Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan Ridho-Nya kami dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
upaya kami dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
materi yang sedang kami pelajari
Saya menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
C. Ruang Lingkup............................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 3
A. Pengertian………………………………………………………… 4
B. Etiologi…………………………………………………………… 5
C. Patofsiologi………………………………………………………. 5
D. Klasifikasi……………………………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9
A. Pengkajian……………………………………………………… 23
B. Diagnosa……………………………………………………….. 28
C. Intervensi………………………………………………………. 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 35
B. Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-
anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia
dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda
oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention
on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and
Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan
istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses
ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki
tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka
kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori
sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat
tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data,
penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-
buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
E. Sistematika penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah
viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan
ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat
sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia
jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi
organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi
lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat
terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
Perjalanan penyakit DHF/DBD
(Nursalam, 2008)
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
syok
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
D.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
3. Derajat III :
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
1. Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
2. Motorik halus
3. Kognitif
4. Bahasa
A. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di tunjukan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di
lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang
sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang
sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku
tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam
tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3
jam atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan
jelaskan manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang
lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
Mandiri :
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan
berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An.H (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RSUD 45 Kuningan
pada tanggal 5 Juli 2020 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga hari yang
lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang air besar
sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien teraba
panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8°C, nadi
146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht :
41% volume.
B. Data Fokus
C. Data Tambahan
D. Analisa Data
DO :
g. Mukosa bibir klien kering
h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg
setelah sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Gangguan Anoreksia
a. Ibu klien mengatakan pemenuhan
anaknya tidak nafsu kubutuhan nutrisi
makan kurang dari
b. Ibu klien mengatakan kebutuhan tubuh
anaknya rewel
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Resiko proses penyakit
anaknya panas semenjak 3 peningkatan suhu (virus dalam
hari yang lalu tubuh darah/viremia).
b. Ibu klien mengatakan (hipertermia)
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel
DO :
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000
E. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
ditemukan teratasi
1. Gangguan volume cairan kurang 5 Juli 2020 Belum Kel 3
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler,muntah dan
demam.
2. Gangguan pemenuhan kubutuhan 5 Juli 2020 Belum Kel 3
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. Resiko peningkatan suhu tubuh 5 Juli 2020 Belum Kel 3
(hipertermia) berhubungan
dengan proses penyakit (virus
dalam darah/viremia).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai
perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok
hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet,
perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya
informasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih
lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien
tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan
komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya
penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC