Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Bagas Saputra

NIM : 3022019037
Kelas : Teknik Pertambangan 4b
Makul : ( PLT) Pengolahan Limbah Tambang
Limbah Yang Dihasilkan dari Proses Penambangan dan Pengolahan Bauksit
menjadi Alumina.

1. Red Mud
Red Mud dalam bahasa indonesia yaitu lumpur merah merupakan limbah yang
dihasilkan oleh produksi industri alumina. Red Mud bersifat basa sehingga cukup
berbahaya terhadap lingkungan. Senyawa ini dihasilkan melalui bayer
process yang merupakan salah satu tahap ekstraksi dari bauksit untuk
memproduksi alumina.
Red Mud Composition (Komposisi Lumpur Merah)
Komposisi yang dimiliki oleh red mud berbeda-beda tergantung wilayah bauksit
di produksi. Dilansir oleh UC Rusal Assesment, yang merupakan perusahaan
pengolahan red mud terbesar di dunia yang berasal dari Rusia, berikut
pemanfaatan red mud yang paling sering digunakan:

a. Material mentah untuk membuat semen


Untuk pemanfaatan kategori ini, seluruh kategori red mud yang ada di seluruh
dunia dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat semen. Pemanfaatan ini
telah dilakukan oleh Ukraina melalui perusahaan Nikolaev Alumina Refinery.

b. Sebagai bahan ekstraksi Scandium dan REE


Pemanfaatan jenis ini banyak dilakukan di negara China, Jamaica, dan Rusia. Hal
ini dikarenakan kandungan red mud di negara ini memiliki kandungan REE yang
sangat banyak 90–150 ppm Sc,300-350 ppm Y and La, sampai 600 ppm Ce).
Pengembangan untuk mengekstraksi Scandium telah dilakukan di 3 negara
tersebut sejak 2015, tujuannya adalah dapat mengekstraksi Sc hingga 75 %.
Diketahui Scandium merupakan salah satu material yang memiliki sifat baik
sebagai bahan bodi pesawat terbang. Biasanya material ini akan dipadukan dengan
Alumunium. Teknologi "karbonasi" eksklusif digunakan tanpa limbah asam ke
proses utama Bayer dalam penerapan proses ekstraksi Scandium.
Untuk unsur REE seperti Dysprosium (Dy) and Nyodymium (Nd) telah
dilakukan pilot project pada tahun 2014 di jamaica yang dilakukan oleh Nippon
Light Metals bekerja sama dengan Jamaica Bauxite Institute. Project ini sempat
ditunda dikarenakan adanya penurunan harga yang cukup tajam yang disebabkan
oleh adanya penghapusan pembatasan ekspor China oleh World Trade
Organization. Selain itu, penyebab sulitnya berjalannya project ini adalah harga
produksi yang tinggi untuk mengekstrak REE.
c. Bahan dasar untuk pembuatan baja.

1. Untuk melakukan produksi baja menggunakan red mud.


diperlukan investasi tambahan dalam fasilitas pembuat besi dan baja yaitu blast
furnace. Proses ini sudah banyak dilakukan di berbagai negara seperti China yang
merupakan produsen Alumina terbesar sekaligus konsumen terbesar di dunia.
Pemanfaatan ini dinilai efektif dikarenakan kandungan Fe yang terdapat pada red
mud cukup banyak. Di China sendiri, proses pemanfaatan red mud sebagai bahan
dasar blast furnace sangat tergantung oleh harga pasar biji besi. Moscow Institue
of Steel and Alloys juga telah mengembangkan furnace generasi terbaru yang
dapat memproduksi pig iron dan juga ampas bijih dengan lebih sedikit
mengeluarkan konsumsi energi.

2. Bagaimana dengan pemanfaatan red mud di Indonesia?


Saat ini Indonesia sudah memiliki industri pengolahan bauksit yang terletak di
Kalimantan Barat. Proses pembangunan industri ini akan terus dilakukan hingga
tahun 2021. Industri ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 4,3 juta ton
Chemical Grade Alumina (CGA) petahun dan 1,2 juta ton Smelter Grade Alumina
(SGA) pertahun. Sehingga jumlah red mud yang dihasilkan berkisar 4,4 juta ton
pertahun.
Melihat kondisi ini, MIND ID pada bulan Juli 2020 menyatakan dengan tegas
akan melakukan pemanfaatan terhadap red mud. Pembangunan smelter
tersebut ditargetkan selesai pada 2022, setelah itu baru akan dibuat smelter khusus
untuk memproduksi red mud. Pembangunan smelter red mud saat ini masih dalam
tahap penghitungan biaya dan penilaian mengenai keekonomisannya.

2. Tailing
Tailing Bauksit merupakan produk samping yang berasal dari hasil
benefisiasi bijih bauksit. Benefisiasi adalah setiap proses yang meningkatkan
(manfaat) nilai ekonomis bijih dengan menghilangkan mineral gangue, yang
menghasilkan produk berkadar tinggi (Konsentrat bijih) dan aliran limbah
(tailing). Proses benefisiasi dilakukan dengan cara memisahkan partikel-partikel
yang ada seperti lumpur atau clay, akar-akar, butiran bijih bauksit berkisar 2 mm
yang dibuang atau menjadi waste product atau disebut sebagai limbah tailing.
Tingginya kadar alumina dan silika dalam tailing bauksit menjadi salah satu
alasan mengapa tailing ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan produk baru yaitu zeolit sintetis. Zeolit sintetis dipilih karena zeolit
merupakan produk impor, harganya mahal dan memiliki sifat yang seragam serta
>150 jenis zeolit sintetis dapat dibuat secara komersial dan bahkan di industri
zeolit dapat dimanfaatkan secara luas sebagai adsorben, penukar ion, membrane,
katalis, dan lain-lain.
Hasil analisis kimia tailing bauksit menunjukkan komposisi sebagai berikut :
1. alumina (Al2O3) sekitar 49,41%
2. silika (SiO2) sekitar 12,58%
3. hematit (Fe2O3) sekitar 10,6% dan beberapa oksida anorganik lainnya
dalam jumlah yang kecil.

Proses konversi tailing bauksit menjadi zeolit adsorben dilakukan dengan


metode fusi kaustik untuk mendapatkan ekstrak fusi (prekursor alumina)
kemudian dilanjutkan dengan penambahan prekursor natrium silikat dengan
formula sintesis 1,2 Na2O, 0,5 SiO2, 0,5 Al2O3, 10 H2O. Kristalisasi produk
dilakukan dengan menggunakan metode hidrotermal pada suhu rendah dengan
variable waktu inkubasi yang ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sintesis tailing bauksit menggunakan fusi kaustik dan dilanjutkan dengan
kristalisasi di temperatur rendah dan di bawah tekanan atmosferik telah berhasil
mentransformasi produk dari fasa amorf gel menjadi produk fasa kristalin zeolit
adsorben.

Anda mungkin juga menyukai