =

0,013. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Anggraini, 2017) berdasarkan hasil uji statistik chi-square nilai

(P = 0,000) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues

dengan nilai contingency coefficient sebesar 0,541 yang menunjukkan

bahwa keeratan hubungan kuat (0,41-0,70). Sejalan pula dengan

penelitian (Susanti & Sulistiyanti, 2018) terdapat hubungan antara

dukungan suami dengan postpartum blues karena nilai siginifikan

dukungan suami sebesar 0,001 dengan nilai P- value 0,005.


61

Hal ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Videbeck

(2008) dalam jurnal (Fitrah et al., 2017) yaitu dukungan suami

merupakan faktor terbesar untuk memicu terjadinya postpartum blues.

Hal ini dikarenakan dukungan suami merupakan strategi koping

penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi

preventif untuk mengurangi stress.

Suami memegang peranan penting dalam terjadinya postpartum

blues dan diharapkan suami menyadari bahwa istri sangat

membutuhkannya pada saat saat tertentu dan suami diharapkan ada

saat istri membutuhkannya. Dukungan itu tidak hanya berupa

dukungan psikologis tapi dukungan fisiologis, penilaian, informasi dan

finansial sangat dibutuhkan oleh istri serta di dalam sebuah hubungan

yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata,

bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat

dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta

dan perhatian, jadi dukungan yang diberikan itu dikemas secara utuh

sehingga istri merasa nyaman dan dapat persalinan dengan baik

(Irawati & Yuliani, 2014).

Menurut asumsi peneliti, seorang suami merupakan salah satu

anggota keluarga yang sangat dekat dengan ibu. Segala bentuk

tindakan yang dilakukan suami yang berkaitan dengan masa nifas ibu

akan berdapak pada keadaan psikologis ibu serta kelancaran ibu dalam

menjalani masa nifasnya. Dukungan yang positif dari suami sangat


62

diperlukan dalam membantu kondisi ibu selama masa nifas. Apabila

suami tidak mendukung ibu nifas maka dapat membuat ibu merasa

sedih dan kewalahan dalam mengasuh bayinya pada minggu pertama

postpartum. Ibu nifas juga sangat membutuhkan dukungan berupa

psikis dan materil dari suami.

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan suami sebagai orang

yang sangat dekat dengan ibu dapat memberikan dukungan positif dan

perhatian lebih kepada ibu selama masa nifasnya.

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

dukungan moril, dan dukungan fisik dari mertua, saudara, dan orang

tua ibu yang tinggal atau dekat dengan ibu nifas yang dapat langsung

membantu ibu. Jumlah ibu nifas yang tinggal bersama keluarga dalam

penelitian ini sebanyak 10 responden (26,31%) dan ibu nifas yang

tinggal hanya bersama keluarga inti seperti suami dan anaknya saja

sebanyak 28 responden (73,68%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kejadian

postpartum blues karena p-value 0,367, nilai X2 = 0,849 (PR 0,53

95%CI 0,14-2,03).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

(Nikmah, 2015) menunjukkan hubungan jenis dukungan sosial yang di

berikan baik dari suami ρ = 0,072, keluarga ρ = 0,311 dan teman ρ =


63

0,376 semuannya tidak memiliki hubungan dengan tingkat kejadian

postpartum blues. Namun tidak sejalan dengan penelitian (Mursidin,

2017) mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga (pv=0,009;OR=10,996) dengan kejadian postpartum blues.

Faktor sosial cukup erat hubungannya dengan terjadinya

postpartum blues karena ibu yang pertama kali melahirkan merasa

sulit menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu. Ibu

juga merasa dijauhi oleh lingkungannya karena ibu merasa

lebih terikat pada bayinya, yang menyebabkan gaya hidup dan

aktivitas kesehariannya berubah. Ibu yang baru melahirkan harus

selalu diberi dukungan baik dukungan dari keluarga atau orang

lain terutama dukungan suami (Winkjosastro, 2014).

Merawat bayi bukanlah tugas yang ringan, terutama bagi ibu baru,

dalam asuhan pasca persalinan dukungan keluarga sangat diperlukan,

karena arahan suami dan keluarga terutama ibu sangat berpengaruh

dan menjadi acuan penting bagi ibu dalam merawat bayinya sehari-

hari. Bila suami dan keluarga tidak memberikan dukungan, membuat

ibu sedih dan kewalahan dalam mengasuh bayinya di hari-hari pertama

(Kumalasari & Hendawati, 2019).

Dukungan sosial khususnya dukungan keluarga adalah bantuan

berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun penilaian

yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga terhadap anggota

keluarga yang lain, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan fisik


64

dan psikis oleh pihak penerima dukungan sehingga penerima

dukungan akan semakin produktif dan dapat mengaktualisasikan

potensi diri sepenuhnya (Gutira & Nuryanti, 2010).

Menurut asumsi peneliti, tidak ada hubungan antara keluarga

dengan postpartum blues dapat terjadi dikarena ibu nifas lebih banyak

hanya tinggal bersama keluarga inti yang berisikan suami dan anaknya

saja sedangkan ibu nifas yang tinggal bersama keluarga besar seperti

mertua, saudara, orang tua ibu hanya ada sebagian kecil.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur ilmiah, namun masih

memiliki berbagai keterbatasan yaitu sebagai berikut :

1. Pengambilan data atau pengisian kuesioner cenderung bersifat

subyektif sehingga kejujuran responden menentukan kebenaran data

yang diberikan.

2. Peneliti mendampingi reponden pada saat mengisi kuesioner namun

tidak semua responden didampingi karena lebih banyak yang mengisi

kuesioner menggunakan google form dikarenakan Pandemi Virus

Covid-19.

3. Peneliti tidak melakukan uji multivariat dikarenakan keterbatasan

peneliti mengenai statistika.


BAB V
PENUTUP

A. Kesempulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa Faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di

Wilayah Puskesmas Remaja Samarinda tahun 2020 menunjukan bahwa

dari 38 responden ibu nifas diperoleh hasil:

1. Terdapat hubungan yang kuat antara usia dengan postpartum blues

yang bisa terjadi pada ibu nifas dengan p-value = 0,000. Usia memiliki

risiko 31,57 kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 3,442–

289,579).

2. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan postpartum blues

dengan p-value = 0,671 (PR 0,75 95% CI 0,19-2,82).

3. Terdapat hubungan antara status kehamilan dengan postpartum blues

dengan p-value = 0,003. Status kehamilan memiliki risiko 0,4 kali

mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 0,25-0,62).

4. Terdapat hubungan yang kuat antara pekerjaan dengan postpartum

blues dengan p-value = 0,000. Pekerjaan memiliki risiko 3,3 kali

mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 1,82-5,78).

5. Terdapat hubungan antara dukungan suami dengan postpartum blues

dengan p-value = 0,001. Dukungan suami memiliki risiko 3,0 kali

mengalami kejadian postpartum blues (95%CI 1,80-4,97).

6. Tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan postpartum

64
65

blues dengan p-value = 0,357 (PR 0,53 95%CI 0,14-2,03).

7. Faktor risiko yang dominan dilihat dari hasil P-value adalah variabel

usia p-value 0,000 dan pekerjaan p-value 0,000 dengan kejadian

postpartum blues.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil

penelitian yang telah dilakukan antara lain:

1. Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang postpartum blues serta sebagai

penerapan ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan.

2. Bagi responden

Diharapkan responden mengetahui informasi mengenai postpartum

blues sehingga ibu dapat mencegah atau mengatasi terjadinya

postpartum blues.

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan peneitian ini bisa menjadi sumber pustaka untuk

penelitian selanjutnya, sehingga dapat membantu wawasan dan

pengetahuan mahasiswa tentang postpartum blues.

4. Bagi tempat penelitian

Diharapkan dapat menginformasikan hal-hal yang berkenaan

mengenai postpartum blues sehingga ibu dan keluarga dapat

paham dan mengerti penyebab terjadinya postpartum blues.


Daftar Pustaka

Ali, S. dkk. (2018). Hubungan Antara Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Baby
Blues Syndrome. https://doi.org/10.1051/matecconf/201712107005
Alifah, F. N. (2016). Hubungan Faktor Psikososial Terhadap Kejadian Post
Partum Blues di Ruang Nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. 1–104.
Anggraeni, N., Kebidanan, A., & Husada, N. (2014). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Post Partum Blues.
Anggraini, H. N. (2017). Hubungan Antara Dukungan Suami, Paritas, Dan
Keikutsertaan Kp-Ibu Dengan Kejadian Baby Blues Pada Ibu
Pascamelahirkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pajang Kota Surakarta. 3(1),
87. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Arfian, S. (2012). Baby blues. Solo: Metagraf.
Bahiyyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC.
BKKBN. (2017). Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Nomor 24 tahun 2017 tentang Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M. D. (2014). Buku ajar keperawatan
maternitas (P. (Maria & Peter (ed.); Edisi 4). EGC.
Diah Ayu, F. (2015). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Postpartum Blues. Jurnal EduHealth, 5(2), 82–93.
Fatmawati, D. A. (2015). J Urnal. 5(2).
Fitrah, A. K., Helina, S., & Kunci, K. (2017). Hubungan Dukungan Suami
terhadap kejadian Postpartum Blues di Wilayah kerja Puskesmas Payung
Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2017. 7, 45–51.
Fitriyani, D. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Syndrome
Baby Blues Pada Hari 1-7 Post Partum.
Gutira, T., & Nuryanti, L. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kejadian Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Sectio Caesaria. Jurnal
Llmiah Berkala Psikologi, 12(2), 194–200.
Irawati, D., & Yuliani, F. (2014). Pengaruh Faktor Psikososial dan Cara Persalinan

67
68

Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Nifas (Studi di Ruang Nifas
RSUD Bosoeni Mojokerto). E-Proceeding of Management ISSN : 2355-
9357, 6(1 April), 1–14. https://doi.org/10.1037/cou0000103.
Kemenkes. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Khotimah, H. (2014). Usia dan Paritas dengan Postpartum Blues di RSUD Bangil
Pasuruan 2014.
Klainin P & Arthur DG. (2009). Postpartum depression in Asian cultures: A
literature review. Postpartum Depression in Asian Cultures: A Literature
Review. Int J Nurs Stud, Pp.46: 1355-73.
Kumalasari, I., & Hendawati, H. (2019). Faktor Risiko Kejadian Postpartum
Blues Di Kota Palembang. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang),
14(2), 91–95. https://doi.org/10.36086/jpp.v14i2.408
Kurniasari, D., & Astuti, Y. A. (2015). Hubungan antara karakteristik ibu, kondisi
bayi dan dukungan sosial suami dengan postpartum blues pada ibu dengan
persalinan sc di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro tahun 2014. Holistik
Jurnal Kesehatan, 9(3), 115–125.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care.”
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mursidin, W. O. M. (2017). Gambaran Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu
Postpartum Di Rs Pku Gambaran Kejadian Postpartum Blues.
Murtiningsih, A. (2012). Mengenal Baby Blues dan Pencegahannya. Jakarta:
Dunia Sehat.
Nikmah, U. (2015). Hubungan Jenis Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kejadian
Postpartum Bluesdi Poli Nifas Rsud. Dr. Moh. Soewandhie Surabaya.
Metrologia, 53(5), 1–116. https://doi.org/10.1590/s1809-
98232013000400007
Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum
Blues. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 205–218.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1589
Notoatmodjo. (2012a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
69

Notoatmodjo, S. (2012b). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nugraheni, H. T. (2017). Hubungan Kehamilan Usia Dini Dengan Kejadian
Postpartum Blues Di Rsud Wonosari Tahun 2017.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1557
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Rusli, R.A, Meiyuntariningsih, & Warni, W. E. (2011). Perbedaan Depresi Pasca
Melahirkan pada Ibu Primipara ditinjau dari usia Ibu Hamil. INSAN, Vol
13(No 01), 21–31.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Susanti, L. W., & Sulistiyanti, A. (2018). Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Baby Blues Syndrom Pada Ibu Nifas. 121–132.
Varney, H. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Edisi 4). Jakarta: EGC.
WHO. (2008). Postpartum Care of The Mother and Newborn : A PracticalGuide.
http:/.www.who.int/reproductive.health/publication/mms-98-3/93-34.html
Winkjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Winkjosastro. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Yolanda, D. (2019). Faktor Determinan yang Mempengaruhi Kejadian Post
Partum Blues pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Kota
Payakumbuh. Journal of Chemical Information and Modeling, 10(2), 1689–
1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Yuliawan, D., & Betty Rahayuningsih, F. (2014). Pengaruh Dukungan Suami
Terhadap Kesejahteraan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Miri Kabupaten Sragen.
LAMPIRAN
THE EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE
(INDONESIAN –TRANSLATION)

Tanggal Pemeriksaan :
Umur :
Status Perkawinan :
Jumlah anak :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :

Instruksi :
Setelah anda melahirkan bayi, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda
selama 7 hari ini. Di bawah ini ada sebuah contoh pertanyaan yang dilengkapi
dengan jawabannya.
Saya merasa bahagia :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak, tidak sama sekali
Jika ibu menjawab point b, jawaban ini berarti : Saya kadang-kadang merasa
bahagia.
Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan cara yang sama. Selama
7 hari belakangan ini :
1. Saya dapat tertawa dan melihat sisi yang menyenangkan dari suatu hal :
a. Sebanyak-banyaknya
b. Sekarang ini tidak terlalu banyak
c. Sedikit
d. Tidak sama sekali
2. Saya gembira menghadapi segala sesuatu
a. Sebanyak-banyaknya
b. Berkurang sedikit dari biasanya
c. Sangat kurang dari biasanya
d. Hampir tidak pernah
3. Saya menyalahkan diri sendiri secara tidak semestinya bila keadaan
menjadi buruk *:
a. Ya, hampir selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak ,tidak pernah
4. Saya merasa khawatir atau cemas tanpa alasan yang jelas.
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Hampir tidak pernah
c. Ya, kadang-kadang
d. Ya, sangat sering
5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas* :
a. Ya, cukup sering
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak, tidak banyak
d. Tidak sama sekali
6. Segala sesuatu terasa membebani saya* :
a. Ya, hampir selalu saya tidak bisa mengatasinya
b. Ya, kadang-kadang saya tidak bisa mengatasinya sebaik biasanya
c. Tidak, hampir selalu saya bisa mengatasinya dengan baik
d. Tidak, saya bisa mengatasinya dengan baik seperti biasa
7. Saya merasa tidak bahagia hingga saya merasa sulit untuk tidur * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya,kadang-kadang
c. Tidak terlau sering
d. Tidak sama sekali
8. Saya merasa sedih dan jengkel tidak menentu * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak, tidak banyak
d. Tidak sama sekali
9. Saya merasa sangat tidak bahagia hingga saya menangis * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, cukup sering
c. Tidak begitu sering
d. Tidak sama sekali
10.Pikiran untuk melukai diri sendiri telah terjadi pada saya * :
a. Ya, hampir setiap waktu
b. Ya, cukup sering
c. Hanya sesekali
d. Tidak pernah
Jumlah skor :
Cara penilaian skor :
1. Setiap pertanyaan bernilai 4 poin skala (dari 0-3), dengan total skor berkisar
antara 0-30.
2. Pertanyaan no 1,2 dan 4 ( tanpa tanda *), dinilai 0,1,2,3 mulai dari jawaban
teratas nilai skornya 0 dan jawaban terbawah nilai skornya.
3. Pertanyaan no 3, 5-10 ( dengan tanda *), dinilai 3,2,1,0 mulai dari jawaban
teratas nilai skornya 3 dan jawaban terbawah nilai skornya 0.
4. Nilai cut-off 10, artinya: skor ≥ 10 berarti cenderung untuk mengalami
postpartum skor < 10 berarti tidak cenderung untuk mengalami postpartum
blues.
Pekerjaan (Beban Kerja)

No Pertanyaan SS S C TS STS
1 Saya kesulitan saat menidurkan anak
2 Saya letih saat menggendong untuk menidurkan anak
3 Saya letih saat harus bangun tengah malam untuk
memberikan ASI
4 Saya lelah saat bayi terbangun pada malam hari
5 Saya tidak lelah saat memasak
6 Saya sedih saat telah masak tidak ada yang
memakannya
7 Saya tidak selalu mencuci baju setiap hari
8 Saya lelah mencuci baju yang semakin bertambah
selama mempunyai anak
9 Saya sering merasa lelah saat menyetrika
10 Saat saya lelah, saya hanya melap lantai yang kotor
11 Saya capek saat menyimpun barang dirumah
12 Waktu saya terbuang hanya untuk bersih-bersih rumah

Dukungan Suami
No Pertanyaan SS S C TS STS
1 Suami saya meluangkan waktu untuk mendengarkan
masalah saya
2 Suami tidak menyakinkan saya bahwa saya mampu
mengatasi kesulitan dalam merawat bayi
3 Suami tidak langsung membantu saat saya kerepotan
dalam merawat anak
4 Suami langsung menghibur saya saat kelelahan atau
sedih dalam mengurus anak dan rumah
5 Suami saya memberikan buku perawatan bayi
6 Suami saya tidak memberikan video cara merawat bayi
7 Suami saya menabung untuk kebutuhan saya dan anak
8 Suami saya tidak membelikan buku-buku perawatan
bayi
9 Suami tidak membantu dalam mengurus anak
10 Suami memberikan pujian saat saya benar dalam
mengurus anak
11 Suami membelikan sesuatu hal yang saya inginkan saat
saya mengurus anak dengan baik
12 Suami memberikan perhatian lebih saat saya telah
melakukan pekerjaan yang benar
Dukungan Keluarga
No Pertanyaan SS S C TS STS
1 Keluarga memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa
yang sedang saya ceritakan setelah melahirkan hingga
saat ini
2 Keluarga langsung membatu menenangkan bayi saya
saat menangis
3 Keluarga tidak langsung membatu mengurus anak saya
saat saya kelelahan
4 keluarga yang lebih berpengalaman mengajari ibu cara
merawat bayi
5 keluarga tidak menyarankan ibu untuk menyusui
bayinya secara ekslusif (hanya ASI)
6 Keluarga memberikan buku perawatan bayi dan menjadi
seorang ibu
7 Keluarga tidak mencari informasi melalui internet untuk
membantu ibu dalam mengurus anak
8 keluarga tidak membelikan majalah/ buku yang
berkenaan dengan perawatan bayi pada ibu
9 Keluarga membatu membelikan barang perawatan bayi
10 Keluarga tidak memberikan ayunan untuk bayi
11 Keluarga memberikan mainan untuk bayi
12 Keluarga ikut serta dalam mengganti popok dan
memandikan bayi
13 keluarga tidak menyisikan waktu luang untuk ibu dan
bayinya untuk sekedar menemani
14 keluarga akan menyanjung ibu ketika bayinya
disusui/digendong
15 keluarga membawa oleh-oleh dari luar setelah melihat
ibu sedang merawat bayinya

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab dengan
kondisi anda saat ini dengan memberi tanda silang (X).
2. Kode pilihan SS=Sangat Sering , S= Sering, C/N=cukup/netral, TS= Tidak
Sering/ Kadang-kadang, STS= Sangat Tidak Sering/Tidak Pernah
3. Angka presentasi kode pilihan :
a. Angka 0%-19,99% = (STS) Sangat Tidak Sering/Tidak Pernah
b. Angaka 20%-39,99%= (TS) Tidak Sering/Kadang-kadang
c. Angka 40% – 59,99% = (C) Cukup / Netral
d. Angka 60% – 79,99% = (S) Sering
e. Angka 80% – 100% = (SS) Sangat Sering
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN

Kepada YTH :
Bapak/ Ibu
Di
Tempat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dina Rizki Sepriani
NIM : P07224315005
Alamat : Jl.Gunung Lingai, GG.Rahman Kota Samarinda
No. Telp : 0853-3239-1049
Adalah Mahasiswa Program Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, akan melakukan penelitian
tentang :
“Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah
Puskesmas Remaja Tahun 2020”.
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi
partisipasi / responden serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan pada saat wawancara dan yang tersedia pada lembar kuesioner.
Jawaban Bapak/Ibu akan saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Melalui paparan diatas, saya sangat mengharapkan partisipasi dan
kejujuran dari bapak/ibu dalam penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama yang
telah diberikan, saya mengucapkan terima kasih.
Samarinda, April 2020
Peneliti,

Dina Rizki Sepriani


INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN)

Saya mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur

Nama : Dina Rizki Sepriani

NIM : P07224319005

Bermaksud melakukan penelitian “Hubungan Faktor Risiko Dengan

Kejadian Post Partum Blues Di Puskesmas Remaja Tahun 2020”.

