Anda di halaman 1dari 4

Urgensi Startup Koperasi Di Era Digital

Koperasi merupakan model perekonomian ideal yang dicetuskan oleh Pahlawan


Kemerdekaan dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Muhammad Hatta. Koperasi dinilai
sangat cocok dengan corak kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia yang mengedepankan
asas gotong royong. Sebagaimana dimanatkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1
dijelaskan bahwa koperasi menjadi tonggak utama nasional dan sebagai bagian yang
terintegrasi dengan sistem perekonomian nasional. Di mana dalam perwujudan perekonomian
nasional demi menghasilkan kemakmuran rakyat maka dibangunlah sebuah usaha bersama
dengan mengedepankan asas kekeluargaan yang dinamakan Koperasi.
Setiap anggota Koperasi berhak menyimpan modal maupun mendapatkan profit dari
modal usaha di Koperasi dan mengembangkan usahanya. Dari situ, ketika sebuah usaha yang
dibangun dengan kerjasama Koperasi menghasilkan keuntungan maka hasilnya tak hanya
dinikmatinya sendiri namun dirasakan bersama oleh seluruh anggota Koperasi. Bisa
dibayangkan bila dalam sebuah Koperasi modal bersama diputar dan dibangun pelbagai unit
usaha dan dikelola dengan baik sehingga menghasilkan profit tinggi, maka tak ayal seluruh
anggotanya dapat merasakan buahnya dan sama-sama meraih kesejahteraan. Kehadiran
Koperasi juga bisa mengurangi tingkat disparitas dan kesenjangan ekonomi antara si kaya
dan miskin.
Dari landasan tersebut, tak heran koperasi pun ditetapkan sebagai soko guru
perekonomian nasional dan telah menjadi penopang kemajuan usaha kecil dan menengah di
seluruh Indonesia. Dinamika Koperasi sejak pertama kali didirikan Bapak Koperasi Nasional
hingga kini sudah berkembang sangat besar. Catatan per 2020, koperasi yang terdata sudah
mencapai 155.980 unit dengan jumlah anggota mencapai 30,23 juta. Kontribusi koperasi
terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 4,12% (488 trilliun).
Banyak kalangan menilai, pertumbuhan Koperasi tidak telalu signifikan dan masih kalah
pamor dengan perbankan. Tentunya data tersebut membuktikkan bahwa Koperasi
berkontribusi pada ketahanan perekonomian nasional. Koperasi cukup tangguh sebagai
tonggak dan pondasi perekonomian dan pembangunan masyarakat kalangan menengah ke
bawah terutama di pedesaan.
Kendati demikian di era transformasi digital sekarang, sistem Koperasi dinilai sudah
usang dan kuno atau ketinggalan zaman. Koperasi Sebagian besar yang masih eksis sekarang
dikelola secara konvensional dan manual dan pengurusnya rata-rata adalah berusia tua.
Sehingga Koperasi hanya menarik dan diikuti oleh generasi tua. Sedangkan generasi milenial
tidak atau sangat jarang melirik dan menekuninya dengan optimal. Walaupun tidak bisa
dilupakan juga Koperasi tetap ada di beberapa sekolah, lembaga pendidikan maupun
perguruan tinggi, yang menyasar anggota muda, namun segmentasi perekrutannya maupun
manajemen pengelolaannya tidak terlampau berjalan baik di mana sebagian besarnya tidak
aktif. Di sisi lain Sebagian besar unit usaha Koperasi berjalan di tempat dan kalah saing
dengan usaha lainnya karena kurangnya inovasi dan tidak mengikuti kemajuan teknologi.
Membangun Startup Koperasi
Di era digital yang mengedepankan pemakaian teknologi internet dan gadget maupun
smartphone sebagai bagian dari kehidupan. Gaya hidup dengan sentuhan teknologi informasi
sudah begitu lekat bagi generasi milenial atau yang kini berusia 40-25 tahun maupun generasi
Z yang berusia 24 tahun hingga 11 tahun sehingga perubahan pada kehidupan pun begitu
cepat. Sayangnya sistem Koperasi sejak dulu hingga kini relatif tidak pernah berubah dan
minim mendapatkan sentuhan teknologi digital sehingga tertinggal. Padahal dengan visi-misi
membangun usaha bersama, milik bersama untuk kesejahteraan bersama dengan
menonjolkan asas kekeluargaan adalah system perekonomian ideal di tengah persaingan
global. Koperasi harusnya bisa dikembangkan karena prinsip dasarnya berkorelasi positif
pada bentuk startup atau usaha digital yang dikelola secara professional dan mengedepankan
kemajuan teknologi informasi. Pasar Indonesia yang jumlah pendudukanya mencapai 270
juta jiwa dengan bonus demografi tentunya menjadi peluang yang sangat apik dan
menjanjikan.
Sistem koperasi yang mengedepankan kekeluargaan tentunya akan menumbuhkan
rasa kepemilikan bersama dan memunculkan soliditas dan etos kerja yang tinggi dari setiap
anggota. Dan nampaknya hanya sistem Koperasi-lah yang bisa memberikan kesejahteraan
bagi seluruh anggotanya karena adanya kepemilikan bersama. Seberapapun besar dana
investor yang masuk tidak akan bisa menggeser status kepemilikan pada usaha dari unit
Koperasi. Dana yang masuk tetap akan diakumulasikan secara bersama untuk profit yang
merata bagi setiap anggotanya. Ini tentunya berbeda dengan system feodal maupun kapital di
era perdagangan global yang menyaratkan keuntungan besar bagi investor besar. Di mana
semakin kaya seseorang akan semakin besar pula keuntungan yang didapatinya. Dengan
begitu keadilan ekonomi tidak akan tercapai. Sistem yang memunculkan disparitas inilah
yang coba ditandingi dengan adanya kepemilikan bersama dan pembagian keuntungan yang
merata serta keadilan ekonomi pada Koperasi. Dari situ pembangunan startup koperasi
diharapkan bisa menjawab tuntutan pembangunan perekonomian rakyat di era digital.
Tentu dibutuhkan beberapa strategi dalam membangun startup koperasi bagi generasi
muda di era digital. Pertama, pemilihan anggota yang tepat. Sebagaimana diamanatkan dalam
UU Cipta Kerja, pendirian koperasi primer kini bisa lebih mudah dari yang awalnya minimal
20 anggota diubah menjadi 9 anggota. Sedangkan pendirian koperasi sekunder hanya
dibutuhkan tiga koperasi primer. Pemilihan anggota dalam koperasi yang memiliki visi misi
bersama dalam membangun usaha rintisan tentunya akan menjadikan pertumbuhan koperasi
berjalan dengan solid dan progresif. Kemudahan pendirian koperasi yang dicanangkan
pemerintah menjadi salah satu hal yang diprioritaskan agar generasi muda semakin tertarik
terjun mengembangkan system koperasi dalam usahanya. Di sisi lain modal usaha yang
diperoleh dari urunan masing-masing anggota menjadi bekal dasar pembangunan usaha
koperasi yang digagas.
Kedua, inovasi pembentukan unit usaha yang menjawab kebutuhan pasar. Tentunya
dalam setiap koperasi hal utama yang dilakukan adalah pembentukan unit usaha yang bisa
menunjang berputarnya modal usaha menjadi profit yang berkelanjutan. Sebuah unit usaha
bila berusaha memnuhi kebutuhan pasar pastinya akan mendatangkan profit. Pola pikir
demikian tentunya perlu ditumbuhkan dalam rintisan stratup koperasi. Di mana penentuan
bentuk usaha di era digital yang mengedepankan kemudahan akses dan pemakaian aplikasi
digital lebih bisa menjangkau pasar generasi muda dan menjawab kebutuhan pasar dengan
adanya sentuhan teknologi di setiap lini usahahnya. Pola belanja online di era sekarang lebih
diminati ketimbang belanja langsung ke pasar. Untuk itulah startup koperasi harus jeli
melihat minat dan psikologi pasar sebelum menentukan unit usaha yang tepat. Semisal
pembentukan unit usaha toko kelontong yang diaplikasikan baik secara konvensional dan
online dengan pemanfaatan website, platform marketplace maupun platform media sosial
bisa menjangkau market yang lebih luas dan tentunya akan menghasilkan profit yang bagus.
Ketiga, dibutuhkan soliditas, kolaborasi, dan kinerja berwawasan digital untuk
mengembangkan startup koperasi. Dilihat dari visi-misi koperasi yang mengedepankan
kepemilikan bersama dan profit sharing yang rata, maka yang dituntut dari setiap anggota
adalah kinerja yang optimal, efisien dan efektif. Di sisi lain wawasan digital masing-masing
anggota tentunya akan menentukan maju tidaknya koperasi di tengah persaingan global yang
menawarkan pelbagai inovasi bisnis. Maka kolaborasi masing-masing anggota dalam
memasarkan tiap-tiap unit usaha koperasi lewat seperangkat teknologi digital akan
menjadikan market share yang bagus hingga mendatangkan konsumen yang berlipat ganda.
Semakin aktif anggota melakukan Teknik-teknik tools digital marketing dengan menargetkan
konsumen yang tepat maka semakin banyak pula transaksi yang dicapai oleh unit usaha
stratup koperasi tersebut.
Keempat, ruang kerja startup koperasi yang demokratis akan menumbuhkan ide-ide
kreatif, inovatif dan out of the book. Di mana era digital tentunya lebih bisa menerima ide
segila apapun manakala dirancang dengan baik, berbasis teknologi dan menjawab kebutuhan
pasar. Ide-ide brilian hanya akan hadir dari ruang kerja yang demokratis, di mana masing-
maisng anggota bisa menyuarakan pendapat dan menuangkan gagasan untuk pengembangan
unit usaha rintisannya. Lebih dari itu, kebebasan berekpresi, dan kesetaraan anggota dalam
koperasi juga akan menjadi satu kekuatan kolaborasi yang kuat. Startup berbasis koperasi
pada akhirnya bisa menjelma menjadi sebuah co-learning space dan co-working space yang
nyaman dan produktif.
Dukungan Pemerintah
Perhatian pemerintah pada Koperasi bukan hanya isapan jempol belaka, penetapan 12
Juli sebagai Hari Koperasi Nasional serta ditetapkannya Koperasi sebagai system
perekonomian dalam Undang-Undang Dasar Negara adalah modal utama. Di mana untuk
menjembatani amanat undang-undang tersebut dibentuklah Kementerian Koperasi dan UKM
yang khusus mengelola koperasi dan usaha mikro masayarakat kecil dan menengah. Hal
demikian tentunya semakin mengukuhkan adanya bantuan nyata dari pemerintah untuk
pemberdayaan munculnya unit usaha dan Koperasi baru yang menyasar generasi muda.
Penetapan UU Cipta Kerja yang memuat prioritas kemudahan dalam pembentukan koperasi
diharapkan menjadi pemicu lahirnya koperasi yang semakin subur guna membangkitkan
perekonomian rakyat.
Dari situlah, sejatinya para pengelola rintisan startup koperasi bisa melirik pelbagai
program pemerintah untuk pemberdayaan koperasi dan UKM. Di mana setiap tahunnya
selalu dialokasikan anggaran tetap dan selalu ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan
koperasi di Indonesia. Sebagai contoh, pemerintah pada tahun 2018 telah menyiapkan
anggaran 1,2 trilliun yang terdiri dari 750 miliar melalui pembiayaan konvensional dan 450
miliar melalui pembiayaan syariah. Di mana pemerintah memiliki target untuk menambah
3000 unit koperasi baru yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia. Hal demikian
tentunya menjadi peluang besar bagi startup Koperasi bisa mendapatkan akses permodalan
dari pemerintah secara efektif dan kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai