DISUSUN OLEH :
NENENG TRI AFRIANI
20014104028
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992;
812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease
( CKD ),pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal
failure ( CRF ), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam
rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena
dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih
dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance
creatinin test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
( cronic renal failure ) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila
menggunakan istilah CRF.
B. ETIOLOGI
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya
DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar
kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan
telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin
serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari
tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan
LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan
), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot
ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi
antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
b)Breathing :
Ventilator mode :
SIMV : vc
Terapi Oksigen : Ventilator vc simv ,RR : 16
Sianosis : -
Hasil lab Penunjang
AGD :
- Ph : 7.123 mmhg
- Pco2 : 70.3 mmhg
- Po2 : 131 mmol/L
- Hco3 : 23.0 mmol/L
Asidosis Respiratorik
Auskultacl Pulaa•l Nadl
S1: ONormal OTidak Ulnaris :
S2: ONormal OTidak O Tidak teraba O Lemah O
Gallop : OAda OTidak Kuat Dorealia pedis :
Murmur: OAda OTidak O Tidak teraba O Lemah O Kuat
Pengisian kapiler : O < 2 detik O > 2
Tekanan darah : 110/ 74mmHg detik
MAP : 73 mmHg
Ffekuenei jantung :105 x/menit Edama
Ekatremitas atas : Ka (+) KI
Dietensi vena jugularis : OYa / O Ekstremitas bawah : Ka (+) Ki (+)
Tidak CVP : cmHzO Lainnya :
Hasll EKG:
Hssll Lab/Px Penunjang Lain Terkalt Fungal Jantung:
Motorlk/Senaorik
Coma
o Non-verbal: Critical care pain observation tool (CPOT) Pengkajlan Resiko Dekubitus
Skala : O Braden OLainnya
Skor :
Penjelasan kualitatif skor :
Indlkator Skor Deskripsi Ket
Ekspresi 0 fidak ada tegang ota/nleKs
Wajah 1 Tegmg, dahl berkerut TPI@Gt
2 Menye1ngai. rnenglgit I- I i 0-1
GefaW 0 Tdak ada gerakan/pr Isl namal
1 Ld‹allcasi nil
y Gelbah, mmcabut e i i
Terintubaa7 0 Tolefansi tefhaclap wntlBtof/
Ekstubasl Berbicafa cbngan nada nowial
1 Batid‹ masih tzleransi/
Menguap atau bergumam
2 Melawm vmMat‹¥'/
Mena+gB
OtOt 0 Rilake
1 Tegmg, kaku, rmi6ten rlngan
terhadap tahanm paslf
Sangat tegusg atuJ kakJ, sangat
reclsten to’hMap talanm paslf
i:
as
d
se
n
aa k s
un a i0
gg Tid
S) en S:
AS P | /O AS
(R a r R
al
e OY ko n:
Sc | tS sie
n e 3 pa
tio a rg i- ss
da ar T pa RA
Se u
am or
on g s gan Sk
n
ta
ti sa den
gi ng ).
A ra etik
d ra p
on a da 10 d
m su h
a
(>
ch p er n n
Ri d a a
t g u da
U, a a t a n n bi
c
IC terh m tb a as
ie
pu
en ) a k a r p a
si ata nt d ap su a ta
u pr
Pa ko k Su
si km n s ih ng h
a
da O
da ta g a ma gsa ar
a
Ti om
se kon d e n pi a n e sif t er /O d
en d a k) et
a
a )
r gr ak Ya Kon
em a
aj ak eti . t ad s i ka ti
d rin : O O
d uh la ta i da g r u n g ll ey
an ti d 10 n i g ti n te
M n( (< r pe ka b ak a an ya te sa Fo
ka at a u d ak an Ka pa : O
ra g k sad terb (ti ger ra
k r
Te ni s
ge sin m ta d
a pi ge
a n lu a a t a n Je
Ad gu be a/m asp r te ka
an n a t w ti ku a)
B ie n a l a
ny
-3 as km a ku e ro
n
or -2 P nt a g d a u m
g sink um
Sk ko a
n at el c c
or 1 n s r in k b
Sk or - Te ma se d a se 00
Sk e n ti t ( : 2 cc
a C i e tor pu 5
or as
P ntil
a ut e: 8.7 cc
i n 1 00
sk or 1 ve
O
Ur L : n : 4
Sk 2 IW ai
or a ) r a
Sk 3 ny l D rn k
or m a t:
da
Sk lu 0 m cc
W
nj
a n)
Ti
be 00 c 4 Gi ka
(se l 1 cc 0 c
ac 80 50 e 961
.2
g si ( tu
lis /O
ke un a Ya
ta : N : : 1 in :1 l: ny 1.8 151
In fus NGT i p k ur an ua tF * :O
In ral/ . Dr isti cair kt ) ai ain : :
EL Kg CM g/m mis
a n rk L ea n
O ed ter ce
n ka Te Cr reum ek
a
ira si W 5 K
M ra n
Ka l a n
ca rip
sk L ain U BO
er
i t en/ sa
a :4 60 57 ane
B
a
tu
ha ( d e
a ng Ny dom a m BB : 1 17, va
nj 55 ab rab TB T: ngti
bu A K nu :1 te /-)
Ke la B Pe + IM nju al:
Po Px Na (+
b/ us Ko aktu
() at si
La Tg
l St tri si
sit lit i): Nu tri
Ha ro ns nu
kt te
le .1 3
9 sis h an
E : 3 8. 0 2 1 ko
n tu
K+ - : 1 : 8. a, bu
CI a" t : 2.6
9 n Ke
ar
C sfa * : (w
F o g* es :
M kf
es n)
sti s ika
ri
ak
te kip
ar es it
K (d en
B m k )
BA x/ Tid cm ak
a ka
n
la d li s
Po s 7 O en Ti (tu
su a / om / O k
ELIMINATION
ya
g u : O Y bd Ya Tida
n
in
La
si n a O
Bi ites kar id : / O
As g ro Ya
Lin mo : O si
He m ok
a a 21
o L 20
St pe/ -
Ti 06
–
20
l(
Tg lb :
A
LEMBAR P EMANTAUAN ICU
200
(Hijau)
150
BP
(Hitam) 37
100
HR
(Merah)
50
35
Kesadaran delirium
FiO2 14
pH
21,1
pQ,
BE
Mata
Ukuran pupil Kiri : 2 Kanan : 2
kteaksi
x tangan
V
GCS 10
E M
Jalur 1 (nama)
jumlah rnog/ml)
Jatur 2
‹n Jatur J
Jalur 4
F'N fnama)
jumlah ml)
Total
TTV :
TD : 130/92 mmhg
RR : 20 x / menit
N : 115 x / menit
SpO2 : 100
Unne 200ml
BAB 30 cc
Totat
Cairan 3513 cc
Perawatan umum rutin:
masuk Personal hygiene/Mandi/Perawatan
Mata/MuIut/Ganti posisi/Lain
Cairan 600
keluar
IWL 18,75
Balance/shift 2864,75
1. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal: 28/06/2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hematologi
Rutin:
Leukosit 14.5 4.000 – 10.000 Ribu/µL
Eritrosit 4.81 4,0 – 5,5 Juta/µL
Hemoglobin 14.1 12,0 – 16,0 gr/dL
Hematokrit 44.7 35 – 45 %
MCV 93.0 80 – 100 fL
MCH 29.4 27,0 – 35, 0 pg
MCHC 31.6 30,0 – 40,0 gr/dL
Trombosit 150 150 – 450 ribu/dL
Kimia Klinik
Ureum darah 240 10-40
Creatinin darah 6.9 0,5-1,5 mg/dL
Karbohidrat:
Glukose Sewaktu 182 110 – 140 mg/dl
Fosfor 7.5 2.7-4.5 mg/dl
Albumin 3.01 3.50-5.70 g/dl
Elektrolit
Kalium 5.82 3,5 – 5,5 mg/dL
Natrium 148 135 – 145 mg/dL
Chlorida 109.4 98 – 108 mg/dL
2. Program Terapi
Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis
Gentamisin
Meropenem PO 10 ml / 6 jam
esomeprazole IV 8mg/ 8 jam
Nacl 0,5% IV
Midazolam IV 5 mg/3 jam
Fentanyl IV 10 mg/3 jam
Vitamin c PO 200mg/8 jam
Analisa Data
Data Analisis Penyebab Diagnosa Keperawatan
DS : Kelebihan asupan cairan hypervolemia
DO :
- Edema di kedua
ekstremitas atas dan
bawah
- Intake lebih banyak
dari output (balance
cairan positif)
- Ureum : 240
Creatinin : 6.9
Data Subjektif: Perubahan membrane Gangguan pertukaran
alveolus – kapiler gas
Data Objektif:
-PCO2 76.7
-PH 7.97
-HCO3 24
-Takikardia 157x/menit
-diaforesis
-penurunan kesadaran
INTERVENSI
No. Diagnosis (SDKI) SLKI SIKI
1. (D.0022) Hipervolemia b.d kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia (I. 03098)
asupan cairan keperawatan …x... jam diharapkan Observasi
DS : volume cairan membaik dengan - Monitor tanda dan gejala hypervolemia
DO : kriteria hasil : (mis, ortopnea, dispenea, edema,
- Edema di kedua ekstremitas atas dan Keseimbangan Cairan (L.05020) JVP/CVP meningkat, suara napas
bawah tambahan)
- Intake lebih banyak dari output - Keluaran urin cukup - Monitor intake dan output cairan
(balance cairan positif) meningkat - Monitor efek samping diuretic (mis,
- Ureum : 240 hipotensi ortostatik, hipovolemia,
- Creatinin : 6.9 - Edema cukup menurun hypokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Kolaborasi
2. (D.0003) Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan (I.01014) Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan Perubahan keperawatan selama ,maka pertukaran Observasi
membrane alveolus – kapiler gas meningkat dengan kriteria hasil: monitor adanya produksi sputum
-tingkat kesadaran meningkat monitor adanya sumbatan jalan napas
-PCO2 membaik auskultasi bunyi napas
-pH membaik monitor saturasi oksigen
monitor nilai AGD
Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3. (D.0142)Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
dengan : keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
Faktor risiko diharapkan tingkat infeksi menurun
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil:
Efek prosedur invasif
Kebersihan tangan meningkat dan sistemik
-Terpasang ventilator vc simv
Kebersihan badan meningkat Terapeutik
-Terpasang NGT
Kadar sel darah putih
-Terpasang Catheter Batasi jumlah pengunjung
membaik
Terpasang IVFD
Cuci tangan sebelumdan sesudah kontak
-Leukosit 14.5
dengan pasien dan lingkungan pasien
berisiko tinggi
Kolaborasi
Terapeutik
Kolaborasi
Edukasi A:
- tingkat kesadaran menurun
-menjelaskan tujuan dan prosedur - PCO2 meningkat
pemantauan - pH meningkat
11:15 Hasil : keluarga mengerti tujuan
tindakan yang dilakukan pada pasien
P:
-Informasikan hasil pemantauan, jika
Observasi
perlu
monitor adanya produksi sputum
monitor adanya sumbatan jalan napas
auskultasi bunyi napas
monitor saturasi oksigen
monitor nilai AGD
Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Manajemen Hipervolemia (I. 03098) 30 juni 2021
30 juni 2021 Observasi
14:00
- Monitor tanda dan gejala
hypervolemia (mis, ortopnea, S:-
07:10 dispenea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara napas
O:
tambahan)
Hasil: Edema di kedua ekstremitas - edema : pada ekstremitas atas kanan dan kiri
atas dan bawah - klien diberikan posisi semifowler
P:
Terapeutik
07:45 Manajemen Hipervolemia (I. 03098)
- Tinggikan kepala tempat tidur
Observasi
30-40 derajat - Monitor tanda dan gejala hypervolemia
(mis, ortopnea, dispenea, edema,
JVP/CVP meningkat, suara napas
tambahan)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor efek samping diuretic (mis,
hipotensi ortostatik, hipovolemia,
hypokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Kolaborasi
Edukasi A:
- tingkat kesadaran menurun
-menjelaskan tujuan dan prosedur - PCO2 meningkat
pemantauan - pH meningkat
11:15 Hasil : keluarga mengerti tujuan
tindakan yang dilakukan pada pasien
P:
-Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu Observasi
monitor adanya produksi sputum
monitor adanya sumbatan jalan napas
auskultasi bunyi napas
monitor saturasi oksigen
monitor nilai AGD
Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Judul dan Metodologi (Populasi, sampel, desain) Intervensi (apa, bagaimana, kapan) Hasil, Simpulan dan Saran
Penelitian
Judul : Populasi : Apa : Kesimpulan :
Studi Literatur: Pasien dengan ventilasi mekanik akan Oral care pada pasien terpasang
Update mengalami stress oral seperti hilangnya ventilasi mekanik merupakan
Pelaksanaan Sampel : substansi protektif gigi, gangguan fungsi intervensi utama dalam pencegahan
Oral Care Pada mukosiliari dan perubahan komposisi flora infeksi oral. Hal ini dikarenakan mulut
Pasien Yang oral. Masalah kesehatan mulut tersebut berperan sebagai gerbang utama
Terpasang berpotensi terjadinya kolonisasi bakteri masuknya infeksi. Oleh karena itu,
Ventilasi Desain : penyebab Ventilator-associated pneumonia, pelaksanaan oral care pasien harus
Mekanik Di Penelaahan dilakukan berdasarkan padahal Ventilator-associated pneumonia dilakukan secara komprehensif,
Ruang ICU content analysis. Pencarian dibatasi pada menjadi salah satu penyebab terbesar meliputi pengkajian oral dengan
artikel yang dipublish dari tahun 2009- mortalitas di ICU. assessment tools, pelaksanaan
2017 dengan jenis penelitian toothbrushing dengan antimikroba
Randomised-controlled trial maupun kuasi Bagaimana : (CHX), membersihkan selang ETT,
eksperimen dalam bahasa inggris. Pemilihan artikel yang direview berfokus pada serta pemberian moisturizer. Selain
Database yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimental baik itu, frekuensi pelaksanaan oral care
CINAHL, pubmed, MEDLINE, Proquest Randomized-controlled trial (RCT) maupun disesuaikan dengan hasil pengkajian
dan Sciencedirect dengan kata kunci oral kuasi eksperimental study. Hal ini dikarenakan kesehatan mulut masing – masing
care, oral hygiene, mouth care, mechanically masih terbatasnya penelitian RCT tentang oral pasien. Semua komponen tersebut
ventilated, intubated, critical care dan care pada pasien dengan ventilasi mekanik di ditujukan untuk mencegah kolonisasi
intensive care. Ruang ICU. Artikel yang dipilih meliputi mikroorganisme, sehingga insiden
penelitian tentang cara pelaksanaan, alat VAP pada pasien yang terpasang
pengkajian, serta larutan yang digunakan ventilasi mekanik dapat menurun.
dalam pelaksanaan oral care.
Patofisiologi Pathways
-lethargi
Tanda Dan -anoreksia 1.stadium 1:ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yg masih
Gejala -sesak nafas normal (>90 ml/menit/1.73 m2)
-udem 2. stadium 2:ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG antara (60-
Obstruksi saluran 89 ml/menit/1.73 m2)
kemih,perhentian aliran 3. stadium 3:ditandai dengan LFG antara (30-59 ml/menit/1.73 m2)
urine ke uretra sering 4. stadium 4:ditandai dengan LFG antara (15-29 ml/menit/1.73 m2)
terjadi pada seorang 1.pemeriks 5. stadium 5:ditandai dengan LFG antara (<15 ml/menit/1.73 m2)
yang memasuki usia aan lab
lanjut Pemeriksaan
penunjang dan darah
terapi 2.usg
abdominal
Retensi
CKD berdasarkan stadium dari
tingkat penurunan LFG
CKD
Definisi:
Gagal ginjal kronis atau
penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan a. Hypervolemia
gangguan fungsi renal b. Gangguan pertukaran gas
yang progresif dan Diagnosa c. Risiko infeksi
irreversible dimana Keperawatan
kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan
metabolisme dan
keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan Asuhan 1.monitor tanda dan gejala hypervolemia
uremia (retensi urea dan Keperawatan 2.monitor intake dan output cairan
sampah nitrogen lain 3.monitor adanya produksi sputum
dalam darah). Perencanaan 4.monitor saturasi oksigen
5.monitor nilai AGD