Adapun segala informasi yang ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan

saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan ibu, maka

dari itu ibu tidak perlu mencantumkan nama dan atau identitas lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut , apabila ibu setuju untuk ikut serta dalam

penelitian ini dimohon untuk menandatangini kolom yang telah disediakan. Atas

kesediannya saya ucapkan terima kasih.

Samarinda, ………………………….. 2020

Peneliti Responden

Dina Rizki Sepriani

NIM.P07224319005
SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama : ......................................................................................................

Alamat : .....................................................................................................

......................................................................................................

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini


dengan mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
faktor risiko dengan kejadian postpartum blues.
Saya mengetahui bahwa tidak ada resiko yang akan saya alami dan saya
telah diberitahu peneliti bahwa jawaban angket ini bersifat sukarela, hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian dan adanya jaminan kerahasiaan
informasi yang saya berikan. Oleh karena itu dengan sukarela saya ikut berperan
serta dalam penelitian ini.

Samarinda, April 2020


Responden

(.............................)
Lampiran hasil uji validitas dan reliabilitas, sebagai berikut:

1. Kuesioner Variabel Dukungan Suami


Uji validitas
No. Rhitung rtabel Keterangan
1 0,714 0,497 Valid
2 0,682 0,497 Valid
3 0,727 0,497 Valid
4 0,661 0,497 Valid
5 0,195 0,497 Tidak Valid
6 0,442 0,497 Tidak Valid
7 0,756 0,497 Valid
8 0,808 0,497 Valid
9 0,097 0,497 Tidak Valid
10 0,602 0,497 Valid
11 0,711 0,497 Valid
12 0,389 0,497 Tidak Valid
13 0,456 0,497 Tidak Valid
14 0,508 0,497 Valid
15 0,560 0,497 Valid
16 0,203 0,497 Tidak Valid
17 0,501 0,497 Valid
18 0,565 0,497 Valid

Uji reliabilitas

Nilai Cronbach’s Alpha Nilai minimal Cronbach’s Alpha


0,831 0,6
2. Dukungan Keluarga
Uji validitas
No. Rhitung rtabel Keterangan
1 0,603 0,497 Valid
2 0,047 0,497 Tidak Valid
3 0,762 0,497 Valid
4 0,748 0,497 Valid
5 0,662 0,497 Valid
6 0,796 0,497 Valid
7 0,730 0,497 Valid
8 0,794 0,497 Valid
9 0,861 0,497 Valid
10 0,711 0,497 Valid
11 0,725 0,497 Valid
12 0,764 0,497 Valid
13 0,890 0,497 Valid
14 0,745 0,497 Valid
15 0,608 0,497 Valid
16 0,021 0,497 Tidak Valid
17 0,737 0,497 Valid
18 -0,039 0,497 Tidak Valid

Uji reliabilitas

Nilai Cronbach’s Alpha Nilai minimal Cronbach’s Alpha


0,911 0,6
3. Pekerjaan
Uji validitas
No. rhitung rtabel Keterangan
1 0,578 0,423 Valid
2 0,624 0,423 Valid
3 0,167 0,423 Tidak Valid
4 0,459 0,423 Valid
5 0,266 0,423 Tidak Valid
6 0,531 0,423 Valid
7 0,228 0,423 Tidak Valid
8 0,065 0,423 Tidak Valid
9 0585 0,423 Valid
10 0,662 0,423 Valid
11 0,432 0,423 Valid
12 0,575 0,423 Valid
13 0,159 0,423 Tidak Valid
14 0,486 0,423 Valid
15 0,404 0,423 Tidak Valid
16 0,205 0,423 Tidak Valid
17 0,325 0,423 Tidak Valid
18 0,465 0,423 Valid
19 0,327 0,423 Tidak Valid
20 0,231 0,423 Tidak Valid
21 0,094 0,423 Tidak Valid
22 0,293 0,423 Tidak Valid
23 0,617 0,423 Valid
24 0,482 0,423 Valid
Uji reliabilitas
Nilai Cronbach’s Alpha Nilai minimal Cronbach’s Alpha
0,761 0,6
Lampiran analisis dengan SPSS, sebagai berikut:

A. Analisis univariat

Statistics

Dukungan_Sua Dukungan_Kel Status_K


mi uarga Pekerjaan Usia Paritas ehamilan PPB
N Valid 38 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Risiko 24 63,2 63,2 63,2
Resiko 14 36,8 36,8 100,0
Total 38 100,0 100,0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anak 1 24 63,2 63,2 63,2
Anak >2 14 36,8 36,8 100,0
Total 38 100,0 100,0

Status_Kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid primipara 36 94,7 94,7 94,7
multipara 2 5,3 5,3 100,0
Total 38 100,0 100,0

Dukungan_Suami

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada Dukungan Suami 3 7,9 7,9 7,9
Tidak Ada Dukungan
Suami 35 92,1 92,1 100,0
Total 38 100,0 100,0
Dukungan_Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada Dukungan Keluarga 14 36,8 36,8 36,8
Tidak ada dukungan
Keluarga 24 63,2 63,2 100,0
Total 38 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beban Pekerjaan 12 31,6 31,6 31,6
Tidak Ada Beban
Pekerjaan 26 68,4 68,4 100,0
Total 38 100,0 100,0

PPB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 20 52,6 52,6 52,6
Tidak 18 47,4 47,4 100,0
Total 38 100,0 100,0
B. Analisis bivariat
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Suami * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%
Keluarga * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%
Pekerjaan * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%
Usia * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%
Paritas * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%
Statuskehamilan * PPB 38 100,0% 0 ,0% 38 100,0%

Usia Crosstab

PPB Total
Ya Tidak Ya
Usia Resiko Count 13 1 14
Expected Count 7,4 6,6 14,0
Tidak Risiko Count 7 17 24
Expected Count 12,6 11,4 24,0
Total Count 20 18 38
Expected Count 20,0 18,0 38,0

Chi-Square Tests(d)
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 14,387 1 ,000 ,000 ,000
Continuity
11,946 1 ,001
Correction(a)
Likelihood Ratio 16,394 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 14,008 1 ,000 ,000 ,000 ,000
N of Valid Cases 38

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Usia
(Resiko / Tidak Risiko) 31,571 3,442 289,597
For cohort PPB = Ya 3,184 1,678 6,039
For cohort PPB = Tidak ,101 ,015 ,678
N of Valid Cases 38
Paritas Crosstab

PPB Total
Ya Tidak Ya
Paritas Anak 1 Count 12 12 24
Expected Count 12,6 11,4 24,0
Anak >2 Count 8 6 14
Expected Count 7,4 6,6 14,0
Total Count 20 18 38
Expected Count 20,0 18,0 38,0

Chi-Square Tests(d)

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square ,181 1 ,671 ,745 ,465
Continuity
,008 1 ,929
Correction(a)
Likelihood Ratio ,181 1 ,670 ,745 ,465
Fisher's Exact Test ,745 ,465
Linear-by-Linear
Association ,176 1 ,675 ,745 ,465 ,242
N of Valid Cases 38

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Paritas
(Anak 1 / Anak >2) ,750 ,199 2,827
For cohort PPB = Ya ,875 ,478 1,602
For cohort PPB = Tidak 1,167 ,565 2,409
N of Valid Cases 38

Status kehamilan Crosstab

PPB Total
Ya Tidak Tidak
Statuskehamilan Direncanakan Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
Tidak direncanakan Count 2 0 2
Expected Count 2,0 0,0 2,0
Total Count 20 18 38
Expected Count 20,0 18,0 38,0
Chi-Square Tests(d)

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 9,120 1 ,003 ,003 ,003
Continuity
6,872 1 ,009
Correction(a)
Likelihood Ratio 12,193 1 ,000 ,003 ,003
Fisher's Exact Test ,003 ,003
Linear-by-Linear
Association 8,880 1 ,003 ,003 ,003 ,003
N of Valid Cases 38

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


For cohort PPB = Tidak ,400 ,258 ,620
N of Valid Cases 38

Dukungan Suami Crosstab

PPB Total
Tidak Ya Tidak
Suami tidak ada dukungan Count 15 20 35
Expected Count 15,0 20,0 35,0
ada dukungan Count 3 0 3
Expected Count 3,0 0,0 3,0
Total Count 18 20 38
Expected Count 18,0 20,0 38,0

Chi-Square Tests(d)

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 11,259 1 ,001 ,001 ,001
Continuity
8,744 1 ,003
Correction(a)
Likelihood Ratio 14,383 1 ,000 ,001 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear
Association 10,963 1 ,001 ,001 ,001 ,001
N of Valid Cases 38
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


For cohort PPB = Tidak 3,000 1,809 4,976
N of Valid Cases 38

Dukungan Keluarga Crosstab

PPB Total
Ya Tidak Ya
Keluarga Ada Dukungan Keluarga Count 6 8 14
Expected Count 7,4 6,6 14,0
Tidak ada dukungan Count 14 10 24
Keluarga Expected Count
12,6 11,4 24,0

Total Count 20 18 38
Expected Count 20,0 18,0 38,0

Chi-Square Tests(d)

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square ,849 1 ,357 ,503 ,279
Continuity
,342 1 ,559
Correction(a)
Likelihood Ratio ,851 1 ,356 ,503 ,279
Fisher's Exact Test ,503 ,279
Linear-by-Linear
Association ,827 1 ,363 ,503 ,279 ,175
N of Valid Cases 38

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Keluarga
(Ada Dukungan Keluarga /
Tidak ada dukungan ,536 ,141 2,033
Keluarga)
For cohort PPB = Ya ,735 ,367 1,469
For cohort PPB = Tidak 1,371 ,712 2,642
N of Valid Cases 38
Pekerjaan Crosstab

PPB Total
Ya Tidak Ya
Pekerjaan Beban Pekerjaan Count 12 0 12
Expected Count 6,3 5,7 12,0
Tidak Ada Beban Count 8 18 26
Pekerjaan Expected Count
13,7 12,3 26,0

Total Count 20 18 38
Expected Count 20,0 18,0 38,0

Chi-Square Tests(d)

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 15,785 1 ,000 ,000 ,000
Continuity
13,130 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 20,477 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 15,369 1 ,000 ,000 ,000 ,000
N of Valid Cases 38

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


For cohort PPB = Ya 3,250 1,826 5,785
N of Valid Cases 38
Nama : Dina Rizki Sepriani
NIM : P07224319005
Jurusan : Alih Jenjang D4 Kebidanan Samarinda

JADWAL PENELITIAN

Waktu
NO Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustuas
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
1. Skripsi
Seminar Proposal
2. Skripsi
Revisi Proposal
3. Skripsi
4. Perijinan Penelitian
5. Persiapan Penelitian
6. Pelaksanaan Penelitian
7. Pengelolaan Data
8. Laporan Skripsi
9. Sidang Skripsi
Revisi laporan Skripsi
10. Akhir
SKRIPSI

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN


POSTPARTUM BLUES DI RSUD WONOSARI TAHUN 2017

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Kebidanan

HERLINA TRI NUGRAHENI


NIM. P07124213013

PRODI D-IV
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2017

i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Terapan Kebidanan pada Program Studi Diploma IV Kebidanan pada Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan atas
bimbingan, arahan, masukan dari Ibu Dr. Yuni Kusmiyati, S.ST., MPH dan Ibu
Yuliasti Eka P, S.ST., MPH atas jerih payah beliau dalam membimbing skripsi ini
hingga selesai. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Abidillah Mursyid, SKM., MS (alm), selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada mahasiswa
untuk melakukan penelitian.
2. Dyah Noviawati SA, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian.
3. Yuliasti Eka P, S.ST., MPH, selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian.
4. Anita Rahmawati, S.SiT., MPH, selaku Ketua Dewan Penguji skripsi yang
telah memberikan saran, arahan, dan masukan kepada penulis dalam
penelitian ini.
5. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Yogyakarta, Mei 2017
Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
ABSTRACT ........................................................................................................ xii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
F. Keaslian Penelitian .................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori ....................................................................................... 11
1. Postpartum ..................................................................................... 11
2. Postpartum Blues ........................................................................... 15
3. Kehamilan Usia Dini ...................................................................... 30
B. Kerangka Teori...................................................................................... 36
C. Kerangka konsep ................................................................................... 37
D. Hipotesis................................................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel ............................................................................. 38
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 41
D. Variabel Penelitian ................................................................................ 41
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................. 42
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 43
G. Instrumen dan Bahan Penelitian............................................................ 43
H. Prosedur Penelitian................................................................................ 45
I. Manajemen Data ................................................................................... 47
J. Etika Penelitian ..................................................................................... 53
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................. 55
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 56
C. Pembahasan ........................................................................................... 62
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................... 72
B. Saran ...................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73


LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel.............................................................. 42


Tabel 2 : Coding Variabel ................................................................................... 48
Tabel 3 : Tabel 2x2 Cross-sectional ................................................................... 51
Tabel 4 : Tabel Distribusi Frekuensi Variabel ................................................... 57
Tabel 5 : Tabel Silang Subyek Penelitian independen dan Dependen ................ 58
Tabel 6 : Tabel Hubungan Variabel Lain dengan Variabel Dependen ............... 59
Tabel 7 : Tabel Hasil Analisis Multivariat ......................................................... 61

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Teori Penyebab Postpartum Blues .................................... 36


Gambar 2 : Skema Konsep Penelitian .................................................................. 37
Gambar 3 : Desain Penelitian Hubungan Kehamilan Usia dini dengan
Postpartum Blues. .............................................................................. 38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Anggaran Penelitian


Lampiran 2 : Jadwal Penelitian
Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 : Kuesioner EPDS
Lampiran 8 : Kuesioner Dukungan Sosial
Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data
Lampiran 10 :Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 11 : Surat Persetujuan Komite Etik
Lampiran 12 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 13 : Surat Ijin Penelitian KPPTSP
Lampiran 14 : Surat Permohonan Bantuan Sebagai Responden
Lampiran 15 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

xi
RELATIONSHIP BETWEEN TEENAGE PREGNANCY AND
POSTPARTUM BLUES AT RSUD WONOSARI IN 2017
Herlina Tri Nugraheni1, Yuni Kusmiyati2, Yuliasti Eka Purnamaningrum3

1),2),3),
the Ministry of Health Polytechnic Yogyakarta
E-mail: Herlina.erlina@gmail.com

ABSTRACT

Background. The incidence of postpartum blues in Indonesia between 50-70%.


Age too young to trigger risk pregnant mothers and children in terms of physical
and psychological.
Objective. The purpose of this research was to determine the relationship between
the incidence of teenage pregnancy and postpartum blues.
Methods. This research used cross sectional design with purposive sampling
technique. Subjects were 6-14 days postpartum mothers at RSUD Wonosari
amounted to 90 respondents. Questionnaire data retrieval characteristics of
respondents, the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), and social
support questionnaire raw Predictors of Postpartum Depression Inventory
(PDPI).Data analysis using chi square and logistic regression.
Results. Teen pregnancy is associated with the incidence of postpartum blues
with a p-value = 0.042 and external variables are also connected is the induction
of labor with a p-value = 0.004 and bred of labor with a p-value = 0,003.
Conclusion. The results show that there is a relationship with the incidence of
teenage pregnancy and postpartum blues. Teenage pregnancy increased the risk by
4 times the occurrence of postpartum blues. Interventions are required in women
who are pregnant at an early age and increase the participation of health workers,
especially midwives providing counseling to mothers during childbirth and
postpartum about infant care, so that postpartum blues can be caught early and can
be handled
Keywords : Postpartum blues, teen pregnancy, psychological

xii
HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES DI RSUD WONOSARI TAHUN 2017
Herlina Tri Nugraheni1 , Yuni Kusmiyati2 , Yuliasti Eka Purnamaningrum3

1),2),3),
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Email : Herlina.erlina@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang. Angka kejadian postpartum blues di Indonesia antara 50-70%.


Usia terlalu muda untuk hamil memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan
psikis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kehamilan usia dini dengan kejadian postpartum blues.
Bahan dan Cara. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan
teknik purposive sampling. Subyek penelitian adalah ibu postpartum hari ke 6-14
di RSUD Wonosari berjumlah 90 responden. Pengambilan data dengan kuesioner
karakteristik responden, Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), dan
kuesioner dukungan sosial baku dari Postpartum Depression Predictors Inventory
(PDPI). Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik.
Hasil. Kehamilan usia dini berhubungan dengan kejadian postpartum blues
dengan p-value= 0,042 dan variabel luar yang juga berhubungan adalah induksi
persalinan (p=0,004) dan jenis persalinan (p=0,003).
Kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kehamilan usia dini
dengan kejadian postpartum blues. Kehamilan usia dini meningkatkan risiko
sebesar 4 kali terjadinya postpartum blues. Dibutuhkan intervensi pada ibu
kehamilan usia dini dan meningkatkan peran serta tenaga kesehatan khususnya
bidan dalam memberikan konseling kepada ibu postpartum tentang masa nifas
dan perawatan bayi, sehingga postpartum blues dapat diketahui lebih awal dan
dapat tertangani.

Kata Kunci : Postpartum blues, kehamilan usia dini, psikologis

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode kehamilan dan persalinan merupakan periode kehidupan

yang penuh dengan potensi stres (Sarwono, 2005). Seorang wanita dalam

periode kehamilan dan periode melahirkan (postpartum) cenderung

mengalami stres yang cukup besar karena keterbatasan kondisi fisik yang

membuatnya harus membatasi aktivitas dalam proses adaptasi psikologis

(Sarwono, 2005). Proses adaptasi psikologis ibu dimulai sejak dia hamil

karena dalam kehamilan dan persalinan banyak ibu mengalami stres yang

signifikan. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut postpartum blues atau baby blues

(Marmi, 2012).

Postpartum blues merupakan keadaan yang terjadi setiap waktu

setelah perempuan melahirkan, tetapi sering terjadi pada hari ketiga atau

keempat yang memuncak pada hari kelima dan ke-14 postpartum (Bobak,

2005). Postpartum blues yang tidak sembuh selama dua minggu maka

akan berubah menjadi postpartum depression dan postpartum psychosi

(Gale and Harlow, 2003). Postpastum depression atau depresi postpartum

merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan,

dan untuk mencapai kriteria depresi pasca persalinan harus ditemukan

gejala klasik setidaknya selama dua minggu. Gangguan tidur, nafsu

makan, kehilangan tenaga, dan pikiran bunuh diri merupakan tanda gejala

1
tersebut (Harry, 2010). Pada kasus yang berat postpartum psychosi

merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri pascasalin yang terjadi

pada minggu kedua hingga minggu keempat pascasalin. postpartum

psychosi ditandai dengan halusinasi, perilaku tidak terorganisir, waham

dan pikiran untuk membunuh bayinya (Harry, 2010). Dampak postpartum

blues dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan bayinya, yaitu

kemampuan kognitif anak yang kurang dibandingkan anak-anak dari ibu

yang tidak mengalami gangguan depresi postpartum dan kemampuan

mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak lain juga akan berpengaruh

(Latifah dan Hartati, 2006).

Berdasarkan penelitian Hansen (1994) dalam Perry et al., (2010)

yang dilakukan di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa ibu postpartum

yang mengalami postpartum blues berkisar antara 75-80%. Beberapa hasil

penelitian menyatakan bahwa, prevalensi postpartum blues telah

dilaporkan hasil tertinggi di Tanzania 83% dan terendah 8% dalam studi di

Jepang. Prevalensi postpartum blues bervariasi antara 40% dan 60%

berdasarkan laporan dari beberapa penulis (Gonidakis et al., 2007). Angka

kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi

antara 26-85% (Iskandar, 2005). Secara global diperkirakan 20% wanita

melahirkan mengalami postpartum blues. Diperkirakan 50-70% ibu

melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan postpartum blues

pada hari ketiga sampai hari keenam setelah melahirkan, walau demikian

gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi yang

2
baik serta dukungan keluarga yang cukup, sedangkan di Indonesia angka

kejadian postpartum blues antara 50-70% (Hidayat, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005) dalam

Machmudah (2010) di DKI Jakarta menunjukkan 120 dari 580 (25%) ibu

yang menjadi respondennya mengalami sindroma postpartum blues.

Penelitian yang telah dilakukan dibeberapa kota di Jakarta, Yogyakarta,

dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya 11-30%, suatu jumlah

yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Sylvia, 2006).

Data Dinas Kesehatan DIY belum melaporkan jumlah kasus dengan gejala

postpartum blues (BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD

Wonosari, kasus postpartum blues belum dilaporkan.

Postpartum blues sampai saat ini belum diketahui penyebabnya

secara pasti. Namun dalam beberapa penelitian, postpartum blues

dipengaruhi oleh faktor eksternal meliputi, status sosial ekonomi, dan

keadaan ekonomi yang kurang mendukung (Ibrahim, 2012). Faktor

internal yang berperan dalam postpartum blues salah satunya adalah

perubahan kadar hormon dan faktor usia yang dikaitkan dengan masalah

ini (Gale and Harlow, 2003). Usia yang terlalu muda untuk hamil memicu

risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama

kehamilan maupun persalinan (Rusli, 2011). Berdasarkan hasil penelitian

Fatmawati (2014) yang menganalisis faktor risiko yang berpengaruh

3
terhadap kejadian postpartum blues mendapatkan bahwa usia ibu paling

berpengaruh dengan kejadian postpartum blues (P=0,000, RP=3,41).

Kehamilan yang terjadi di usia dini merupakan salah satu risiko

seks pranikah atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang

pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah,

berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya ditambah sanksi sosial

dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan

pernikahan (Purnawan, 2009).

Menurut Laporan Riskesdes 2013, dikemukakan bahwa 2,6%

perempuan diantara usia 10-54 tahun menikah pertama kali pada umur

kurang dari 15 tahun. Perempuan menikah pertama kali pada umur kurang

dari 15 tahun sebanyak 23,95% dan perempuan yang menikah pada umur

15-19 tahun sebanyak 23,9%. Masalah kesehatan reproduksi salah satunya

adalah menikah pada usia dini. Hal ini karena jangka masa seorang

perempuan untuk bereproduksi lebih panjang jika menikah pada usia

muda. Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68%.

Kehamilan pada usia dini dengan angka yang masih tinggi

mengindikasikan bahwa remaja putri rentan mengalami gangguan

kehamilan dan permasalahan lain, yang berhubungan dengan kehamilan di

usia muda (Sarwono, 2005). Data mengenai kehamilan usia muda dilihat

dari data persalinan muda Profil Kesehatan DIY menunjukan bahwa

jumlah persalinan muda tahun 2014 ada 930 sedangkan tahun 2015

meningkat menjadi 1045. Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah

4
tertinggi dengan angka persalinan muda tahun 2014 ada 372, sedangkan

tahun 2015 ada 405 kasus. Peringkat kedua Kabupaten Bantul 364 kasus,

selanjutnya di Sleman sebanyak 110 kasus, Kulon Progo 107 kasus dan

Yogyakarta hanya 92 kasus. Pada tahun 2016, Kabupaten Gunungkidul

memiliki kasus persalinan di usia muda yang tertinggi yakni sebanyak

11,29%.

Hasil penelitian Khotimah (2014) dengan Uji Chi-square diperoleh

nilai p-value = 0,003 dengan tingkat kemaknaan yang ditetapkan adalah α

= 0,05. Oleh karena nilai p < α maka H1 diterima dengan demikian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia <20th dan >35th

dengan kejadian postpartum blues di RSUD Bangil Pasuruan. Hasil

penelitian Machmudah (2010) diperoleh p-value = 0,249 menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kemungkinan terjadinya

postpartum blues. Kedua penelitian tersebut menunjukkan hasil penelitian

yang berbeda.

RSUD Wonosari merupakan Rumah Sakit Umum Daerah di

Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD

Wonosari, pada tahun 2015 dari 1.828 persalinan diantaranya sebanyak

257 melahirkan pada usia dini. Pada tahun 2016, sebanyak 1752

persalinan diantaranya 125 melahirkan pada usia dini. Berdasarkan uraian

latar belakang tersebut, maka masalah dari penelitian adalah masih

tingginya angka kehamilan usia dini dan usia menjadi faktor yang

dominan dalam kejadian postpartum blues. Pada ibu postpartum gangguan

5
postpartum blues seringkali terabaikan serta tidak tertangani dengan baik,

sehingga dipandang perlu dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian Postpartum Blues di RSUD

Wonosari Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Angka kejadian postpartum blues di Indonesia mencapai 50-70%.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan di beberapa kota di Jakarta,

Yogyakarta dan Surabaya, angka kejadiannya antara 11-30%. Faktor usia

menjadi faktor yang dikaitkan dengan masalah postpartum blues karena

kehamilan usia dini memiliki angka yang masih tinggi dan remaja yang

hamil cenderung menutupi kehamilannya sehingga berpengaruh terhadap

psikologisnya.

Data menurut Profil Kesehatan DIY menunjukan bahwa Kabupaten

Gunungkidul merupakan daerah tertinggi dengan angka persalinan muda

tahun 2014 ada 372, sedangkan tahun 2015 ada 405. Kabupaten

Gunungkidul memiliki kasus persalinan muda yang tertinggi ditahun 2016

sebanyak 11,29%.

Berdasarkan data, Kabupaten Gunungkidul menjadi daerah

tertinggi dengan total kasus persalinan usia dini yang mengalami

peningkatan dari tahun 2014–2015. Gangguan postpartum blues dianggap

sebagai hal wajar yang sering terabaikan dan tidak tertangani dengan baik

pada ibu postpartum. Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui “Adakah hubungan antara kehamilan usia dini terhadap

6
kejadian postpartum blues dengan mempertimbangkan variabel luar

seperti pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, induksi persalinan,

ketuban pecah dini, episiotomi, jenis persalinan, dan berapa besar risiko

kehamilan usia dini dengan kejadian postpartum blues?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan kehamilan usia dini dengan kejadian

postpartum blues.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan kehamilan usia dini dengan kejadian

postpartum blues dengan mempertimbangkan variabel luar seperti

pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, induksi persalinan,

ketuban pecah dini, episiotomi, dan jenis persalinan.

b. Diketahuinya besar risiko kehamilan usia dini dengan kejadian

postpartum blues.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian adalah kehamilan usia dini yang

merupakan salah satu kajian dalam ilmu kebidanan dan postpartum

blues yang merupakan salah satu kajian dari ibu postpartum.

2. Lingkup Sasaran

Sasarannya pada ibu postpartum hari ke 6-14 yang memenuhi kriteria.

7
3. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Wonosari.

4. Lingkup Waktu

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal pada bulan Desember

2016 sampai dengan laporan hasil penelitian pada bulan Mei.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Memperkaya bukti empiris mengenai hubungan kehamilan usia dini

dengan kejadian postpartum blues.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai program penundaan

usia pernikahan untuk mencegah kehamilan usia dini.

2) Bagi Direktur RSUD Wonosari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan untuk mempertimbangkan kebijakan mengenai pemberian

intervensi pada kehamilan usia muda hingga postpartum.

3) Bagi Bidan di RSUD Wonosari

Hasil penelitian ini dapat menjadi intervensi untuk ibu dengan

kehamilan usia dini agar dapat dikaji lebih dalam saat masa

kehamilan dengan cara diberikan konseling supaya tidak terjadi

postpartum blues.

8
4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan awal untuk

peneliti berikutnya.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian yang lalu :

1. Penelitian Fatimah (2009) dengan judul “Hubungan Dukungan Suami

dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara di Ruang

Bugenvil RSUD Tugurejo Semarang”. Desain menggunakan metode

analitik korelasi. Analisis data menggunakan Chi-square untuk

menguji hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil Uji Chi-

square membuktikan adanya hubungan dukungan suami dengan

kejadian Postpartum Blues pada 25 ibu primipara dengan p-value =

0,033. Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi dan

variabel independen dukungan suami, sedangkan penelitian yang

peneliti lakukan menggunakan cross-sectional dengan variabel

independennya kehamilan usia dini.

2. Penelitian Indriasari (2013) dengan judul “Hubungan umur dan paritas

dengan kejadian postpartum blues di Wilayah Puskesmas Kalimanah

Kabupaten Purbalingga tahun 2013”. Jenis penelitian survei analitik

dengan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian ibu postpartum

di Kecamatan Kalimanah pada tahun 2013 sebanyak 88 orang. Metode

analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi-square.

Hasil penelitian, ada hubungan antara umur dengan kejadian

9
postpartum blues (p = 0,000), ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35

tahun berisiko 10 kali lebih besar mengalami postpartum blues

dibandingkan ibu usia 20-35 tahun (OR = 10,111). Penelitian ini

menggunakan metode survei analitik dengan variabel independennya

umur dan paritas, sedangkan variabel independen peneliti adalah

kehamilan usia dini.

3. Penelitian Gonidakis (2007) dengan judul “Maternity Blues in Athens,

Greec; A Study The First 3 days After Delivery”. Jenis penelitian ini

merupakan study transversal dengan desain penelitian cross-sectional.

Subyek penelitian sejumlah 402 wanita. Metode analisa dengan uji

statistik Chi-square. Hasil penelitian didapatkan sekitar 71,3% wanita

mengalami postpartum blues. Faktor yang mempengaruhi postpartum

blues menurut penelitian ini yaitu kecemasan selama kehamilan, serta

dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner

Kennerly Blues Questionnaire untuk melihat faktor yang

mempengaruhi postpartum blues, sedangkan yang peneliti lakukan

menggunakan instrumen Edinburgh Postpartum Depression Scale

(EPDS) untuk melihat hubungan dengan kehamilan usia dini.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teori

1. Postpartum

a. Pengertian Postpartum

Periode nifas atau yang biasa disebut postpartum adalah

suatu peristiwa atau keadaan kembalinya organ-organ reproduksi

perempuan pada kondisi tidak hamil setelah menjalani masa

kelahiran dengan membutuhkan waktu sekitar enam minggu

(Farrer, 2011). Menurut Bobak, (2005) mengatakan bahwa

postpartum adalah kembalinya organ reproduksi selama enam

minggu pada kondisi sebelum hamil. Dari kedua pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa postpartum adalah proses kembalinya

organ reproduksi perempuan pada fase setelah melahirkan hingga

minggu keenam.

b. Adaptasi Fisiologis Postpartum

Pada ibu postpartum dapat terjadi beberapa adaptasi

psikologis, diantaranya terjadi perubahan tanda-tanda vital, sistem

kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem perkemihan, sistem

pencernaan, hematologi dan pada organ reproduksi (Bobak, 2005).

Adapun perubahan yang terjadi meliputi :

11
1) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang sering muncul biasanya penurunan

denyut nadi hingga 50-70 kali/menit. Peningkatan suhu 0,50˚C

akibat dari banyaknya pengeluaran cairan saat persalinan dan

adanya fase deuresis. Penurunan tekanan darah hingga 15-20

mmHg saat perubahan posisi disebut hipotensi orthostatik.

2) Sistem perkemihan

Selama proses persalinan trauma pada kandung kemih

dapat terjadi diakibatkan oleh bayi sewaktu melewati jalan

lahir. Kombinasi trauma akibat persalinan dapat meningkatkan

kapasitas kandung kemih dan efek konduksi anestesi dapat

menyebabkan keinginan berkemih menurun.

3) Sistem pencernaan

Perubahan buang air besar dapat terjadi karena menurunnya

tonus otot usus pada waktu awal setelah persalinan. Pengaruh

tersebut dapat menimbulkan seorang ibu kesulitan buang air

besar sehingga ibu postpartum perlu mengkonsumsi banyak

buah dan sayur.

4) Sistem kardiovaskuler

Terjadinya perpindahan normal cairan tubuh yang

menyebabkan volume darah menurun dengan lambat, volume

darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum

hamil pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir.

12
5) Hematologi

Volume plasma darah yang hilang selama 72 jam pertama

pasca melahirkan lebih besar dari pada sel darah yang hilang.

Leukosit normal saat kehamilan yakni 12.000/mm3. Namun,

kenaikan leukosit selama 10-12 hari setelah melahirkan dapat

terjadi sekitar 20.000 dan 25.000/mm3, keadaan ini merupakan

hal yang wajar.

6) Sistem endokrin

Perubahan hormon terjadi pada periode postpartum hingga

satu minggu setelah pengeluaran plasenta, kadar esterogen dan

progesteron mengalami penurunan.

7) Organ reproduksi

a) Uterus

Kapiler pembuluh ekstra uterus dapat berkurang hingga

hampir mencapai keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan. Lubang serviks berkontraksi secara perlahan,

hingga beberapa hari lubang ini masih bisa dimasuki oleh

dua jari. Keadaan normal seperti sebelum hamil akan

kembali dalam kurun waktu sekitar empat minggu.

b) Vagina dan perineum

Penurunan esterogen pascapartum dapat mempengaruhi

dalam penipisan mukosa vagina. Kembalinya vagina secara

bertahap dari keadaan sebelum hamil dapat terjadi 6-8

minggu postpartum.

13
c. Proses Adaptasi Psikologis

Penyesuaian ibu terhadap peran sebagai orang tua ada tiga fase

dimana dalam fase-fase ini ditandai oleh perilaku dependen,

perilaku dependen mandiri sampai perilaku interdependen (Bobak,

2005).

1) Fase dependen

Fase dependen merupakan fase periode ketergantungan

yang terjadi selama 1-2 hari pasca melahirkan. Rubin

mengatakan periode ini sebagai fase menerima (taking-in

phase). Rubin juga menjelaskan bahwa fase ini terjadi selama

2-3 hari. Kecemasan ibu terhadap peran barunya dapat

mengakibatkan ibu mudah sensitif.

2) Fase dependen-mandiri

Fase ini muncul kebutuhan ibu dalam mendapat perawatan

dan penerimaan dari orang lain, serta berkeinginan melakukan

sesuatu dengan mandiri. Rubin menjelaskan bahwa keadaan ini

disebut fase taking-hold dimana fase ini membutuhkan

dukungan yang baik untuk merawat diri dan bayinya. Fase

taking-hold dapat terjadi hingga 10 hari sehingga mudah bagi

ibu untuk timbul perasaan seperti depresi.

3) Fase interdependen

Fase interdependen atau yang biasa disebut dengan fase

letting go merupakan fase dimana muncul antara ibu dan

14
keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan

anggota saling berinteraksi.

2. Postpartum Blues

a. Pengertian postpartum blues

Postpartum blues merupakan keadaan yang terjadi setiap

waktu setelah perempuan melahirkan, tetapi sering terjadi pada hari

ketiga atau keempat yang memuncak pada hari kelima dan ke-14

postpartum (Bobak, 2005). Gale and Harlow, (2003) menjelaskan

postpartum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau

depresi sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan.

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa postpartum

blues merupakan gejala seperti depresi ringan yang terjadi

sementara atau selama beberapa jam setelah melahirkan dengan

durasi 3-7 hari dan dapat memuncak pada hari ke-14 postpartum.

b. Penyebab postpartum blues

Penyebab postpartum blues sampai saat ini masih belum

diketahui secara pasti. Namun dalam beberapa penelitian ada

beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi postpartum

blues, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal (Bobak,

2005; Fatimah, 2009).

1) Faktor internal

a) Kadar hormon

Pada faktor interal yang berperan salah satunya adalah

adanya perubahan kadar hormon. Selama kehamilan kadar

15
hormon (progesteron, esterogen, prolaktin, kortisol, dan

endorphin) akan mengalami kenaikan. Setelah melahirkan

kadar hormon akan pengalami penurunan sehingga dapat

mempengaruhi pada perubahan fisik, psikis, dan mental ibu

(Gale and Harlow, 2003).

b) Faktor usia

Usia dalam persalinan dan melahirkan seringkali

dikaitkan dengan masalah ini. Usia yang terlalu muda untuk

hamil akan memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik

dan psikis baik itu selama kehamilan maupun persalinan

(Rusli, 2011). Kehamilan pada usia dini akan cenderung

mengalami risiko seperti anemia, hipertensi kehamilan,

disproporsi sevalopelvis (CPD), dan BBLR (Bobak, 2005).

Kehamilan usia dini akan cenderung menutupi

kehamilannya karena mereka tidak ingin diketahui,

sehingga remaja akan gagal mendapatkan perawatan

prenatal sebelum trimester tiga (Bobak, 2005). Diduga

bahwa dengan meningkatkan kematangan emosional,

sehingga meningkatkan pula keterlibatan dan kepuasan

dalam peran sebagai orangtua dan membentuk pola tingkah

laku maternal yang optimal.

Hasil penelitian Nurbaeti (2015) didapatkan usia

mayoritas responden mengalami postpartum blues ringan

16
hampir setengahnya usia 20-35 tahun yaitu 12 responden

(30,0%) dan hampir setengahnya (30,0%) yaitu 12

responden mengalami postpartum blues berat. Penelitian

inipun sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ibrahim

(2012) menunjukkan bahwa responden yang paling banyak

mengalami depresi sebagian besar responden dengan

kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 40,8%.

Hal yang berbeda penelitian yang dilakukan Irawati

(2014) didapatkan bahwa umur yang mengalami

postpartum blues adalah usia <20 tahun dan >35 tahun, usia

tersebut merupakan usia berisiko bagi perempuan untuk

melahirkan seorang bayi. Kondisi ini sesuai dengan

pendapat Bobak (2005), bahwa faktor pencetus terjadinya

postpartum blues adalah pada usia remaja atau kurang dari

20 tahun.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Hosnol (2014) yang menunjukkan bahwa

hubungan antara usia dengan postpartum blues diperoleh

nilai p-value= 0,003 dengan tingkat kemaknaan yang

ditetapkan pada α = 0,05. Oleh karena nilai p< α maka H1

diterima ada hubungan usia dengan kejadian postpartum

blues.

17
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fatmawati

(2015) yang menganalisi faktor usia ibu < 20 tahun dengan

analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu adalah

faktor terkuat yang paling berpengaruh terhadap kejadian

postpartum blues dengan nilai p-value sebesar 0,000

(p<0,05) dan OR 3,41;95%CI 2,129-5,469. Deal & Holt

(1998) juga menyatakan bahwa usia dini cenderung lebih

tinggi menyebabkan terjadinya postpartum blues (Jadri et

al., 2006).

c) Faktor fisik

Kelelahan fisik akibat proses persalinan yang baru

dialaminya dapat berperan sebagai munculnya postpartum

blues. Faktor fisik yang lain seperti dehidrasi, kehilangan

banyak darah dan faktor yang dapat memicu penurunan

stamina ibu ikut menyebabkan munculnya emosi ibu

postpartum (Bobak, 2005).

d) Kehamilan yang tidak direncanakan

Merencanakan kehamilan harus terkait dengan kesiapan

ibu, baik fisik, mental maupun ekonominya. Bagi

perempuan yang belum siap terhadap kehamilannya,

misalnya hamil diluar nikah dan pada ibu yang tidak

menginginkan anak lagi, risiko terhadap kejadian depresi

postpartum kemungkinan akan lebih tinggi. Selain itu

18
remaja tahap awal yang dalam masa hamil juga berisiko

BBLR, kematian bayi, dan abortus (Bobak, 2005).

e) Jenis Persalinan

Jenis persalinan merupakan satu dari faktor dapat yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues. Perempuan

yang sudah terbiasa dengan prosedur yang diberikan rumah

sakit mungkin mempunyai aksi terhadap gangguan mental

lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang belum

pernah mengenalnya sama sekali (Dewi, 2012). Intervensi

dalam persalinan, seperti persalinan dengan bantuan alat

(forsep atau vakum), penggunaan analgesik epidural dan

seksio caesaria dapat menimbulkan efek jangka panjang

pada ibu, yaitu dapat mengurangi kepercayaan diri ibu

dalam menjalankan perannya, mengganggu proses

kelekatan yang alami serta dapat meningkatkan kejadian

postpartum blues hingga depresi postpartum (Hederson &

Jones, 2006).

Persalinan darurat termasuk dalam persalinan yang

tidak direncanakan. Persalinan darurat dilakukan karena

biasanya ada ketidakseimbangan antara ukuran bentuk

kepala janin dengan panggul ibu atau mungkin alasan janin

menjadi stress (Dewi, 2012). Trauma fisik yang dialami

selama proses persalinan pada ibu dapat menjadikan

19
semakin besarnya trauma psikis yang dialami perempuan

yang pada akhirnya menyebabkan depresi postpartum

(Ibrahim dan Rahma, 2012).

Kelahiran sesaria ialah kelahiran janin melalui

transisi transabdomen pada uterus, baik direncanakan

maupun tidak (Bobak, 2005). Kehilangan pengalaman

melahirkan anak secara tradisional dapat memberikan efek

negatif pada konsep diri ibu. Tujuan seksio sesaria adalah

memberikan kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya,

yaitu karena adanya stres maternal atau fetal.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Machmudah (2010) bahwa hasil penelitian

menunjukkan tidak ada pengaruh antara jenis komplikasi

persalinan terhadap kemungkinan terjadinya postpartum

blues (p-value=0,148). Dalam penelitian tersebut, tindakan

persalinan yang dilakukan antara lain induksi persalinan

dengan oksitosin dan persalinan menggunakan vakum

ekstraksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Kurniawan (2013) yang menunjukkan bahwa

persalinan induksi menyebabkan meningkatnya risiko

kejadian postpartum blues sebesar 5,50 kali dibandingkan

dengan persalinan tanpa induksi dengan nilai p-value 0,028

(p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

20
antara pemberian induksi dalam persalinan terhadap

kejadian postpartum blues.

Hal ini juga dijelaskan oleh Henderson (2006)

bahwa penggunaan induksi oksitosin terbukti meningkatkan

jumlah rasa nyeri yang diterima ibu dan meningkatkan

risiko hiperstimulasi. Pengalaman nyeri hebat ini akan

menimbulkan kecemasan dan ketakutan bagi ibu. Ibu juga

akan mengalami kecemasan dan ketakutan serta

kekhawatiran terhadap keberhasilan tindakan. Selain itu,

induksi juga dapat mempengaruhi kesejahteraan janin dan

risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang

disebabkan karena atonia uteri. Kecemasan dan ketakutan

ibu, kemungkinan komplikasi pada bayi dan ibu menjadi

salah satu faktor yang dapat mendukung untuk

kemungkinan terjadinya postpartum blues.

f) Faktor pengalaman ibu

Ibu yang sudah pernah mengalami persalinan secara

psikologis akan lebih siap dibandingkan ibu yang baru

pertama kali mengalami kelahiran bayinya. Perempuan

yang baru pertama kali melahirkan akan lebih umum

menderita depresi karena setelah melahirkan perempuan

tersebut dalam rentang adaptasi baik fisik maupun

psikisnya (Ibrahim, 2012). Menurut Dewi (2012), hal ini

21
dikarenakan pada perempuan yang primipara masih

merasakan kekhawatiran mengenai perubahan bentuk

tubuh, menjadi peran baru dan dukungan sosial yang terjadi

terhadap dirinya. Berdasarkan penelitian Irawati (2014)

menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah primipara yaitu 14

responden (63,6%). Terdapat hubungan antara paritas

dengan kejadian postpartum blues dengan nilai p = 0,027.

2) Faktor eksternal

a) Status sosial ekonomi

Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya

postpartum blues salah satunya status sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi yang tidak mendukung dapat

mengakibatkan stress dalam keluarga, sehingga dapat

mempengaruhi depresi ibu postpartum seperti keadaan

emosional (Ibrahim, 2012). Hal ini dikarenakan

berhubungan langsung dengan kebutuhan dan perawatan

pada bayi yang membutuhkan banyak kebutuhan, sehingga

keadaan yang seharusnya mendatangkan kebahagiaan

karena menerima kelahiran bayi, bisa menimbulkan tekanan

karena adanya perubahan baru dalam hidup seorang

perempuan (Ibrahim, 2012).

22
b) Pendidikan

Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi

adanya kejadian postpartum. Ibu yang memiliki pendidikan

rendah akan cenderung mempunyai banyak anak dan teknik

dalam perawatan bayi pun kurang baik (Machmudah,

2010). Menurut Rusli, (2011) menyatakan bahwa ibu yang

mempunyai pendidikan tinggi akan menghadapi konflik

peran dan tekanan sosial antara tuntutan sebagai ibu yang

bekerja dan sebagai ibu rumah tangga. Penelitian Irawati

dan Yuliani, (2014) bahwa pendidikan terbanyak yang

mengalami postpartum blues adalah SD-SMP, yaitu 12

responden (54,5%).

Penelitian Manurung (2011) menyebutkan bahwa ibu

yang berpendidikan SD/SMP akan berpeluang mengalami

postpartum blues sebesar empat kali dibanding ibu yang

berpendidikan SLTA atau Diploma I. Kategori pendidikan

menurut Arikunto yaitu pendidikan rendah (SD-SMP) dan

pendidikan tinggi (SMA-Perguruan tinggi).

c) Status pekerjaan ibu

Wanita yang bekerja dapat mengalami postpartum

blues disebabkan adanya konflik peran ganda yang

menimbulkan masalah baru bagi wanita tersebut.

Ambarwati (2008) mengemukakan bahwa wanita pekerja

23
lebih banyak akan kembali pada rutinitas bekerja setelah

melahirkan dan cenderung memiliki peran ganda yang

menimbulkan gangguan emosional, dan ibu yang bekerja

dirumah mengurusi anak-anak mereka dapat mengalami

keadaan krisis situasi dan mencapai gangguan

perasaan/blues karena rasa lelah dan letih yang mereka

rasakan.

d) Dukungan sosial

Dukungan suami merupakam bentuk interaksi sosial

yang nyata, yang didalamnya terdapat hubungan saling

memberi dan menerima bantuan (Fatimah, 2009). Wanita

yang merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai oleh

keluarganya tentunya tidak akan merasa dirinya kurang

berharga. Berbeda dengan wanita yang kurang

mendapatkan dukungan sosial akan mudah merasa bahwa

dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh

keluarga (Urbayatun, 2010). Kurangnya dukungan dari

suami dan keluarga pada ibu postpartum dapat membuat

ibu lebih sensitif dan cenderung mengalami depresi

(Machmudah dan Urbayatun, 2010).

Menurut penelitian Susanti (2008) terdapat hubungan

dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada

ibu primipara. Tingkat dukungan sosial dapat diukur

24
menggunakan kuesioner Postpartum Depression Prediktirs

Inventory (PDPI) yang merupakan kuesioner baku dengan

12 pertanyaan.

c. Tanda dan gejala postpartum blues

Gejala postpartum blues biasanya terjadi pada hari ketiga

atau keempat postpartum dan memuncak pada hari kelima atau

ketujuh sampai keempat belas pasca partum. Hal ini dapat ditandai

dengan perasaan mudah marah, sedih, perasaan kesepian atau

ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa, cenderung mudah

menangis, jengkel, perasaan putus asa bahkan sampai ibu merasa

enggan untuk mengurus bayinya sendiri (Fatimah S., 2009; Bobak,

2005; Cury, 2008).

Kategori postpartum blues cukup sulit ditetapkan karena

ketiadaannya alat dalam pengkajian standar yang digunakan untuk

mendiagnosis terjadinya postpartum blues. Seorang ibu mengalami

postpartum blues apabila ditemukan tujuh tanda dan gejala seperti;

perubahan perasaan, merasa rendah, cemas, merasa terlalu

emosional, mudah menangis, letih, bingung dan pikiran yang

mudah kacau (Bobak, 2005).

d. Penatalaksanaan postpartum blues

Perempuan pada umumnya, tidak bercerita bahwa mereka

mengalami postpartum blues atau gangguan depresi ringan, karena

merasa malu dan takut mendapatkan anggapan bahwa mereka tidak

25
mampu untuk menjadi seorang ibu (Latifah dan Hartati, 2006).

Oleh sebab itu, melakukan deteksi dan pencegahan terhadap

kejadian postpartum blues sangat diperlukan agar tidak

berkembang kedalam depresi postpartum dan postpartum psykosis

(Soep, 2009).

Ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

ibu yang mengalami gangguan setelah melahirkan (Bobak, 2005;

Soep, 2009).

1) Mengidentifikasi gangguan suasana hati postpartum dengan

cara waspada terhadap tanda-tanda dan gejala gangguan

suasana hati

2) Bantulah ibu untuk bersikap terbuka dalam berkomunikasi

dengan orang lain, seperti menceritakan tentang apa yang di

alaminya terutama terhadap orang yang berpengalaman

3) Libatkan ayah atau pasangan untuk membantu dalam

merawat bayi

4) Upayakan untuk istirahat dan tidur selama bayi tidur

5) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan

semuanya sendirian, kerjakan apa yang dapat dilakukan

saja dan berhenti ketika merasa lelah

6) Jangan sendirian dalam waktu yang lama, pergilah keluar

rumah untuk merubah suasana hati

26
7) Mintalah bantuan untuk mengerjakan rumah tangga dan

mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui

pada malam hari

8) Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarganya

dengan cara melibatkan keluarga dalam rencana perawatan

dan bantu untuk membuat jadwal rencana rujukan

9) Mendukung upaya ikatan orang tua dan bayi dengan cara

beri dukungan untuk perawatan lanjutan ibu kepada

bayinya.

e. Dampak postpartum blues

Ibu yang mengalami gangguan postpartum blues dapat

berpengaruh negatif terhadap bayinya. Apabila tidak di obati akan

menimbulkan efek buruk, baik itu jangka panjang ataupun jangka

pendek terhadap ibu dan pada perkembangan bayinya. Bayi yang

dibesarkan dari ibu yang mengalami depresi akan cenderung

berisiko memiliki perilaku kasar atau nakal, terutama bila anak

sudah mencapai umur 11 tahun (Ayu dan Lailatushifah, 2008).

Postpartum blues juga dapat mempengaruhi tali kasih antara

ibu dan anak, karena pada kondisi mental ibu yang terganggu dapat

mengakibatkan kurangnya perhatian ibu dalam merawat, mengasuh

serta membesarkan anak. Dampak yang terjadi, bisa saja anak

memiliki kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak-

anak dari ibu yang tidak mengalami gangguan depresi postpartum

27
dan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak lain

juga akan berpengaruh (Latifah dan Hartati, 2006).

f. Skrining postpartum blues

Menurut King, (2012) menjelaskan Endinburgh Postnatal

Depresi Scale (EPDS) digunakan untuk mengukur gejala tingkat

depresi pada perempuan postpartum dari segi ras, etnis dan

sosioekonomi yang melatarbelakangi risiko terjadinya depresi

pasca persalinan. EPDS dapat digunakan selama tujuh hari

postpartum sampai dengan enam minggu, dan terdiri dari 10

pertanyaan. Depresi pasca persalinan dibagi menjadi tiga yaitu

postpartum blues, depresi pasca persalinan dan psikosis pasca

persalinan. Ketiganya memiliki gejala yang saling tumpang tindih,

belum jelas apakah kelainan tersebut merupakan kelainan yang

terpisah, lebih mudah dipahami seandainya ketiganya dianggap

sebagai suatu kejadian yang berkesinambungan (Harry, 2010).

Postpartum blues ialah keadaan transien dari peningkatan

reaktifitas emosional yang dialami oleh separuh dari wanita dalam

jangka waktu satu minggu pasca persalinan. Gejala klinis jelas

terlihat dari hari ke tiga hingga hari ke lima, kemudian menghilang

dalam beberapa jam hingga beberapa hari kemudian. Depresi pasca

persalinan harus ditemukan gejala klasik depresi setidaknya selama

dua minggu. Tanda dan gejala depresi pasca persalinan yaitu gejala

gangguan tidur, gangguan nafsu makan, kehilangan tenaga,

28
perasaan tidak berharga atau bersalah, kehilangan konsentrasi, dan

pikiran tentang bunuh diri. Psikosis pasca persalinan merupakan

bentuk terburuk dari kelainan psikiatri pasca persalinan. Onset

terjadi pada minggu kedua hingga empat pasca persalinan. Gejala

klinis psikosis postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing,

delusi, halusinasi, perilaku tidak terorganisir. Psikosis pasca

persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun

bisa merupakan perburukan dari gangguan depresi mayor (Harry,

2010).

Cara penilaian EPDS; pada pertanyaan 1, 2, 4 mendapatkan

nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas mendapatkan nilai 0

sedangkan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3. Pertanyaan 3,

5-10 merupakan penilaian yang terbalik, dengan kotak paling atas

mendapatkan nilai 3 sedangkan kotak paling bawah mendapatkan

nilai 0. Pertanyaan yang ke-10 merupakan pertanyaan yang

menunjukkan keinginan bunuh diri. Skor nilai maksimal 30.

Kemungkinan responden mengalami depresi jika hasil nilai

menunjukkan angka 10 atau lebih.

Keuntungan EPDS yaitu mudah dihitung oleh tenaga

kesehatan, sederhana, cepat dikerjakan, mendeteksi dini terhadap

adanya depresi pasca persalinan, lebih diterima oleh pasien, tidak

memerlukan biaya. Kekurangan EPDS yaitu tidak bisa mengetahui

29
penyebab dari depresi pasca persalinan dan tidak bisa

mendiagnosis depresi pasca persalinan.

3. Kehamilan Usia Dini

a. Pengertian kehamilan usia dini

Kehamilan usia dini adalah kehamilan yang terjadi pada

remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat

disebabkan oleh karena hubungan seksual (hubungan intim)

dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun faktor-faktor

lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim

perempuan tersebut (Masland, 2004).

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya

janin, lamanya 280 hari atau 40 minggu atau sembilan bulan tujuh

hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2010).

Usia di bawah 20 tahun masuk ke dalam masa reproduksi dimana

diusia tersebut dianjurkan untuk menunda perkawinan dan

kehamilan. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun,

dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia

minimal 20 tahun (BKKBN, 2012). Menurut WHO, usia remaja

bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Reproduksi sehat

untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi

kehamilan di bawah atau diatas usia tersebut maka dikatakan

berisiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi

dari reproduksi sehat (Manuaba, 2010). Menurut Gemari (2008)

usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda.

30
b. Faktor-faktor penyebab kehamilan usia dini

Menurut Unicef (2008) dalam Tuti (2015), faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap kehamilan usia dini meliputi :

1) Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara

berkembang)

2) Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh

alkohol dan obat-obatan

3) Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan

seksual reproduksi terutama dari orang tua.

4) Tekanan teman untuk terlibat dalam aktivitas seksual

5) Kemiskinan

6) Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya

ambisi dan tujuan dalam hal pendidikan.

c. Dampak yang mempengaruhi hamil usia dini

Banyak dampak yang dapat mempengaruhi remaja hamil usia

dini, yang selanjutnya melahirkan di usia dini antara lain :

1) Kesiapan menerima kehamilan

Langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai

ibu adalah menerima kehamilan. Tingkat penerimaan ini

digambarkan dalam kesiapan wanita untuk hamil dan dalam

respon emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan

dirinya hamil. Penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan

dengan penerimaan tumbuhnya janin secara nyata. Kehamilan

yang tidak diterima, berbeda dengan menolak anak. Seorang

31
wanita dapat saja tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang

akan dilahirkan (Susanti, 2008).

2) Kesiapan sebagai seorang ibu

Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan

secara fisik dan psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang

tua. Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan

dapat menimbulkan stres tetapi konsekuensinya adalah wanita

tersebut harus siap memasuki suatu fase baru untuk

bertanggungjawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya

berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya

dan memiliki komitmen untuk bertanggungjawab kepada

makhluk lain (Salmah, 2006).

3) Cemas melahirkan tidak normal

Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan

dengan kehamilan. Cemas merupakan emosi positif sebagai

perlindungan menghadapi stressor, yang dapat menjadi

masalah apabila berlebihan (Salmah, 2006).

4) Takut mengalami komplikasi kehamilan

Efek psikologis pada kehamilan remaja putri adalah ibu

takut mengalami terjadinya komplikasi kehamilan seperti

perdarahan, infeksi pada masa kehamilan, kurang darah, dan

lain-lain (Susanti, 2008).

32
5) Perubahan fisiologis

Respons emosi dan psikologis ibu hamil selama hamil

termasuk menolak, menerima, perubahan perasaan, dan

perubahan citra tubuh seperti ibu merasa tidak cantik lagi, ibu

merasa suami tidak sayang lagi pada dirinya dan takut

suaminya selingkuh (Salmah, 2006).

6) Emosi masih labil

Kondisi hamil mengganggu citra tubuh pada ibu dan juga ia

perlu mengkaji kembali perubahan peran dan hubungan

sosialnya. Stres ibu hamil dipengaruhi oleh emosinya yang

masih labil, lingkungan sosial, latar belakang budaya, dan

penerimaan atau penolakan terhadap kehamilannya (Salmah,

2006).

7) Khawatir kelahiran bayi prematur

Stres pada ibu hamil tidak saja berakibat pada ibu tetapi

juga berakibat pada janin yang dikandungnya. Posisi janin yang

berada di dalam rahim dalam merespon apa yang sedang

dialami oleh ibu. Berdasarkan penelitian, ibu hamil yang

mengalami stres akan meningkatkan risiko melahirkan bayi

prematur, melahirkan bayi yang lebih kecil. Bahkan bahaya

stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan janin keguguran

(Susanti, 2008).

33
8) Khawatir berhubungan seksual

Remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang tentang

kehamilan menyebabkan mereka takut untuk melakukan

hubungan seksual terutama pada trimester tiga. Ketakutan

tersebut karena mereka beranggapan dengan melakukan

hubungan seksual akan mencederai bayi (Salmah, 2006).

9) Peran Dukungan Keluarga

Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk ibu

periode hamil. Keluarga ibu hamil, perlu memelihara

keterbukaan dan keseimbangan, menjaga tugas perkembangan,

serta mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi konflik.

Selama hamil, pasangan merencanakan bersama kelahiran anak

pertama mereka dan mengumpulkan informasi tentang cara

menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan sosial untuk

kesejahteraan psikososial ibu hamil merupakan faktor penting.

Kehamilan tanpa adanya dukungan sosial dapat berkembang

menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang

dapat mengganggu keseimbangan antara anggota keluarga

(Susanti, 2008).

10) Sosial ekonomi

Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi

remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual

pranikah. Remaja putri terpaksa bekerja karena kemiskinan

34
yang sering kali membuat mereka tereksploitasi, bekerja lebih

dari 12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa dibayar, bahkan

beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, 2009).

d. Pencegahan kehamilan remaja

1) Mengurangi kemiskinan

Angka kehamilan remaja yang paling tinggi terdapat di

daerah-daerah yang keadaan sosial ekonominya kurang.

Strategi yang menurunkan kemiskinan dan memperbaiki

prospek sosioekonomi keluarga muda besar kemungkinannya

akan menurunkan angka kehamilan usia dini.

2) Memperbaiki penyediaan kontrasepsi

Layanan yang menawarkan kontrasepsi disesuaikan untuk

memenuhi kebutuhan kaum muda, disertai dengan ekspansi

lokal fasilitas-fasilitas yang ditujukan untuk remaja. Arus

disediakan suatu layanan terpadu yang menawarkan layanan

kesehatan umum dan seksual bagi kaum muda, dan layanan

tersebut diberitahukan secara luas.

3) Meningkatkan pendidikan

Pendidikan seks disekolah berperan penting dalam

menurunkan kehamilan usia dini. Program pendidikan seks

lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat

pendekatan terpadu antara seklah dan layanan kesehatan.

(Glasier dan Ailsa, 2006)

35
B. Kerangka Teori

Ketidakseimbangan hormonal
estrogen, progesteron,
endorfin menurun

Harapan tentang persalinan

Karakteristik : Umur,
Pendidikan, Pekerjaan

Antenatal Care

Budaya,Keyakinan, Nilai Postpartum


Norma
Blues
Dukungan Suami meliputi :
1. Dukungan informasi,
2. Emosi,
3. Penilaian,
4. Finansial

Fisik : Kelelahan setelah


persalinan, Migrain

Status Obstretric : Pengalaman


selama persalinan, induksi,
KPD, Episiotomi

Keadaan perilaku. Kualitas


Bayi

i
Mitos

Gambar 1. Kerangka Teori Penyebab Postpartum Blues


Sumber : Marshall, 2004

36
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Kehamilan Usia dini Postpartum Blues

1. Usia < 20 tahun 1. Ya


2. Usia ≥ 20tahun 2. Tidak

Variabel Luar
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Dukungan Sosial
4. Ketuban Pecah Dini
5. Episiotomi
6. Induksi Persalinan
7. Jenis Persalinan

Gambar 2. Skema Konsep Penelitian

D. Hipotesis
Ada hubungan antara kehamilan usia dini dengan kejadian postpartum
blues setelah dikontrol variabel pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial,
episiotomi, induksi persalinan, dan jenis persalinan.

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.

Menurut Notoatmojo, (2012) desain cross-sectional adalah suatu

penelitian dimana variabel-variabelnya diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama. Peneliti ingin melihat hubungan kehamilan usia dini dengan

kejadian postpartum blues pada ibu postpartum di RSUD Wonosari tahun

2017.
Populasi

Semua ibu postpartum hari ke 6-14 yang


melahirkan di RSUD Wonosari

Umur < 20 tahun Umur < 20 Umur ≥ 20 Umur ≥ 20


Postpartum tahun tidak tahun tidak tahun
Blues Postpartum Postpartum Postpartum
Blues Blues Blues
Gambar 3. Desain Penelitian Hubungan
1. Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian
Postpartum Blues.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum

hari ke 6-14 yang melahirkan di RSUD Wonosari.

38
2. Sampel dan Sampling

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro,

2008). Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode non

probability sampling yaitu dengan mempertimbangkan bahwa tidak

setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan sama untuk

terpilih dan tidak terpilih sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini

adalah ibu postpartum hari ke 6-14 di RSUD Wonosari.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel secara non probability sampling

dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang

diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010). Cara

peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subjektif,

yaitu dengan menentukan kriteria sampel yang meliputi kriteria inklusi

dan eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya

sampel tersebut digunakan (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel,

sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2003).

Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah :

1) Ibu Postpartum hari ke 6-14

2) Ibu primipara

39
3) Ibu yang bayinya hidup

4) Ibu bersedia untuk menjadi responden penelitian

Kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah ibu yang

mengalami gangguan mental

Sampel size cross-sectional :

𝑍𝛼 2𝑃𝑄+𝑍𝛽 𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
n1=n2=[ ]
𝑃1−𝑃2

Keterangan :

Zα = Nilai level of significant/ kesalahan tipe 1 (α) = 0,05 (standar normal

deviasi α = 1,96)

Zβ = Power dari penelitian = 80% (0,842)

OR = Odds ratio (OR) = 2,7

P2 = proposi pada kelompok standar terpapar = 11% = 0,11

P1 = Proporsi pada kelompok tidak terpapar = 2,7 x 0,11 = 0,29

P1–P2= selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna=0,29-0,11=0,18

P = Proporsi total = (P1 + P2 ) / 2 = 0,09

Q1 = 1- P2 = 0,71 Q2 = 1- P2 = 0,89 Q = 1- P = 0,91

1,96 2 0,09 (0,91)+0,84 0,29 0,71 + 0,11 (0,89) 2


n1=n2=[ ]
0,29−0,11

1,96 0,16+0,84 0,20 + 0,09


=[ ]2
0,18

1,96(0,4)+0,84 0,53 2 0,78+0,44 2


=[ ] =[ ]
0,18 0,18

1,22 1,4884
= [ 0,18 ]2 = = 45
0,0324

= 45 𝑥 2 = 90

Sehingga didapatkan sampel berjumlah 90 orang.

40
C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Wonosari Tahun 2017. Alasan peneliti

menggunakan RSUD Wonosari karena kehamilan usia dini paling

tinggi disetiap tahunnya adalah di Kabupaten Gunungkidul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei.

D. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel bebas

merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya

variabel terikat (Riwidikdo, 2008). Sedangkan variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel luar adalah jenis variabel yang

berhubungan dengan variabel bebas.

1. Variabel bebas : kehamilan usia dini.

2. Variabel terikatnya : postpartum blues.

3. Variabel luar : pendidikan, pekerjaan, induksi persalinan,

dukungan sosial, ketuban pecah dini,

episiotomi, dan jenis persalinan.

41
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 1. Definisi Operasional


Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Data
1. Postpartum Adanya perasaan sedih, Kuesioner 1 = Tidak Nominal
Blues cemas dan stress yang (EPDS) 2 = Ya
dialami ibu setelah
melahirkan pada hari ke
6-14. Skor < 10 tidak
postpartum blues dan
skor ≥ 10 mengalami
postpartum blues.
2. Kehamilan Usia Usia responden di hitung Kuesioner 1 = Usia ≥ Nominal
Dini pada umur terakhir saat 20 th
melakukan pengkajian 2 = Usia <
data dalam satuan tahun 20 th
lebih bulan. Usia dini,
jika umur ibu ≤20 tahun.
3 Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner 1 = Ordinal
terakhir yang pernah Pendidi
ditempuh ibu. kan
Dikategorikan tinggi
pendidikan rendah, jika 2 =
jenjang pendidikan tamat Pendidi
SD/SMP, dan kan
dikategorikan pendidikan rendah
tinggi jika jenjang
pendidikan tamat SMA
atau Perguruan Tinggi.
4 Pekerjaan Pekerjaan tetap atau Kuesioner 1 = Ibu Nominal
pokok yang dilakukan tidak
oleh ibu untuk bekerja
mendapatkan 2 = Ibu
penghasilan. bekerja
Dikategorikan ibu
bekerja adalah PNS,
karyawan swasta, dan
petani/buruh. Sedangkan
ibu tidak bekerja adalah
ibu rumah tangga.
5 Dukungan Dukungan dan bantuan Kuesioner 1 = ada Nominal
Sosial yang diperoleh ibu secara dukung
nyata dari suami, an
orangtua, dan atau teman sosial
selama bersalin dan 2 =
postpartum. Terdapat tidak
dukungan sosial jika skor ada
jawaban ya > 50%, dan dukung
tidak ada dukungan jika an
jawaban ya < 50%. sosial

42
Lanjutan tabel 1. Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Data
6 Ketuban Pecah Ketuban yang sudah Ceklist 1 = Nominal
Dini (KPD) pecah (mrembes) ketika Tidak
belum masuk fase 2 = Ya
persalinan dengan
melihat data rekam
medis dan di konfirmasi
ulang kepada ibu.
7 Episiotomi Persalinan yang Ceklist 1 = Nominal
dilakukan dengan Tidak
tindakan 2 = Ya
episiotomi/membuat luka
pada perineum karna
suatu indikasi tertentu
dan tertulis di rekam
medis.
8 Induksi Persalinan yang Ceklist 1= Nominal
Persalinan dilakukan dengan Tidak
bantuan induksi karena 2 = Ya
suatu indikasi dan ibu
mengetahui
dilakukannya tindakan
induksi serta tertulis di
rekam medis
9 Jenis Persalinan Persalinan yang Ceklist 1 = Nominal
dilakukan dengan Spontan
tindakan Seksio Caesaria 2 =
tertulis di rekam medis Secio
dan di konfirmasi ulang Caesare
kepada ibu. a

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pada

responden sesuai kriteria yang sudah dibuat.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

1. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini berupa :

43
a. Bagian A

Instrumen berupa kuesioner serta ceklist untuk mengkaji

identitas meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dukungan

sosial, induksi, KPD, episiotomi, dan jenis persalinan.

b. Bagian B, (Pengukuran postpartum blues)

Instrumen yang digunakan dari Edinburgh Postpartum

Depression Scale (EPDS) yang dikembangkan oleh cox, holden

dan sagovsky sejak tahun 1987. EPDS dipilih sebagai instrumen

pada penelitian ini karena EPDS merupakan instrumen baku dan

berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa

instrumen tersebut telah teruji dan diakui validitas dan

reliabilitasnya. Uji validitas tersebut juga telah dilakukan pada

berbagai budaya dan tersedia dalam berbagai bahasa. Hasil uji coba

tersebut didapatkan nilai sensivitasnya 86% dan spesivitasnya 78%

(Scott, 2008).

Jumlah pertanyaan instrumen EPDS ada 10 item, dimana

pertanyaan-pertanyaan tersebut mudah dipahami, yang

memungkinkan klien dapat mengisinya serta tidak membuat klien

kelelahan saat menjawab kuesioner tersebut. Pertanyaan dalam

instrumen tersebut diklasifikasikan dengan tanda (*) dan tanpa

tanda (*). Pertanyaan tanpa tanda (*) yakni pertanyaan 1,2, dan 4,

kotak jawaban teratas diberi nilai nol (0) dan kotak jawaban yang

terendah diberi nilai tiga (3). Pertanyaan dengan tanda (*) yakni

44
nomor 3,5,6,7,8,9,10 kotak jawaban teratas diberi nilai tiga (3) dan

kotak jawaban yang paling rendah diberi nilai nol (0).

Nilai maksimum EPDS adalah 30 dengan interval 0-9

normal, ≥ 10 post partum blues atau depresi. Dimana penafsiran

EPDS antara postpartum blues dengan depresi adalah dilihat waktu

kejadiannya. EPDS yang digunakan segera setelah melahirkan dan

diulang dalam waktu dua minggu adalah mengkaji kejadian

postpartum blues dan bila penilaian EPDS dalam waktu satu bulan

atau lebih adalah menilai depresi postpartum (Wisner, 2002; Scott,

2008).

c. Bagian C ( Pengukuran dukungan sosial)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat dukungan

sosial adalah kuesioner yang dikutip dari Buku Ajar Asuhan

Kebidanan dari Helen Varney dari kuesioner Postpartum

Depression Prediktirs Inventory (PDPI). Kuesioner ini berisi 12

pertanyaan dengan menggunakan skala nominal dimana terdapat

dua pilihan jawaban yaitu “ya” dan „tidak”. Kuesioner dukungan

sosial ini skor jawaban “ya” dijumlahkan dengan dikategorikan

sebagai berikut :

1) Ada dukungan sosial, bila skor jawaban “ya” > 50%


2) Tidak ada dukungan sosial, bila skor jawaban “ya” < 50%
H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian yaitu :

45
a. Peneliti mengurus izin pelaksanaan penelitian di Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

b. Peneliti memasukkan izin penelitian dan proposal penelitian

kepada RSUD Wonosari.

c. Setelah mendapat izin dari direktur/pimpinan RSUD Wonosari,

peneliti menghadap bagian Kepala Ruang Poli Kandungan RSUD

Wonosari untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta

meminta ijin pelaksanaan pengambilan data penelitian.

d. Peneliti membuat jabaran tugas yang harus dilakukan setiap

melakukan penelitian.

e. Melaksanakan penelitian sesuai jadwal yang ada di Poli

Kandungan RSUD Wonosari.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah–langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi pasien yang kontrol pascasalin di RSUD

Wonosari di Poli Kandungan hari ke 6-14

b. Jika pasien postpartum belum masuk hari ke 6-14, dan tidak

dianjurkan untuk kontrol ulang diantara hari ke 6-14 maka dicatat

alamat rumahnya yang terdapat di rekam medis dan berkunjung

kerumah klien.

c. Jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi maka melakukan

inform consent

d. Memberikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara

mengisi kuesioner tersebut

46
e. Pengisian kuesioner bagian B oleh klien tanpa didampingi oleh

keluarga

f. Setelah kuesioner terisi semua, maka peneliti melihat kembali

untuk dicek

I. Manajemen Data

1. Sumber Data

Data dari variabel yang diamati menggunakan data primer yang

didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada

responden untuk diisi.

2. Pengolahan data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan, adapun tahapan tersebut :

a. Editing Data

Peneliti melakukan pemeriksaan atas kelengkapan

kuesioner, kejelasan makna jawaban, konsistensi antar jawaban,

relevansi jawaban dan keseragaman satuan pengukuran.

b. Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data

jawaban menurut kategorinya masing-masing. Setiap kategori

jawaban yang berbeda diberi kode yang berbeda. Hal yang perlu

diperhatikan adalah setiap jawaban yang masuk diberi kode

tertentu sesuai dengan kategorinya. Setiap kategori yang sama

diberi kategori yang sama dan antara kategori yang satu dengan

yang lainnnya dipisahkan dengan tegas agar tidak tumpang tindih.

47
Tabel 2. Coding Variabel

No Variabel Kode Arti


2 Ya
1 Postpartum Blues
1 Tidak
Kehamilan Usia 2 Usia < 20 th
2
Dini 1 Usia ≥ 20 th
2 Pendidikan rendah : SD-SMP
3 Pendidikan
1 Pendidikan tinggi : SMA-PT
2 Ibu bekerja
4 Pekerjaan
1 Ibu tidak bekerja
2 Tidak ada
5 Dukungan Sosial
1 Ada
2 Ya
6 KPD
1 Tidak
2 Ya
7 Episiotomi
1 Tidak
Induksi 2 Ya
8
Persalinan 1 Tidak
2 Seksio Caesaria
9 Jenis Persalinan
1 Spontan

c. Entry Data

Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data

dari masing-masing responden ke dalam program komputer. Data

dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner dan nomor

pada lembar observasi dan jawaban responden dalam bentuk angka

sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan ketika

melakukan coding.

d. Tabulasi data

Tabulasi adalah kegiatan untuk meringkaskan data yang masuk

kedalam tabel-tabel yang telah disiapkan. Proses tabulasi meliputi :

1) Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang disusun

dengan cermat dan sesuai kebutuhan

48
2) Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban

3) Menyusun distribusi atau tabel frekuensi baik berupa tabel

frekuensi satu arah maupun frekuensi silang dengan tujuan agar

data yang ada dapat tersusun rapi, mudah untuk dibaca dan

dianalisis.

3. Analisa Data

a. Analisa univariat

Penelitian analisis univariat mengkaji identitas responden

yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga

sosial, induksi, ketuban pecah dini, luka persalinan dan jenis

persalinan yang ditampilkan dalam bentuk data proporsi atau

persentase. Data kejadian postpartum blues awalnya berjenis

numerik, yaitu menggunakan skor 0-30. Jika responden

mempunyai skor <10 maka responden tidak mengalami postpartum

blues. Jika skor ≥10 maka responden mengalami postpartum blues.

Sehingga data yang ditampilkan berupa data kategorik, yaitu

mengalami kemungkinan terjadinya postpartum blues atau tidak

mengalami postpartum blues. Analisis univariat pada tiap variabel

penelitian akan dilakukan dengan rumus :

𝑥
𝑃= 𝑥 100%
𝑦

Keterangan:
P = Persentase subyek pada kategori tertentu
x = ∑ sampel dengan karakteristik tertentu
y = ∑ sampel total

49
b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2012). Analisis

bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel

dependen dengan variabel independen. Uji bivariat pada penelitian

ini untuk mengetahui hubungan kehamilan usia dini dengan

kejadian postpartum blues. Pada penelitian ini menggunakan uji

statistik sebagai berikut:

1) Chi-square

Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square, apabila

memenuhi syarat uji Chi-square yaitu tidak ada nilai expected

yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi,

maka dapat dipakai uji alternatifnya yaitu uji Fisher’s Exact

Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan

yang signifikan apabila dengan tingkat kepercayaan 95%,

didapatkan nilai p-value kurang dari 0,05 (Budiarto,2012)

Rumus perhitungan Chi-Square:

𝑘
2
2
𝑓0 − 𝑓ℎ
𝑥 =
𝑓𝑛
𝑖=1

Keterangan:

𝑥 2 = Chi Kuadrat

𝑓0 = Frekuensi yang diobservasi

𝑓𝑛 = Frekuensi yang diharapkan

50
2) Rasio Prevalens

Rasio prevalens adalah perbandingan antara prevalens suatu

penyakit atau efek pada subyek yang mempunyai faktor risiko

dengan prevalens penyakit atau efek pada subyek yang tidak

mempunyai faktor risiko.

Tabel 3. Tabel 2x2 hasil cross-sectional

Efek
(Postpartum blues)
Ya Tidak Total
Faktor a b a+b
Risiko c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan :

a = subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek

b = subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek

c = subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

d = subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Rumus Rasio Prevalens :

a
(a + b)
A= c
(c + d)

Keterangan :
a
(a + b) = Proporsi ( prevalens) subyek yang mempunyai
faktor risiko
c
(c + d) = Proporsi ( prevalens) subyek yang tidak
mempunyai faktor risiko

51
Interpretasi hasil :

RP = 1 Variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada

pengaruhnya dalam terjadinya efek/netral

RP > 1 dan rentang interal kepercayaan tidak mencakup

angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor

risiko untuk timbulnya penyakit.

RP < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup

angka 1, berarti variabel yang diteliti merupakan

faktor protektif bukan faktor risiko.

Bila interval kepercayaan rasio prevalensnya = 1, ini berarti

bahwa dari data yang ada belum dapat disimpulkan bahwa faktor

yang dikaji benar benar merupakan faktor risiko atau faktor

protektif.

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat adalah metode statistik yang digunakan


untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen
dengan satu variabel dependen (Notoatmodjo, 2012). Analisis
multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
regresi logistik yaitu analisis statistik yang digunakan untuk
perhitungan lebih dari dua variabel independen berskala data
nominal dengan variabel dependen berskala data nominal dikotom.
Perhitungan regresi logistik pada penelitian ini dibantu dengan
komputerisasi dengan tujuan menyingkirkan variabel perancu dan
untuk mengetahui variabel independen yang mana yang lebih erat
hubungannya dengan variabel dependen dengan nilai p<0,1.

52
J. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat kelayakan etik dari

Komite Etik Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dengan

No.LB.01.01/KE-01/XII/272/2017. Dalam melaksanakan sebuah penelitian

ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Notoatmodjo, 2012), yakni:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk


mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut. Peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk
memberikan informasi atau tidak berpartisipasi. Peneliti menghormati
harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan subjek (informed consent) yang mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian

d. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh responden

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

53
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek cukup

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden. Nama

responden hanya diisi nama inisial, peneliti hanya menggunakan data

untuk keperluan penelitian.

3. Keadilan dan keterbukaan (Respect for justice an inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil juga perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Peneliti menjelaskan

prosedur penelitian kepada semua subjek penelitian. Prinsip keadilan

ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis,

dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

harm and benefit)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek. Segala informasi yang diperoleh melalui

penelitian ini hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari merupakan sebuah

rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang berlokasi di

Wonosari. RSUD Wonosari menempati lokasi di Dusun Jeruksari

Kelurahan Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul yang

beralamat di Jalan Taman Bhakti No.6 Wonosari. Rumah sakit ini mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas dan menampung

pelayanan rujukan dari puskesmas.

Sejak awal berdirinya sampai sekarang RSUD Wonosari telah

banyak mengalami peningkatan baik secara fisik bangunan, sarana dan

prasarana rumah sakit hingga peningkatan jumlah sumber daya

manusianya. Peningkatan status rumah sakit dari tipe D menjadi tipe C

terjadi pada tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomer 201/MENKES/SK/II/1993. RSUD Wonosari

telah terakreditasi tingkat Paripurna oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) pada tanggal 30 Agustus 2016.

Poliklinik Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi)

adalah salah satu layanan yang ada di RSUD Wonosari. Poliklinik

Kebidanan dan Kandungan RSUD Wonosari memberikan pelayanan

perihal kehamilan (Antenatal Care), pasca persalinan (Postnatal Care) dan

pencegahan kehamilan (kontrasepsi). Klinik Kebidanan (Ginekologi)

55
memberikan layanan perihal masalah kesehatan organ reproduksi wanita.

Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Wonosari memiliki dua

tenaga bidan yang terlatih dan dua dokter ahli spesialis kandungan dan

kebidanan dalam memberikan pelayanan paripurna.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil secara langsung

di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Wonosari pada tanggal 6

April 2017 sampai 2 Mei 2017. Penelitian ini menggunakan purposive

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 90 Responden. Hasil penelitian

disajikan sebagai berikut :

1. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian

Hasil analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

subjek penelitian dengan menghitung frekuensi dan persentase masing-

masing variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini antara lain

usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dukungan sosial, ketuban

pecah dini, episiotomi, induksi persalinan, jenis persalinan dan

kejadian postpartum blues. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

hasil sebagai berikut :

56
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, ketuban pecah dini,
episiotomi, induksi persalinan, jenis persalinan dan kejadian
postpartum blues di RSUD Wonosari Tahun 2017
Variabel Frekuensi %
Kehamilan Usia Dini
Usia < 20 Th 19 21,1
Usia ≥ 20 Th 71 78,9

Tingkat Pendidikan
Pendidikan Rendah 55 61,1
Pendidikan Tinggi 35 38,9

Status Pekerjaan
Ibu Bekerja 28 31,1
Ibu Tidak Bekerja 62 68,9

Dukungan Sosial
Tidak Ada 1 1,1
Ada 89 98,9

Ketuban Pecah Dini


Ya 40 44,4
Tidak 50 55,6

Episiotomi
Ya 25 27,8
Tidak 65 72,2

Induksi Persalinan
Ya 39 43,3
Tidak 51 56,7

Jenis Persalinan
Seksio Caesaria 46 51,1
Spontan 44 48,9

Postpartum Blues
Ya 50 44,1
Tidak 90 55,6
Total 90 100,0

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui distribusi frekuensi

variabel responden. Sebanyak 19 responden (21,1%) melahirkan pada

57
umur <20 tahun , 55 responden (61,1%) memiliki pendidikan rendah

(SD-SMP), 28 responden (31,1%) ibu bekerja, 1 responden (1,1%)

tidak ada dukungan sosial, 40 responden (44,4%) terjadi ketuban pecah

dini, 25 responden (27,8%) episiotomi, 39 responden 43,3% dilakukan

induksi, jenis persalinan secara SC sebanyak 46 responden (51,1%)

dan kejadian postpartum blues sebanyak 50 responden (55,6%).

2. Hubungan Kehamilan Usia Dini dan Variabel Lain dengan Kejadian

Postpartum Blues

Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

kehamilan usia dini dengan kejadian postpartum blues di RSUD

Wonosari Tahun 2017. Pengujian statistik dengan menggunakan chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai p-value kurang dari

0,05. Hasil analisis disajikan sebagai berikut :

Tabel 5. Tabel silang subyek penelitian berdasarkan kehamilan usia


dini dengan kejadian postpartum blues di RSUD Wonosari
Tahun 2017

Kehamilan Kejadian Postpartum Confidence


Usia dini Blues Interval (CI)
p-value PR
Ya Tidak Lower Upper
n % N %
Usia < 20 th 35 38,9 36 40,0
Usia ≥ 20 th 15 16,7 4 4,4 0,040 3,8 1,6 12,7

Berdasarkan analisis secara statistik diketahui bahwa ada hubungan

antara kehamilan usia dini terhadap kejadian postpartum blues dengan

p-value 0,040. Proporsi kejadian postpartum blues pada kehamilan

usia dini sebesar 49,3%. Proporsi kejadian postpartum blues pada

kehamilan tidak 1dini sebesar 79,9%. Kehamilan usia dini < 20 tahun

58
memiliki risiko 3,8 kali mengalami kejadian postpartum blues (95%CI

1,6–12,7) dibandingkan dengan kehamilan usia ≥ 20 tahun.

Tabel 6. Hubungan variabel lain dengan kejadian postpartum blues di


RSUD Wonosari Tahun 2017

Variabel Lain Kejadian Postpartum Confidence


Blues Interval (CI)
p-value PR
Ya Tidak Lower Upper
n % N %
Pendidikan
Rendah 31 34,4 24 26,7
1,00 1,08 0,46 2,55
Tinggi 19 21,1 16 17,8

Status Pekerjaan
Ibu Bekerja 15 16,7 13 14,4
Ibu Tidak 35 38,9 27 30,0 0,79 0,89 0,36 2,18
Bekerja

Dukungan
Sosial
Tidak Ada 1 1,1 0 0
0,368 0,55 0,45 0,66
Ada 49 54,4 40 44,0

Ketuban Pecah
Dini
Ya 27 30,0 13 14,4
0,068 2,43 1,02 5,78
Tidak 23 25,6 27 30,0

Episiotomi
Ya 34 37,8 31 34,4
0,445 1,62 0,62 4,19
Tidak 16 17,8 9 10,0

Induksi
Persalinan
Ya 27 30,0 12 13,3
0,022 2,7 1,14 6,57
Tidak 23 25,6 28 31,1

Jenis Persalinan
SC 31 34,4 15 16,7
0,036 2,71 1,153 6,412
Spontan 9 21,1 25 27,8

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa variabel luar yang


berhubungan secara bermakna dengan kejadian postpartum blues

59
adalah usia kehamilan <20 tahun, induksi persalinan dan jenis
persalinan.
Induksi persalinan mempunyai hubungan yang bermakna dengan

p-value 0,022 (p< 0,05). Pemberian induksi memiliki risiko 2,7 kali

mengalami kejadian postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang

tidak dilakukan induksi persalinan (PR 2,7; 95% CI 1,4 -25,0).

Jenis persalinan memiliki hubungan yang bermakna dengan p-

value 0,036. Jenis persalinan secara SC memiliki risiko 2,71 kali

mengalami kejadian postpartum blues dibandingkan dengan ibu

melahirkan secara spontan (PR 2,71; 95% CI 1,153 -6,412).

Adapun variabel lain yang tidak berhubungan secara bermakna

dengan kejadian postpartum blues adalah pendidikan dengan p-value

1,00 (PR 1,08 95% CI 0,46-2,55), status pekerjaan dengan nilai p-

value 0,79 (PR 0,89 95% CI 0,36-2,18), dukungan sosial dengan p-

value 0,36 (PR 0,55; 95% CI 0,45-0,66), ketuban pecah dini memiliki

nilai p-value 0,068 (PR 2,43; 96% CI 1,02-5,78) dan episiotomi

dengan p-value 0,445 (PR 1,62 95% CI 0,62-4,19).

3. Uji hubungan kehamilan usia dini dengan memperhatikan variabel luar

yang berhubungan terhadap kejadian postpartum blues

Analisis ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor risiko

bersama-sama yaitu kehamilan usia dini. Variabel lain yang secara

analisis bivariat menunjukkan hubungan bermakna, antara lain usia

kehamilan, induksi persalinan, jenis persalinan dan ketuban pecah dini

terhadap kejadian postpartum blues di RSUD Wonosari tahun 2017.

60
Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik dengan tingkat

kemaknaan 0,1.

Tabel 7. Tabel hasil analisis multivariat kehamilan usia dini, induksi


persalinan, dan jenis persalinan dengan kejadian postpartum
blues di RSUD Wonosari tahun 2017
Variabel Koef.β P PR 95% CI
Kehamilan Usia Dini
1,388 0,042 4,008 1,050- 15,298
Induksi Persalinan
1,637 0,004 5,141 1,683- 15,702
Jenis Persalinan 1,637 0,003 5,139 1,718-15,369
Konstanta - 1,514 0,168 0,656

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi

logistik menunjukkan bahwa kehamilan usia dini mempunyai

hubungan yang bermakna dengan p-value 0,042. Kehamilan usia <20

tahun memiliki risiko 4,0 kali mengalami postpartum blues

dibandingkan dengan usia ibu yang ≥ 20 th (95% CI 1,050- 15,298).

Induksi persalinan memiliki hubungan yang bermakna dengan p-

value 0,004. Persalinan yang dilakukan dengan induksi memiliki risiko

5,1 kali mengalami kejadian postpartum blues dibandingan dengan ibu

yang tidak dilakukan induksi ketika persalinan (95% CI 1,683-

15,702).

Jenis persalinan memiliki hubungan yang bermakna dengan p-

value 0,003. Jenis persalinan secara SC memiliki risiko 5,1 kali

mengalami kejadian postpartum blues dibandingan dengan ibu yang

melakukan persalinan secara spontan (95% CI 1,718-15,369).

Regresi logistik merupakan salah satu bagian analisis regresi yang

digunakan untuk memprediksi probabiliti kejadian suatu peristiwa.

Probabiliti terjadinya postpartum blues berbeda-beda sesuai dengan

61
kondisi subyek penelitian. Berikut ini adalah perhitungan untuk

menentukan probabilitas untuk terjadinya postpartum blues dalam

penelitian ini :

Probabilitas kejadian postpartum blues pada ibu postpartum dengan

faktor risiko kehamilan usia dini, induksi persalinan dan jenis

persalinan.

y = -1,514 + 1,388 (kehamilan usia dini) + 1,637 (induksi

persalinan) + 1,637 (jenis persalinan)

y = -1,514 + 1,388 (1) + 1,637 (1) + 1,637 (1)

y = 3,148

dengan demikian, probabilitasnya adalah sebagai berikut :

p = 1/ (1+2,7-(-3,148))

p = 1/ (1+22,79)

p= 1/23,79 = 0,042

p = 4,2%

Artinya peluang ibu postpartum dengan faktor risiko kehamilan

usia dini, induksi persalinan, dan jenis persalinan untuk mengalami

kejadian postpartum blues sebesar 4,2%.

C. Pembahasan

Penelitian ini didapatkan responden sebanyak 90 responden. Faktor-

faktor dalam kejadian postpartum blues didalam penelitian ini adalah usia

kehamilan, tingkat pendidikan, status pekerjaaan, dukungan sosial,

ketuban pecah dini, episiotomi, induksi persalinan, dan jenis persalinan.

62
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia ≥ 20 tahun, berpendidikan rendah, sebagai ibu rumah tangga (ibu

tidak bekerja), mendapat dukungan sosial, ketika persalinan tidak

dilakukan tindakan episiotomi, namun dilakukan induksi persalinan dan

proses persalinan secara seksio caesaria.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kehamilan usia

dini dengan kejadian postpartum blues di RSUD Wonosari tahun 2017.

Kehamilan yang terjadi di usia dini merupakan salah satu risiko seks

pranikah atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang pada

umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah,

berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya ditambah sanksi sosial

dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan

pernikahan (Purnawan, 2009). Usia yang terlalu muda untuk hamil

memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama

kehamilan maupun persalinan (Rusli, 2011).

Postpartum blues merupakan keadaan yang terjadi setiap waktu

setelah perempuan melahirkan, tetapi sering terjadi pada hari ketiga atau

keempat yang memuncak pada hari kelima dan ke-14 postpartum (Bobak,

2005). Faktor internal yang berperan dalam postpartum blues salah

satunya adalah perubahan kadar hormon dan faktor usia yang dikaitkan

dengan masalah ini (Gale and Harlow, 2003). Dalam penelitian ini

diketahui ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak 44,4%

responden dan 55,6% responden tidak mengalami postpartum blues.

63
Postpartum blues dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor faktor

dalam penelitian ini yang kemudian dilakukan analisis antara lain usia

kehamilan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dukungan sosial, ketuban

pecah dini, episiotomi, induksi dan jenis persalinan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kehamilan usia dini dengan kejadian postpartum blues

dengan p-value 0,042 dengan PR = 4,0 (95% CI 1,050- 15,298). Dalam

penelitian ini diketahui ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak 50

responden (55,6%) dan yang tidak postpartum blues sebanyak 40

responden (44,4%). Kehamilan usia <20 tahun terdapat 15 (16,7%)

responden yang mengalami postpartum blues. Ibu yang mengalami

kehamilan usia dini memiliki risiko 4,0 kali terjadi postpartum blues

dibandingkan dengan ibu yang mengalami kehamilan diusia yang ≥ 20

tahun.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hosnol

(2014) yang menunjukkan bahwa hubungan antara usia dengan

postpartum blues diperoleh nilai p-value= 0,003 dengan tingkat

kemaknaan yang ditetapkan pada α = 0,05. Oleh karena nilai p< α maka

H1 diterima dengan demikian terdapat hubungan usia dengan kejadian

postpartum blues. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan

Fatmawati (2015) yang menganalisi faktor usia ibu < 20 tahun dengan

analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu adalah faktor terkuat

yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues

64
dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05) dan OR 3,41;95%CI 2,129-

5,469. Deal & Holt (1998) juga menyatakan bahwa usia dini cenderung

lebih tinggi menyebabkan terjadinya postpartum blues (Jadri et al., 2006).

Faktor usia perempuan saat kehamilan dan persalinan seringkali

dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu. Usia terlalu muda untuk hamil akan memicu risiko bagi ibu

dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama kehamilan maupun

persalinan (Rusli, 2011). Pada usia yang lebih awal,kehamilan usia dini

atau lebih lanjut telah diyakini akan meningkatkan risiko biomedik,

mengakibatkan pola tingkah laku yang tidak optimal, baik pada ibu yang

melahirkan maupun pada bayi atau anak yang dilahirkan dan dibesarkan

(Mc Anarney & Hendee, 1999; Robertson et al., 2003).

Kehamilan dan persalinan pada usia dini menjadi salah satu faktor

pendukung terjadinya postpartum blues. Diduga bahwa dengan

meningkatnya usia ibu akan meningkatkan kematangan emosional,

sehingga meningkatkan pula keterlibatan dan kepuasan dalam peran

sebagai orang tua dan membentuk pola tingkah laku maternal yang

optimal pula.

Selain faktor kehamilan usia dini, induksi persalinan juga memiliki

hubungan yang bermakna dengan hasil p-value 0,004 (p-value < 0,05)

yang berarti terdapat hubungan bermakna antara pemberian induksi

dengan kejadian postpartum blues dan memiliki PR 5,1 sehingga dengan

dilakukannya induksi ketika persalinan meningkatkan risiko postpartum

65
blues sebanyak 5,1 kali di bandingkan dengan yang tidak dilakukan

induksi dengan 95% CI 1,683-15,702.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

(2013) yang menunjukkan bahwa induksi persalinan menyebabkan

meningkatnya risiko kejadian postpartum blues sebesar 5,50 kali

dibandingkan dengan persalinan tanpa induksi dengan nilai p-value 0,028

(p<0,05).

Induksi persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum

awitan spontan untuk mempercepat proses persalinan. Intervensi dalam

persalinan seperti persalinan dalam induksi dan bantuan alat dapat

meningkatkan stress postpartum, mengurangi kepercayaan ibu atas

lancarnya proses persalinan, dengan dampak meningkatnya kejadian

postpartum blues. Stressor ini yang merangsang sehingga kortek adrenal

memproduksi hormon kortisol yang berlebihan, dengan dampak

postpartum blues yang meningkat.

Penggunaan induksi dalam persalinan akan menyebabkan ibu

mengalami hiperstimulasi uterus (ibu merasakan nyeri yang melebihi

kontraksi uterus yang regular), mual, muntah, nyeri kepala dan hipotensi

(Bobak, 2005). Hal ini juga dijelaskan oleh Henderson dan Jones, 2006

bahwa penggunaan induksi oksitosin terbukti meningkatkan jumlah rasa

nyeri yang diterima ibu dan meningkatkan risiko hiperstimulasi.

Pengalaman nyeri hebat ini akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan

bagi ibu. Ibu juga akan mengalami kecemasan dan ketakutan serta

kekhawatiran terhadap keberhasilan tindakan. Selain itu, induksi juga

dapat mempengaruhi kesejahteraan jani dan risiko terjadinya perdarahan

66
pasca persalinan yang disebabkan karena atonia uteri. Kecemasan dan

ketakutan ibu, kemungkinan komplikasi pada bayi dan ibu menjadi salah

satu faktor yang dapat mendukung untuk kemungkinan terjadinya

postpartum blues.

Jenis persalinan juga memiliki hubungan yang bermakna secara

multivariat dengan p-value 0,003. Jenis persalinan secara SC memiliki

risiko 5,1 kali mengalami kejadian postpartum blues dibandingan dengan

ibu yang melakukan persalinan secara spontan (95% CI 1,718 – 15,369).

Jenis persalinan secara SC dan mengalami postpartum blues terdapat 31

responden (34,5%) sedangkan ibu yang melahirkan secara normal dan

postpartum blues sebanyak 19 (21,1%) responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abadan (2015)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

persalinan buatan dengan kejadian postpartum blues dengan p value =

0,037. Perasaan gagal yang timbul karena tidak dapat melahirkan secara

normal, kemungkinan depresi juga timbul karena proses pemulihan pasca

operasi Caesar dan akan memakan waktu lebih lama ( Irawati, 2014).

Jenis persalinan merupakan satu dari faktor dapat yang mempengaruhi

terjadinya postpartum blues. Perempuan yang sudah terbiasa dengan

prosedur yang diberikan rumah sakit mungkin mempunyai aksi terhadap

gangguan mental lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang belum

pernah mengenalnya sama sekali (Dewi, 2012). Intervensi dalam

persalinan, seperti persalinan dengan bantuan alat, penggunaan analgesik

epidural dan seksio caesaria dapat menimbulkan efek jangka panjang pada

ibu, yaitu dapat mengurangi kepercayaan diri ibu dalam menjalankan

67
perannya, mengganggu proses kelekatan yang alami serta dapat

meningkatkan kejadian postpartum blues hingga depresi postpartum

(Hederson & Jones, 2006).

Kelahiran sesaria ialah kelahiran janin melalui transisi transabdomen

pada uterus, baik direncanakan maupun tidak (Bobak, 2005). Kehilangan

pengalaman melahirkan anak secara tradisional dapat memberikan efek

negatif pada konsep diri ibu. Tujuan seksio sesaria adalah memberikan

kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya, yaitu karena adanya stress

maternal atau fetal.

Faktor lain dari postpartum blues yakni pendidikan. Tingkat

pendidikan dalam penelitian ini didapatkan p-value 1,00 (p> 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan kejadian postpartum blues dengan PR 1,08; 95%CI;

0,464-2,55. Sejalan dengan penelitian Fatmawati (2015) yang

menganalisis faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian postpartum

blues, didapatkan variabel pendidikan dengan nilai p-value sebesar 0,282

(p>0,05) menunjukkan jika pendidikan tidak memberikan pengaruh

terhadap kejadian postpartum blues karena tidak memiliki hubungan yang

bermakna. Wanita yang berpendidikan tinggi menghadap tekanan sosial

dan konflik peran antara tuntutan sebagai wanita berpendidikan tinggi

yang memiliki dorongan untuk bekerja dan melakukan aktivitas diluar

rumah dan peran sebagai ibu rumah tangga atau orang tua jika ia

mempunyai anak (Barnet & Marshall, 1992, Robertson et al., 2004).

Variabel status pekerjaan memiliki hubungan yang tidak bermakna

dengan p-value 0,89 (p>0,05) dengan CI 95%; 0,363-2,18. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Fatmawati (2015) yang menganalisis

68
faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues,

menunjukkan bahwa variabel status pekerjaan memiliki nilai p-value

0,282 (p>0,05) sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Kennerlay

dan Gath (1999) yang menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan bermakna

pada kejadian postpartum blues berdasarkan karakteristik demografi

seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, dan status

perkawinan.

Dukungan sosial juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

bermakna didapatkan nilai p-value 0,368 (p>0,05) dengan PR 0,55

95%CI; 0,456-0,664. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Nurbaeti (2015) yang menunjukkan hasil bahwa penelitian yang

didapatkan berdasarkan dukungan sosial mayoritas responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden yang mendapat dukungan

sosial.

Ketuban pecah dini juaga tidak menunjukkan hubungan yang

bermakna dengan nilai p-value sebanyak 0,068 (p>0,05) dengan PR 2,43;

95%CI; 1,027-5,787. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Machmudah (2010) bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak ada

pengaruh antara jenis komplikasi persalinan terhadap kemungkinan

terjadinya postpartum blues (p-value=0,148). Dalam penelitian tersebut,

tindakan persalinan yang dilakukan antara lain induksi persalinan dengan

oksitosin dan trauma persalinan seperti ketuban pecah dini.

Faktor episiotomi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna,

dengan p-value 0,445 (p>0,05) dengan nilai PR 1,6 ;95%CI 0,626-4,194.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Machmudah (2010)

dimana hasil penelitian dengan variabel pengaruh jenis komplikasi

69
persalinan terhadap terjadinya postpartum blues menunjukkan tidak ada

pengaruh antara jenis komplikasi persalinan terhadap kemungkinan

terjadinya postpartum blues (p-value = 0,148). Tindakan persalinan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan persalinan yang dilakukan

dengan bantuan alat dan dilakukannya tindakan menggunakan alat untuk

membantu persalinan.

Variabel luar dalam penelitian ini yang setelah dianalisis tidak

memiliki hubungan yang bermakna tetap dimasukkan kedalam faktor yang

mempengaruhi kejadian postpartum blues karena dikatakan dalam teori

Marshall (2004) bahwa pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, ketuban

pecah dini, dan episiotomi mempengaruhi kejadian postpartum blues.

D. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul hubungan kehamilan usia dini

dengan kejadian postpartum blues diketahui bahwa kehamilan usia dini

<20 tahun, induksi persalinan dan jenis persalinan berhubungan dengan

kejadian postpartum blues. Hasil penelitian ini kemungkinan dapat

dipengaruhi oleh berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari seperti

biasnya informasi, kemampuan mengingat tindakan dan komplikasi yang

terjadi ketika masuk masa persalinan. Tujuan umum dari penelitian ini

adalah diketahuinya hubungan usia dini dengan kejadian postpartum

blues, namun dalam penelitian ini terdapat data variabel yang juga

merupakan faktor risiko dari kejadian postpartum blues sehingga

dilakukan analisis. Hal tersebut dapat meningkatkan bias dalam penelitian

70
yang dapat memperbesar atau memperkecil pengaruh paparan yang

sesungguhnya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

EPDS dan kuesioner dukungan sosial PDPI dimana dalam mengisi

kuesioner peneliti tidak membatasi waktu sehingga responden dapat

mengubah pilihan yang sudah dijawab. Hal ini tentunya dapat

mempengaruhi keakuratan hasil skor EPDS.

71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kehamilan

usia dini dengan kejadian postpartum blues di RSUD Wonosari tahun

2017, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara kehamilan usia dini

dengan kejadian postpartum blues dengan p-value 0,042 PR: 4,0 ;

95%CI : 1,050-15,298.

2. Variabel luar yang ikut berhubungan dengan kejadian postpartum

blues adalah induksi persalinan dengan p- value 0,004 PR : 5,1;

95%CI 1,683-15,702 dan jenis persalinan dengan p- value 0,003

PR : 5,1; 95%CI 1,718-15,369.

3. Kehamilan usia dini < 20 tahun meningkatkan risiko 4,0 kali untuk

mengalami kejadian postpartum blues.

B. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini

diantaranya adalah :

1. Bagi Remaja

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada teman sebayanya

untuk menghindari kehamilan pada usia dini yang dapat

mengakibatkan kejadian postpartum blues karena belum siap secara

fisik dan mental.

72
2. Bagi Direktur RSUD Wonosari

Diharapkan Diretur RSUD Wonosari mempertimbangkan kebijakan

yang berkaitan dengan standar pelayanan yang diberikan kepada ibu

postpartum khususnya kehamilan usia dini di RSUD Wonosari.

Kebijakan atau prosedur tetap asuhan yang diberikan kepada ibu

postpartum untuk dapat mendeteksi dini faktor-faktor risiko terjadinya

kejadian postpartum blues dan melakukan skrinning dengan

menggunakan Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS).

3. Bagi bidan di RSUD Wonosari

Diharapkan bidan yang bertugas di poliklinik kebidanan lebih

memperhatikan dan mengkaji aspek psikologis ibu postpartum,

khususnya pada ibu postpartum yang memiliki faktor risiko untuk

mengalami postpartum blues. Bidan melakukan skrining postpartum

blues dengan menggunakan kuesioner EPDS dan diharapkan lebih

meningkatkan peran sertanya dalam memberikan konseling kepada ibu

postpartum tentang masa nifas dan perawatan bayi. Hal demikian

untuk mendeteksi dini sehingga postpartum blues dapat diketahui lebih

awal dan dapat tertangani dengan baik.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai

variabel dukungan sosial yang lebih mendalam dan waktu yang lebih

lama dalam pengisian kuesioner. Dengan demikian, hal yang dapat

menimbulkan bias dalam pengukuran postpartum blues dapat

dihindari.

73
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati. 2002. Negotiating Motherhood : The Difficulties and Chalenges of


Rural First-time Mother in Parung, West java. Makara Journal of Health
Research, vol 6 No 2. Diperoleh tanggal 28 Januari 2017 dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/view/8

Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Press

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


Jakarta : Rineka Cipta.

Aryani, R. dkk. 2009. Klinik Keperwatan pada Mata Ajaar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : TIM

Ayu, F. R., dan Lailatushifah, S. N. 2008. Dukungan Suami dan Depresi Pasca
Melahirkan. Jurnal Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. 1-7

Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta. Yogyakarta : Dinkes Propinsi D.I Yogyakarta.

Barnett, R.C & Marshall, N.L. (1992). Worker ang Mother Roles, Spillover
Effects ang Psychological Distress. Women and Health, 18 (2) : 9 40

BKKBN. (2012). Keluarga berencana. Diperoleh tanggal 31 januari 2017 dari


http://www.bkkbn.go.id/arsip/default.aspx

Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., Perry, S.E. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa : Maria & Peter. Jakarta :
EGC

Budiarto, Eko. 2012. Biostatistika. Jakarta : EGC

Curry., Alexandre., Faisal, Menezes., Paulo., Rossi & Tedecco., Jose., Julio. 2008.
Maternity “Blues” : Prevalence and Risk factors. The Spanish Journal of
Pschology, vol 11 No.2 593599. Diperoleh tanggal 25 desember 2016 dari
http://www.ucm.es/info/psi/docs/journal/VII_n2_2008/art/pdf

Deal, L & Holt, V. (1998). Young maternal Age and Depressive Symptoms:
Results from the 1988 National maternal and Infant Health Survey, Bureau
of Maternal and Child Health, Am J Public Health, 88(2): 266-270.

Depkes RI, WHO. 2011. Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia. Jakarta : Depkes
RI

Dewi dkk. 2012. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

74
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Fatimah, Siti. 2009. Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian Postpartum


Blues pada Ibu Primipara di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang.
Artikel Riset Keperawatan. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro. Diperoleh 28 Desember 2016 dari
http://www.core.ac.uk/downoad/pdf/11711002.pdf

Fatmawati, Diah Ayu. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Postpartum Blues. Jurnal EDU Health. Vol 5.No 2, hal 82 93.September
2015.

Fatmawati, Diah. 2014. Analisis Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Postparum Di Puskesmas Wilayah
Kerja Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta

Gale, S., & Harlow, B. L. 2003. Postpartum Mood Disorders : a review of clinical
and epidemiological factors. Journal of Psychosomatic Obstetrics and
Gynecology.

Gemari. 2008. Faktor Resiko Stroke. Emari Edisi 94/Tahun IX/November 2008

Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Edisi 4. Jakarta : EGC

Gondo, Harry. (2010). Skrinning Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)


Pada Postpartum Blues. Universitas Wijaya Kusuma : Surabaya

Gonidakis, F., Rabavilas, A.D., Varson, E., Kreatsas, G., & Christodoulou,G.N.
2007. Maternity Blues in Athens, Greec; A Study The First 3 days After
Delivery. Journal of Affective Disorders, 99, 107-115. Diperoleh tanggal
30 desember 2016 dari http://www.jadjournal.com

Handerson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. : EGC.

Helen, V., Jan M. Kriebs. Dan Carolyn L. Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Henshaw, C. (2003). Mood Disturbances in The early puerpurium; A Review:


Archieves of Woments Mental Health, 6 (2): 33 42. Available from:
ttp://www.springerlink.com. diperoleh pada tanggal 5 Mei 2017.

Hidayat, A.Aziz, alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika

75
Ibrahim, F., Rahma & Ikhsan, M. 2012. Faktor faktor yang berhubungan dengan
depresi postpartum di RSIA Pertiwi Makassar tahun 2012. FKM Unhas.
Diperoleh pada tanggal 31 Januari 2017 dari http://repository.unhas.ac.id

Indriasari, Retno. 2013. Hubungan umur dan paritas dengan kejadian postpartum
blues di wilayah puskesmas kalimanah kabupaten purbalingga tahun 2013.
Jurnal. Akademi Kebidanan YLPP. Diperoleh tanggal 28 desember 2016
dari http://senayan.akbidylpp.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1782

Irawati dan Yuliani. 2014. Pengaruh faktor Psikososial dan Cara Persalinan
terhadap terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Nifas. Hospital Majapahit
(6) 1-7 vol 6 No. 1 Februari 2014. Diperoleh tanggal 28 Desember 2016
dari http://www.poltekkkesmajapahit.ac.id

Iskandar, S. S. 2005. Depresi pasca kehamilan (postpartum blues). Diperoleh


tanggal 29 November 2016 dari http://www.mitrakeluarga.net.

Jardri, R., Pelta, J., Maron, M., Thomas, P., Delion, P., Codaccioni, X., Gourdemand,
M. (2006). Predictive Validation Study of The Edinburg Postnatal Depression
Scale in The First Week after Delivery and Risk Analysis for Postnatal
Depression. Journal of Affective Disorders, 93: 69 176.

Khotimah, Hosnol. 2014. Usia dan Paritas dengan Postpartum Blues di RSUD
Bangil Pasuruan 2014. Jurnal. Sumenep Madura. Diperoleh tanggal 31
Februari 2017 dari http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/

King, P. A. 2012. Replicability of structural Models of the Edinburgh Postnatal


Depression scale (EPDS) in a Community Sample of Postpartum African
American Women With Low Socioeconomic Status. Journal Arch
Womens Ment Health. Diperoleh tanggal 29 Januari 2017 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22297555

Kurniawan, Hendro. 2013, Hubungan kadar hormone kortisol dengan kejadian


postpartum blues pada persalinan dengan induksi. Tesis. Universitas
Sebelas Maret. Diperoleh tanggal 12 April 2017 dari
www.digilib.uns.ac.id

Latifah dan Hartati. 2006. Efektifitas Skala Edinburgh dan Skala beck dalam
mendeteksi risiko depresi Postpartum Di RSUD Prof. Dr Margono
Soekarjo Purwokerto. Universitas soedirman : Purwokerto.

Machmudah, T. 2010. Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi terhadap


kemungkinan terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Tesis.
Universitas Indonesia. Diperoleh tanggal 12 Desember 2016 dari
www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284389-T%20Machmudah.pdf

76
Mansur, H. 2009. Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba, et al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Manurung, Suryani. 2011. Efektifitas terapi music teradap pencegahan PPB pada
ibu primipara di ruang kebidanan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
pusat. Tesis. Depok : FIK UI

Marshall, Fiona. 2004. Mengatasi Depresi Pasca melahirkan. Alih bahasa :


Fransiska, Lilian Juwono. Jakarta : Arcan

Masland, R.P dan Estridge, D. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang
Seks Alih bahasa: Windy, M.T. Jakarta: Bumi Aksara

McAnarney, E.R. & Hendee, W.R (1999). Adolescent Pregnancy and Its
Cosequences, JAMA, 19 (4) : 327 347

Meihartati, Tuti. 2015. Hubungan Kehamilan Usia Dini Dengan Kejadian


Persalinan Prematur di Ruang Bersalin RSIA Paradise Tahun 2015. Jurnal
Vol. 2, No. 1 Agustus 2016 Januari 2017 : 66-70. Diperoleh tanggal 9
Februari 2017 dari http://idr.iain-antasari.ac.id

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :


Rineka Cipta

Nurbaeti, Siti. 2015. Gambaran Kejadian Postpartum Blues pada Ibu Nifas
Berdasarkan Karakteristik di RSU Tingkat IV Sariningsih Kota Bandung.
Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia. Diperoleh tanggal 31 Januari
2017 dari http://repository.upi.edu

Nursalam. 2003. Konsep-konsep Penerapan Metodologi Riset Keperawatan.


Jakarta : Rineka Cipta

Paykel, E.S., Emms, E.M. & Fletcer, J. (2000) Life Events and Social Support in
Purperal Depression. Br J Psychiat, 136;339 346.

Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L, & Wilson, D. (2010). Maternal
and Child Nursing Care. Vol 1. 4th ed. Missouri : Mosby Elsevier.

Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam
Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia : Yogyakarta

Robertson, E., Grace, S., Wallington, T., Stewart, D.E (2004). Antenatal Risk
Factors for Postpartum Depression : A Synthesis of Recnt Literature.
General Hospital Psychiatry, 26: 289 295.

77
Rusli, R. A., Meiyuntariningsih, T., & Warni., W. E 2011. Perbedaan Depresi
Pasca Melahirkan pada Ibu Primipara ditinjau dari usia Ibu Hamil. Jurnal
INSAN. Vol 13, No 01: 21-31.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastroasmoro. S. 2008. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3.


Jakarta : Sagung Seto

Scott., Nelda. 2008. Perinatal Depression : Current Concepts. Retrived from


http://www.fs.illinois.ov/assets/ diunduh pada tanggal 2 Desember 2016

Soep. 2009. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi


Postpartum di RSU Dr. Pirngadi. Tesis Keperawatan Universitas Sumatra
Utara Medan. Diperoleh tanggal 26 Desember 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6885/1/09E01429.pdf

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :


Sagung Seto

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet

Susanti. 2008. Psikologi Kehamilan. Jakarta : EGC

Sylvia, D.E 2006. Depresi pasca persalinan. Jakarta : FK UI

Urbayatun, S. 2010. Dukungan Sosial dan Kecenderungan Depresi Postpartum


pada Ibu Primipara di Daerah Gempa Bantul. Tugas Akhir. Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Wisner., Katherine & Piontek., Catherine. 2002. Postpartum Depression. The New
England Journal of Medicine, vol 347 : 194 199, 18 Juli 2002.

78
Lampiran 1

ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Bahan dan Alat Biaya


1 Penyusunan proposal Pencetakan dan Studi Rp. 100.000,00
Skripsi dan Uji Etik Pendahuluan
2 Seminar proposal Penggandaan, dan penjilidan Rp. 50.000,00
Skripsi
3 Revisi proposal Penggandaan dan pencetakan Rp. 50.000,00
Skripsi
5 Persiapan penelitian Persiapan bahan pengumpul Rp. 50.000,00
data
6 Pelaksanaan penelitian Transportasi dan souvenir Rp. 500.000,00
7 Pengolahan data Listrik, kertas Rp. 50.000,00
8 Penyusunan laporan Penggandaan dan pencetakan Rp. 100.000,00
penelitian
9 Sidang Skripsi Pengetikan, penggandaan dan Rp. 50.000,00
penjilidan
10 Revisi Skripsi Pengetikan, pencetakan dan Rp. 100.000,00
penjilidan
11 Biaya tak terduga -- Rp. 150.000,00
Jumlah Rp. 1.200.000,00
Lampiran 2

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Desember Januari Februari Maret April Mei


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
Skripsi
2 Seminar proposal Skripsi
3 Revisi proposal Skripsi
4 Perizinan penelitian
5 Persiapan penelitian
6 Pelaksanaan penelitian
7 Pengolahan data
8 Penyusunan laporan
penelitian
9 Ujian Skripsi
10 Revisi hasil ujian Skripsi
Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program D-IV

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Yogyakarta:

Nama : Herlina Tri Nugraheni

NIM : P07124213013

Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kehamilan Usia

Dini dengan Kejadian Postpartum Blues di RSUD Wonosari Tahun 2017”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat kerugian bagi ibu dan bayi sebagai

responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan Ibu

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasi Ibu menjadi

responden, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Herlina Tri Nugraheni


Lampiran 4

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Saya adalah Herlina Tri Nugraheni Berasal dari Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Program Studi Diploma IV Kebidanan,

dengan ini meminta Anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul “Hubungan Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian

Postpartum Blues di RSUD Wonosari 2017”.

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kehamilan Usia

Dini dengan Kejadian Postpartum Blues di RSUD Wonosari 2017.

3. Penelitian ini dapat memberi manfaat berupa informasi terkait kehamilan usia

dini yang dapat mempengaruhi kejadian postpartum blues.

4. Penelitian ini akan berlangsung selama kurang lebih 20 menit yaitu saat ibu

datang ke Poli RSUD Wonosari atau saat kami akan datang ke rumah untuk

meminta Ibu mengisi kuesioner, dan kami akan memberikan kompensasi

kepada Ibu berupa souvenir.

5. Prosedur pengambilan bahan penelitian/ data dengan pengkajian langsung

kepada Ibu melalui pengisian kuesioner. Cara ini mungkin menyebabkan

ketidaknyamanan yaitu mengganggu waktu Ibu, tetapi tidak perlu khawatir

karena peneliti telah meminta izin untuk pelaksanaan penelitian sehingga

pihak fasilitas kesehatan mengizinkan untuk penelitian ini.


6. Keuntungan yang Ibu peroleh dalam keikutsertaan dalam penelitian ini adalah

dapat memberi informasi terkait kehamilan usia dini yang dapat menjadi sebab

kejadian postpartum blues.

7. Patisipasi Ibu dapat bersifat sukarela, tidak ada paksaan, dan Ibu bisa sewaktu-

waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.

8. Nama dan jati diri Ibu akan tetap dirahasiakan, bila ada hal-hal yang belum

jelas Ibu dapat menghubungi Herlina Tri Nugraheni dengan nomor telepon

085729240452.

Hormat saya,

Herlina Tri Nugraheni


Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Setelah mendapatkan informasi tentang penelitian yang akan dilakukan oleh

mahasiswa Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Yogyakarta bernama

Herlina Tri Nugraheni dengan judul “Hubungan Kehamilan Usia Dini dengan

Kejadian Postpartum Blues di RSUD Wonosari Tahun 2017”, menyatakan

bersedia menjadi responden penelitian.

Saya memahami betul bahwa penelitian ini tidak berakibat negatif

terhadap diri saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Yogyakarta, …………………… 2017

Saksi Responden

(…………………………………….) (…………………………………….)

Peneliti

(Herlina Tri Nugraheni)


Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN

Bagian A : Karakteristik Responden

1. No. Responden :

2. Tanggal Lahir/Umur :

3. Kehamilan Ke :

4. Nifas Hari Ke :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

7. Ketuban Pecah Dini : Ya ( ) Tidak KPD ( )

8. Luka Persalinan : Episiotomi ( ) Tidak Episiotomi ( )

9. Induksi persalinan : Ya ( ) Tidak Induksi ( )

10. Jenis Persalinan : SC ( ) Spontan ( )


Lampiran 7

Bagian B : Pengukuran Postpartum Blues

EDINBURGH POSTPARTUM DEPRESSION SCALE (EPDS)

Petunjuk Kuesioner

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab sesuai dengan


kondisi anda saat ini dengan member tanda silang (X)
2. Jumlah pernyataan ada 10 item dengan empat pilihan jawaban

No Pernyataan Skor
1 Saya bisa tertawa pada saat melihat kejadian yang lucu
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
2. Saya dapat memandang kehidupan dimasa depan dengan
penuh harapan
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
3. Saya merasa tidak berguna karena sesuatu kesalahan
dimasa lalu
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang
jelas
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
5. Saya merasa takut dan panik karena sesuatu alasan yang
tidak jelas
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
6. Saya sering merasa segala sesuatu terasa sulit untuk di
kerjakan
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
7. Saya merasa tidak bahagia, yang membuat saya sulit untuk
tidur
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
8. Saya merasa sedih
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
9. Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga membuat saya
menangis
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
10. Saya merasakan sesuatu kegagalan atau kerugian
a. Sering
b. Kadang kadang
c. Sangat Jarang
d. Tidak Pernah
Lampiran 8

Bagian C : Pengukuran Dukungan Sosial

KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL BAKU DARI POSTPARTUM


DEPRESSION PREDICTORS INVENTORY (PDPI)
(PEDOMAN PERTANYAAN YANG DIGUNAKAN)
Petunjuk Kuesioner

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab sesuai dengan


kondisi anda saat ini dengan memberi ceklist pada jawaban “Ya” atau
“Tidak” (√)
2. Jumlah pernyataan ada 12 item

Beri tanda
No Dukungan Sosial centang
Ya Tidak
1. Dukungan Dari Pasangan

a. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan emosi


yang adekuat dari pasangan anda ?
b. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan bantuan
yang adekuat dari pasangan anda ( mis, membantu
tugas tugas rumah tangga atau menjaga anak) ?
c. Apakah anda merasa dapat mengandalkan pasangan
saat anda membutuhkan bantuan ?
d. Apakah anda merasa dapat mempercayai pasangan
anda ?

2. Dukungan Dari Keluarga

a. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan emosi


yang adekuat dari keluarga anda ?
b. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan bantuan
yang adekuat dari keluarga anda ( mis, membantu
tugas tugas rumah tangga atau menjaga anak) ?
c. Apakah anda merasa dapat mengandalkan keluarga
saat anda membutuhkan bantuan ?
d. Apakah anda merasa dapat mempercayai keluarga
anda ?

3. Dukungan Dari Teman

a. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan emosi


yang adekuat dari teman anda ?
b. Apakah anda merasa mendapatkan dukungan bantuan
yang adekuat dari teman anda ( mis, membantu tugas
tugas rumah tangga atau menjaga anak) ?
c. Apakah anda merasa dapat mengandalkan teman saat
anda membutuhkan bantuan ?
d. Apakah anda merasa dapat mempercayai teman anda ?
Lampiran 9

HASIL PENGOLAHAN DATA

A. Analisi Univariat

USIAIBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid USIA ≥ 20 TH 71 78.9 78.9 78.9

USIA < 20 TH 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

POSTPARTUMBLUES

Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent e Percent

Valid TIDAK 40 44.4 44.4 44.4

YA 50 55.6 55.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid PENDIDIKANTINGGI 35 38.9 38.9 38.9

PENDIDIKANRENDAH 55 61.1 61.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

PEKERJAAN

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid IBUTIDAKBEKERJA 62 68.9 68.9 68.9

IBUBEKERJA 28 31.1 31.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


DUKUNGANSOSIAL

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid ADADUKUNGANSOSIAL 89 98.9 98.9 98.9

TIDAKADADUKUNGANS
1 1.1 1.1 100.0
OSIAL

Total 90 100.0 100.0

KETUBANPECAHDINI

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid TIDAK 50 55.6 55.6 55.6

YA 40 44.4 44.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

EPISIOTOMI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAKEPISIOTOMI 65 72.2 72.2 72.2

EPISIOTOMI 25 27.8 27.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

INDUKSI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 51 56.7 56.7 56.7

YA 39 43.3 43.3 100.0

Total 90 100.0 100.0


JENISPERSALINAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAKSC 44 48.9 48.9 48.9

SC 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian Postpartum Blues


USIAIBU * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

TIDAKPOSTPA POSTPARTUM
RTUMBLUES BLUES Total

USIAIBU DEWASA Count 36 35 71

% within USIAIBU 50.7% 49.3% 100.0%

% within
90.0% 70.0% 78.9%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 40.0% 38.9% 78.9%

REMAJA Count 4 15 19

% within USIAIBU 21.1% 78.9% 100.0%

% within
10.0% 30.0% 21.1%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 4.4% 16.7% 21.1%


Total Count 40 50 90

% within USIAIBU 44.4% 55.6% 100.0%

% within
100.0% 100.0% 100.0%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.337 1 .021
b
Continuity Correction 4.204 1 .040
Likelihood Ratio 5.683 1 .017
Fisher's Exact Test .036 .018
Linear-by-Linear Association 5.278 1 .022
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.44.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for USIAIBU


3.857 1.165 12.768
(DEWASA / REMAJA)
For cohort
POSTPARTUMBLUES = 2.408 .979 5.926
TIDAKPOSTPARTUMBLUES
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .624 .448 .869
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90
2. Hubungan Pendidikan dengan Postpartum Blues

PENDIDIKAN * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

TIDAKPOS POSTPA
TPARTUM RTUMBL
BLUES UES Total

PENDI PENDIDIKANTI Count 16 19 35


DIKAN NGGI % within PENDIDIKAN 45.7% 54.3% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 40.0% 38.0% 38.9%

% of Total 17.8% 21.1% 38.9%

PENDIDIKANR Count 24 31 55
ENDAH % within PENDIDIKAN 43.6% 56.4% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 60.0% 62.0% 61.1%

% of Total 26.7% 34.4% 61.1%


Total Count 40 50 90

% within PENDIDIKAN 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .037 1 .847
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .037 1 .847
Fisher's Exact Test 1.000 .509
Linear-by-Linear Association .037 1 .847
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PENDIDIKAN


(PENDIDIKANTINGGI / 1.088 .464 2.550
PENDIDIKANRENDAH)
For cohort
POSTPARTUMBLUES =
1.048 .655 1.676
TIDAKPOSTPARTUMBLUE
S
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .963 .657 1.412
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90

3. Hubungan Pekerjaan dengan Postpartum Blues

PEKERJAAN * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

TIDAKPOSTPA POSTPARTU
RTUMBLUES MBLUES Total

PEKERJAAN IBUTIDAK Count 27 35 62


BEKERJA % within PEKERJAAN 43.5% 56.5% 100.0%

% within
67.5% 70.0% 68.9%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 30.0% 38.9% 68.9%

IBUBEKE Count 13 15 28
RJA % within PEKERJAAN 46.4% 53.6% 100.0%

% within
32.5% 30.0% 31.1%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 14.4% 16.7% 31.1%


Total Count 40 50 90

% within PEKERJAAN 44.4% 55.6% 100.0%

% within
100.0% 100.0% 100.0%
POSTPARTUMBLUES

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .065 1 .799
b
Continuity Correction .001 1 .980
Likelihood Ratio .065 1 .799
Fisher's Exact Test .822 .489
Linear-by-Linear Association .064 1 .800
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.44.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PEKERJAAN


(IBUTIDAKBEKERJA / .890 .363 2.182
IBUBEKERJA)
For cohort
POSTPARTUMBLUES =
.938 .575 1.529
TIDAKPOSTPARTUMBLUE
S
For cohort
POSTPARTUMBLUES = 1.054 .701 1.585
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90
4. Hubungan Dukungan Sosial dengan Postpartum Blues
DUKUNGANSOSIAL * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

POSTPA
TIDAKPOSTPA RTUMBL
RTUMBLUES UES Total

DUKU ADADUK Count 40 49 89


NGAN UNGANS % within DUKUNGANSOSIAL 44.9% 55.1% 100.0%
SOSIA OSIAL % within POSTPARTUMBLUES 100.0% 98.0% 98.9%
L
% of Total 44.4% 54.4% 98.9%

TIDAKAD Count 0 1 1
ADUKUN % within DUKUNGANSOSIAL 0.0% 100.0% 100.0%
GANSOSI % within POSTPARTUMBLUES 0.0% 2.0% 1.1%
AL
% of Total 0.0% 1.1% 1.1%
Total Count 40 50 90

% within DUKUNGANSOSIAL 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .809 1 .368
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.185 1 .276
Fisher's Exact Test 1.000 .556
Linear-by-Linear Association .800 1 .371
N of Valid Cases 90

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort
POSTPARTUMBLUES = .551 .456 .664
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90

5. Hubungan Induksi dengan Postpartum Blues


INDUKSI * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

TIDAKPOS
TPARTUM POSTPART
BLUES UMBLUES Total

INDUKS TIDAKIND Count 28 23 51


I UKSI % within INDUKSI 54.9% 45.1% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 70.0% 46.0% 56.7%

% of Total 31.1% 25.6% 56.7%

INDUKSI Count 12 27 39

% within INDUKSI 30.8% 69.2% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 30.0% 54.0% 43.3%

% of Total 13.3% 30.0% 43.3%


Total Count 40 50 90

% within INDUKSI 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.213 1 .022
b
Continuity Correction 4.281 1 .039
Likelihood Ratio 5.298 1 .021
Fisher's Exact Test .032 .019
Linear-by-Linear Association 5.155 1 .023
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for INDUKSI


2.739 1.141 6.575
(TIDAKINDUKSI / INDUKSI)
For cohort
POSTPARTUMBLUES =
1.784 1.048 3.039
TIDAKPOSTPARTUMBLUE
S
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .651 .451 .941
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90
6. Hubungan Ketuban Pecah dengan Postpartum Blues
KETUBANPECAHDINI * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUE
S

TIDAKPOS POSTP
TPARTUM ARTUM
BLUES BLUES Total

KETUBAN KETUBANTID Count 27 23 50


PECAHDI AKPECAHDI % within KETUBANPECAHDINI 54.0% 46.0% 100.0%
NI NI % within POSTPARTUMBLUES 67.5% 46.0% 55.6%

% of Total 30.0% 25.6% 55.6%

KETUBANPE Count 13 27 40
CAHDINI % within KETUBANPECAHDINI 32.5% 67.5% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 32.5% 54.0% 44.4%

% of Total 14.4% 30.0% 44.4%


Total Count 40 50 90

% within KETUBANPECAHDINI 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.160 1 .041
b
Continuity Correction 3.335 1 .068
Likelihood Ratio 4.212 1 .040
Fisher's Exact Test .055 .033
Linear-by-Linear Association 4.114 1 .043
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.78.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KETUBANPECAHDINI
2.438 1.027 5.787
(KETUBANTIDAKPECAHDIN
I / KETUBANPECAHDINI)
For cohort
POSTPARTUMBLUES = 1.662 .993 2.780
TIDAKPOSTPARTUMBLUES
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .681 .471 .986
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90

7. Hubungan Episiotomi dengan Postpartum Blues

EPISIOTOMI * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMB
LUES

TIDAKP POST
OSTPA PART
RTUMB UMBL
LUES UES Total

EPISIOTOMI TIDAKE Count 31 34 65


PISIOTO % within EPISIOTOMI 47.7% 52.3% 100.0%
MI % within POSTPARTUMBLUES 77.5% 68.0% 72.2%

% of Total 34.4% 37.8% 72.2%

EPISIOT Count 9 16 25
OMI % within EPISIOTOMI 36.0% 64.0% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 22.5% 32.0% 27.8%

% of Total 10.0% 17.8% 27.8%


Total Count 40 50 90

% within EPISIOTOMI 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0


100.0% 100.0%
%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.000 1 .317
b
Continuity Correction .582 1 .445
Likelihood Ratio 1.012 1 .315
Fisher's Exact Test .353 .223
Linear-by-Linear Association .989 1 .320
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.11.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for EPISIOTOMI


(TIDAKEPISIOTOMI / 1.621 .626 4.194
EPISIOTOMI)
For cohort
POSTPARTUMBLUES =
1.325 .741 2.369
TIDAKPOSTPARTUMBLUE
S
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .817 .562 1.189
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90
8. Hubungan Jenis Persalinan dengan Kejadian Postpartum Blues

JENISPERSALINAN * POSTPARTUMBLUES Crosstabulation

POSTPARTUMBLUES

TIDAKPO
STPARTU POSTPART
MBLUES UMBLUES Total

JENISPERSALI TIDAK Count 25 19 44


NAN SC % within JENISPERSALINAN 56.8% 43.2% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 62.5% 38.0% 48.9%

% of Total 27.8% 21.1% 48.9%

SC Count 15 31 46

% within JENISPERSALINAN 32.6% 67.4% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 37.5% 62.0% 51.1%

% of Total 16.7% 34.4% 51.1%


Total Count 40 50 90

% within JENISPERSALINAN 44.4% 55.6% 100.0%

% within POSTPARTUMBLUES 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.338 1 .021
b
Continuity Correction 4.403 1 .036
Likelihood Ratio 5.391 1 .020
Fisher's Exact Test .033 .018
Linear-by-Linear
5.279 1 .022
Association
N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .237 .021


N of Valid Cases 90

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


JENISPERSALINAN 2.719 1.153 6.412
(TIDAKSC / SC)
For cohort
POSTPARTUMBLUES =
1.742 1.069 2.841
TIDAKPOSTPARTUMBLUE
S
For cohort
POSTPARTUMBLUES = .641 .432 .950
POSTPARTUMBLUES
N of Valid Cases 90
C. Analisis Multivariat
1. Step 1

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step USIAIBU(1) 1.329 .695 3.662 1 .056 3.779 .968 14.749


a
1 KETUBANPECAHDINI(1) .716 .498 2.070 1 .150 2.046 .772 5.425

INDUKSI(1) 1.564 .579 7.304 1 .007 4.776 1.537 14.845

JENISPERSALINAN(1) 1.694 .572 8.780 1 .003 5.442 1.774 16.687

Constant -1.800 .575 9.793 1 .002 .165

a. Variable(s) entered on step 1: USIAIBU, KETUBANPECAHDINI, INDUKSI, JENISPERSALINAN.

2. Step 2

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 USIAIBU(1) 1.388 .683 4.127 1 .042 4.008 1.050 15.298

INDUKSI(1) 1.637 .570 8.262 1 .004 5.141 1.683 15.702

JENISPERSALINAN(1) 1.637 .559 8.576 1 .003 5.139 1.718 15.369

Constant -1.514 .521 8.459 1 .004 .220

a. Variable(s) entered on step 1: USIAIBU, INDUKSI, JENISPERSALINAN.

Anda mungkin juga menyukai