Anda di halaman 1dari 4

A.

PENDAHULUAN
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan guna mendapatkan diagnosis COVID-19 yang
lebih akurat. Selain rapid test antibodi, metode lain yang belum lama diumumkan oleh Badan
Kesehatan Dunia atau WHO adalah rapid test antigen atau dikenal dengan sebutan swab antigen.
Kabarnya, dibandingkan dengan rapid test antibodi, prosedur ini memiliki hasil yang lebih akurat.
Proses pengambilan sampel dari swab antigen sebenarnya mirip dengan pemeriksaan PCR, yaitu
melalui hidung atau tenggorokan menggunakan alat yang bentuknya mirip dengan cotton bud, hanya
saja tangkainya lebih panjang. Namun, rapid test antigen akan memberikan hasil selama 15 menit,
hingga 1 jam setelah sampel diambil dan dirasa lebih akurat ketimbang rapid test antibodi, yang
dilakukan dengan pengambilan sampel darah. Mengapa demikian? Berikut pembahasannya!
Alasan Swab Antigen Lebih Cepat dan Akurat Deteksi Virus Corona
Memang benar, swab antigen belum memiliki tingkat akurasi sebaik PCR dalam mendeteksi virus
corona. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan rapid test antibodi yang hanya memberikan nilai akurasi
sebesar 18 persen, rapid test antigen memiliki tingkat akurasi yang lebih baik, yaitu hingga mencapai
97 persen.
Proses pemeriksaan ini bisa langsung mendeteksi adanya virus corona pada sampel yang diambil.
Kamu perlu tahu bahwa antigen umumnya bisa terdeteksi saat virus yang masuk dan menginfeksi
tubuh aktif menggandakan diri atau bereplikasi. Berbeda dengan rapid test antibodi yang mendeteksi
keberadaan antibodi di dalam darah. Sebagian besar kasus COVID-19, munculnya antibodi baru akan
terjadi setelah beberapa hari atau bahkan hitungan minggu setelah virus masuk dan menginfeksi tubuh.
Inilah mengapa swab antigen menjadi prosedur skrining awal yang paling baik dilakukan saat
seseorang baru saja terinfeksi. Jadi, sebelum muncul antibodi untuk melindungi tubuh dan melawan
virus, ada antigen yang akan mempelajarinya terlebih dahulu. Eksistensi antigen inilah yang terdeteksi
ketika kamu melakukan rapid test antigen. 
Meski demikian, tidak berbeda dengan rapid test antibodi, masih ada probabilitas yang menunjukkan
bahwa hasil rapid test antigen pun tidak akurat. Salah satu penyebabnya karena virus yang masuk dan
dipelajari oleh antigen bukan virus corona, tetapi bisa saja virus flu yang memang sejenis. 
Apabila hasil pemeriksaan swab antigen negatif, kamu akan disarankan untuk melakukan isolasi
mandiri. Namun, apabila gejala muncul dan memburuk ketika kamu menjalani isolasi, segeralah
menuju rumah sakit. Apabila dalam waktu 10 hari tidak ada gejala yang mengarah pada ISPA, kamu
akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan antibodi. Apabila hasilnya negatif, artinya kamu tidak
terindikasi COVID-19, tetapi jika hasilnya positif, kamu harus menjalani pemeriksaan PCR dalam dua
hari berturutan. Apabila terindikasi ada gejala ISPA kurang dari 10 hari, swab antigen perlu diulang.
Setelah melakukan rapid test antigen dan hasilnya negatif, lakukan pemeriksaan antibodi dalam jarak
10 hari kemudian. Namun, apabila hasil swab antigen positif, kamu harus segera melakukan
pemeriksaan PCR sebanyak dua kali dalam kurun waktu dua hari berturutan. Apabila pemeriksaan
PCR menunjukkan hasil negatif, kamu tidak terindikasi penyakit COVID-19, sedangkan jika positif,
artinya suah terinfeksi virus corona. 

B. PENYEBAB TERJADINYA ISU


Penolakan rapid test antigen terjadi di banyak daerah di Indonesia. Dalam kurun waktu seminggu
terakhir, tercatat ada tiga kasus penolakan rapid test yang dilakukan warga. Bahkan, aksi penolakan
juga disertai dengan intimidasi terhadap petugas medis. Ada alasan yang mungkin mendasari seseorang
menolak vaksin, di antaranya:
1. Merasa Aman dari Serangan Virus
Ada orang yang menolak rapid test rapi karena merasa dirinya aman dan tidak mungkin
terinfeksi.Hal ini harus diluruskan. Virus bisa menginfeksi siapa saja dan orang tersebut
berpotensi menularkan virus pada orang lain di lingkungan sekitar. Hal ini juga bisa terjadi karena
menganggap sebuah penyakit atau infeksi virus tidak mematikan. Maka dari itu, penting untuk
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tracking. Manfaat rapid test juga harus disampaikan
dengan tepat untuk menurunkan penularan penyakit berisiko.
2. Takut dengan hasil Rapid Test
Alasan penolakan rapid test paling umum adalah takut kalau hasilnya positif sehingga dia akan
di isolasi selama 14 hari dan tidak berangkat kerja dan takut dikucilkan.
B. Dampak Isu Penolakan Rapid Test
Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah terkait isu penolakan Rapid Test serta beberapa
penyebab yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya memungkinkan muncul beberapa dampak
yang akan terjadi diantaranya sebagai berikut :
1. Tidak sedikit masyarakat yang belum memahami bahaya virus covid-19 dan merasa aman dari
virus sehingga mengabaikan protokol kesehatan yang salahsatunya menolak untuk dilakukan
rapid swab antigen . Hal ini tentu berdampak pada penyebaran virus covid-19 sulit dikontrol dan
dihentikan.

