Kegiatan penyimpanan Rekam Medis merupakan usaha melindungi rekam medis dari kerusakan
fisik dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis harus disimpan dan dirawat dengan baik
karena rekam medis merupakan harta benda rumah sakit yang sangat berharga. Prosedur
penyimpanan adalah langkah–langkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan
disimpannya suatu dokumen. Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih
dahulu mengetahui bentuk pengurusan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan rekam medis.
Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam medis (Depkes,1997:76)
yaitu :
1. Sentralisasi
Sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam satu kesatuan baik catatan
kunjungan poliklinik maupun catatan selama seorang pasien dirawat, disimpan pada satu tempat
yaitu bagian rekam medis.
Rekam medis tidak boleh keluar dari ruangan reka medis, tanpa tanda keluar/kartu
permintaan.
Apabila rekam medis dipinjam, wajib dikembalikan dalam keadaan baik dan tepat
waktunya. Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi keraknya pada setiap akhir kerja
pada hari yang bersamaan.
Rekam medis tidak di benarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah
pengadilan
Permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari poliklinik, dari dokter yang
melakukan riset, harus diajukan kebagian rekam medis setiap hari pada jam yang telah
ditentukan. Petugas harus menulis dengan benar dan jelas nama pasien dan nomor rekam
medisnya.
1. Petunjuk Keluar (Outguide)
Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis.
Petunjuk keluar ini digunakan sebagai pengganti pada tempat rekam medis yang diambil dari rak
penyimpanan dan tetap berada di rak tersebut sampai rekam medis yang diambil kembali.
Menurut Sedarmayanti (1996:92) “Tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh
mesin,alat perlengkapan kantor,serta perabotan kantor pada tempat yang tepat sehingga petugas
dapat bekerja dengan baik,nyaman,leluasa dan bebas untuk bergerak guna mencapai efisiensi
kerja.
Apabila dirinci, maka tujuan tata ruang kantor antara lain, adalah :
1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu pegawai karena prosedur kerja dapat
dipersingkat.
2. Menjamin kelancaran proses pekerjaan.
3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien.
4. Mencegah pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui bagian
tertentu, atau mencegah terganggu oleh suara bising lainnya.
5. Menciptakan kenyamanan kerja pegawai.
6. Memberi kesan yang baik terhadap para pengunjung kantor.
7. Mengusahakan adanya keleluasaan bagi :
Gerak pegawai yang sedang bekerja
Kemungkinan untuk pegawai memanfaatkan ruangan bagi keperluan lain pada wktu
tertentu.
Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor di kemudian hari.
Teori Ergonomi
Menurut Sedarmayanti (1996 : 1) “Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja, sehingga orang dapat bekerja pada sistem termaksud dengan baik, guna
mencapai tujuan melalui pekerjaan yang dilakukan dengan efisien, aman dan nyaman.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan
kerja dikaitkan dengan kemampuan manusia atau pegawai menurut Sedarmayanti (1996 : 23)
diantaranya adalah :
Pengertian di atas dapat diartikan bahwa efektivitas yaitu bila sasaran atau tujuan telah tercapai
sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif, tetapi jika tujuan atau sasaran itu
tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu tidak efektif. Atau
dengan kata lain efektivitas dapat diartikan sebagai suatu upaya peningkatan untuk mencapai
suatu tujuan secara tepat yang ditimbulkan dari pengaruh suatu hal tertentu.
Menurut Sedarmayanti (2009 : 59) “Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada
keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.Apabila
efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu
efisiensi meningkat”.