Abstrak
Penentuan Reservoir X dengan memiliki 73 sumur dengan total sumur
penghasil 24 sumur, sumur injeksi 6 sumur, sumur kering 4 sumur, dan sumur
yang ditutup 39 sumur. Dari 73 sumur akan dihitung nilai saturasi pada 8
sumur yang dinilai sudah mempresentasikan dari beberapa sumur lainnya.
Sumur-sumur tersebut antara lain RF-1, RF-2, RF-3, RF-4, RF-5, RF-6, RF-7,
RF-8 dan reservoir yang dipilih pada lapangan X adalah reservoir A dan
reservoir B. Reservoir tersebut dipilih berdasarkan remaining reserve yang
dinilai masih besar. Cadangan reservoir A dan B dihitung berdasarkan metode
volumetrik dengan porositas efektif reservoir A sebesar 16.1658 % dan
porositas efektif reservoir B sebesar 27.3521 %, saturasi air reservoir A
sebesar 34.3627 % dan saturasi air reservoir B sebesar 28.236 % volume
bulk reservoir A sebesar 23333.69 Acre ft dan volume bulk reservoir B
sebesar 37854.49 Acre ft, , faktor volume formasi minyak awal (Boi) sebesar
1.0531 BBL/STB adalah sebesar 15.5059 MMSTB pada reservoir A dan
jumlah kandungan awal pada lapisan B sebesar 55.1622 MMSTB
1. Pendahuluan
Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki saat ini proses pencarian minyak bumi
menjadi lebih efisien, salah satunya adalah dengan metode interpretasi logging (evaluasi
formasi). Evaluasi formasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik formasi batuan yang
akan di bor, produksi, penelitian reservoir maupun geologi. Salah satu parameter yang
mempengaruhi besar kecilnya suatu estimasi cadangan adalah saturasi air formasi.
Teknologi eksplorasi yang semakin berkembang serta beragamnya kondisi reservoir
mempengaruhi konsep perhitungan nilai saturasi air (Sw). Dari hasil interpretasi ini
didapatkan parameter utama seperti ketebalan lapisan, porositas, dan saturasi yang
diperlukan untuk menentukan besarnya cadangan minyak dan gas bumi.
Penyusunan ini diharapkan mendapatkan nilai saturasi dengan beberapa metode
untuk menentukan metode mana yang paling baik digunakan pada resevoir X, setelah
ditentukan metode tersebut, maka mencari penentuan cadangan awal.
2. Studi Pustaka
2.1 Volume Shale
Di dalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif tinggi,
terutama terkonsenterasi pada mineral lempung (Clay Mineral). Formasi yang bersih
biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan-lapisan tersebut
mengandung mineral tertentu yang bersifat radioaktif misalnya garam-garam potassium
terlarutkan sehingga mempengaruhi pembacaan pada gamma ray. Dalam petrofisik perlu
1.35.1
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
dilakukan perhitungan volume shale terutama pada lapisan shaly sand dimana
kandungan clay dapat mempengaruhi dalam penilaian produktifitas suatu lapisan
reservoir. Untuk menghitung volume shale dapat digunakan persamaan sebagai berikut
(Harsono, Adi. 1997) :
Vsh = (GRlog – GRmin) / (GRmax – GRmin) (2.1)
2.4 Porositas
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan
(menggambarkan presentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh fluida).
Porositas juga dapat didefinisikan sebagai pebandingan antara volume total pori-pori
batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu. Porositas batuan
reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ( Adi Harsono, 1997) :
a) Sudut kemiringan batuan
b) Bentuk / ukuran butiran
c) Komposisi mineral pembentuk batuan
Berdasarkan proses pembentukannya :
a. Porositas Primer
Merupakan porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan batuan.
b. Porositas Sekunder
Merupakan porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan terjadi.
Porositas sekunder dapat terjadi antara lain akibat aksi pelarutan air tanah atau akibat
rekahan (hydraulic fracturing).
Besarnya harga porositas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.35.2
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
(2.3)
(2.4)
atau (2.5)
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode menganalisa kurva log yang dipilih dan menganalisa lapisan-
lapisan yang diindikasikan sebagai lapisan prospek pada geologi regional Adapun
pengamatan ini dapat berupa: identifikasi lapisan permeabel, ketebalan dan batas
lapisan, evaluasi shalines, adanya gas dan perbedaan antara minyak, air. Metode
kuantitatif adalah metode menentukan hasil parameter batuan sebagai petunjuk dalam
menentukan jenis kandungan lapisan prospek.Berikut adalah diagram alir pembuatan
laporan skripsi :
1.35.3
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Start
Penentuan Rt dan Rw
Penentuan a, m, dan n
Porositas efektif
End
Pada tabel 4.1 bisa dilihat bahwa pencarian rumus saturasi air dilakukan pada
delapan sumur yang dihitung, dimana pada 4.1 ditentukan hasil rata-rata saturasi air
dengan metode Archie sebesar 80,6 %, metode Indonesia sebesar 44,2 %, dan metode
Simandoux sebesar 29,7 %.
1.35.4
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Pada tabel 4.2 bisa dilihat bahwa pencarian rumus saturasi air dilakukan pada
delapan sumur yang dihitung, dimana pada 4.2 ditentukan hasil rata-rata saturasi air
dengan metode Archie sebesar 55 %, metode Indonesia sebesar 27,7 %, dan metode
Simandoux sebesar 8,9 %.
Dari ketiga perhitungan saturasi air formsai tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metode yang dipilih adalah metode indonesia, dikarenakan metode indonesia
dikarenakan formasi lapangan tersebut mengandung Shaly Sand Formation, dan metode
ini digunakan juga pada studi POFD tahun 2016, selain itu metode Indonesia ini didalam
pembuatan formulanya menggunakan sampling yang ada di Indonesia seperti di Sumatra,
Kalimantan, jawa, maupun papua (Imam Fajri Dwiyono dan Sarju Winardi, 2004).
Dibandingkan dengan metode simandoux menggunakan data sampling di luar Indonesia.
Selanjutnya adalah perhitungan volume reservoir pada masing-masing lapisan.
Dimana luas area pada reservoir A sebesar 3,520,000 m2 dengan nilai Rata-rata
thickness adalah 6.95 meter dan luas area pada lapisan B sebesar 4,760,000 m2 dengan
nilai Rata-rata thickness adalah 8.43 meter. Setelah ditentukan nilai parameter-parameter
tiap lapangan maka tahapan selanjutnya adalah penentuan nilai faktor volume formasi
sebesar 1.0536.
Tahapan terakhir adalah perhitungan volume minyak awal. Pada penulisan ini
dilakukan dengan metode volumetric didapatkan hasil perhitungan volume minyak awal
1.35.5
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
pada lapisan A didapatkan sebesar 15.5059 MMSTB dan lapisan B sebesar 55.1622
MMSTB.
5. Kesimpulan
a) Penentuan nilai Volume Shale (Vsh) rata-rata pada masing-masing sumur didapatkan
hasil pada lapisan A sebesar 46.6162 % dan lapisan B sebesar 34.0862 %.
b) Penentuan nilai Rw didapatkan pada hasil picket plot sebesar 0.8 ohmm pada lapisan
A dan 1.54 pada lapisan B dan resistivitas Shale (Rsh) sebesar 1 ohm-m.
c) Nilai parameter faktor tortuositas (a), faktor sementasi (m), dan eksponen saturasi (n)
pada lapangan X sebesar 0,8 ; 1,86 ; 1,86.
d) Perhitungan porositas lapisan A dan lapisan B diperoleh dari gridding peta porositas
efektif, besarnya rata-rata porositas lapisan A sebesar 16,1658% dan porositas lapisan
B sebesar 27,3521%.
e) Hasil perhitungan saturasi air rata-rata menggunakan metode Indonesia, metode
Simandoux berturut-turut untuk lapisan A adalah 52.7820%, 47.3468% dan untuk
lapisan B adalah 47.3022%, 24.6761%.
f) Perhitungan Nilai Volume Bulk dan Thickness Depth lapisan A dan B dari Reservoir X
diperoleh dari gridding peta Struktur dan Isopach masing-masing lapisan berturut-turut
pada lapisan A adalah 23333.69 Acre ft dan Lapisan B adalah 37864.49 Acre ft.
g) Dari kedua metode saturasi air formasi (Sw) yang digunakan, metode saturasi air
formasi (Sw) yang dipilih adalah metode Indonesia. Metode Indonesia dipilih
dikarenakan dalam pembuatan formulanya menggunakan sampling yang ada di
Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan, jawa, maupun papua (Imam Fajri Dwiyono
dan Sarju Winardi, 2004)
h) Metode yang digunakan untuk perhitungan isi awal (OOIP) adalah metode volumetrik
pada lapisan A sebesar 15.5059 MMSTB dan jumlah cadangan awal pada lapisan B
sebesar 55.1622 MMSTB.
Daftar Notasi
= Faktor tortuositas, koefisien yang tergantung pada litologi
Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
GRlog : Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang dihitung
GRmin : Hasil pembacaan GR log minimal (Zona non shale)
GRmax : Hasil pembacaan GR log maksimal (Zona shale)
IOIP = Initial Oil In Place, STB
m = Faktor sementasi
= Eksponen saturasi
Rsh = Resistivitas shale, fraksi
Rt = Resistivitas formasi yang terisi oleh hidrokarbon dan air, ohm
Rw = Resistivitas air formasi, Ohmm
Sw = Saturasi air, fraksi
Vb = bulk volume batuan reservoir, acre feet
Vsh = Volume shale, fraksi
Swi = saturasi air formasi, fraksi
∅ = porositas batuan, fraksi
e = Porositas efektif, fraksi
7758 = Faktor konversi, bbl/acre feet
Daftar Pustaka
Baker, Atlas., (1991). The History of Oil Well Drilling.
1.35.6
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Bateman, R. M., (1985), Open hole Log Analisys and Formation Evaluation, D. Reidel
Publishing, Dordrecht.
Harsono, Adi., (1997). Evaluasi Formasi Dan Aplikasi Log Jakarta Schlumberger Oilfield
Services Indonesia Basin Summary 2006.
Kurniawan, F. (2002). Evaluation of the hydrocarbon potential in low salinity shaly sand.
Winardi, Sarju and Imam Fajri Dwiyono (2014). KOMPILASI METODE WATER
SATURATION DALAM EVALUASI FORMASI. (3-18).
1.35.7