2. Belum optimalnya proses sosialisasi terkait rapid swab antigen terhadap masyarakat ditambah
mayoritas masyarakat memperoleh informasi melalui media sosial yang mereka gunakan
sehingga besar kemungkinan mereka mengkosumsi informasi terkait rapid swab antigen dari
sumber- sumber yang tidak bertanggungjawab yang pada akhirnya menyebabkan sebagaian
masyarakat merasa ragu dan takut untuk dilakukan rapid swab antigen terutama dalam aspek
keakuratan hasil. Hal ini tentu berdampak pada munculnya kekhawatiran publik dan tidak
optimalnya tracking dan tracing sebagai upaya mengurangi penyebaran covid-19 di Indonesia.

3. Adanya upaya pemerintah dengan mengeluarkan aturan adanya pemberian sanksi bagi
masyarakat yang menolak tracing covid 19. Yang terjadi adalah keraguan masyarakat justru
semakin menguat yang pada akhirnya dapat menjadi doktrin negatif bagi masyarakat luas seperti
munculnya ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
4. Isu ini dapat dimanfaatkan oleh oknum/pihak yang tidak betanggunggung jawab dalam
melakukan tindak kejahatan di dunia maya seperti hoax atau hate speech demi keuntungan
pribadi dan kelompoknya.
C. Analisis SWOT Isu Penolakan Rapid Swab Antigen
Isu penolakan rapid swab antigen ini jika dianalisis dengan teknik analisis SWOT yaitu sebagai
berikut :

Stength (Kekuatan) Weakness Opportunities Threats (Ancaman)


(Kelemahan) (Peluang)
rapid swab antigen Hasil swab antigen Virus korona yang Kemungkinan
harus dilakukan dinilai masyarakat memiliki dampak pada munculnya claster
sebagai upaya kurang akurat berbagai bidang harus baru
pencegahan virus segera diatasi
korona
Masyarakat mulai
banyak mencari tahu
mengenai rapid swab
antigen

D. Hasil Analisi kasus SWOT


• Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Memperkuat koordinasi antara tim Satgas covid-19 di Biddokkes Polda Jateng dengan pimpinan
Satker lain dalam perekapan data dan penanganan kasus covid-19 dengan cepat dan tepat,
sehingga deteksi dini dalam menangani kasus covid-19 dapat terlaksana dengan baik.
• Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Dengan adanya transparansi data dan dukungan dari pimpinan dalam pelatihan penanganan
covid- 19 setiap satuan kerja memungkinan untuk dapat mengidentifikasi dan penanganan lebih
lanjut covid-19 dapat lebih cepat dan optimal.
• Strategi S-T (Strength-Threath)
Dengan menjalankan pelayanan secara maksimal kepada semua personel di Satuan kerja Polda
Jateng hal ini dapat mengoptimalkan pelayanan, sehingga beberapa ancaman yang akan timbul
akibat covid-19 dapat berkurang.
• Strategi W-T (Weakness-Treath)
Dengan adanya stategi Pelatihan dan Penangan covid-19 pada setiap satuan kerja dan deteksi
dini bagi anggota personel yang terpapar diharapkan dapat mencegah tumbangnya tenaga
kesehatan akibat kelelahan dan terpapar virus covid-19.
E.

F. Upaya penyelesaian Isu penolakan rapid swab antigen

Menurut saya upaya yang dapat dilakukan sebagai penyelesaian dalam penolakan rapid swab antigen
yaitu dengan menguatkan kepercayaan anggota mengenai rapid swab antigen yang akan dilakukan dan
memberi pemahaman kalau virus ini mudah menular sehingga kita semua harus waspada. Karena virus
ini juga ditakutkan akan tertular pada keluarga kita dirumah.
Upaya Preventif yang dapat dilakukan adalah melakukan Test dan Tracking sedini mungkin kepada
personel yang terdampak sehingga tidak terjadi penyebaran kepada rekan satu lingkungan kantor.
Testing adalah metode yang di gunakan untuk mengecek terhadap terduga mengidap covid-19.
Tracking atau pelacakan Kasus yaitu melacak orang-orang yang melakukan kontak erat dengan orang
yang mengidap Covid-19. Upaya tersebut akan berhasil jika Pimpinan Satuan Kerja ikut andil dalam
memotivasi dan mengajak personelnya untuk peduli terhadap peyebaran angka Covid-19 di Satuan
kerjanya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai